Anda di halaman 1dari 3

Terjemah Thuruq Fahm al-Hadits

Oleh: Mochammad Sabilil Muttaqin



C. Memainkan Rebana Saat Pernikahan
Al-Imam al-Tirmidzi rahimahullah meriwayatkan dalam Kitab Sunannya:
dari Aisyah r.a. berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Umumkanlah nikah, adakanlah di masjid, dan mainkanlah rebana untuk


mengumumkannya." Al-Tirmidzi berkata: Hadis ini hasan gharib.
Hadis serupa juga diriwayatkan dari Muhammad bin Khatib al-Jumahi, ia
berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda:
.

"Perbedaan antara yang diharamkan (zina) dan yang dihalalkan


(pernikahan) ialah dengan memainkan rebana dan suara." al-Tirmidzi berkata:
Hadis ini hasan.
Tidak diragukan lagi, bahwasannya hadis-hadis tentang memainkan rebana
saat pernikahan dapat dijadikan hujjah meskipun sebagian diantaranya dhaif. Al-
Imam al-Kahlani (w.1182 H) berkata dalam Subulussalam, hadis-hadis tersebut
menunjukkan perintah untuk mengumumkan nikah. Mengumumkan itu lawan dari
merahasiakan. Hadis ini menunjukkan atas perintah untuk memainkan ghirbal, atau
rebana. Hadis-hadis yang berkaitan dengan rebana banyak. Meskipun didalamnya
banyak yang mengkritik, namun hadis satu dengan hadis yang lain saling
menguatkan. Hadis ini juga menunjukkan disyariatkannya bermain rebana atau alat
musik karena perbuatan tersebut lebih bisa menyampaikan pengumuman daripada
tidak memainkannya. Jika ada perintah (amr) maka bermakna wajib. Tetapi
mungkin tidak ada ulama yang mengatakan bahwa memainkan rebana hukumnya
wajib. Maka hukumnya adalah sunah, dengan syarat tidak diiringi dengan sesuatu
yang diharamkan.
Ya, sebagaimana yang dikatakan al-Imam al-Kahlani, memainkan rebana
bukanlah sesuatu yang wajib dan tidak ada satu pendapat pun yang mewajibkannya.
Adapun hukumnya sunnah saja, karena yang diperintahkan adalah
mengumumkannya. Jika kita berkata bahwa memainkan rebana adalah sunah,
apakah dalam mengumumkan harus dengan memainkan rebana, atau boleh dengan
perantara lain? Jelas, dalam mengumumkan nikah boleh dengan sesuatu yang lain
selain memainkan rebana, karena rebana merupakan salah satu gambaran alat
musik pada masa Nabi sesuai adat arab. Memainkan rebana bukan termasuk dari
perkara agama, namun merupakan tradisi masyarakat arab pada masa itu. Maka dari
itu, boleh mengumumkan pernikahan dengan sesuatu yang lain, sesuai dengan
tradisi masyarakat setempat dengan syarat tidak boleh diiringi dengan sesuatu yang
diharamkan. Wallahu alam.

D. Kriteria Agama dan Tradisi
Jika terjadi hal-hal demikian, maka apa yang menjadi kriteria agama dan
budaya pada masa Nabi sehingga kita bisa membedakan diantara keduanya,
kemudian kita bisa mengambil yang wajib dan bisa meninggalkan apa yang tidak
wajib dari hadis tersebut?. Pendapat kami:
1. Jika termasuk perkara agama, maka diterapkan oleh Nabi, atau diterapkan oleh
orang-orang islam saja. Berbeda dengan budaya, bisa diterapkan oleh orang-
orang muslim dan nonmuslim. Misalnya serban. Serban merupakan tradisi
orang arab bahkan selain orang arab, maka bisa digunakan oleh orang muslim
dan nonmuslim. Adapun hijab islami dipakai oleh orang-orang islam saja.
Maka dapat disimpulkan, serban termasuk tradisi, sedangkan hijab islami
termasuk perkara agama.
2. Terkadang sebagian tradisi sudah ada sebelum islam datang. Misalnya
memanjangkan sedikit rambut kepala, dan terus ada setelah datangnya islam.
Adapun perkara agama atau hukum islam itu ada setelah datangnya islam.
Maka wajib mengikuti apa yang datang dari Nabi s.a.w. yang berkenaan dalam
hal agama, dan tidak wajib mengikuti apa yang datang dari Nabi s.a.w., jika
bukan berkenaan dengan agama.
3. Terkadang sebagian tradisi telah ada sebelum datangnya islam kemudian
datang wahyu dari Allah Taala yang memerintahkan orang-orang islam untuk
meneruskan tradisi itu. Maka, hal tersebut menjadi syariat dalam islam setelah
datangnya wahyu. Seperti haji dan penerapan bulan-bulan Qamariyah. Adapun
sebelum datangnya islam, haji merupakan gambaran dari tradisi yang
diwariskan pada masa jahiliyah dari syariat Nabi Ibrahim a.s. Kemudian islam
datang dan menetapkan hal itu, maka haji menjadi salah satu bagian dari
syariat islam. Jika orang-orang islam melaksanakan haji atau menerapkan
bulan-bulan Qamariyah, maka mereka tidak termasuk mengamalkan tradisi
jahiliyah, melainkan mengamalkan syariat islam. Wallahu alam
Sungguh indah kalimat al-Imam Muslim rahimahullah (w. 256 H.) dalam
berkata: Bab wajibnya mengikuti perkataan Nabi s.a.w. dalam hal syariat,
bukan sesuatu yang Nabi ucapkan mengenai perkara-perkara dunia atas dasar
pemikiran beliau sendiri. Pernyatan tersebut juga dikuatkan oleh al-Imam al-
Nawawi (w. 676 H.). Dalam perkara ini, tidak ada yang menyelisihi baik
ulama dahulu hingga ulama sekarang, maka hal tersebut telah menjadi suatu
bentuk ijma ulama. Wallahu Alam.

Anda mungkin juga menyukai