Anda di halaman 1dari 21

BAB I

LANDASAN TEORI

1.1. Iklim Kerja
1

Iklim kerja adalah salah satu faktor yang pengaruhnya cukup dominan
terhadap kinerja sumber daya manusia bahkan pengaruhnya tidak terbatas pada
kinerja saja melainkan dapat lebih jauh lagi, yaitu pada kesehatan dan
keselamatan tenaga kerja. Untuk itu diperlukan standar mengenai pengukuran
iklim kerja (panas) dengan parameter indeks suhu basah dan bola.
Standar pengukuran ini merupakan cara pemantauan tempat kerja yang
mempunyai potensi bahaya bagi tenaga kerja yang bersumber dari iklim kerja
(panas). Dalam penerapannya di lapangan, pengukuran indeks suhu basah dan
bola dilaksanakan bersamaan dengan perhitungan beban kerja yang di
dibandingkan pada pembatasan waktu kerja sebagaimana diatur dalam Keputusan
Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 51/MEN/1999.
Iklim kerja merupakan keadaan lingkungan kerja yang diukur dari
perpaduan antara suhu udara, kelembaban udara, kecepatan aliran udara, dan suhu
radiasi. Tekanan panas (heat stress) adalah beban iklim kerja yang diterima oleh
tubuh manusia. Sedangkan regangan panas (heat strain) merupakan efek yang
diterima tubuh manusia atas beban iklim kerja tersebut.
Tubuh manusia selalu menghasilkan panas sebagai akibat dari proses
pembakaran zat makanan dengan oksigen (metabolisme). Apabila proses
pengeluaran panas tubuh terganggu, maka suhu tubuh akan meningkat.
Lingkungan kerja dengan tubuh selalu saling terjadi pertukaran panas, proses
pertukaran panas ini tergantung dari suhu lingkungan.
Tempat kerja yang nyaman merupakan salah satu faktor penunjang gairah
kerja. Lingkungan kerja yang panas dan lembab akan menurunkan
produktivitas kerja, juga akan membawa dampak negatif terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja.

1
Diakses dari http:www.google.co.id pada tanggal 2 Desember 2012 pukul 18.00 WIB
Aklimatisasi adalah suatu proses adaptasi fisiologis yang ditandai oleh
pengeluaran keringat yang meningkat, denyut jantung menurun, dan suhu tubuh
menurun. Proses adaptasi ini biasanya memerlukan waktu 7 sampai 10 hari.
Aklimatisasi dapat juga menghilang ketika orang yang bersangkutan tidak masuk
kerja selama 1 minggu berturut turut.
Untuk menimbulkan aklimatisasi, faktor pembebanan dan lama
kerja perlu diperhatikan dengan cara sebagai berikut :
1. Hari pertama masuk kerja, pembebanan fisik dan lama bekerja usahakan tidak
melebihi 50 % dari beban dan lama bekerja yang sebenarnya.
2. Hari kedua kerja, beban kerja dan lama bekerja ditambah 10 %.
3. Hari ketiga kerja dan seterusnya hingga hari keenam, pembebanan fisik dan
lama bekerja akan mencapai 100 %.
Pengendalian iklim kerja dapat dilakukan dengan pengendalian secara
fisik (dengan isolasi sumber panas, shielding, pendinginan setempat dan ventilasi
umum), secara administratif (dengan pengaturan waktu kerja dan istirahat,
pengadaan air minum, aklimatisasi, pemeriksaan kesehatan dan seleksi tenaga
kerja) dan pemakaian alat pelindung diri.

1.1.1. Thermal Comfort
Professor Fanger dari Technical University of Denmark beranggapan
bahwa thermal comfort didefinisikan sebagai istilah keadaan fisik tubuh yang
lebih baik daripada keadaan fisik lingkungan, apa yang benar-benar kita rasakan
adalah suhu kulit dan bukan suhu udara. Untuk kenyaman termal dibutuhkan:
1. Thermal balance, yaitu nilai heat loss = nilai heat gain.
Hal ini penting tapi bukan kondisi yang cukup untuk kenyamanan, misalnya
berkeringat bisa membawa kepada keseimbangan termal tapi bisa jadi tidak
nyaman.
2. Mean skin temperature
Harus berada pada level yang tepat untuk kenyamanan (temperatur kulit
untuk kenyamanan berkurang dengan bertambahnya aktivitas).

3. Sweating
Kenyamanan adalah fungsi dari nilai sweating yang disukai, yang mana juga
merupakan fungsi aktivitas dan metabolic rate.
Terdapat beberapa standart yang menentukan kenyamanan thermal. Dalam
ISO STANDARD 7730 kenyamanan termal adalah sebagai berikut:
1. Pada standard ini, kenyamanan thermal didefinisikan sebagai kondisi pikiran
yang mengekspresikan kepuasan thermal terhadap lingkungan thermal
2. Standard menghadirkan metode untuk memperkirakan sensasi thermal dan
derajat ketidakpuasan thermal (thermal dissatisfaction) manusia
3. Menetapkan kondisi lingkungan yang bisa diterima untuk kenyamanan
4. Menggunakan lingkungan indoor di mana tujuannya adalah untuk mencapai
kenyamanan thermal, atau lingkungan indoor di mana terjadi penyimpangan
kenyamanan.

1.1.2. Faktor-Faktor Lingkungan Kerja
2

Setelah seseorang berada dalam dunia pekerjaan, terdapat berbagai faktor
yang mempengaruhi jalannya pekerjaan. Faktor-faktor ini patut diperhatikan
bukan hanya karena bersifat wajar secara manusiawi tetapi juga akan
menimbulkan serangkaian kerugian bila tidak diperhatikan dan dapat
mendatangkan keuntungan bagi perusahaan bila sebaliknya. Dilihat dari segi
bahwa manusia adalah salah satu komponen dari sistem yang optimal.
Jika seseorang bekerja sangat banyak faktor-faktor yang terlibat dan
mempengaruhi keberhasilan kerja. Secara garis besar faktor-faktor tersebut
termasuk ke dalam dua kelompok yaitu kelompok faktor-faktor diri (individual)
dan faktor-faktor situasional. Sesuai dengan namanya, kelompok pertama terdiri
dari faktor-faktor yang datang dari diri sipekerja itu sendiri dan seringkali sudah
ada sebelum sipekerja yang bersangkutan datang dipekerjaannya. Kecuali hal-hal
seperti pendidikan dan pengalaman semuanya adalah faktor-faktor yang tidak
mudah bahkan tidak dapat merubah.

2
Iftikar Z Sutalaksana, Teknik Perancangan Sistem Kerja (Bandung: ITB Edisi Kedua, 1995) hal
: 57-58.
Kelompok kedua terdiri dari faktor-faktor yang hampir sepenuhnya dapat
diatur dan diubah, dan faktor-faktor ini berada di luar diri pekerja. Kelompok
faktor-faktor situasional terbagi ke dalam dua subkelompok yaitu yang terdiri dari
faktor-faktor sosial dan keorganisasiannya, dan yang terdiri dari faktor-faktor fisik
pekerjaan yang bersangkutan.
Suatu kondisi lingkungan yang baik tidak bisa ditemukan dengan begitu
saja, tetapi harus melalui tahapan-tahapan percobaan, dimana setiap kemungkinan
dari kondisi tersebut diuji pengaruhnya terhadap kemampuan manusia. Kemajuan
teknologi sekarang memungkinkan untuk melaksanakan pengujian semacam ini,
dan tentu saja pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku manusia akan sangat
membantu dalam mencapai hasil dari pengujian ini.
Sebagaimana diketahui, terdapat banyak factor mempengaruhi terbentuknya
suatu kondisi lingkungan kerja, diantaranya: temperatur, kelembaban, sirkulasi
udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis dan bau-bauan. Berikut ini akan
diuraikan masing-masing faktor diatas sehubungan dengan kemampuan manusia.
1. Temperatur
Tubuh manusia akan selalu berusaha mempertahankan keadaan normal
dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan yang terjadi di luar tubuh tersebut. Tetapi
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan temperatur luar adalah jika
perubahan temperatur luar tubuh tersebut tidak melebihi 20% untuk kondisi
panas dan 35% untuk kondisi dingin. Semua ini dari keadaan normal tubuh.
Dalam keadaan normal anggota tubuh manusia mempunyai temperatur
berbeda-beda, seperti bagian mulut sekitar 37C, dada sekitar 35C, dan kaki
sekitar 28C. Tubuh manusia dapat menyesuaikan diri karena memiliki
kemampuannya untuk melakukan proses konveksi, radiasi, dan penguapan
jika terjadi kekurangan atau kelebihan panas yang membebaninya.
Menurut penyelidikan untuk berbagai tingkat temperatur akan memberikan
pengaruh yang berbeda-beda seperti berikut:
a. 49C : Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh di atas
tingkat kemampuan fisik dan mental.
b. 30C : Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan
cenderung untuk dalam pekerjaan, serta menimbulkan kelelahan fisik.
c. 24C : Kondisi optimum.
d. 10C : Kelakuan fisik yang ekstrim mulai muncul.
Dari suatu penelitian diperoleh hasil bahwa produktivitas kerja manusia
akan mencapai tingkat paling tinggi pada temperatur sekitar 24C sampai
27C.
Di dunia terdapat banyak standar satuan hitungan skala suhu, namun yang
akan kita bahas lebih lanjut rumusnya hanya yang paling banyak dipakai
saja yaitu : :
1.Celcius atau Selsius
2. Fahrenheit atau Farenheit
3. Reamur atau Rheamur
4. Kelvin (standar SI satuan internasional)
5. Rankine
6. Delisle
7. Newton
8. Romer
A. Rumus merubah celcius ke kelvin :
= Celcius + 273,15
B. Rumus merubah celcius ke rheamur :
= Celcius x 0,8
C. Rumus merubah reamur ke celcius :
= Rheamur x 1,25
D. Rumus merubah celcius ke fahrenheit :
= (Celcius x 1,8) + 32
E. Rumus merubah fahrenheit ke celcius :
= (Fahrenheit - 32) / 1,8
F. Rumus merubah rheamur ke farenheit :
= (Rheamur x 2,25) + 32

2. Kelembaban
Yang dimaksud kelembaban di sini adalah banyaknya air yang terkandung
dalam udara (dinyatakan dalam persen). Kelembaban ini sangat berhubungan
atau dipengaruhi oleh temperatur udara, dan memang secara bersama-sama
antara temperatur, kelembaban, kecepatan bergerak udara dan radiasi dari
udara tersebut akan dipengaruhi keadaan tubuh pada saat menerima atau
melepaskan panas dari tubuhnya.
Suatu keadaan dimana temperatur udara sangat panas dan kelembabannya
tinggi,akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran
(karena sistem penguapan). Pengaruh lainnya ialah makin cepatnya denyut
jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan
akan oksigen.Tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan
antara panas tubuhnya dengan suhu disekitarnya.
Keseimbangan itu akan memenuhi rumus sebagai berikut:
M + R + C E = 0
M = panas yang diperoleh dari metabolisme
R = perubahan panas karena radiasi
C = perubahan panas karena konveksi
E = hilangnya tenaga karena penguapan
3. Sirkulasi udara
Sebagaimana kita ketahui udara di sekitar kita akan mengandung sekitar 21%
oksigen, 78% Nitrogen, 0,03% karbondioksida dan 0,97% gas lainnya
(campuran). Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh makhluk hidup
terutama untuk menjaga kelangsungan hidupnya (untuk proses metabolisme).
Udara di sekitar kita dikatakan kotor bila kadar oksigen di udara telah
berkurang dan terus bercampur dengan gas-gas atau bau-bauan yang
berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Kotornya udara di sekitar kita dapat dirasakan dengan sesaknya pernafasan
kita dan ini tidak boleh dibiarkan berlangsung terlalu lama, karena dapat
mempengarhui kesehatan tubuh dan mempercepat proses kelelahan. Contoh
sirkulasi udara sederhana ialah jendela rumah, dimana melalui jendela inilah
udara bersih dan segar di dalam rumah bisa dijamin ada selamanya, karena
akan terjadi sirkulasi udara dengan sendirinya. Sedangkan disekitar tempat
kerja sumber utama adanya udara segar adalah tanaman.
4. Pencahayaan
Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat
objek-objek secara jelas, cepat tanpa melakukan kesalahan. Pencahayaan
yang kurang mengakibatkan pekerja menjadi cepat lelah karena mata akan
berusaha melihat dengan cara membuka lebar-lebar. Lelahnya mata akan
mengakibatkan pula kelelahan mental dan lebih jauh bisa menimbulkan
rusaknya mata.
Kemampuan mata untuk melihat objek dengan jelas akan ditentukan
oleh ukuran objek, derajat kontras antara objek dengan sekelilingnya, lumnisi
(brightness) serta lamanya waktu untuk melihat objek tersebut. Untuk
menghindari silau (glare) karena letak dari sumber cahaya yang kurang tepat,
maka sebaiknya mata tidak secara langsung menerima cahaya dari sumbernya
akan tetapi cahaya tersebut harus mengenai objek yang akan dilihat yang
kemudian dipantulkan oleh objek tersebut ke mata kita.
Berikut ini adalah tingkat pencahayaan minimal (Lux) pada jenis
pekerjaan beserta ruangan kerja :
Tabel 1.1. Tingkat Pencahayaan Minimal

Jenis Kegiatan
Lux
Minimal

Keterangan
Pekerjaan kasar & tidak
terus menerus
100 Ruang penyimpanan & ruang
peralatan/ instalasi yang
memerlukan pekerjaan yang
kontinyu
Pekerjaan kasar & terus-
menerus
200 Pekerjaan dengan mesin &
perakitan kasar
Pekerjaan rutin 300 Pekerjaan
kantor/administrasi, ruang
kontrol, pekerjaan mesin &
perakitan/ penyusun



Tabel 1.1. Tingkat Pencahayaan Minimal (Lanjutan)
Jenis Kegiatan Lux
Minimal
Keterangan
Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna,
pemrosesan, tekstil, pekerjaan
mesin halus & perakitan
halus
Pekerjaan amat halus 1500 (Tidak
menimbulka
n bayangan)
Mengukir dengan tangan,
pemeriksaan pekerjaan mesin
dan perakitan yang sangat
halus
Pekerjaan detail 3000 (Tidak
menimbulka
n bayangan)
Pemeriksaan pekerjaan,
perakitan sangat halus
Sumber : Buku Sutalaksana
5. Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki oleh telinga kita,
karena dalam waktu panjang bunyi-bunyian tersebut dapat mengganggu
ketenangan kerja, merusak pendengaran dan dapat menimbulkan kesalahan
komunikasi. Ada tiga aspek yang menentukan kualitas bunyi yang bisa
menentukan kualitas bunyi yang bisa menentukan tingkat gangguan pada
manusia yaitu:
a. Lama waktu bunyi tersebut terdengar. Semakin lama telinga kita
mendengar kebisingan akan semakin buruk akibatnya bagi pendengaran
atau tuli.
b. Intentitas biasanya diukur dalam satuan desibel (dB) yang menunjukan
besarnya arus energi per satuan luas.
c. Frekuensi suara yang menunjukan jumlah dari gelombang-gelombang
suara yang sampai ke telinga kita setiap detik dinyatakan dalam jumlah
getaran per detik (Hz).
Peraturan Menteri Kesehatan No. 718 tahun 1987 tentang kebisingan yang
berhubungan dengan kesehatan menyatakan pembagian wilayah dalam
empat Zona. Zona A adalah Zona untuk tempat penelitian, rumah sakit,
tempat perawatan kesehatan atau sosial, tingkat kebisingannya berkisar 35-
45 dB. Zona B untuk perumahan, tempat pendidikan dan rekreasi. Angka
kebisingannya antara 45-55 dB. Zona C, antara lain perkantoran,
pertokohan, perdagangan, pasar, dengan kebisingan sekitar 50-60 dB.
Zona D bagi lingkungan industri, pabrik, stasiun kereta api, dan terminal
bus. Tingkat kebisingan 60-70 dB.
Tabel 1.2. Batas Kebisingan Yang Diperkenankan
Tingkat Kebisingan (dB) Lama Perhari (Jam)
80 24
82 16
85 8
88 4
91 2
94 1
97 0,5
100 0,25
103 0,125
106 0,0625
Sumber : Buku Sutalaksana
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh
daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau
ke tulang koklea. Pada dasarnya telinga terbagi dalam tiga bagian, yaitu:
telinga bagian luar, telinga bagian tengah dan telinga bagian dalam Proses
mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga
dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau ke tulang
koklea. Pada dasarnya telinga terbagi dalam tiga bagian, yaitu: telinga
bagian luar, telinga bagian tengah dan telinga bagian dalam. Berikut
derajat ketulian menurut ISO 1964 :
Tabel 1.3. Derajat Ketulian
Derajat Ketulian Keterangan
0-25 dB Normal
26-40 dB Tuli Ringan
41-60 dB Tuli sedang
62-90 dB Tuli berat
> 90 dB Sangat tuli
Sumber : Buku Sutalaksana


6. Getaran Mekanis
Gerakan mekanis dapat diartikan sebagai getaran-getaran yang ditimbulkan
oleh alat-alat mekanis yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh dan
dapat menimbulkan akibat-akibat yang tidak diinginkan pada tubuh kita.
Besarnya getaran ini ditentukan oleh intensitas, frekuensi, getaran dan
lamanya getaran itu berlangsung. Sedangkan anggota tubuh manusia juga
memiliki frekuensi alami dimana apabila frekuensi ini beresonansi dengan
frekuensi getaran akan menimbulkan gangguan-gangguan antara lain:
a. Mempengaruhi konsentrasi kerja.
b. Mempercepat datangnya kelelahan.
c. Dapat menyebabkan timbulnya beberapa penyakit, diantaranya karena
gangguan terhadap mata, syaraf, peredaran darah, otot-otot, tulang-tulang,
dan lain-lain.
Berikut ini adalah tingkat getaran maksimal untuk kenyamanan dan kesehatan
pekerja :
Tabel 1.4. Tingkat Getaran Maksimal
Frekuensi (Hz) Nilai Tingkat Getaran (10
-6
m)
4 < 100
5 < 80
6,3 < 70
10 < 37
12,5 < 32
16 < 25
20 < 20
25 < 17
31,5 < 12
40 < 9
50 < 8
63 < 6
Sumber : Buku Sutalaksana
7. Bau-bauan
Adanya bau-bauan yang dalam hal ini juga dipertimbangkan sebagai polusi
akan dapat mengganggu konsentrasi orang bekerja. Temperatur dan
kelembaban merupakan dua faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
kepekaan penciuman. Oleh karena itu pemakaian air conditioning yang tepat
merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk menghilangkan bau-
bauan yang mengganggu sekitar tempat kerja. Selain pemakaian AC, solusi
lain yang dapat dilakukan adalah menjaga sirkulasi udara dengan baik.
Karena bau-bauan ini juga merupakan udara kotor, sehingga perlu sirkulasi
udara untuk mengeluarkan bau-bauan dan berganti dengan udara yang lebih
bersih.
Perlunya menjaga kebersihan juga harus diperhatikan agar bau-bauan yang
ditibulkan oleh sampah dapat dihindarkan sehingga udara menjadi lebih
nyaman untuk dihirup. Cara yang paling praktis lagi adalah menambahkan
wewangian atau[un pengharum ruangan agar dapat menetralisir bau-bauan
yang ada. Namun, yang perlu diperhatikan adalah penggunaan pengharum
ruangan agar tidak berlebihan dan berbahaya bagi saluran pernapasan.
8. Warna
Yang dimaksud disini adalah warna tembok ruangan dan interior yang ada
disekitar tempat kerja. Bukan hanya pada tembok ruangan tapi pengaruh
warna juga dapat dirasakan melalui alas kerja seorang operator. Warna ini
selain berpengaruh terhadap kemampuan mata untuk melihat objek, juga
memberikan pengaruh yang lain seperti:
a. Warna merah bersifat merangsang.
b. Warna kuning memberikan kesan luas terang dan leluasa.
c. Warna hijau atau biru memberikan kesan sejuk, aman dan menyegarkan.
d. Warna gelap memberikan kesan leluasa dan lain-lain.
Dengan adanya sifat-sifat itu maka pengaturan warna ruangan tempat kerja
perlu diperhatikan dalam arti harus disesuaikan dengan kegiatan kerjanya.

1.1.3. Pakaian yang Digunakan
3

Pakaian yang digunakan dipengaruhi oleh:
1. jenis pakaian yang sedang dipakai pada saat itu, terutama mengenai besar
kecilnya isolasi termal dari bahan pakaian dan tebalnya.
2. Isolasi termal dari bahan pakaian yang dipakai dinyatakan dalam clo, dimana

3
Diakses dari http://xa.yimg.com pada tanggal 2 Desember 2012 pukul 18.00
1 clo = 0,155 m
2
.K / Watt.
3. Besarnya isolasi termal dari bahan pakaian yang dipakai

1.1.4. Heat Stress
4

Perpindahan panas dari proses aktifitas ke lingkungan terjadi secara radiasi
adalah proses perpindahan panas dimana permukaan obyek seluruhnya secara
konstan memancarkan panas dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Laju
pancaran ditentukan oleh suhu dari permukaan radiasi.
Konduksi adalah transfer panas dari atom ke atom atau dari molekul ke
molekul melalui transfer berturut -turut dari energi kinetik. Kehilangan panas
melalui konduksi udara akan menyebarkan panas dari proses aktifitas yang cukup
besar walaupun dalam keadaan normal. Panas adalah suatu energi kinetik dari
molekul, dan molekul yang menyusun mesin terus-menerus mengalami gerakan
vibrasi.
Sebagian besar energi dari gerakan ini dipindahkan ke udara bila suhu
udara lebih rendah dan mengakibatkan meningkatnya kecepatan gerakan molekul
udara. Suhu mesin yang berlekatan dengan udara menjadikan suhu udara sama
dengan suhu permukaan mesin. Jika suhu udara dan permukaan mesin sama, maka
tidak terjadi lagi kehilangan panas dari permukaan mesin ke udara. Oleh sebab itu
konduksi panas dari permukaan mesin ke udara mempunyai keterbatasan kecuali
udara yang dipanaskan bergerak sehingga timbul udara baru. Udara yang tidak
panas secara terus menerus disebarkan melalui udara yang bergerak, fenomena
semacam ini disebut konveksi udara.
Kehilangan panas melalui konveksi udara disebut konveksi. Panas dapat
diperoleh atau dihilangkan dengan jalan konveksi ke udara, air atau cairan lain
yang kontak dengan tubuh dan media lain yang berdekatan menghasilkan
perpindahan panas dengan konduksi sejalan atau sesuai dengan tingkat panas. Hal
tersebut adalah pertukaran panas dengan cara konveksi, analog dengan pertukaran
dari larutan melalui besarnya aliran. Walaupun ketika kita diam tak bergerak,

4
Diakses dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/7013 pada tanggal 2 Desember 2012
pukul 18:00
udara di sekitar kita bergerak karena udara mengembang akibat menyerap panas
dari tubuh kita. Panas yang dihasilkan selama proses produksi akan menyebar ke
seluruh lingkungan kerja, sehingga mengakibatkan suhu udara di lingkungan kerja
juga meningkat. Lingkungan kerja yang panas diukur dengan beberapa
pengukuran seperti suhu kering, suhu basah, suhu bola, kecepatan angin dan
kelembaban udara. Gabungan dari pengukuran suhu basah, suhu kering, suhu
bola, kelembaban udara dan kecepatan angin disebut dengan iklim kerja.
Heat stress timbul dari bermacam macam kondisi di mana tubuh
mendapat paparan dari pemanasan yang berlebih. Beberapa faktor utama yang
mempengaruhi heat stress antara lain :
1. Suhu
2. Kelembaban udara
3. Suhu radiasi dari lingkungan
4. Suhu basah alami
5. Gerak aliran udara
6. Pakaian yang dikenakan
7. Keaktifan fisik ( metabolisme tubuh )
Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep-51/MEN/1999,
tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat Kerja, pasal 1 ayat 5
berbunyi:
Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan
gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh
tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya.
Parameter yang digunakan untuk menilai tingkat iklim kerja adalah Indeks
Suhu Basah dan Bola (ISBB). Keputusan Menaker Nomor: Kep-51/MEN/1999,
tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja, pasal 1 ayat 9
berbunyi Indeks suhu Basah dan Bola (Wet Bulb Globe Temperature Index) yang
disingkat ISBB adalah parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang
merupakan hasil perhitungan antara suhu udara kering, suhu basah alami dan
suhu bola.
Pengukuran suhu basah dan suhu kering menggunakan peralatan yang
sama yaitu termometer suhu udara, perbedaannya terletak pada pemasangan kain
katun pada bola (bulb) termometer tersebut. Suhu basah menunjukkan keadaan
uap air dan angin di udara. Suhu bola atau suhu radiasi merupakan pengukuran
suhu akibat adanya radiasi panas di lingkungan. Radiasi panas bisa berasal dari
sinar matahari, proses produksi ataupun proses metabolisme tubuh. Kelembaban
udara mengukur banyaknya uap air yang berada di udara sedangkan kecepatan
gerakan udara atau angin merupakan pengukuran terhadap gerakan udara.

1.1.5. Dampak Heat Stress Terhadap Kesehatan
Tubuh kita selalu menimbulkan panas dan dipengaruhi serta
mempengaruhi lingkungan. Panas tubuh akan lebih meningkat lagi jika
beraktifitas, sehingga semakin banyak panas yang harus dikurangi. Ketika
lingkungan mempunyai panas atau kelembaban atau mempunyai suatu sumber
dari pancaran panas (misalnya, suatu tanur atau matahari), tubuh harus bekerja
lebih keras untuk membebaskan panas nya.
Jika ada pergerakan udara (misalnya dari kipas) hal ini memper mudah
proses pendinginan bagi tubuh akibat panas pada lingkungan. Toleransi suhu
tubuh berada pada daerah yang sempit, 36 - 37,5 C. Peningkatan di dalam suhu
tubuh dari lebih dari 1 derajat berarti tubuh itu mempunyai kesulitan berhadapan
dengan panas di lingkungan. Respon tubuh terhadap panas antara lain :
1. Peningkatan suhu tubuh
2. Peningkatan denyut jantung / nadi
3. Peningkatan aliran darah
4. Peningkatan kebutuhan oksigen
5. Peningkatan asam laktat dalam otot dapat mempercepat kelelahan
6. Berkeringat dan terjadi pengeluaran elektrolit mengakibatkan dehidrasi
Jika faktor-faktor di atas terus berlanjut maka akan menyebabkan heat
stroke (sengatan panas), heat exhaustion (kelelahan karena panas), heat cramp
(kejang panas), heat collapse (fainting), heat rashes, heat fatigue dan heat burn
(luka bakar).
Heat stress merupakan salah satu faktor yang pengaruhnya cukup dominan
terhadap kinerja sumber daya manusia bahkan pengaruhnya tidak terbatas pada
kinerja saja melainkan dapat lebih jauh lagi, yaitu pada kesehatan dan
keselamatan tenaga kerja. Untuk itu diperlukan standar mengenai pengukuran
iklim kerja (heat stress) dengan parameter indeks suhu basah dan bola. Standar
pengukuran iklim kerja (heat stress) dengan parameter indeks suhu basah dan bola
mencakup prinsip pengukuran, peralatan, prosedur kerja, penentuan titik
pengukuran dan perhitungan. Standar pengukuran ini merupakan cara pemantauan
lingkungan yang mempunyai potensi bahaya bagi manusia yang bersumber dari
iklim kerja (heat stress).
Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas) dengan Indeks Suhu Basah dan
Bola (ISBB) tidak diperkenankan melebihi:
1. Untuk beban kerja ringan : 30,0 C
2. Untuk beban kerja sedang : 26,7 C
3. Untuk beban kerja berat : 25,0 C
Contoh klasifikasi beban kerja, antara lain :
1. Pekerjaan ringan ( tangan ) : menulis,
2. Pekerjaan berat ( tangan ): mengetik
3. Beban kerja Berat untuk satu tangan : memalu ( pembuat sepatu )
4. Beban kerja ringan dengan dua tangan : berkebun
5. Beban kerja sedang untuk tubuh : mengepel lantai, membersihkan karpet
6. Beban kerja berat untuk seluruh tubuh : menebang pohon

1.1.6. Jenis Alat Ukur
5

Pada umumnya alat yang digunakan untuk pengukuran temperatur
lingkungan kerja dan pajanan panas personal bersifat langsung baca (direct
reading instrument).
1. Pengukuran temperatur lingkungan
Pengukuran untuk setiap komponen temperatur lingkungan dilakukan dengan
menggunakan alat sebagai berikut:

5
Diakses dari http://www.google.co.id/url pada tanggal 2 Desember 2012 pukul 19.00 WIB
a. Suhu kering (dry bulb / air temperature) - Ta
Pengukuran suhu kering dilakukan dengan menggunakan termometer yang
terdiri dari termometer yang berisi cairan (liquid-in-glass thermometer),
thermocouples, termometer resisten (resistance thermometer).
b. Suhu basah alami dan bola (Natural wet bulb temperature) - Tnwb
Pengukuran suhu basah alami dilakukan dengan menggunakan termometer
yang dilengkapi dengan kain katun yang basah. Untuk mendapatkan
pengukuran yang akurat, maka sebaiknya menggunakan kain katun yang
bersih serta air yang sudah disuling (distilasi).
c. Suhu Radian (Radiant / globe temperature)
Suhu radian diukur dengan menggunakan black globe thermometer.
Termometer dilengkapi dengan bola tembaga diameter 15 cm yang dicat
berwarna hitam untuk menyerap radiasi infra merah. Jenis termometer untuk
mengukur suhu radian yang paling sering digunakan adalah Vernon Globe
Thermometer yang mendapat rekomendasi dari NIOSH.
Dalam pengukuran diperlukan waktu untuk adaptasi bergantung pada
ukuran bola tembaga yang digunakan. Untuk termometer yang
menggunakan bola tembaga dengan ukuran 15 cm diperlukan waktu
adaptasi selama 15 20 menit. Sedangkan untuk alat ukur yang banyak
menggunakan ukuran bola tembaga sebesar 4,2 cm diperlukan waktu
adaptasi selama 5 menit.
d. Kelembaban relatif (Relative humidity)
Pengukuran kelembaban udara penting dilakukan karena merupakan salah
satu faktor kunci dari iklim yang mempengaruhi proses perpindahan panas
dari tubuh dengan lingkungan melalui evaporasi. Kelembaban yang tinggi
akan menyebabkan evaporasi menjadi rendah.
Alat yang umum digunakan untuk mengukur kelembaban udara adalah
hygrometer atau psychrometer yang bersifat direct reading. Alat ini
mempunyai sensitivitas yang rendah khususnya pada suhu diatas 50oC dan
kelembaban relatif di bawah 20%.

e. Kecepatan Angin
Kecepatan angin sangat penting perannya dalam proses pertukaran panas
antara tubuh dan lingkungan khususnya melalui proses konveksi dan
evaporasi. Kecepata angin umumnya dinyatakan dalam feet per minute
(fpm) atau meter per second (m/sec).
Kecepatan angin diukur dengan menggunakan anemometer. Terdapat dua
jenis anemometer yaitu vane anemometer dan thermoanemometer.
2. Pengukuran pajanan panas personal
Pengukuran pajanan panas personal penting dilakukan untuk mengetahui
tingkat pajanan panas pada individu. Pengukuran pajanan personal perlu
dilakukan apabila pekerja yang berisiko terpajan panas bekerja berpindah-
pindah atau pola pajanan yang bersifat terputus-putus atau intermitten.
Pengukuran pajanan panas personal lebih memperlihatkan apakah perubahan
suhu tubuh dan denyut nadi pekerja yang terpajan panas. Alat ukur pajanan
panas personal biasanya dilengkapi dengan sensor untuk mendeteksi perubahan
suhu tubuh dan denyut nadi yang dipasang di tubuh pekerja seperti di telinga
atau di badan.

1.2. Pemantauan Stres Panas Selama Kompetisi Sepak Bola dan Pelatihan
dalam Kondisi Panas
6

1.2.1. Pendahuluan
Sejak musim sepak bola Festival Olahraga Nasional di Jepang yang jatuh
pada musim panas tahun 2002, kompetisi, penghapusan lokal yang bulat dan
harian pelatihan diharapkan dilakukan di lingkungan yang sangat panas. Oleh
karena itu, dalam menerapkan jenis intervensi strategi untuk mengatasi cuaca
panas kompetisi dan pelatihan untuk wanita sepak bola tim.
Kondisi lingkungan dan berat badan pemain sebelum dan setelah kegiatan
dipantau selama 3 bulan. Dalam melakukan bimbingan dalam asupan air sesuai
selama latihan, manajemen pemain yang cedera dan kaki singkat pendinginan

6
Hiroshi Hasegawa. Monitoring Heat Stress DuringFemale Football Competition and Training in
Hot Conditions. 2006. Hiroshima University, Japan.
untuk mempercepat pemulihan dari kelelahan. Suhu rata-rata selama periode
pelatihan seluruh pada malam adalah 32,0 C 3.0, dan suhu rata-rata basah
bohlam globe (WBGT) selama kompetisi adalah C 2.3 28.1. Berarti berat
badan selama periode seluruh latihan dan permainan adalah 0,57 0.2 kg,
persentase dehidrasi 1,15 0,3%. Hasil ini menunjukkan bahwa, bahkan ketika
lingkungan kondisi parah, para pemain menjaga kondisi yang baik untuk waktu
yang lama periode pelatihan. Akibatnya tim memenangkan penghapusan daerah
bulat dan ditempatkan kelima di 2002 Festival Olahraga Nasional di bawah
kondisi panas.
Hal ini juga penting untuk mencegah pemain dari meningkatkan suhu
tubuh dan dari dehidrasi selama latihan untuk menjaga tingkat tinggi kinerja
atletik atau Ruangan (AC) bahkan dalam kondisi panas lingkungan (Marino,
2002, Maughan dan Shirreffs, 2004). Namun, banyak kasus penyakit terkait panas
masih terjadi selama acara pelatihan atau kompetitif di musim panas (Armstrong,
2003). Memang, sebagai penyakit panas adalah terkemuka ketiga penyebab
kematian pada atlet sekolah tinggi, penyakit panas menjadi perhatian yang
signifikan bagi semua orang yang berolahraga dalam panas. Pemantauan dan
mempertahankan status hidrasi, mendidik atlet mengenai penggantian fluida,
peningkatan kesadaran dan awal intervensi akan membantu untuk mengurangi
risiko penyakit panas.

1.2.2. Bahan dan Metode
Adapun Bahan dan Metode yang digunakan adalah :
1. Peserta
Para peserta juga 17 pemain sepak bola wanita (Usia 22 3.4 tahun, Tinggi
badan 1594.2 cm, berat badan 52,6 2.7 kg, Sepak bola pengalaman 9.3
4.2 tahun). Semua pemain yang tingkat amatir dan anggota tim bermain untuk
Prefektur. Mereka biasanya telah dilatih tiga sampai lima kali seminggu.
Semua pemain sepenuhnya diberitahu tentang prosedur menjadi dilakukan
dan tujuan dari studi sebelum percobaan.

2. Jadwal dan Hasil Permainan
Tabel 1 menunjukkan jadwal dan hasil dari permainan selama periode di
mana kami menyediakan dukungan. Pelatihan setiap anggota biasanya
dilakukan sekali atau dua kali seminggu pada pukul 19:00 - 21:00 dari Juli
sampai September.
3. Mengukur Kondisi Lingkungan
Kondisi pelatihan, Suhu dan kelembaban diukur pada awal dan di akhir setiap
sesi pelatihan, Permainan kondisi Festival Olahraga Nasional, bohlam basah
Globe suhu (WBGT), indeks yang standar stres lingkungan panas, diukur
setiap 30 menit di Permainan yang dimainkan oleh tim. Itu dihitung dari
indikasi termometer basah bohlam (Twb), hitam Globe termometer (Tbg),
dan kering bohlam termometer (Tdb) oleh rumus berikut, WBGT = 0.7 Twb
+ 0.2 Tbg 0.1 Tdb
4. Manajemen Berat Badan
Para pemain yang tertimbang untuk 50 terdekat g (UC-321, A & D, Jepang)
sebelum dan sesudah setiap pelatihan dan permainan dalam 3 bulan.
Persentase dehidrasi dihitung dengan rumus sebagai berikut: Dehidrasi (%) =
(berat badan sebelum latihan -tubuh berat setelah latihan) / tubuh berat
sebelum latihan 100
5. Pendinginan Untuk Mempromosikan Pemulihan dari Kelelahan
Kami melakukan pendinginan pada kaki, mempromosikan pemulihan dari
kelelahan menggunakan pemandian es setelah masing-masing sesi pelatihan
dan setiap permainan. Es dan air ditempatkan dalam sebuah tangki yang
sedalam femoralis wilayah pemain (Yamamoto dan Yoshinaga, 2001). Suhu
air dikelola di sekitar 12 C, dan pemain tenggelam kaki mereka untuk 3
menit.
6. Khusus Perawatan Selama Kompetisi
Selama kompetisi, tenda-tenda yang diatur untuk menghindari matahari
bersinar,asupan air didorong sebagai dari pemanasan, otot kepala dan aktif
diaplikasikan selama setengah waktu.

7. Manajemen Cedera
Cedera pemain diperiksa sebelum, selama, dan setelah pelatihan. Rekaman,
peregangan, pijat, dan Re-Conditioning dilakukan oleh pelatih atletik jika
diperlukan. Selama kompetisi, pijat dan Fisioterapi diberikan di penginapan,
jika diperlukan.
8. Survei Kuesioner
Para pemain dan pelatih diminta untuk menilai kami mendukung intervensi
dengan metode kuesioner Setelah periode pelatihan. Setiap pertanyaan
mencetak pada skala yang terus menerus dari 0 untuk 5, di mana 0 dinilai
sebagai tidak efektif, 5 dinilai sebagai efektif.
9. Analisis data Data yang disajikan sebagai deviasi standar rata-rata (SD)
kecuali dinyatakan lain.

1.2.3. Hasil
Adapun hasil yang didapat pada kondisi lingkungan selama kegiatan
berlangsung adalah sebagai berikut :
1. Pelatihan Kondisi
Rata-rata suhu dan kelembaban selama 3 bulan pelatihan adalah C 32,0 3.0
dan57 7%, masing-masing (33.0 C 3.4 dan 56 8% di siang hari
pelatihan; C1,7 32.2 dan 59 5% dimalam pelatihan).
2. Kondisi Permainan
Selama babak eliminasi wilayah Chugoku, suhu rata-rata, rata-rata
kelembaban dan mean WBGT adalah 33.0 C 2,5, 7 50%, dan c 28.0
2,5 C, masing-masing. Selama Festival Olahraga Nasional, suhu rata-rata,
rata-rata kelembaban, dan rata-rata WBGT adalah C 2.0 34.0, 42 8% dan
28,6 C 0.7.
3. Manajemen Berat Badan
perubahan dalam tubuh rata-rata berat badan dan dehidrasi setiap sesi
pelatihan dan permainan selama 3 bulan. Berarti tubuh berat badan Setelah
pelatihan atau permainan 0,57 0.2 kg, rata-rata dehidrasi adalah 1,15
0,3%.
4. Kuesioner Survei
Hasil kuesioner untuk dukungan kami sebagai berikut (dari 0; tidak efektif
untuk 5; efektif).

1.2.4. Diskusi
Ada beberapa studi yang fokus pada fisik kondisi pemain sepak bola
wanita selama pelatihan atau kompetisi sampai sekarang. Pada penerapan jenis
intervensi strategi untuk menjaga, baik Ruangan (AC) pemain sepak bola wanita
di bawah cuaca panas kompetisi dan pelatihan untuk jangka panjang. Pendukung
utamanya adalah lingkungan. Karena risiko penyakit panas menjadi tinggi ketika
WBGT melebihi 28 C, disarankan untuk menghindari latihan dengan beban
besar panas seperti kuat latihan dan ketahanan berjalan, dan yang sering
mengambil Time-Out dan minum air. Sebagai tambahan, Menurut pedoman
NATA, jika WBGT lebih besar dari 28C atletik harus tertunda atau dijadwal
ulang Di masa kini belajar, WBGT berarti selama penghapusan lokal putaran
adalah 28.0 C 2,5. Khususnya, permainan pertama dilaksanakan di bawah
kondisi parah dengan WBGT.

1.2.5. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat pada saat pelatihan berlangsung adalah
penyediaan dukungan untuk menjaga dan mempromosikan kondisi fisik laki-laki
tim sepak bola untuk memastikan performa yang lebih baik di pelatihan panas dan
Festival Olahraga Nasional tahun 2002 di Jepang. Kondisi lingkungan kompetisi,
penghapusan lokal putaran dan masing-masing pelatihan yang sangat parah, dan
fisiologis stres untuk para pemain adalah besar. Namun, pemain terus rendah
dehidrasi dan baik AC untuk jangka panjang pelatihan. Termasuk langkah-
langkah lingkungan, mengukur berat badan selama kegiatan, kaki singkat
pendinginan dianggap telah efektif, karena pemain lebih sedikit gagal dalam
Ruangan (AC) atau mempertahankan cedera, dan tim peringkat tinggi dalam
sturnamen.

Anda mungkin juga menyukai