Anda di halaman 1dari 12

TUGAS FILSAFAT PANCASILA

DILEMA MORAL

Oleh :
YOSSI ANIA CITRA
(32318432)
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA MADIUN
PRODI D3 FARMASI REGULER SORE
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................1
ABSTRAK...............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
Latar Belakang Masalah...............................................................................3
Identifikasi Masalah.....................................................................................5
Batasan Masalah...........................................................................................5
Tujuan Penelitian.........................................................................................5
Manfaat Penelitian.......................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6


Cara Mengatasi Dilema Moral.....................................................................6
Relevansinya Dengan Kasus Dilema Moral Ibu Rini..................................8

BAB III KESIMPULAN..........................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................10

2
ABTRAK
DILEMA MORAL IBU RINI

Penelitian ini membahas mengenai dilema moral yang dialami ibu Rini yang beragama
Katolik, ia menyampaikan dilemanya kepada romo Erwin, ia harus memilih tetap
melanjutkan penggunaan alat bantu kesehatan ayahnya atau memilih melepasnya
(melakukan euthanasia pasif) demi menyelamatkan keluarganya dari masalah ekonomi.
Romo Erwin menjawab dan memberi pengertian bahwa ibu Rini jika ibu Rini meminta
kepada dokter untuk mencabut alat batu kesehatan maka ibu Rini memang telah
melakukan euthanasia pasif, tetapi tampaknya romo Erwin menyetujui ibu Rini
melakukannya, atas dasar pertimbangan ekonomi. Romo Erwin menggunakan model
absolutisme konflik daripada menggunakan absolutisme total dan absolutisme bertingkat.

Kata Kunci: Dilema Moral, Adsolutisme, Euthanasia

3
BAB 1
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah


Pada suatu saat ada seorang Katolik bernama Rini dari Lampung bertanya kepada
romo Erwin berkenaan pergumulan pribadi dan keluarganya mengenai nasib ayah
handanya. Ia sedang bingung karena ayahnya sudah dua bulan dirawat di ruang ICU.
Ayah handanya sudah sangat tergantung pada alat bantu medis. Jika alat tersebut
dicabut, maka orangtuanya akan meninggal. Ibu Rini tidak tega serta memiliki rasa
bersalah jika harus merestui dokter mencabut alat bantu medis ayahnya, secara tidak
langsung akan menyebabkan ayahnya meninggal dunia. Pada saat yang sama ibu Rini
juga sudah kesulitan biaya untuk melanjutkan perawan tersebut karena anak-anaknya
sedang membutuhkan biaya sekolah yang tidak sedikit. Suami ibu Rini menganjurkan
untuk mengikhlaskan ayahnya karena ayahnya sudah terlalu tua. Ibu Rini bertanya
kepada romo Erwin, “Apakah jika saya memutuskan pencabutan itu saya dianggap
melakukan euthanasia? Bukankah itu dosa?
Selanjutnya romo Erwin menjawab dan memberi pengertian bahwa ibu Rini jika
ibu Rini meminta kepada dokter untuk mencabut alat batu kesehatan maka ibu Rini
memang telah melakukan euthanasia pasif, tetapi tampaknya romo Erwin menyetujui ibu
Rini melakukannya, atas dasar pertimbangan ekonomi. Romo Erwin meyakinkan ibu
Rini bahwa sejauh ini ia sudah melakukan yang terbaik bagi ayahnya tetapi ada tanggung
jawab yang lebih besar yaitu keluarganya yang baru. Maka tampak bahwa romo Erwin
menyetujui adanya euthansia pasif. Apakah Romo Erwin menyetujui ibu Rini melakukan
dosa? Dilema yang dialami oleh ibu Rini memang sangat rumit, ia harus memilih tetap
melanjutkan penggunaan alat bantu kesehatan ayahnya atau memilih melepasnya
(melakukan euthanasia pasif) demi menyelamatkan keluarganya dari masalah besar
lainya. Apakah ibu Rini harus rela melakukan dosa untuk menghindari dosa lainya?
Euthanasia sendiri berasal dari bahasa Yunani eu (baik) dan thanatos (kematian).
Secara literal berarti mati baik tanpa penderitaan. Pada istilah kedokteran euthanasia
memiliki makna dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang hidup
seorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup seorang

4
pasien. Hal ini dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri. Euthanasia sendiri dibagi
menjadi ada dua jenis yaitu:
1. Euthanasia pasif, merupakan tindakan menghentikan atau mencabut segala
tindakan atau pengobatan yang dibutuhkan dalam mempertahankan hidup
manusia. Misalnya mencabut alat resusitasi pada pasien di ICU sehingga dalam
hitungan menit maka pasien akan mati. Dalam hal ini gereja Katolik mengjinkan
dilakukan euthanasia pasif.
2. Euthanasia aktif, merupakan tindakan secara aktif yang dilakukan oleh dokter
yang bertujuan untuk mengakhiri hidup pasien. Misalnya memberikan suntikan
antinyeri dosis tinggi yang bisa meredakan nyeri sekaligus menghentikan
pernapasan atau dilakukan bius total terlebih dahulu baru disuntikkan obat
tersebut. Secara keseluruhan agama Kristen menolak euthanasia aktifif kerena
melanggar hukum Tuhan.
3.
Seperti dalam kasus ayah dari ibu Rini, romo Erwin menyadari bahwa ibu Rini
berada dalam dilema yaitu melakukan Euthanasia pasif atau tetap menjalankan
pengobatan dengan resiko keuangan keluarga yang porak-poranda. Suaminya meminta
untuk melakukan euthansia pasif yang percayai perbuatan dosa, tetapi ibu Rini juga
percaya bahwa mengakibatkan keluarga terlantar juga adalah dosa. Membiarkan orang
menderita dan hidup bergantung pada pada alat kedokteran juga dosa. Kondisi yang
dialami ibu Rini disebut dilema moral di mana ibu Rini harus mencari jalan keluarnya.
Bagaimanakah caranya manusia menentukan pilihanya dalam menghadapi dilema moral
dalam etika?
Maka Berdasarkan latar belakang di atas, penulis sebagai peserta kelas filsafat
memberikan judul penelitian ini Dilema Moral Ibu Rini. Pada penelitian ini akan
dibahas mengenai dilema moral dan cara mengatasinya, denikian juga akan dibahas
mengenai implementasinya terhadap kasus ibu Rini.

5
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka penulis
mengidentifikasi beberapa permasalahan yaitu:
1. Bagaimanakah cara mengatasi dilema moral dalam etika?
2. Bagaimanakah relevansinya dengan kasus dilema moral ibu rini?

Batasan Masalah
Penelitian ini dilakukan hanya dengan reset kepustakaan dengan membatasi
permasalahan hanya pada topik-topik sebagai berikut:
1. Cara mengatasi dilema moral dalam etika.
2. Relevansinya dengan kasus dilema moral ibu Rini.

Tujuan Penelitian
Dalam menulis makalah ini penulis mempunyai beberapa tujuan tertentu:
1. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai cara mengatasi dilema moral
dalam etika.
2. Mempelajari konflik moral dalam kasus kehidupan sehari-hari misalnya dalam
kasus ibu Rini.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi tentang cara-cara yang
bisa digunakan untuk mengatasi dilema moral, khususnya kasus-kasus yang serupa
dengan kasus dilema yang dialami ibu Rini.

6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab 2 ini penulis akan membahas mengenai teori-teori dari pandangan para
ahli mengenai:
 Cara mengatasi dilema moral.
 Relevansinya dengan kasus dilema moral ibu Rini.

Cara Mengatasi Dilema Moral


Moral adalah nilai yang berlaku dalam suatu lingkungan sosial dan mengatur
tingkah laku seseorang. Berasal dari bahasa latin mores sinonim dengan Etika yang .
secara literal berasal dari kata Yunani ethos yang berarti custom atau kebiasaan yang
berkaitan dengan tindakan atau tingkah laku manusia. Kemudian dilema moral
merupakan situasi yang menghadapkan individu dalam dua pilihan dan tidak satupun dari
pilihan tersebut dianggap sebagai jalan keluar yang lebih tepat. Alternatif yang ada
seringkali tampak memiliki resiko yang sama sehingga sulit menentukan pilihan yang
tepat. Jadi bagaimanakah cara mengatasi dilema moral ini? Khusus pada kasus ibu Rini?
Menurut Kholberg manusia memproses semua maklumat dalam dilema moral
yang membawa mereka kepada peringkat perkembangan moral. Manusia akan membuat
keputusan berdasarkan perpektif individu yang dipengaruhi pelbagai budaya dan agama.
Demikian juga pada bab 1 disinggung mengenai ibu Rini yang mencari jalan keluar
dilema moral yang dihadapinya dengan konsultasi online dengan romo Erwin. Hal ini
mengisyaratkan bahwa ibu Rini adalah seorang katolik, dengan demikian ibu Rini hendak
menggunakan dasar pemikiran etika agama yang dianutnya untuk mengambil keputusan
yang benar sesuai nilai rohani agamanya.
Agama Kristen sendiri mengenal tiga model cara pandang untuk mengatasi
dilema moral, dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

1. Cara pandang absolutisme total, berfikir bahwa seluruh konflik moral itu hanya
kelihatannya saja konflik tetapi sebenarnya tidak konflik. Dosa selalu dapat
dihindarkan. Ada hukum-hukum moral yang mutlak, tidak ada pengecualian-

7
pengecualian. Pandangan ini mengacu pada tulisan kitab suci pada Matius 23:23
Yang satu harus dilakukan, yang lain jangan diabaikan.”

2. Absolutisme konflik, menegaskan bahwa konflik moral tidak dapat dihindari


karena kita hidup di dunia yang telah jatuh ke dalam dosa. Ketika ada konflik
dalam prinsip moral, kita bertanggung jawab untuk kedua tugas. Hukum Allah
tidak akan pernah dilanggar tanpa rasa bersalah. Oleh karena itu, dalam kasus
tersebut, kita hanya harus melakukan kejahatan yang lebih rendah dan mengaku
dosa kita (1 Yohanes 1: 9).
3. Absolutisme Bertingkat, ketika dua atau lebih norma etika universal datang ke
dalam konflik yang tidak dapat dihindari, tugas orang Kristen adalah mengikuti
satu tugas yang lebih tinggi. Posisi ini menyatakan bahwa seseorang secara
pribadi bersalah jika ia melakukan kebaikan yang lebih tinggi dalam situasi sulit.
Dengan kata lain, Allah memberikan pengecualian terhadap hukum moral yang
lebih rendah dalam kaitannya dengan tugas seseorang untuk mematuhi satu lebih
tinggi.

Sebagaimana dalam Islam memiliki model penyelesaian dilema moral dengan


menggunakan kaidah fiqih yang dikutip dari Qowa’id Alfiqhiah Syeh As Sa’di Hal 45-48
yaitu: “Apabila berbenturan antara dua kemaslahatan maka dilakukan yang paling banyak
kemaslahatan, apabila berbenturan dua mafsadah maka lakukan yang paling ringan
mafsadahnya,” dengan demikian maka jika terjadi dilema mengenai kebaikan maka
harus memilih kebaikan yang lebih tinggi, jika dilema mengenai keburukan maka pilihlah
yang mafsadah yang lebih ringan. Maka model dari agama Islam juga memiliki kesamaan
dengan absolutisme bertingkat dan absolutisme konflik.
Maka dapat dilihat bahwa ada tiga model penyelesaian dilema yaitu absolutisme
total, absolutisme konflik, dan absolutisme bertingkat. Tiga model ini cukup dikenal
dalam lingkungan Kristen yang menjadi landasan cara berfikir mereka dalam mengatasi
dilema moral. Demikian juga absolutisme konflik, dan absolutisme bertingkat juga
memiliki kemripan dengan kaidah fiqih yang dipakai umat beragama Islam.

8
Relevansinya Dengan Kasus Dilema Moral Ibu Rini
Dilema yang dialami ibu Rini mengenai pergumulan pribadi dan keluarganya
mengenai nasib ayah handanya di mana ayahnya sudah dua bulan dirawat di ruang ICU.
Ayah handanya sangat tergantung pada alat bantu medis, jika alat tersebut dicabut, maka
orangtuanya akan meninggal. Ibu Rini tidak tega serta memiliki rasa bersalah jika harus
merestui dokter mencabut alat bantu medis ayahnya, secara tidak langsung akan
menyebabkan ayahnya meninggal dunia. Pada saat yang sama ibu Rini juga sudah
kesulitan biaya untuk melanjutkan perawan tersebut karena anak-anaknya sedang
membutuhkan biaya sekolah yang tidak sedikit. Suami ibu Rini menganjurkan untuk
mengikhlaskan ayahnya karena ayahnya sudah terlalu tua. Ibu Rini bertanya kepada
romo Erwin, “Apakah jika saya memutuskan pencabutan itu saya dianggap melakukan
euthanasia? Bukankah itu dosa?
Selanjutnya romo Erwin menjawab dan memberi pengertian bahwa ibu Rini jika
ibu Rini meminta kepada dokter untuk mencabut alat batu kesehatan maka ibu Rini
memang telah melakukan euthanasia pasif, tetapi tampaknya romo Erwin menyetujui ibu
Rini melakukannya, atas dasar pertimbangan ekonomi. Romo Erwin meyakinkan ibu
Rini bahwa sejauh ini ia sudah melakukan yang terbaik bagi ayahnya tetapi ada tanggung
jawab yang lebih besar yaitu keluarganya yang baru. Maka tampak bahwa romo Erwin
menyetujui adanya euthanasia pasif. Maka Romo Erwin telah menyetujui ibu Rini
melakukan dosa untuk berbuat dosa yang lebih besar. Ibu harus memilih tetap
melanjutkan penggunaan alat bantu kesehatan ayahnya atau memilih melepasnya
(melakukan euthanasia pasif) demi menyelamatkan keluarganya dari masalah besar
lainnya.
Berdasarkan apa yang terjadi di atas maka dapat dilihat bahwa romo Erwin
menggunakan pendekatan model absolutisme konflik, di mana romo Erwin mengijinkan
ibu rini untuk melepaskan alat bantu kesehatan ayah handanya yang kemungkinan tidak
akan bertahan hidup lama setelahnya.

9
BAB 3
KESIMPULAN

Jadi dapat ketahui bahwa ada tiga model penyelesaian dilema yaitu absolutisme
total, absolutisme konflik, dan absolutisme bertingkat. Tiga model ini cukup dikenal
dalam lingkungan Kristen yang menjadi landasan cara berfikir mereka dalam mengatasi
dilema moral. Demikian juga absolutisme konflik, dan absolutisme bertingkat juga
memiliki kemiripan dengan kaidah fiqih yang dipakai umat beragama Islam. Pada
akhirnya jika ibu Rini mengikuti nasehat dari Romo Ewin maka ia akan mengambil
model absolutisme konflik dalam mengatasi dilema yang dihadapinya, yaitu dengan
menyetujui dilakukan pencabutan alat bantu kesehatan (melakukan euthanasia pasif,
dengan kata lain Romo Erwin menyetujui ibu Rini melakukan dosa untuk menghindari
dosa yang lainya.
Menurut penulis tindakan ini kurang ideal, bisa saja ibu Rini menggunakan
absolutisme total yaitu menunggu penyelesaian yang lebih baik yaitu tetap menjalankan
pengobatan ayah handanya dan juga menjalankan kewajiban ekonomi keluarga dengan
mencari jalan keluar ekonomi. Menunggu Tuhan memberikan pertolongan dengan tanpa
melanggar salah satu hukum yang ditetapkannya.
DAFTAR PUSTAKA

Balakrishnan, Vishalache. Dilema kehidupan sebenar dalam pendidikan moral.


Kuala Lumpur: The University of Malaya Press, 2013.

Dewantara, Agustinus W. Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius, 2017.

Geisler, Norman L. Christian Ethics: Contemporary Issues and Options. Grand


Rapids: Baker Academic, 2010.

Hanafiah, M. Jusuf dan Amri Amir, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan:
Edisi 4.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2009.

________. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan: Edisi 3. Jakarta: Penerbit


Buku
Kedokteran EGC, 1999.

Ibung, Dian. Mengembangkan Nilai Moral Pada Anak . Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2009.

Kwi, Komkat. Pendidikan Agama Katolik SMA/SMK. Yogyakarta: Kanisius,


2007.

Leymena, Yusak, “Euthanasia Pasif Mungkinkah?” Tabloid Reformata Edisi 2,


Desember 2004, halaman 26.

PISS KTB. Tanya Jawab Islam: Piss KTB. Yogyakarta: Daarul Hijrah
Technology,
2015.

11
Ristica, Octa Dwienda dan Widya Juliarti. Prinsip Etika dan Moralitas dalam
Pelayanan Kebidanan. Sleman: Deepublish, 2015.

Santoso, Alexander Erwin, “Mencabut Alat Bantu Kesehatan,” Hidup Katolik.com


2019) [Journal Online]; Tersedia pada: https://www.hidupkatolik.com/
2019/02/14/32036/mencabut-alat-bantu-kesehatan/; Internet; Diakses pada
29 Mei 2019.
Dewantara, A. (2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini.
Dewantara, A. (2017). Filsafat Moral (Pergumulan Etis Keseharian Hidup Manusia).
Dewantara, A. W. (2015). Pancasila Sebagai Pondasi Pendidikan Agama Di
Indonesia. CIVIS, 5(1/Januari).
Dewantara, A. W. (2013). Merefleksikan Hubungan antara Etika Aristotelian dan
Bisnis dengan Studi Kasus Lumpur Lapindo. Arete, 2(1), 23-40.

12

Anda mungkin juga menyukai