PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014 BAB I PENDAHULUAN
A. Sejarah Perusahaan 1. Pada tahun1908 berdiri Ajinomoto Co. Inc. yang memproduksi monosodium glutamat dengan bahan baku gluten dari gandum atau kedelai dengan cara hidrolisa. 2. Pada tahun 1957 ditemukan bahan baku pengganti berupa cane mollases (tetes tebu) dan mulai memproduksi monosodium glutamat dengan cara fermentasi dengan bantuan bakteri Brevibacterium lactovermentum. 3. Pada tahun 1969 Ajinomoto Co. Inc. mulai berkembang di Indonesia. 4. Pada tahun 1970 PT Ajinomoto Indonesia mulai memproduksi monosodium glutamat dengan bahan baku asam glutamat kering yang di impor dari Jepang 5. Pada tahun 1972 PT Ajinomoto Indonesia mulai memproduksi monosodium glutamat dengan bahan baku cane mollases.
B. Lokasi Perusahaan PT Ajinomoto Indonesia berdiri dengan area seluas 41 Ha di Jalan Raya Mlirip, Desa Mlirip, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto 61352 PO BOX 110, Jawa Timur.
C. Ketenaga Kerjaan 1. Jumlah tenaga kerja di PT Ajinomoto Indonesia saat ini mencapai 2.221 orang. 2. Karyawan PT Ajinomoto Indonesia terbagi dalam dua jadwal kerja, yaitu : a. Jadwal Non Shift Jadwal Non Shift diperuntukkan kepada karyawan yang masuk normal dan dengan bekerja dari jam 07.30 16.00 WIB.
b. Jadwal Shift Jadwal ini diperuntukkan kepada karyawan pelaksana yang bekerja shift yang melakukan tugasnya dengan menggunaan sistem bergilir yang masing-masing shift bekerja selama 8 jam : Shift I : 07.30 16.00 WIB Shift II : 15.30 23.30 WIB Shift III : 23.30 07.30 WIB
D. Bahan Baku dan Produk yang Dihasilkan 1. Bahan Baku a. Tetes tebu (cane molasses) b. Glukosa dari tepung tapioca c. Beet mollases 2. Produk yang Dihasilkan a. MSG Ajinomoto b. Masako c. Tepung bumbu Sajiku
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Monosodiun glutamate (MSG) merupakan garam natrium dari asam glutamate. MSG biasanya dipasarkan dalam bentuk Kristal putih yang siap digunakan. Penggunaan MSG betujuan sebagai penambah rasa makanan dalam karena penambahan MSG akan membuat rasa makanan menjadi lebih lezat. MSG dapat diperoleh dari proses fermentasi tetes tebu (cane molasses), glukosa dan beet molasses.
BAB III DESKRIPSI PROSES
Proses produksi MSG (Monosodiumglutamat) yang terjadi di PT Ajinomoto Indonesia melewati beberapa tahapan yaitu : 1. Persiapan bahan baku a. Dekalsifikasi cane mollases b. Sakarifikasi tepung tapioka 2. Fermentasi Pengubahan glukosa menjadi asam glutamate dengan bantuan bakteri Brevibacterium lactofermentum 3. Isolasi Proses pemisahan larutan asam glutamat hasil fermentasi dengan bahan lain yang tidak diinginkan (kontaminan). 4. Purifikasi Proses pemurnian MSG untuk menghilangkan warna yang tidak dikehendaki.
BAB VI SPESIFIKASI ALAT
BAB V UTILITAS
Utilitas yang digunakan untuk menunjang proses produksi di pabrik yaitu : 1. Penyediaan Listrik PLN, 70000 kVA Generator diesel, 12000 kVA 2. Penyediaan Air Sungai Brantas, 450 ton/jam Sumur bor, 45 ton/jam 3. Penyediaan Steam, 60 ton/jam 4. Penyediaan Udara Udara proses, 970 Nm 3 /menit Udara instrument, 40 Nm 3 /menit
BAB VI PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu merupakan salah satu unit penunjang yang penting, terutama untuk melakukan pengawasan terhadap proses produksi, mulai dari bahan baku sampai menjadi produk. Pengawasan ini dilakukan untuk menjaga agar mutu dan kualitas produk yang dihasilkan dapat memenuhi spesifikasi tertentu. Pada departemen ini terdapat dua seksi, yaitu : 1. Quality Assurance (QA) 2. Quality Control (QC) Analisis yang dilakukan meliputi empat macam analisa, yaitu analisa fisik, kimia, mikrobiologi dan analisa secara laboratorium.
BAB VII PENGOLAHAN LIMBAH
Limbah yang dihasilkan oleh PT Ajinomoto Indonesia, yaitu : 1. Limbah Cair Limbah cair diolah di WWT (Waste Water Treatment). Limbah cair diperoleh dari sisa proses produsi dan limbah dari pencucian alat 2. Limbah Padat Limbah padat berasal dari proses produksi, limbah sisa kantin, limbah organic (dedaunan), limbah anorganik (kardus, plastic, aluminium voil)
BAB VIII PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan Monosodium Glutamate (MSG) di PT Ajinomoto Indonesia adalah cane mollases (tetes tebu) yang merupakan hasil samping dari proses pengolahan tebu menjadi gula, glukosa dari tepung tapioka dan beet mollases. 2. Bahan pendukung yang digunakan sebagai tambahan pada proses produksi meliputi : H 2 SO 4 , NaOH, NH 3 , O 2 , karbon aktif, mineral, vitamin, antifoam dan koagulan. 3. Tahap awal pengolahan tetes tebu menjadi MSG meliputi proses dekalsifikasi untuk menghilangkan kandungan kalsium yang terdapat pada tetes tebu dimana kalsium dapat menyebabkan pergerakan pada pipa dan kekeruhan pada produk. Serta proses sakarifikasi untuk menambah kadar glukosa jika kadar pada tetes tebu berkurang. Begitu juga dengan penambahan beet mollases. 4. Proses sterilisasi bertujuan untuk menghilangkan mikroba-mikroba liar sehingga produk tidak terkontaminasi. 5. Proses fermentasi menggunakan bakteri Brevibacterium lactofermentum karena bakteri ini memiliki kemampuan untuk menghasilkan asam glutamat dengan jumlah yang tinggi (> 60%). 6. Isolasi merupakan proses pemisahan larutan asam glutamat hasil fermentasi dengan bahan lain yang tidak diinginkan (kontaminan). Tahapan ini bertujuan untuk memurnikan asam glutamat yang masih bercampur dengan cairan induk. Tahapan proses ini meliputi proses kristalisasi I, separasi I, pencucian dan netralisasi. 7. Purifikasi merupakan proses pemurnian MSG untuk menghilangkan warna yang tidak dikehendaki. Tahapan proses ini meliputi proses dekolorisasi, kristalisasi II dan separasi II 8. Pengeringan dilakukan supaya kadar air maksimal 0,3 % dengan menggunakan fluidized bed dryer secara cocurrent dari bawah alat dengan suhu mencapai 100-110C selama 8 jam dan didinginkan menggunakan udara dingin kering sampai suhu kamar. 9. Jenis ukuran kemasan MSG dibedakan berdasarkan ukuran MSG (LC, FC, RC) dan permintaan pasar dengan menggunakan cyclone pada proses pengayakan. 10. Pengendalian mutu produk yang dilakukan oleh PT Ajinomoto Indonesia didasarkan pada : Ajinomoto Japan Industry Standart (AJIS), Standar Nasional Indonesia (SNI) dan spesifikasi material dan pengirim (supplier). 11. Limbah padat yang dihasilkan berupa gypsum dari proses dekalsifikasi dan non active carbon dari proses dekolorisasi. 12. Limbah cair diolah dengan proses secara biologi dengan sistem biological de nitrification (BDN). 13. Pupuk cair amina merupakan produk sampingan yang bahannya diperoleh dari cairan induk hasil proses separasi pada pengolahan MSG. B. Saran 1. Sistem produksi yang telah ada diharapkan dapat terus dipertahankan agar perusahaan dapat terus berjalan stabil. 2. Riset lebih lanjut mengenai bakteri yang digunakan bisa lebih baik bila dilakukan di Indonesia agar menjadi ilmu baru yang bermanfaat dan perkembangan riset di Indonesia sendiri. 3. Predikat zero emission yang dimniliki PT Ajinomoto Indonesia perlu dipertahankan dan disebarluaskan agar menjadi teladan bagi perusahaan lain untuk menjaga keseimbangan lingkungan. 4. Jika memang pasokan raw material berkurang, maka biji nangka dapat dijadikan sebagai bahan baku tambahan.
TUGAS KHUSUS ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF DI UNIT FERMENTASI DI PT AJINOMOTO INDONESIA
A. Proses Fermentasi 1. Tahap Persiapan Persiapan umpan Bahan baku yang berupa tetes tebu (cane molasses) setelah mengalami proses dekalsifikasi kemudian disterilisasi. Hal ini juga berlaku untuk glukosa dan beet molasses Persiapan inokulum Sebelum digunakan untuk proses fermentasi pembuatan MSG, terlebuh dahulu bakteri tersebut harus diperbanyak (dibiakkan atau dikultur). Setelah bakteri tersebut tumbuh, kemudian bakteri tersebut diambil dan siap digunakan sebagai agen-biologik pada proses fermentasi. Persiapan tangki fermentor Pada main fermentor dilakukan sterilisasi terlebih dahulu dengan menggunakan steam dengan suhu 125 o C selama 30 menit. 2. Tahap proses Pada proses fermentasi, nutrien dimasukkan terlebih dahulu ke dalam main fermentor, baru kemudian TCM. Suhu operasi dijaga konstan 31,5-37 o C dan pH dijaga sekitar 7,7 diatur dengan penambahan NH 3 dan juga sebagai pensuplai nitrogen. Tangki juga dilengkapi dengan pipa aerasi untuk suplai O 2.
Proses ini berlangsung selama holding time 30-32 jam disertai dengan pengadukan. Selain itu pada tangki main fermentor ditambahkan anti foam agent (AF) guna mencegah timbulnya busa akibat pengadukan karena busa dapat mengakibatkan bakteri kesulitan untuk mendapatkan oksigen. Pada saat proses fermentasi juga perlu dilakukan penambahan media atau feeding sebagai sumber makanan dari bakteri. 3. Produk yang dihasilkan Pada akhir proses fermentasi ini akan dihasilkan Original Broth (OB) yang terdiri dari bangkai bakteri, lumpur, sisa media, kotoran dan asam glutamat yang akan diproses lebih lanjut. B. Analisis Kualitatif Pada proses fermentasi agar hasilnya sesuai yang di harapkan dan dapat di gunakan untuk proses selanjutnya, maka dilakukan beberapa analisis meliputi : a. Analisa pH b. Temperatur c. Dissolved O 2
d. Jumlah Sel e. Kadar Gula f. Kadar Asam Glutamat C. Analisis kuantitatif 1. Neraca massa Fermentor Antifoam 1% dari glukosa Air : Gulukosa = 3 : 1 Udara (excess 20%) Seed 2% dari GA Nutrien 1% dari GA Asam Glutamat 126984.13 kg/batch O2 ? CO2 ? N2 ? Gula tidak terkonsumsi ? Air ?
Table 1. Neraca Massa Total Komponen In (kg/batch) Out (kg/batch) Gula 211640.22 56149.45 Nutrien 1269.84 1269.84 Air (H 2 O) 634920.65 681567.88 N 2 163783.61 163783.61 O 2 49757.05 8292.84 CO 2 0 38008.86 Seed 2539.68 2539.68 Antifoam 2116.40 2116.40 NH 3 14685.24 0 As.glutamat 0 126984.13 1080712.69 1080712.69
2. Neraca panas Tabel 2. Neraca Panas Total Koponen Q in (kJ/batch) Q out (kJ/batch) C 6 H 12 O 6 194053.34 51892.14 NH 3 910131.29 0.00 O 2 5245399.37 1737138.60 C 5 H 9 NO 4 0.00 0.00 CO 2 0.00 4386010.16 H 2 O 13651889.21 11874531.17 Q pemanas 1951901.13 Total 20001473.20 20001473.20