Anda di halaman 1dari 8

KELOMPOK 4

-Amri Firman Tomi (2032022018)


-Muhammad Haikal Tawakal (2032022025)
jj

Ushul Fiqh

Judul: URF
Definisi ‘Urf (Adat Istiadat)

 ‘Urf secara etimolgi berarti “sesuatu yang dipandang baik dan diterima
oleh akal sehat”. Secara terminologi, “urf adalah “sesuatu yang tidak
asing lagi bagi suatu masyarakat karena telah menjadi kebiasaan dan
menyatu dengan kehidupan mereka baik berupa perbuatan atau
perkataan”

 Contoh ‘Urf berupa perbuatan seperti kebiasaan di masyarakat dalam


melakukan jual beli kebutuhan ringan dengan hanya menerima barang
dan menyerahkan pembayaran harga tanpa mengucapkan ijab-qabul

 Contoh ‘Urf berupa perkataan seperti kebiasaan di masyarakat Arab


tentang kemutlakan lafaz al-walad (anak kecil) atas anak laki-laki bukan
perempuan, juga kebiasaan untuk tidak menggunakan lafaz al-lahm
(daging) kepada jenis samak (ikan)
Macam-macam ‘Urf (Adat)

 Al-’Urf al-’am yaitu adat kebiasaan mayoritas dari berbagai


negeri di satu masa. Seperti ucapan engkau telah haram aku
gauli sebagai ucapan talak kepada istri

 Al-’Urf al-Khash yaitu adat yang berlaku pada masyarakat atau


negeri tertentu. Seperti kebiasaan masyarakat Irak
menggunakan kata al_dabbah hanya kepada kuda

 Adat yang benar (shahih) yaitu suatu hal yang baik menjadi
kebiasaan suatu masyarakat, seperti anggapan bahwa apa yang
diberikan pihak laki-laki kepada calon istri ketika khitbah
dianggap hadiah, bukan mahar

 Adat yang salah (fasid) yaitu sesuatu yang menjadi adat yang
diharamkan Allah atau sebaliknya. Seperti tari perut di Mesir
saat pesta perkawinan
Keabsahan ‘Urf Sebagai Dalil

 QS.Al-A’raf: 199
Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan
yang makruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang

bodoh. Ayat tersebut dipahami oleh para ulama sebagai


perintah untuk mengerjakan sesuatu yang dianggap baik
sehingga telah menjadi tradisi dalam suatu masyarakat
 Para ulama sepakat menolak ‘urf fasid untuk dijadikan
landasan hukum.
 Mazhab yang dikenal banyak menggunakan ‘urf sebagai
landasan hukum adalah kalangan Hanafiah dan Malikiyah,
selanjutnya baru kalangan Hanabilah dan Syafi’iyah.
 Imam Malik mendasarkan sebagian besar hukumnya kepada
perbuatan penduduk Madinah (ketika itu). Imam Syafi’I
ketika hijrah ke Mesir mengubah sebagian pendaatnya
tentang hukum yang telah dikeluarkannya ketika di Baghhad
karena perbedaan ‘urf, sehingga dalam mazhab syafi’I
dikenal istilah qaul qadim danqaul jadid
Syarat–syarat ‘Urf
‘Urf baru bisa dijadikan landasan humum jika:
 ‘Urf itu termasuk ‘urf yang shahih, tidak bertentangan dengan Quran dan sunnah.
 ‘Urf itu harus bersifat umum, minimal telah menjadi kebiasaan mayoritas penduduk
setempat.
 ‘Urf itu harus sudah ada ketika terjadinya suatu peristiwa yang akan dilandaskan kepada
‘urf tersebut. Misalnya, seseorang mewakafkan hasil kebunnya kepada ulama, yang
dimaksud ulama ketika itu hanyalah orang yang punya pengetahuan agama tanpa ada
persyaratan wakaf itu harus diartikan dengan pengertian yang sudah dikenal umum,
bukan istilah ulama yang populer kemudian stelah ikrar wakaf terjadi, harus punya
ijazah.
 Tidak ada ketegasan dari pihak-pihak terkait yang berlainan dengan kehendak ‘urf
tersebut , sebab jika kedua belah pihak yang berakad telah sepakat untuk tidak terikat
dengan kebiasaan yang berlaku umum, maka yang dipegang adalah ketegasan itu,
bukan ‘urf.
Kaidah yang berlaku bagi ‘Urf
 Hukum yang pada mulanya dibentuk oleh mujtahid
berdasarkan ‘urf , akan berubah jika’ urf itu berubah.
 Contoh yang disandarkan kepada ‘urf, QS. Al-Baqarah:
233

Ayat tersebut tidak menjelaskan berapa kadar nafkah


yang harus diberikan seorang ayah kepada para ibu dari
anak-anak.untuk memastikannya , perlu merujuk kepada
adat yang berlaku dalam satu masyarakat diama ia
berada.
SYAR’U MAN QABLANA
 Yaitu sayri’at atau ajaran nabi-bani sebelum islam yang berhubungan
dengan hukum , seperti syari’at Nabi Ibrahim, Nabi Musa , Nabi Isa.
Apakah syariat-syariat yang diturunkan kepada mereka itu berlaku
pula bagi umat Nabi Muhammad Saw.
 Para ulama ushul Fiqh sepakat bahwa syariat para Nabi terdahulu
yang tidak tercantum dalam Quran dan Sunnah Rasul Saw, tidak
berlaku lagi bagi umat islam. Karena kedatangan syariat islam telah
mengakhiri berlakunya syariat terdahulu.
 Para ulama juga sepkat bahwa syariat sebelmum islam yang
dicantumkan dalam al-Quran adalah berlaku bagi umat jika ada
ketegasan bahwa syariat itu berlaku bagi umat Nabi Muhammad
Saw. Contoh: Syariat puasa, QS. Al-Baqarah: 183
Pembagian Ur’f
 Urf Shahih Khas
 Urf Fasidah
 Urf Qauli
 Urf Amaly
 Urf Khas
 Urf Alu

Syarat Ur’f
 Tidak berlaku secara umum
 Tidak bertentangan dengan syariat
 Tidak menimbulkan kerugian

Anda mungkin juga menyukai