Anda di halaman 1dari 8

AL- ‘URF

Dalil Ijtihad
Yang Tidak
Disepakati
Dr. Kurniati, S.Ag., M.H.I.

1. Pengertian ‘Urf

’Urf ialah sesuatu yang telah dikenal oleh masyarakat


dan merupakan kebiasaan dikalangan mereka baik berupa
perkataan maupun perbuatan. sebagian ulama usul qh, ’urf
disebut adat, atau adat kebiasaan. Sekalipun dalam pengertian
istilah tidak ada perbedaan antara ’urf dengan adat (adat
kebiasaan). Dalam istilah hampir tidak ada perbedaan
pengertian antara 'urf dan adat, namun dalam pemahaman
dapat diartikan bahwa pengertian ‘urf lebih umum
dibandingkan dengan pengertian adat, karena adat disamping
telah dikenal oleh masyarakat, juga telah biasa dikerjakan
oleh kalangan masyarakat. Adat merupakan hukuman tidak
tertulis, sehingga ada sanksi-sanksi terhadap orang yang
melanggarnya.
Dalam praktik, seperti dalam akad salam (jual-beli
dengan pesanan) yang tidak memenuhi syarat jual-beli.
Menurut syarat jual-beli, saat dilangsungkan transaksi pihak
pembeli telah dapat menerima barang dari pihak penjual yang
telah menerima uang penjualan barangnya. Sedang pada akad
salam barang yang akan dibeli itu belum ada wujudnya saat
akad jual-beli dilakukan. Barang baru ada dalam bentuk
gambaran saja.
Tetapi, hal ini telah menjadi adat dan kebiasaan dalam
masyarakat, bahkan dapat memperlancar arus jual-beli, maka
akad salam itu dibolehkan. Dilihat sepintas lalu, seakan ada
persamaan antara ijma’ dengan 'urf, karena keduanya sama-

fi
sama ditetapkan secara kesepakatan dan tidak ada yang
menyalahinya.
Perbedaannya ialah pada ijma’ ada suatu peristiwa atau
kejadian yang perlu ditetapkan hukumnya karena saat itu para
mujtahid membahas dan menyatakan pendapat kemudian
ternyata pendapatnya sama. Sedang pada 'urf bahwa telah
terjadi suatu peristiwa atau kejadian, kemudian seorang atau
beberapa orang anggota masyarakat menetapkan pendapat
dan melaksanakannya.
Hal ini dipandang baik oleh anggota masyarakat lain,
kemudian mereka mengerjakannya pula. Dengan proses yang
lama, mereka terbiasa mengerjakannya sehingga merupakan
hukum tidak tertulis yang telah berlaku diantara mereka. Pada
ijma', masyarakat melaksanakan suatu pendapat dari para
mujtahid yang telah menyepakatinya. Sedang pada ‘urf,
masyarakat mengerjakannya karena mereka telah biasa
mengerjakannnya dan memandangnya baik.

2. Macam-macam
‘Urf

‘Urf dapat dibagi atas beberapa bagian. Ditinjau dari


segi sifatnya, ‘urf terbagi atas:
a. ‘Urf qauli, ialah 'urf berupa perkataan, seperti
perkataan al-walad, menurut bahasa berarti seorang
anak, termasuk di dalamnya anak laki-laki dan anak
perempuan. Tetapi, dalam percakapan sehari-hari biasa
diartikan dengan anak laki-laki saja. Lahmun (daging),
menurut bahasa artinya daging, termasuk di dalamnya
segala macam daging, seperti daging hewan darat dan
daging ikan. Dalam percakapan seharihari hanya
dipakai daging hewan darat/ternak saja, tidak termasuk
di dalamnya daging ikan.
b. ‘Urf amali, ialah 'urf berupa perbuatan/tindakan.
Seperti kebiasaan jual-beli dalam masyarakat tanpa
mengucapkan sighat akad jual-beli. Padahal menurut
shara', sighatjual-beli itu merupakan salah satu rukun
jual-beli. Tetapi, karena telah menjadi kebiasaan dalam
masyarakat melakukan jual-beli tanpa sighat jual-beli
dan tidak terjadi hal-hal yang merugikan, maka shara'
membolehkannya. Hal ini praktik dalam penjualan di
pasar modern, mall, dan hypermarket, yang disebut
bay’ al-mu’atah.

Ditinjau dari segi diterima atau tidaknya 'urf, terbagi


atas:
a. ‘urf sahih, ialah 'urf yang baik dan dapat diterima
karena tidak bertentangan dengan shara'. Seperti
mengadakan pertunangan sebelum melangsungkan
akad nikah. Hal ini dipandang baik, telah menjadi
kebiasaan dalam masyarakat dan tidak bertentangan
dengan shara’.
b. ‘urf fasid, ialah 'urf yang tidak baik dan tidak dapat
diterima, karena bertentangan dengan shara'. Seperti
kebiasaan mengadakan sesajen untuk sebuah patung
atau tempat yang dipandang keramat. Hal ini tidak
dapat diterima, karena berlawanan dengan tauhid yang
diajarkan agama Islam. Hari valentine day dengan
makna cumbu rayu bukan suami isteri.

Ditinjau dari segi ruang lingkup berlakunya, 'urf


terbagi kepada:
1. 'Urf 'Am, ialah 'urf yang berlaku pada semua tempat,
lokasi dan keadaan. Seperti memberikan hadiah (tip)
kepada orang memberikan jasa kepada kita,
mengucapkan terima kasih pada orang yang telah
membantu kita dan sebagainya.
Pengertian memberi hadiah disini dikecualikan
bagi orang-orang yang menjadi tugas kewajibannya
memberikan layanan dan jasa itu. Dia telah
memperoleh imbalan jasa/gaji berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang ada. Misalnya, hubungan
penguasa/pejabat dan karyawan pemerintah dalam
urusan yang menjadi tugas kewajibannya dengan
rakyat/anggota masyarakat yang dilayani. Seperti
ditegaskan oleh hadis Nabi Muhammad Saw: ”
Barangsiapa telah memberikan shafa'at (jasa) kepada

saudaranya berupa satu shafa'at (jasa), maka orang itu


memberinya satu hadiah lantas hadiah itu diterima,
maka perbuatannya itu berarti ia telah memasuki satu
pintu yang besar dari pintu-pintu riba”. HR.Abu Dawud
Hadis ini menjelaskan hubungan penguasa/
pejabat dengan rakyatnya. Pemberian hadiah kepada
pejabat atas pelayanan kepada rakyat merupakan ’urf
yang fasid, ini merupakan grati kasi yang dilarang
hukum.
2. 'Urf khash, ialah 'urf yang hanya berlaku pada satu
tempat, dan satu keadaan tertentu saja. Seperti
mengadakan halal bi-halal yang biasa dilakukan oleh
bangsa Indonesia yang beragama Islam pada setiap
selesai menunaikan ibadah puasa bulan Ramadhan,
sedang pada negara- negara Islam lain tidak
dibiasakan.

fi

3. Dasar Hukum
‘Urf

Para ulama sepakat bahwa ‘urf sahih dapat dijadikan


dasar hujjah selama tidak bertentangan dengan shara’. Ulama
Malikiyah terkenal dengan pernyataan mereka bahwa ’amal
ahli Madinah dapat dijadikan hujjah. Ulama Hana yah
menyatakan bahwa pendapat ulama Kufah dapat dijadikan
dasar hujjah. Imam al-Sha 'i terkenal dengan qaul qadim dan
qaul jadid-nya. Sebab ada suatu kejadian karena perbedaan
’urf dan adat, tetapi beliau menetapkan hukum yang berbeda
pada waktu beliau masih berada di Makkah (qaul qadim)
dengan setelah beliau berada di Mesir (qaul jadid).
Hal ini menunjukkan bahwa ketiga mazhab itu
berhujjah dengan 'urf. Dalam hal 'urf fasid mereka tidak
menjadikan sebagai dasar hujjah.

fi

fi
4. Kaidah-kaidah
Berhubungan
dengan ‘Urf

Diantara kaidah-kaidah qhiyah yang berhubungan dengan


'urf, ialah :
1) ‫ا َ ْلعَا َدةُ مُحَ َّكمَ ٌة‬
Artinya: Adat kebiasaan itu dapat ditetapkan sebagai
dasar hukum.
‫ب ا ْلعَمَ ُل ِبهَا‬ ِ َّ‫ال الن‬
ِ ‫اس حُ جَّ ٌة ي‬
ُ ‫َج‬ ْ ِ‫ا‬
ُ َ‫س ِتعْم‬ (2
Artinya: Perbuatan manusia yang telah tetap
dikerjakannya wajib beramal dengannya.
ِ ‫األَزْمَا‬
‫ن‬ َ َ‫األَحْ َكام ِ ِبت‬
ْ ‫غيُّ ِر‬ َ َ‫اَيُنْ ِك ُرت‬
ْ ‫غيُّ ُر‬ (3
Artinya: Tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan
hukum (berhubungan)dengan perubahan masa/waktu.

fi

Anda mungkin juga menyukai