Anda di halaman 1dari 19

1

Presentasi Kasus
Fistula Perianal



Pembimbing :
dr. Budi Suanto, sp. B
Oleh :
Yulius Febrianto
11.2012.165

KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU PENYAKIT BEDAH
RUMAH SAKIT IMANUEL
LAMPUNG
2

PRESENTASI KASUS
STATUS ILMU BEDAH
RUMAH SAKIT IMANUEL

IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Tn. FK Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 20 tahun Suku bangsa : Indonesia
Status perkawinan : belum menikah Agama : Islam
Pekerjaan : mahasiswa Pendidikan : SMA
Alamat : Dept Agama kedaung rindang pamulang
Tanggal masuk RS : 17 Februari 2014


ANAMNESIS
Diambil dari autoanamnesis, tanggal 17 Februari 2014
Keluhan Utama:
Luka di anus
Keluhan Tambahan :
-
Riwayat Penyakit Sekarang:
OS datang dengan keluhan timbul luka di anus yang kadang mengeluarkan nanah. +/- 1
tahun yang lalu timbul bisul di anus. Kemudian bisul pecah dan luka tidak sembuh-sembuh
sampai sekarang.

3

Riwayat Penyakit dahulu
Riwayat Hipertensi (-), DM (-), Jantung (-), Asma (-)

Riwayat Penyakit Keluarga
-

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 17 Februari 2014
A. Status generalis
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Keadaan gizi : Cukup
Tanda Vital
Tekanan Darah : 140/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 80 x/menit
Frekuensi Nafas : 20 x/menit,
Suhu : 35C
Pemeriksaan Sistematis
Kepala : Normocephal,
Mata : Palpebra tidak oedem, pupil 3mm/ 3mm
Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Reflex cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+
Hidung : Normosepta , deformitas -, sekret -/-
Mulut : bibir kering (-), sianosis (-)
4


Oral hygiene baik, gigi geligi lengkap, gusi hiperemis (-), mukosa mulut
merah
Telinga : Normotia, deformitas (-), tanda radang (-)
Leher : KGB tidak teraba membesar
Kelenjar tiroid tidak teraba membesar
Trachea berada ditengah
Thoraks
Jantung : BJ I-II murni, reguler, Gallop (-), Murmur (-).
Paru : simetris dalam keadaan statis dan dinamis, fremitus simetris, sonor pada
kedua lapang paru, suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : datar, simetris, supel, nyeri tekan (-), BU +, timpani
Ekstremitas : akral hangat, oedem -/-

STATUS LOKALIS
Regio perineum
Tampak eksternal opening (jam 6) ,darah (-), pus(-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Rutin
Tanggal 15-02-2014
Hasil Pemeriksaan Nilai Normal
Hematologi
Hemoglobin 16.3 12-17 g/dl
Hematokrit 49 37-54 %
Trombosit 291 000 150.000-350.000
Leukosit 12 660 5000-10000/ul
Eritrosit 6.10 3.5-5.5 juta/ul
MCV (VER) 81 77-94 fL
MCH (HER) 27 27-32 pg
5

MCHC (KHER) 33.0 31-36 g/dL
Hitung jenis
Segmen 64 50-70 %
Limfosit 25 25-40 %
Monosit 8 2-11 %
Hemostastis
PT 8.9 9.7-13.1
APTT 36.9 25.5-42.1
Kimia darah
GDS 108 70-200mg/dL
Ginjal Hipertensi
Urea 31.8 10-50
BUN 14.85 6-20
Creatinin 1.21 < 1.3
Fungsi Hati
SGOT 50 >38
SGPT 171 9-36

Foto Thorax (PA) 15-02-2014
Cor : tidak tampak membesar
Sinuses & diafragma: normal
Pulmo : tidak tampak gambaran infiltrat/nodul/konsolidasi
Kesan : cor & pulmo tampak masih dalam batas normal

RESUME
Pasien laki-laki usia 20 tahun datang dengan keluhan luka di anus yang tidak tidak sembuh sejak
1 tahun lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan eksternal opening pada perineum (jam 6)

DIAGNOSIS KERJA
Fistula perianal

6

TATALAKSANA
Pro fistulektomi

Medikamentosa
- stabixin 2x1gr

PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad sanasionam : ad bonam

LAPORAN OPERASI
Diagnosa sebelum operasi : Fistula perianal
Diagnosa sesudah operasi : Sinus Perianal
Nama operasi : Fistulektomi
Ahli bedah : dr. Budi sp. B
Tindakan :
- Pasien tidur terlentang di meja operasi dengan posisi litotomi
- Asepseis dan antisepsis
- Didapatkan eksternal opening fistul pada jam 6
- anoscopy, tidak didapatkan internal opening
- Dilakukan sondage, didapatkan sinus
- dilakukan fistulektomi dan curetagepada fistul/sinus --> di PA
- luka dikompres dengan kasa verban
7

-op selesai
INSTRUKSI POST OP
- monitor TTV tiap 15'
- diet biasa
- infus RL 10 tpm
- stabixin 2x1gr
- analgesik drip 1 hari
- besok sore mulai rendam PK 2x15'

FOLLOW UP
18 februari 2014
S : sedikit nyeri di tempat op.
Mual (-), muntah (-), pusing (-)
O : TD = 120/80
HR = 84x
RR = 19x
S = 36,7C
A : post fistulektomi hari-I
P : diet biasa
Siang mobilisasi duduk
Sore rendam PK 15', oles luka dengan betadine zalf
Stabixin 2x1gr
Farpain 3x1

8

19 februari 2014
S : (-)
O : TD = 130/80
HR = 80x
RR = 20x
S = 36C
A : post fistulektomi hari-II
P : pulang



9


FISTULA ANI

DEFINISI
Fistula ani disebut juga fistel perianal atau fistel para-anal
1
. Fistula anorektal (Fistula ani)
adalah komunikasi abnormal antara anus dan kulit perianal. Kelenjar pada kanalis ani terletak
pada linea dentate menyediakan jalur organisme yang menginfeksi untuk dapat mencapai ruang
intramuscular
2
.

ETIOLOGI
Fistula dapat muncul secara spontan atau sekunder karena abses perianal (atau perirektal).
Faktanya, setelah drainase dari abses periani, hampir 50 % terdapat kemungkinan untuk
berkembang menjadi fistula yang kronik. Fistula lainnya dapat terjadi sekunder karena trauma,
penyakit Crohn. fisura ani, karsinoma, terapi radiasi, aktinomikosis, tuberculosis, dan infeksi
klamidia
2
.
Hipotesa kriptoglandular menyatakan bahwa infeksi bermula pada kelenjar ani dan
berkembang menuju dinding otot dari sfingter ani yang menyebabkan abses anorektal. Setelah
pembedahan atau drainase spontan pada kulit periani, biasanya jaringan granulasi dari traktus
tertinggal, menyebabkan gejala yang berulang
2
.
Dapat disebabkan oleh perforasi atau penyaliran abses anorektum. Kadang fistel
disebabkan oleh colitis yang disertai proktitis, seperti TBC, amubiasis, atau morbus Crohn.
Infeksi dari kelenjar intersphincter di anal dengan organisme yang ditemukan di traktus
gastrointestinal- baik aerob (Cth : E.coli) dan anaerob (Cth : Bacteroides spp.) adalah penyebab
gangguan yang umum terjadi ini.
1


ABSES ANOREKTUM
Biasanya abses perianal terjadi akibat glandula analis terinfeksi yang mengerosi ke dalam
jaringan yang mendasari. Biakan dari fistula abses rektum anal memperlihatkan infeksi
campuran dengan E.coli dominan. Penggunaan kronis purgatif dan enteritis regionalis
merupakan faktor penyebab yang lazim. Infeksi yang tak lazim seperti aktinomikosis,
tuberkulosis, dan penyakit jamur lain, penyakit peradangan pelvis, prostatitis dan kanker bisa
jarang menyertai
3
.
Gejala dini rasa sakit yang tumpul pada rektum dan keluhan sistemik ringan berlanjut
menjadi nyeri perianal berdenyut yang parah disertai demam, kedinginan, dan malaise. Daerah
10

fluktuasi tidak selalu jelas, karena kulit perianus tebal. Kemerahan, nyeri tekan dan penonjolan
generalisata menjadi gambaran yang biasa ditemukan. Insisi dan drainase segera tanpa
menunggu fluktuasi, seperti pada infeksi subkutis lain, mencegah perluasan serius
3
.
Penting untuk mengetahui bahwa tak ada peranan terapi medis konservatif bagi abses
rektum. Abses anorektum harus dianggap suatu kedaruratan bedah dan penundaan dalam terapi
bedah mengakibatkan kerusakan jaringan lebih lanjut. Perluasan multilateral dapat meluas ke
dalam paha, skrotum, dan bahkan dinding abdomen, jika terapi bedah ditunda
3
.
Prinsip bedah terapi ini relatif sederhana. Di bawah anestesi dengan evaluasi
sigmoidoskopi atau jari tangan eksterna dan interna, daerah abses di drainase dengan eksisi
sederhana dan rongga abses dibiarkan terbuka. Penting untuk mengeksplorasi dengan cermat
rongga abses dan jaringan sekelilingnya menggunakan jari, karena tonjolan seperti jari dapat
meluas ke dalam jaringan sekelilingnya, menyebabkan abses majemuk, yang seluruhnya harus
dibuka dan didrainase
3
.


Gambar 1. Fistula ani
2



Sepsis dapat bermula pada ruang intersfingter dan dapat menyebar melalui 3 cara
4
:
1. Secara Vertikal
2. Secara Horizontal
3. Secara Circumferential

Khasnya, tiga nama abses adalah konsekuensi penyebaran pada arah diatas :
1. Perianal sepsis menyebar secara vertical ke bawah pada ruang intersphincter,
berdekatan dengan anal canal sebagai abses perianal
2. Ischiorectal sepsis menyebrang sphincter externus dan muncul jauh dari anal kanal
sebagai abses ischiorectal.
11

3. Supralevator sepsis menyebrang secara vertical ke atas menyebabkan pengumpulan
di supralevator.
Diantara 3 rute ini, sepsis dapat juga hadir pada bidang sirkumferensial, menyebabkan
pengumpulan horizontal
4
.

LETAK FISTEL
Kebanyakan fistel mempunyai satu muara di kripta di perbatasan anus dan rectum dan
lobang lain di perineum di kulit perianal
1
.
Fistel dapat terletak di subkutis, submukosa, antarsfingter, atau menembus sfingter. Fistel
dapat terletak anterior, lateral, atau posterior. Bentuknya mungkin lurus, bengkok, atau mirip
sepatu kuda. Umumnya sfingter bersifat tunggal, kadang ditemukan yang kompleks
1
.

Hukum Goodsall
Untuk membantu pemeriksa memperkirakan arah saluran dan kemungkinan lokasi dari muara
interna, dapat digunakan Hukum Goodsall. Ketika pasien berada dalam posisi litotomi
2
:
Jika muara eksterna terletak anterior dari garis imajiner yang ditarik horizontal dari kanalis ani,
fistula biasanya berjalan langsung menuju anal kanal
2
.
Jika muara eksterna terletak sebelah posterior dari garis, fistula biasanya membentuk lengkungan
terhadap garis tengah dari kanalis ani
2
.

Fistel dengan lobang kripta di sebelah anterior umumnya berbentuk lurus. Fistel dengan
lobang yang berasal dari kripta di sebelah dorsal umumnya tidak lurus, tetapi bengkok ke depan
karena radang dan pus terdorong ke anterior di sekitar m.puborektalis dan dapat membentuk satu
lobang perforasi atau lebih di sebelah anterior, sesuai hukum Goodsall
1
. Beragam perbedaan
anatomis dari abses dan fistula ini dapat terjadi, pemahaman mengenai hal itu dipermudah oleh
pengetahuan tentang rute penyebaran infeksi
4
.

Lokasi muara fistula eksterna adalah kunci dari posisi muara interna
Jalur umum traktus fistulosa anorektum. Muara interna (primer) hampir selalu berada dalam
kripta; fistula biasanya tunggal dan hanya melibatkan bagian muskulus sfingter; fistula majemuk
atau fistula yang melibatkan seluruh muskulus sfingter eksterna kurang lazim ditemukan. Hukum
Goodsall adalah garis transversal membagi fistula anal menjadi dua kelompok: (1). Jika muara
sekunder terletak anterior terhadap garis transversa yang membagi kanalis analis menjadi bagian
anterior dan posterior, biasanya muara itu berhubungan dengan muara primer melalui traktus
fistulosa yang melengkung berbentuk tapal kuda atau semi tapal kuda
3
.
12

Harus dicatat, walau bagaimanapun, semakin jauh muara eksterna dari anus, hokum
Goodsall semakin tidak dapat dipercaya. Sebagai tambahan, arah saluran pada fistula yang rumit
tidak dapat diprediksi
2
.

KLASIFIKASI FISTULA
Perianal Fistula diberi nama menurut klasifikasi Park
2
:
1. Fistula Transsphingter
Fistula transsphinkter disebabkan oleh abses ischiorektal, dengan perluasan jalur melalui
sphingter eksterna. Terjadi sekitar 25 % dari semua fistula
2
.
Jalur utama menyebrang sphincter externus yang terdapat pada tingkat manapun dibawah
puborectalis sampai serat terendah dari sphincter externus
4
.


2. Fistula Intersphingter
Terbatas pada ruang intersphingter dan sphingter interna. Disebabkan oleh abses perianal.
Terjadi sekitar 70 % dari semua fistula
2
.

Semua jalur inflamasi pada posisi medial striated
muscle atau sphincter externus
4
.
3. Fistula Suprasfingter
Disebabkan oleh abses supralevator. Melewati otot levator ani, diatas puncak otot puborektal
dan masuk ke dalam ruang intersphingter. Terjadi sekitar 5 % dari semua fistula
2
. Sangat jarang,
dan jalur utamanya menyebrang melewati levator ani
4
.

4. Fistula Ekstrasphingter
Tidak melewati kanalis ani dan mekanisme sphingter, melewati fossa ischiorektal dan otot
levator ani, dan bermuara tinggi di rektum.Terjadi sekitar 1 % dari semua fistula
2
. biasanya
akibat sepsis intrapelvis atau operasi bedah yang tidak tepat dari fistula yang lain, dan jalurnya
diluar semua kompleks sphincter
4
.
13


GEJALA KLINIS FISTULA
Fistula dicurigai apabila
4
:
- discharge persisten pada tempat drainase abses
- ditemukan organisme usus dari hasil kultur
- abses terjadi rekuren
- terdeteksi adanya indurasi baik secara klinis atau dalam anestesi
Adanya riwayat abses ani yang berulang dengan drainase merupakan suatu petunjuk
bahwa seseorang mungkin mempunyai fistula
4
. Biasanya gejala terbatas pada pembengkakan
intermiten, drainase, pruritus dan ketidaknyamanan yang bervariasi. Riwayat abses bermanfaat
dalam diagnosis
4
.
Adanya riwayat kambuhan abses perianal dengan selang waktu diantaranya, disertai pengeluaran
nanah sedikit-sedikit.
Muara eksterna biasanya terlihat sebagai titik berwarna merah, mengalami inflamasi,
mengeluarkan nanah yang bercampur darah
6
, tinja
2
. Muara kulit secara khas agak meninggi,
papila abu-abu merah muda dari jaringan granulasi. Pada waktunya, pembentukan parut
sepanjang saluran ini menjadi dapat dipalpasi. Sonde kadang-kadang dapat dimasukkan melalui
fistula ke dalam linea pektineus. Biasanya tidak nyeri
3
.
Pada colok dubur umumnya fistel dapat diraba antara telunjuk di anus (bukan di rectum) dan ibu
jari di kulit perineum sebagai tali setebal kira-kira 3 mm (colok dubur bidigital). Jika fistel agak
lurus dapat disonde sampai sonde keluar di kripta asalnya.
Fistel perineum jarang menyebabkan gangguan sistemik. Fistel kronik yang lama sekali
dapat mengalami degenerasi maligna menjadi karsinoma planoseluler kulit.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
6

Lokasi muara eksterna memberikan petunjuk bagi kemungkinan jalur fistula dan
terkadang fistula dapat dirasakan sebagai jalur yang menebal. Pada banyak kasus, untuk melihat
jalurnya membutuhkan banyak alat, dan terkadang jalurnya tidak jelas sampai dilakukan
pembedahan.
Peralatan yang dapat digunakan oleh dokter :
1. Fistula probe. Alat yang secara khusus dibuat untuk dimasukkan ke dalam fistula
2. Anoscope. Instrumen kecil untuk melihat kanalis ani.
Jika fistula rumit atau terletak pada tempat yang tidak lazim, dapat digunakan :
1. Diluted methylene blue dye. Disuntikkan ke dalam fistula.
2. Fistulography. Memasukkan cairan kontras, kemudian memfotonya.
14

3. Magnetic resonance imaging

Untuk menyingkirkan kelainan lainnya seperti colitis ulseratif atau penyakit Crohn, dapat
digunakan :
1. Flexible sigmoidoscopy.
Tabung yang ramping dan fleksibel dengan kamera di dalam ujungnya, dapat untuk melihat
rectum dan kolon sigmoid sebagai gambar yangdiperbesar pada layer televisi.
2. Colonoscopy. Mirip sigmoidoskopi, tetapi dengan kemampuan untuk memeriksa seluruh
kolon dan usus halus.

MANAJEMEN

a. ABSES PERIANAL
Antibiotik mempunyai peranan yang sedikit karena tidak dapat penetrasi ke dalam pus,
dan seringkali terdapat nekrosis jaringan lemak. Abses akut membutuhkan drainase bedah.
Tidaklah bijaksana untuk melakukan sesuatu lebih jauh lagi meskipun kita mencurigai adanya
fistula.- bengkak dan hiperemis menutupi lokasi yang tepat dari sphincter. Pus harus selalu
dikirim untuk pemeriksaan mikrobiologik karena keberadaan organisme usus mengindikasikan
kecenderungan adanya fistula
4
.

b. MANAJEMEN FISTULA
Tujuan dari penatalaksanaannya adalah untuk menyembuhkan fistula dengan sesedikit
mungkin pengaruh pada otot sfingter. Perencanaan akan bergantung pada lokasi fistula dan
kerumitannya, serta kekuatan otot sfingter pasien
6
. Pengelolaan berdasar pada eradikasi sepsis
dengan seoptimum mungkin menjaga fungsi anal. Jalur fistula harus dibuka dan diizinkan untuk
sembuh dari dasarnya. Mayoritas fistula superfisial dan intersphincter (85%) langsung dapat
diatasi
4
.
Sisanya (transphincteric dan suprasphincteric) jauh labih sulit dan membutuhkan
perawatan spesialis. Biasanya perawatannya lebih lama; dilakukan secara bertahap untuk
mencegah kerusakan sphincter
4
.
Operasi bertujuan menginsisi di atas saluran fistula, meninggalkan insisi tesebut terbuka
untuk bergranulasi nantinya. Biasanya dicapai dengan menempatkan sonde melalui kedua muara
fistula dan memotong di atas sonde. Jika fistula mengikuti perjalanan yang mengharuskan
pemotongan sfingter, maka insisi harus memotong serabut otot tegak lurus dan hanya pada satu
tingkat. Bila timbul inkontinensia, jika otot terpotong lebih dari satu tempat
3
.
15

Benang yang halus monofilamen (seton) sering ditaruh melalai jalur primer di sekitar
sphincter externa sebagai drain sementara luka lebar di sebelah exterior striated muscle dari
sphincter externus mengalami penyembuhan
4
.
1. Fistulotomy
Ahli bedah pertama-tama melakukan pelacakan untuk mencari muara interna fistula.
Lalu, ahli bedah memotong dan membiarkan jalurnya dalam keadaan terbuka, mungkuretnya
(mengeluarkan isinya), lalu menempelkan sisinya ke sisi yang diinsisi sehingga fistula dibiarkan
terbuka (diratakan) flattenedout
6
.
Untuk memperbaiki fistula yang lebih rumit, seperti horshoe fistula (dimana jalurnya melewati
sekitar dua sisi tubuh dan mempunyai muara eksternal pada kedua sisi dari anus), dokter bedah
dapat membiarkan terbuka hanya pada segmen dimana jalurnya bersatu dan mengeluarkan jalur
sisanya
6
.
Jika sejumlah banyak otot sfingter yang harus digunting, pembedahan dapat dilakukan dalam
lebih dari satu tahap dan harus diulang jika seluruh saluran belum dapat ditemukan
6
.
Teknik dibiarkan terbuka (Fistulotomi) berguna pada mayoritas perbaikan fistula. Pada
prosedur ini, dimasukkan probe melalui fistula (melalui kedua muara), dan kulit yang
menutupinya, jaringan subkutis, dan otot sfingter dipisahkan, oleh sebab itu membuka
salurannya. Kuretasi dilakukan untuk memindahkan jaringan granulasi pada dasar saluran.
Teknik ini dilakukan secara hati-hati untuk menghindari terlalu banyak menggunting sfingter
(yang dapat menyebabkan inkontinensia). Fistulotomi dibiarkan menutup secara sekunder
2
.
Pada fistel dapat dilakukan fistulotomi atau fistulektomi. Dianjurkan sedapat mungkin di lakukan
fistulotomi, artinya fistel dibuka dari lubang asalnya sampai ke lubang kulit. Luka dibiarkan
terbuka sehingga menyembuh mulai dari dasar per sekundam intentionem. Lukanya biasanya
akan sembuh dalam waktu agak singkat. Kadang dibutuhkan operasi dua tahap untuk
menghindari terpotongnya sfingter anus
4
.

2. Flap Rektal
Terkadang, untuk mengurangi jumlah otot sfingter yang digunting, dokter bedah dapat
mengeluarkan jalurnya dan membuat flap ke dalam dinding abdomen untuk mencapai dan
mengeluarkan muara fistula interna. Flap nya kemudian ditempelkan ke belakang
6
.

3. Penempatan Seton
16


Dokter bedah menggunakan seton untuk
6
:
- menciptakan jaringan paurt di sekitar otot sphincter sebelum memotongnya
dengan pisau
- mengizinkan seton untuk secara lambat memotong seluruh jalur melalui otot
selama beberapa minggu.
Seton juga dapat membantu drainase fistula


Pada pasien dengan fistula kompleks, fistula rekuren, penyakit Crohn, keadaan
imunokompromised, seton dapat digunakan sendiri, atau kombinasi dengan fistulotomi
2
.
Seton dibuat dari benang silk yang besar, penanda silastik, atau pita karet, yang dipasang
pada saluran fistula dan menyediakan tiga tujuan. Yang pertama, kita dapat melihat langsung ke
saluran, sebagai drain dan pemicu fibrin, dan juga memotong melalui fistula. oleh sebab itu,
seiring waktu, sejalan dengan terjadinya fibrosis diatas seton. Secara perlahan memotong melalui
otot sfingter, dan menampakkan saluran. Seton diketatkan selama kunjungan ke poli sampai ia
ditarik selama lebih dari 6-8 minggu. Keuntungan pemakaian seton, adalah bahwa fistulotomi
bertahap ini mengizinkan untuk pembelahan progresif dari otot sfingter, menghindari terjadinya
komplikasi inkontinensia
2
.
17


4. Lem fibrin atau sumbat kolagen
Pada beberapa kasus, dokter dapat menggunakan lem fibrin, terbuat dari protein plasma,
untuk menyumbat dan menyembuhkan fistula daripada memotong dan membiarkannya terbuka.
Dokter menyuntikkan lem melalui lubang eksterna setelah membersihkan salurannya lebih
dahulu dan menempelkan lubang yang di dalam agar tertutup. Saluran fistula dapat juga
disumbat dengan protein kolagen dan kemudian ditutup
6
.

DIAGNOSA BANDING
Hidradenitis supurativa merupakan radang kelenjar apokrin yang biasanya membentuk
fistel multipel subkutan yang kadang ditemukan di perineum dan perianal. Penyakit ini biasanya
ditemukan di ketiak dan umumnya tidak meluas ke struktur yang lebih dalam
4
.
Sinus pilonidalis terdapat hanya di lipatan sakrokoksigeal dan berasal dari sarang rambut
dorsal dari tulang koksigeus atau ujung tulang sakrum
4
.
Fistel proktitis dapat terjadi pada Morbus Crohn, TBC, amubiasis, infeksi jamur, dan
divertikulitis. Kadang fistel koloperineal disebabkan oleh benda asing atau trauma
4
.







Gambar 18. Sinus Pilonidalis
2

PROGNOSIS
Fistel dapat kambuh bila lobang dalam tidak turut dibuka atau dikeluarkan, cabang fistel
tidak turut dibuka, atau kulit sudah menutup luka sebelum jaringan granulasi mencapai
permukaan
4
.
18


Kegagalan penyembuhan secara optimal mungkin akibat
4
:
- terapi inisial yang tidak adekuat
- penyebab spesifik (namun tidak terdiagnosa), misalnya : Penyakit Crohn
- Kondisi nutrisi yang tidak baik
- perawatan luka yang tidak baik, misalnya : jembatan epitel
- proliferasi jaringan granulasi yang mencegah epitelisasi

Jika tiga penyebab utama telah dieliminasi, keberhasilan bedah fistula bergantung pada
perawatan luka pos operasi
4
.

























19



DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta, EGC, 2005
hal : 677-678
2. http://fitsweb.uchc.edu/student/selectives/Luzietti/Painful_anus_fistula_in_ano.htm
3. Sabiston, Buku Ajar Ilmu Bedah, bagian II, cetakan ke-dua, EGC, Jakarta, 1995, hal :
59-62
4. Henry MM, Thompson JN , Principles of Surgery, 2
nd
edition, Elsevier Saunders,
2005, page 423-426
5. http://emedicine.medscape.com/article/190234-overview
6. http://www.mayoclinic.org/anal-fistula/.html
7. Schwartz, Shires, Spencer, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6, EGC, Jakarta,
hal : 426 427.

Anda mungkin juga menyukai