1. Konsep mederasi untuk merekatkan bangsa. Sebaiknya di semua bidang ikut
melaksanakan. Di kemenag sendiri masih menemukan penerimaan yang kurang baik dari masyarakat. Bagaimana moderasi yang baik agar semua masyarakat dapat menerima dengan baik? 2. Ada isu penolakan jenazah yg terpapar covid. Bagaimana moderasi yg baik utk masyarakat yg terpapar covid? Apakah covid termasuk ujian atau kutukan? Siapa yg paling berwenang untuk menentukan hal tersebut? 3. Banyak masyarakat yg pergi keluar daerah. Moderasi belum terlaksana di masyarakat. Warga masih tidak mau diperiksa karna covid. Bagaimana cara utk membangun sistem dakwah dalam moderasi beragama? Bagaimana utk tetap menyamakan pemahaman moderasi beragama? 4. Alasan tidak moderasi karna faktor non agama. Semua agama membawa misi utk berdamai. Sebagus apapun agama, kalau tidak moderat, akan percuma. Selain moderasi, masalah ekonomi, pendidikan, dll perlu di perbaiki. 5. Masalah covid ada 2 kubu. Kubu jabariyah, ada pemuka agama berpendapat kegiatan agama menjadi terhenti. Kebijakan menghalangi kegiatan beragama. Memprovokasi masyarakat utk melawan kebijakan pemerintah, dengan menuduh. Kubu kodariyah, ada orang paranoid, terlalu takut dengan keadaan. Bagaimana mengedukasi orang kodariyah? Mengalami hambatan dalam silaturahmi. Bagaimana menyikapi hal ini? 6. Banyak kaum menengah kebawah belum mengerti moderasi beragama. Ini hanya menyasar kampus keagamaan saja. Contoh di UJN belum ada moderasi beragama. Tugas kita agar semua dapat mengerti moderasi beragama. 7. Kita diminta utk menghindari kerumunan dalam beribadah, sehingga dilarang sholat jumat. Bagaimana antara nilai keimanan dan peduli terhadap kemanusiaan. Ada persoalan utk tidak sholat jumat utk menaati kebijakan, ada juga yg tetap sholat jumat utk menambah keimanan biasanya kalangan salafi. Ada sebagian yg anti pemerintah. Bagaimana kemenag utk memahamkan moderasi agama? 8. Bagaimana peran moderasi utk umat yg masih berkumpul dalam ibadah? 9. Ada warga yg tetap ingin beribadah. Apakah dakwah selama ini tidak moderat? Ada warga yg tidak nyaman jika beribadah di rumah. Apakah ini sebuah fenomena tidak moderat? Warga beragama sesuai dengan seleranya masing2? 10. Bagaimana konsep kesatuan keumatan dalam beragama di dimensi sosial? Sosialpun menjadi terganggu. Bagaimana yg terjadi setelah covid ini? 11. Manusia banyak kerugian, karna sosial distancing. Banyak kelaparan, ekonomi menurun, dan PHK. Bagaimana kita memberikan pengertian kepada masyarakat untuk saling mambantu? Tokoh agama jarang menyinggung utk saling membantu masyarakat. Bagaimana sikap kita sebagai akademisi? 12. Covid melahirkan orang miskin baru. Banyak orang yg tidak berpenghasilan. Ojol, ustadz, dll. Terhenti kegiatan karna ada ini. 13. Sikap rendah hati untuk menguji moderasi sebagai teori. Apa mungkin moderasi untuk aspek lainnya? Kesehatan, ekonomi, disabilitas, apakah bisa menerapkan moderasi?
Mengembalikan agama pada esensi yang sebenarnya. Agama memanusiakan manusia.
Mengembalikan agar manusia menyadari hakikat manusia. Manusia memerlukan ajaran agar tidak salah melangkah. Tindakan kita tidak boleh merusak alam semesta. Kembalikan pada esensi agama, yaitu ajaran kemanusiaan. Disemua agama cara pandang setiap orang akan berbeda. Pandangan terhadap Tuhan bagaimana manusia itu sendiri menyikapinya. Apakah ini ujian, cobaan, atau adzab, tergantung cara pandang kita yg berbeda. Tuhan itu zat yg maha kasih sayang. Semua hal ini yg terjadi karena Tuhan memberikan kasih sayang kepada kita. Pandemi ini bukan kutukan, tetapi ujian utk kita. Adanya pandemi karna ulah dari manusia itu sendiri. Pemahaman agama yg moderat, memadukan 2 pandangan. Ini adalah takdir Tuhan, tetapi menuntut ikhtiar seoptimal mungkin untuk keluar dalam cobaan ini. Bahkan semua kenikmatan adalah ujian. Virus ini akan melumpuhkan fungsi kemanusiaan kita, kita upayakan utk menghilangkan. Semua agama memprioritaskan keselamatan jiwa manusia. Menggulangi pandemi ini menjadi wajib. Jika ada orang yg menolak diperiksa, maka dia menolak menjalankan kewajiban untuk sesama. Kita harus memberikan pemahaman untuk orang itu. Ada orang yg menolak jenazah, harus diberikan pemahaman. Virus akan mati bersama orang yg meninggal setelah 4 jam. Jadi tidak perlu khawatir akan tertular dari jenazah. Kita tidak perlu terjerumus oleh kutuub ekstrim yg lain. Moderasi bukan hanya pada agama, tetapi pada banyak hal. Sejak dalam pikiran kita tidak boleh berlebihan, maka diperlukan wawasan. Kita harus selalu berwawasan seimbang untuk memposisikan di tengah. Moderasi juga akan diterapkan di seluruh kementerian. Moderasi tidak hanya menjadi tugas kemenag saja, tetapi menjadi kewajiban seluruh kementerian dan lembaga untuk mempromosikan itu. Kita kembali pada ajaran esensi agama, ibadah ritual agama bagi setiap penganut agama. Agama selalu mengaitkan antara dunia dan akhirat. Sebuah ritual keagamaan harus berdampak pada sosial. Jangan pernah menyamakan ibadah yg bersikap personal dan sosial. Agama hadir utk kepentingan sosial. Kepentingan diri sendiri tidak boleh lebih diutamakan. Ada warga yg tetap ingin sholat di masjid, karena wawasan agama nya yg terbatas. Ada semangat agamanya sangat tinggi, tetapi tidak didukung wawasan keagamaan yg cukup. Moderasi utk keselamatan jiwa orang banyak. Tidak boleh bersikat ekstrim dalam beragama. Pesantren virtual ditengah pandemi perlu diadakan untuk seluruh umat. Masjid dan ormas harus mulai mengidentifikasi dalam dampak pandemi ini, jika dilakukan akan sangat baik bagi masyarakat di lingkungan kita masing-masing.