Anda di halaman 1dari 17

13

BAB II
BAKAT MENGAMBAR DAN MOTIVASI BELAJAR

2.1 Teori dan Konsep Bakat
2.1.1 Pengertian Bakat
Sebelum menguraikan pegertian bakat, perlu diungkapkan terlebih
dahulu perbedaan antara bakat, kemampuan, dan kapasitas yang sering
dicempuradukkan, padahal masing-masing memiliki esensi yang berbeda.
Bakat (aptitude) biasanya diartikan sebagai kemampuan bawaan
yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih
(Chaplin, 1976).
Kemapuan (ability) adalah daya untuk melakukan suatu tindakan
sebagai hasil pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu
tindakan dapat dilaksanakan sekarang, sedangkan bakat memerlukan latihan
dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan pada masa yang akan
datang.
Sementara kapasitas sering digunakan sebagai sinonim untuk
kemampuan dan biasanya diartikan sebagai kemampuan yang dapat
dikembangkaan sepenuhnya di masa yang akan datang apabila kondisi latihan
dilakukan secara optimal. Dalam praktik kapasitas seseorang jarang tercapai.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bakat adalah kemampuan
alamiah yang merupakan potensi untuk memperoleh pengetahuan atau

14

keterampilan, yang relatif bisa bersifat umum (misalnya bakat intelektual
umum) atau khusus (bakat akademis khusus).
Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu korelasi antara bakat
menggambar dengan motivasi belajar siswa, maka tinjauan pustaka pada
penelitian ini akan membahas lebih lanjut tentang bakat khusus. Karena bakat
menggambar merupakan bakat khusus.

2.1.2 Pengertian Bakat Khusus
Pengertian bakat khusus menurut beberapa ahli diantaranya sebagai
berikut:
1) Bingham 1937 (Saparinah Sadli, 1986: 63)
Bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang dengan suatu latihan
khusus memungkinkannya mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, dan
keterampilan khusus. Misalnya, kemampuan berbahasa, kemampuan
bermain musik dan lain-lain.

2) Freeman (Pudjiono, 1982: 62)
Bakat khusus adalah kombinasi karakteristik yang menunjukkan
kecakapan seseorang individu untuk memperoleh (dengan latihan)
pengetahuan khusus, keterampilan, atau sekumpulan respon literatur,
seperti: kecakapan berbahasa, menjadi musikus, melakukan pekerjaan
mekanis.

3) Pudjiono (1982: 65)
Bakat khusus adalah suatu kondisi seseorang yang bersifat individual
yang memungkinkan dirinya dengan suatu latihan khusus dapat mencapai
suatu kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan khusus.
Bakat khusus merupakan produk atau interaksi dari faktor keturunan
dan faktor lingkungan unconditional.
Apa yang dibawa individu sejak lahir dan apa-apa yang diperolehnya
dari lingkungan sebagai pengaruh itu membuat individu memiliki ciri-ciri

15

khusus dalam kecakapan potensialnya yang dinamakan bakat khusus atau
differential aptitude.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa pendapat tentang
pengertian bakat khusus di atas ialah bahwa bakat khusus merupakan suatu
kondisi tertentu yang ada dalam individu sehingga dengan suatu latihan
tertentu akan dengan lebih mudah memperoleh keterampilan tertentu pula.

2.1.3 Pengembangan Bakat dalam Proses Belajar
Bakat yang dimiliki setiap individu masing-masing berbeda dalam
bidang dan derajatnya. Dua orang bisa sama-sama memiliki bakat melukis,
tetapi yang satu lebih menonjol dari pada yang lain. Individu tertentu dapat
mempunyai bakat dalam bekerja dengan angka-angka, dan yang lain berbakat
menulis, dan masih banyak lagi contoh lain.
Bakat dapat segera nampak dan berkembang, atau sebaliknya juga
hanya bersifat potensial dan nampak dalam kualitas tingkah laku tertentu. Hal
ini dapat bergantung pada individu itu sendiri atau lingkungannya.
Suatu bakat tidak dapat berkembang, karena misalnya individu tersebut
kurang berminat untuk mengembangkan bakat yang dimiliki, bakat juga dapat
tidak berkembang karena kondisi lingkungan tidak mendukung. Lingkungan
ini dapat berupa lingkungan keluarga dan latar belakang ekonomi dan
sosialnya, lingkungan belajar di kampus, dan lingkungan masyarakat.
Dengan demikian pengembangan bakat dalam kaitan dengan proses
belajar, ditentukan oleh faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, yang harus

16

dikondisikan agar mendukung pengembangan bakat yang optimal, sehingga
tercapai motivasi belajar yang baik dari setiap individu.
Bakat menurut Conny Semiawan dkk. (1984: 5):
Kemampuan intelektual umum
Kemampuan akademik khusus
Kemampuan berfikir secara kreatif produktif
Kemampuan dalam salah satu bidang seni
Kemampuan psikomotorik/kinestetik
Kemampuan psikososial atau bakat kepemimpinan
Renzulli (Conny Semiawan, 1984: 6), berdasarkan hasil penelitian
mengungkapkan bahwa bakat seseorang ditentukan oleh tiga kelompok ciri-
ciri, yaitu:
1) Kemampuan di atas rata-rata
2) Kreatifitas
3) Tanggung jawab terhadap tugas
Sejauh mana seseorang dapat disebut berbakat pada bidang-bidang
tertentu bergantung dari saling keterkaitan antara ketiga kelompok ciri
tersebut. Setiap kelompok memiliki peran yang sama-sama menentukan
keberbakatan seseorang.
Ketiga kelompok di atas didefinisikan dan dirinci oleh Conny
Semiawan (1984: 7), sebagai berikut:

17

Kemampuan di atas rata-rata tidak berarti bahwa kemampuan itu harus
unggul. Yang pokok ialah bahwa kemampuan itu harus cukup diimbangi oleh
kreatifitas dan tanggung jawab terhadap tugas.
Kreatifitas ialah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru
dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Kreatifitas meliputi baik ciri-
ciri aptitude seperti kelancaran, keluwesan, keaslian dalam pemikiran, maupun
ciri-ciri non aptitude, seperti rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan,
dan selalu ingin mencari pengalaman baru.
Tanggung jawab atau pengikatan diri terhadap tugas menunjuk kepada
semangat dan motivasi untuk mengerjakan dan menyelesaikan suatu tugas.
Suatu pengikatan diri dari dalam, bukan tanggung jawab yang diterima dari
luar.

2.1.4 Pengukuran Bakat Khusus
Untuk mengetahui bagaimana seseorang di dalam situasi-situasi yang
khusus, cara pemikiran yang khusus, bekerja fungsi kognitif tertentu, atau
pendekatan kepribadian tertentu, diperlukan alat pengukur kemampuan lain
yang dapat menggambarkan faktor khusus tadi.
Alat pengukur kemampuan yang dapat menggambarkan faktor-faktor
khusus adalah tes bakat. Ditinjau dari segi cara berfungsinya alat tes, maka
dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu:

18

1) Tes bakat yang mengungkapkan tentang kemahiran atau kemampuan
mengenai bidang pekerjaan yang khusus, misalnya tes bakat tentang
musik.
2) Tes bakat khusus tertentu yang diperlukan sebagai perantara untuk
merealisir kemampuan tertentu, misalnya tes bakat melihat ruang
(dimensi) yang diperlukan untuk merealisir bakat keteknikan dan
penggambaran.
Macam-macam alat tes bakat yang umum dipakai pada prinsipnya
terdiri dari :
1) Multiple Aptitude Batteries; tes bakat yang mengukur kemampuan-
kemampuan:
a) Kemampuan berfikir verbal
b) Kemampuan berhitung
c) Kemampuan berfikir abstrak non verbal
d) Kemampuan mekanik
e) Kemampuan pandang/melihat ruang
f) Kemampuan memahami ejaan
g) Kemampuan tata bahasa
h) Kecepatan dan ketelitian klerika.
Contoh alat tes bakat dari kelompok di atas adalah:
a) Differential Aptitude Test (DAT).
b) General Aptitude Batteries Test (GABT)
c) Flanagan Aptitude Classification Test.

19

2) Special Aptitude Test (Single Aptitude Test), tes yang hanya mengukur satu
bakat khusus tertentu, misalnya: Tes Bakat Musik, Tes Bakat Mekanik,
Tes Bakat Seni dll.
Dari beberapa macam alat tes bakat di atas, alat tes bakat yang dipakai
pada penelitian ini adalah Special Aptitude Test (Single Aptitude Test).

2.1.5 Kegunaan Tes Bakat Khusus
Tes bakat khusus pada hakikatnya burtujuan untuk membantu
merencanakan dan membuat keputusan mengenai pilihan pendidikan serta
pekerjaan. Dengan mengetahui hasil tes bakat, minimal akan memperoleh
kejelasan gambaran mengenai kemampuan seseorang dalam berbagai bidang.
Seperti dikemukakan sebelumnya bahwa tes bakat hendaknya dijadikan
sebagai informasi kemampuan, dan bukannya sebagai penetapan keputusan
mutlak.
Mengenai tes bakat Anggadewi Moesono (Saparinah Sadli, 1986: 69)
berpendapat bahwa: Tes bakat tidak dapat menentukan dengan mutlak
pekerjaan atau karier apa yang harus dijalani, dan juga tidak memberikan
jawaban atas pertanyaan yang sangat khusus tentang pekerjaan tertentu.
Sementara itu Pudjiono (1982: 67-68) telah mengungkapkan kegunaan tes
bakat khusus sebagai berikut:
1) Dapat membantu dalam merencanakan dan membuat keputusan mengenai
pilihan gugus (jurusan belajar) dan pekerjaan.

20

2) Dapat menggambarkan kekuatan dan kelemahan individu (siswa) dalam
beberapa kemampuan tertentu (khusus).
3) Tes ini dapat membantu menilai kesesuaian dari program pengajaran
dengan melihat kecenderungan kekuatan kemampuan seseorang.

2.1.6 Aplikasi Bakat Khusus pada SMK Rumpun Bangunan
Pendidikan di SMK, khususnya untuk rumpun bangunan, faktor bakat
setidaknya sudah harus diperhitungkan. Hal ini mengingat bahwa pendidikan
di SMK sudah mengarah kepada usaha penentuan profesi masa depan siswa,
dan hal ini dengan sendirinya sudah menuntut keselarasan antara bidang
profesi dengan bakat individu.
Mengingat bahwa pendidikan di SMK Rumpun Bangunan itu ruang
lingkup materi pelajarannya berkisar pada pekerjaan menggambar dan
perhitungan, maka sudah selayaknya ada suatu pengamatan khusus pada anak
didik, terutama dalam hal bakat menggambar dan perhitungan tadi. Menyimak
kepada teori kemampuan primer yang merupakan cikal bakal lahirnya teori
bakat khusus, maka bakat anak didik dalam menggambar dan perhitungan atas
dasar teori tersebut kiranya dapat dideteksi secara lebih lanjut.
Bakat siswa dalam menggambar yang berkaitan dengan gambar
bangunan dapat dideteksi dari bakat tilikan ruangnya, dalam hal ini Dewa
Ketut Sukardi mengatakan sebagai berikut:
Bagi siswa yang memiliki skor tinggi dalam test tilikan ruang akan
melihat rencana-rencana suatu rumah/jembatan sebagai rumah atau jembatan

21

yang sudah selesai, tetapi bagi orang yang memiliki kemampuan dalam tilikan
ruang yang rendah, rencana-rencana rumah dari arsitektur ataupun rencana-
rencana mesin dari insinyur mesin dan rencana-rencana lainnya mungkin tidak
nampak apa-apa bagi orang itu kecuali sebagai suatu gambar yang datar saja.
Siswa-siswa yang memperoleh skor dengan baik dalam tes ini kemungkinan
cocok untuk bekerja dalam lapangan pekerjaan seperti: perancangan pakaian,
arsitektur, kontruksi bangunan, membuat bagan, dan pekerjaan lain yang
berkaitan dengan seni dan dekorasi (Dewa Ketut Sukardi, 1985: 167).
Bertitik tolak dari pendapat di atas, maka kiranya sudah sewajarnya
ada penelitian ke arah tersebut. Sampai seberapa besar korelasi antara faktor
bakat khusus tilikan ruang terhadap motivasi belajar siswa, adalah merupakan
bahan telaahan yang akan diungkap dalam penelitian ini khususnya dalam
korelasinya terhadap motivasi belajar siswa Teknik Gambar Bangunan pada
mata diklat menggambar teknik SMK Negeri 5 Bandung.

2.2 Teori dan Konsep Motivasi Belajar
2.2.1 Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata dasar motif yang memiliki arti segala
sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan suatu
tindakan/perbuatan. Apa saja yang diperbuat manusia, yang penting maupun
kurang penting, yang berbahaya maupun yang tidak mengandung risiko, selalu
ada motivasinya.

22

Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) bahwa: Motif
adakah kata benda yang artinya pendorong, sedangkan motivasi adalah kata
kerja yang artinya mendorong. Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan oleh
para ahli sebagai berikut:
1) Sadirman A. M. (1988: 73)
Motif adalah daya upaya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari
dalam diri dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu dami mencapai suatu tujuan. Moti juga dapat diartikan sebagai
suatu kondisi intern (kesiapsiagaan).
Motivasi adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif.
Motivasi dapat juga dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin
melakukan sesuatu.

2) Fauzi, A. (1997: 60)
Motif dan motivasi merupakan dua hal yang berbeda, di mana
motif adalah rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga bagi terjadinya
suatu tingkah laku.
Motivasi merupakan seluruh proses gerakan, termasuk situasi
yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku
yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir dari gerakan
atau perbuatan.

3) Usman, A. (1997:28)
Motif adalah daya dalam diri seseorang untuk mendorongnya
melakukan sesuatu atau keadaan seseorang atau organism yang
menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau
perbuatan.
Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif
menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan atau keadaan dalam diri seseorang yang mendorong
tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.


23

Dari berbagai definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motif
dalam diri individu dirasakan melalui suatu kebutuhan atau suatu dorongan.
Motif-motif tersebut diproses menjadi sebuah motivasi dan akan aktif
manakala individu tersebut mempunyai keinginan berbuat untuk memenuhi
kebutuhannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkah laku seseorang
dipengaruhi oleh motivasi. Dalam arti bahwa seseorang bertingkah
laku/bertindak pada umumnya karena ada sesuatu yang ingin diraih, dicapai
atau dikehendaki.
Sementara untuk pengertian motivasi belajar, berikut ini beberapa
pendapat ahli mengenai motivasi belajar:
1) Sardiman, A. M. (1999: 75)
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan
dari kegiatan belajar dan member arah pada kegiatan belajar, sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

2) Prayitno, E. (1989: 8)
motivasi belajar tidak hanya merupakan suatu energi yang
menggerakkan siswa untuk belajar, tetapi juga sesuatu yang mengarahkan
aktivitas siswa kepada tujuan belajar.

Berdasarkan beberapa pendapa-pendapat di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwa motivasi belajar adalah dorongan atau kekuatan dlam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan serta arah belajar untuk mencapai tujuan
yang dikehendaki siswa.


24

2.2.2 Klasifikasi Motif dan Motivasi
a. Klasifikasi Motif
Dikutip dari Makmun, A. S. (2002: 37-38)
Atas dasar sumber dan proses perkembangannya, terjadi penggunaan
berbagai macam istilah yang sering dipertukarkan (interchangeable).
Untuk keperluan studi psikologis telah diadakan penertiban dengan
diadakan penggolongannya, antara lain sebagai berikut:
1) Motif primer (primary motive) atau motif dasar (basic motive) motif
yang tidak dipelajari (unlearned motive) yang untuk ini sering juga
digunakan istilah dorongan (drive).
Macam-macam motif ini:
Dorongan fisiologis (physiological drive) yang bersumber pada
kebutuhan organis yang mencakup antara lain lapar, haus,
pernapasan, seks, kegiatan, dan istirahat. Untuk menjamin
kelangsungan hidup organis diperlukan pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan tersebut sehingga dicapai keadaan fisik yang seimbang;
Dorongan umum (morgans general drive) dan motif darurat
(wodworths emergency motive), termasuk di dalamnya dorongan
takut, kasih sayang, kegiatan, kekaguman, dan ingin tahu; dalam
hubungannya dengan rangsangan dari luar, termasuk dorongan
untuk melarikan diri, menyerang, berusaha, dan mengejar dalam
rangka mempertahankan dan menyelamatkan dirinya.

25

Motif-motif yang termasuk dalam kategori primer tersebut pada
umumnya terjadi secara natural dan instinktif.

2) Motif sekunder (secondary motives) motif yang berkembang dalam
diri individu karena pengalaman, dan dipelajari (conditioning and
reinforcement).
Macam-macam motif ini yaitu:
Takut yang dipelajari
Motif-motif sosial (ingin diterima, dihargai, konformitas, afiliasi,
persetujuan, status, merasa aman, dan sebagainya);
Motif-motif objektif dan interest (eksplorasi, manipulasi, minat);
Maksud dan aspirasi;
Motif berprestasi.

b. Klasifikasi Motivasi
Motivasi diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Motivasi intrinsik, yaitu keinginan untuk bertindak yang disebabkan
oleh faktor pendorong dari dalam diri individu itu sendiri, seperti
pengalaman, sikap, kepribadian, pendidikan, atau harapan mencapai
masa depan;
2) Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang keberadaannya karena
pengaruh rangsangan dari luar.

26

Dikutip dari Harsono (Nuraini, H. W., 2007: 26), mengenai gambaran
motivsi ekstrinsik, yaitu:
misalnya seseorang terdorong untuk berusaha atau berprestasi
disebabkan karena (a) menariknya hadiah-hadiah yang dijanjikan
kepadanya, (b) karena akan dipuji orang, (c) karena ingin mendapat
status di masyarakat, dan sebagainya.

Dikutip dari Nuraini, H. W. (2007: 25-26):
Aktivitas yang terdorong oleh motivasi intrinsik biasanya
bertahan lebih lama dibandingkan dengan aktivitas yang terdorong
oleh motivasi ekstrinsik. Akan tetapi, motivasi intrinsik sering kali
tidak ada atau sukar ditumbuhkan dalam diri siswa. Dalam keadaan
demikian, perlu ditumbuhkan motivasi ekstrinsik pada diri siswa.
Meskipun terkadang kurang efektif hasilnya, namun setidaknya ada
suatu motivasi atau dorongan untuk melakukan sesuatu, dan hal ini
lebih baik dari pada tidak sama sekali.

Dalam penelitian ini, jenis motivasi yang akan diteliti adalah
motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang datang dalam diri siswa. Sejauh
mana siswa tersebut terdorong untuk melakukan sesuatu dalam kegiatan
belajar (motivasi belajar yang tumbuh dalam diri siswa) yang dipengaruhi
oleh bakat siswa.

2.2.3 Cara Pengukuran Motivasi
Pada dasarnya suatu motivasi tidak dapat diukur dan diamati secara
langsung, akan tetapi motivasi dapat diukur dan diamati melalui fenomena
yang tampak dan tingkah laku yang didorong oleh motivasi, atau melalui hal
yang menunjukkan adanya motivasi tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat
Harsono (1988: 255), sebagai berikut:

27

Motivasi sendiri adalah wujud yang tidak Nampak pada orang dan
tidak bisa diamati secara langsung. Yang dapat kita amati adalah tingkah
lakunya yang merupakan akibat atau manifestasi dari adanya motivasi pada
seseorang.

Martin Handoko (Detiawati, W., 2007: 30-31) mengatakan bahwa pada
umumnya ada dua cara untuk mengukur motivasi, yaitu:
1) Mengukur faktor-faktor luar tertentu yang diduga menimbulkan dorongan
dalam diri seseorang.
2) Mengukur aspek-aspek tingkah laku tertentu yang mungkin menjadi
ungkapan dari motif tersebut.
Menurut Makmun, A. S. (2002: 40-41) bahwa motivasi itu merupakan
suatu kekuatan, namun tidaklah merupakan suatu substansi yang dapat kita
amati. Yang dapat kita lakukan adalah mengidentifikasi beberapa indikatornya
dalam term-term tertentu, antara lain:
1) Durasi kegiatan (berapa lama kemampuan penggunaan waktunya untuk
melakukan kegiatan);
2) Frekuensi kegiatan (berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu
tertentu);
3) Persistensinya (ketepatan dan kelekatannya) pada tujuan kegiatan;
4) Ketabahan, keuletan, dan kemampuannya dalam menghayati rintangan dan
kesulitan untuk mencapai tujuan;
5) Devosi (pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga, pikiran, bahkan
jiwanya atau nyawanya) untuk mencapai tujuan;

28

6) Tingkatan aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran, atau target, dan
idolanya) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;
7) Tingkatan kualifikasi prestasi dan produk atau output yang dicapai dari
kegiatannya (berupa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak);
8) Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (like or dislike; positif atau
negatif).
Dengan memperhatikan indikator-indikator tersebut di atas, berbagai
teknik pendekatan dan pengukuran tertentu dapat dipergunakan, antara lain:
1) Tes tindakan (performance test) disertai observasi untuk memperoleh
informasi dan data mengenai persistensi, keuletan, ketabahan, dan
kemampuan menghadapi masalah, durasi dan frekuensinya: dalam hal ini
berbagai eksperimen dapat dilakukan;
2) Kuesioner dan inventori terhadap subjeknya untuk mendapat informasi
tentang devosi dan pengorbanannya, aspirasinya;
3) Mengarang bebas untuk mengetahui cita-cita dan aspirasinya;
4) Tes prestasi dan skala sikap untuk mengetahui kualifikasi dan arah
sikapnya.
Seperti yang telah dipaparkan, cara untuk mengukur motivasi yang
akan dikaji dalam penelitian ini adalah dengan cara mengukur aspek-aspek
tingkah laku tertentu yang mungkin menjadi ungkapan dari motif tertentu,
dengan menggunakan teknik skala sikap untuk mengetahui kualifikasi dan
arah sikapnya.

29

Motivasi dalam penelitian ini merupakan daya atau kekuatan yang
timbul dari dalam diri siswa (motivasi intrinsik) yang dipengaruhi oleh bakat
yang menjadi rangsangan dalam diri siswa. Berdasarkan hal tersebut, secara
operasional motivasi belajar dalam penelitian ini adalah respon siswa terhadap
sejumlah pernyataan mengenai keseluruhan usaha yang timbul dari dalam diri
siswa yang dipengaruhi oleh bakat agar tumbuh dorongan untuk belajar.
Berdasarkan indikator yang dipaparkan oleh Makmun, A. S. dan kutipan
Riduwan di atas, untuk kepentingan penelitian dilakukan penyesuaian aspek-
aspek yang akan diungkap dalam penelitian ini dengan kajian motivasi yang
akan diteliti.

Anda mungkin juga menyukai