Anda di halaman 1dari 4

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

PEMBAHASAN MENGENAI BID’AH

 Definisi Bid’ah Secara Bahasa


Bid’ah adalah membuat sesuatu tanpa ada contoh sebelumnya. (sumber: Al Mu’jam Al Wasith 1/91,
Majma’ Al Lughoh Al Arobiya-Asyamilah)

Hal ini sebagaimana dapat dilihat dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala,

ِ ْ‫ت َوٱَأْلر‬
‫ض‬ ِ ‫بَ ِدي ُع ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬

“Allah pencipta langit dan bumi” (QS. Al Baqarah ayat 117, Al An’am ayat 101). Maksudnya adalah Allah
mencipta (membuat) tanpa ada contoh sebelumnya.

 Definisi Bid’ah Secara Istilah (Syariat)


Bid’ah adalah suatu hal yang baru dalam agama islam setelah agama islam telah sempurna. Definisi lain bid’ah
ialah suatu jalan dalam beragama yang dibuat-buat tanpa ada dalil (sumber: muslim.or.id/388-mengenal-seluk-
beluk-bidah)

 Kaidah Dalam Menetapkan Bid’ah (Tanyakan Kepada Ahlul Bid’ah)


1. Adakah kondisi atau motivasi pada zaman Rasulullah yang menuntun mereka untuk melakukan perbuatan
tersebut?
2. Apakah Rasulullah mampu melakukan perbuatan tersebut?
3. Adakah riwayat yang menyatakan Rasulullah pernah melakukan perbuatan tersebut?
Contoh: Yasinan untuk orang yang telah meninggal
- Pertanyaan pertama: Adakah kondisi dizaman Rasulullah atau adakah orang yang pantas untuk Rasulullah
yasinin? Maka jawabannya tentu ada, banyak orang-orang yang meninggal dizaman Rasullah, orang-orang
yang beliau cintai termasuk salah satunya ialah istrinya, kemudian para syuhada yang meninggal dimedan
perang dan lainnya.
- Pertanyaan kedua: Apakah Rasulullah mampu untuk membaca yasin kepada orang yang telah meninggal?
Maka kita jawab tentu mampu, beliau Rasulullah yang kepadanyalah turun wahyu Al-Qur’an.
- Pertanyaan ketiga : Adakah dalil yang menerangkan bahwa Rasulullah pernah membaca yasin untuk orang
yang telah meninggal? Maka kita jawab tentu tidak ada. Tidak ada dalil yang shahih menerangkan hal
tersebut.

Syubhat yang sering dilontarkan para ahlul bid’ah: Kalau begitu pergi haji jangan naik pesawat, naik onta.
Jangan pakai pengeras suara, Hp, motor dst. karna hal tersebut tidak ada dizaman nabi. Bahkan bringasnya
sebagian dari mereka mengatakan “muka antum pun bid’ah karna tidak ada di zaman Rasulullah”, Allahu
Musta’an.

Maka pertanyaan-pertanyaan tersebut kita jawab: Rasulullah shallallahu ‘alahaihi wasallam tidaklah mampu
membuat hal-hal tersebut, dizaman beliau shallallahu ‘alahaihi wasallam tidak secanggih dan modern
dibanding zaman sekarang. Jawaban kedua, hal-hal tersebut adalah sarana dalam beragama (perbuatan dunia)
yang Rasulullah tidak diutus untuk hal demikian. Seseorang boleh berinovasi dalam perkara dunia sesuai
dengan kebutuhannya.

Rasulullah shallallahu ‘alahaihi wasallam bersabda,

‫َأ ْنتُ ْم َأ ْعلَ ُم بَِأ ْم ِر ُد ْنيَا ُك ْم‬


“Kalian lebih paham lebih mengetahui urusan dunia kalian.”  (HR. Muslim, no. 2363)

 Rukun Dalam Menentukan Perkara Dikatakan Bid’ah


1. Ihdats (perkara-perkara baru), dalam hal ini mencakup padanya urusan agama maupun urusan dunia.
2. Fii Amrinaa (dalam urusan agama), Rasulullah membatasi ruanglingkup bid’ah hanya pada perkara-perkara
agama, maka dari itu Hp, Pesawat, Mobil dsb. tidak dikatakan bid’ah karna bukan termasuk perkara agama.
3. Maa Laisa Minhu (yang bukan bagian darinya), maksudnya ilaha yang tidak ada dasarnya dalam syariat
agama.

Dari Ummul Mukminin, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

َ ‫ث فِى َأ ْم ِرنَا هَ َذا َما لَي‬


‫ْس ِم ْنهُ فَهُ َو َر ٌّد‬ َ ‫َم ْن َأحْ َد‬
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara
tersebut tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 20 dan Muslim, no. 1718]

Dalam riwayat Muslim, disebutkan,

‫ْس َعلَ ْي ِه َأ ْم ُرنَا فَهُ َو َر ٌّد‬


َ ‫َم ْن َع ِم َل َع َمالً لَي‬
Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” [HR. Muslim,“
no. 1718]

 Rumus Mudah Mengenal Bid’ah


1. Sesuatu itu dibutuhkan oleh Rasulullah dan para sahabat, akan tetapi beliau tidak mampu melakukannya.
Contohnya: Pesawat, Microfone, Hp dsb. hal tersebut dibutuhkan oleh Rasulullah tetapi pada zaman
tersebut Rasulullah tidak mampu melakukannya.
2. Sesuatu itu mampu dilakukan nabi, akan tetapi dizaman Rasulullah dan para sahabatnya tidak
membutuhkannya. Contoh: Mengumpulkan surah Al-Qur’an dalam satu Mushaf, di zaman Rasulullah
mereka mampu melakukan hal tersebut tetapi mereka tidak membutuhkannya karena mereka pada zaman
itu adalah orang-orang penghafal Al-Qur’an, faktor lain juga karena pada zaman itu Al-Qur’an masih turun
beragsur-angsur pada Rasulullah, oleh karenanya belum memungkinkan dibukukan menjadi satu Mushaf.
Ketika para penghafal Al-Qur’an telah banyak meninggal dunia maka Abu Bakar Ashiddiq Radhiallahu
Anhu mulai memerintahkan untuk mengumpulkan surah Al-Qur’an menjadi satu Mushaf, dan telah
disempurnakan terkumpul menjadi satu Mushaf saat dizaman Ustman Bin Affan Radhiallahu Anhu.
Dikumpulkan menjadi satu Mushaf karena sudah dibutuhkan pada zaman itu karena banyaknya para
penghafal Al-Qur’an yang telah meninggal dan banyak pula orang-orang yang mulai bersyahadat (masuk
islam). Hal ini tidak dikatakan bid’ah karena pada saat itu para sahabat ijma (sepakat) dan mereka termasuk
Khulafaur Rosyidin yang ada perintah dari Rasulullah untuk diikuti.
3. Sesuatu itu dibutuhkan dizaman Rasulullah, dan Rasulullah mampu melakaukannya pada zaman itu akan
tetapi beliau shallallahu ‘alahi wasallam tidak melakukannya. Banyak contoh-contoh dari hal ini dan inilah
bid’ah, Rasulullah mampu melakukakannya dan dizaman Rasulullah pun dibutuhkan untuk dilakukan
tetapi Rasulullah tidak melakukannya, kenapa demikian? Karena itu bukan syariat Rasulullah, itu bukan
ajaran Allah. Maka ketika sekarang kita melakukannya berarti inilah bid’ah. Contohnya: Perayaan Maulid
Nabi, perkara ini mungkin memang akan membuat kita semakin mengenal Nabi, semakin cinta kepada
Nabi. Pertanyaannya, hal ini menjadikan umat cinta kepada Nabi, apakah umat membutuhkannya? Tentu
jawabannya iya, dibutuhkan di zaman sekarang dan di zaman dahulu para sahabat, karena di zaman nabi
dahulu para sahabat ada yang sudah lama dan ada yang baru masuk islam, mereka juga butuh untuk
dimotivasi agar cinta kepada nabi. Akan tetapi pada zaman itu nabi tidak melakukannya karena bukan
syarait beliau shallallahu ‘alahi wasallam.

Perlu ditekankan bahwa apa yang diajarkan Rasulullah kepada umatnya tidaklah beliau buat-buat sendiri
melainkan syariat Allah, perintah wahyu dari Allah. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

,‫ق ع َِن ْالهَ ٰوى‬


ُ ‫َو َما يَ ْن ِط‬

ٌ ْ‫اِ ْن هُ َو اِاَّل َوح‬


ۙ‫ي يُّوْ ٰحى‬
“Tidak ada satu pun yang beliau sampaikan kepada kalian berasal dari hawa nafsunya, tidak ada satu pun
ajaran yang beliau ajarkan kepada kalian berasal dari hawa nafsunya, melainkan wahyu yang diwahyukan
kepadanya”. (QS. An Najm ayat 3-4)

Rasulullah saja tidak membuat-buat sendiri ajaran agama melainkan wahyu dari Allah, maka dari itu
sungguh sangat aneh ketika ada seseorang yang dia bukan Nabi mengaku pengikut Nabi, bahkan mengaku
cinta kepada Nabi tapi dia merasa boleh merasa berhak untuk membuat-buat sendiri ibadah (cara
beragama).

 Beberapa Permasalahan Yang Tidak Dicontohkan Rasulullah, Namun Apabila Dilakukan Zaman Sekarang
Tidak Dikategorikan Sebagai Bid’ah, Karena Faktor Kondisi Pada Zaman Rasulullah Belum Tepat Untuk
Dilakukan

1. Mengubah Bentuk Ka’bah

Dizaman Nabi Ibrahim ka’bah bentuknya besar kemudian karena musibah banjir pada saat itu maka
roboh dan hancur. Pada zaman itu para kaum quraisy mengumpulkan harta mereka namun tidak cukup
untuk membangun ka’bah dengan rupa yang sama saat zaman Nabi Ibrahim, maka akhirnya mereka
membuat ka’bah dengan bentuk yang lebih kecil, kemudian jadilah ka’bah sampai di zaman Rasulullah.
Dizaman khilafah Abdullah Ibnu Zubair bentuk ka’bah diubah kembali sesuai dengan bentuk semulanya
pada zaman Nabi Ibrahim. Hal ini tidak dikatakan bid’ah karena kondisi dizaman Rasulullah belum
tepat untuk mengubah bentuk ka’bah.

2. Mengubah Bentuk Jumroh

Bentuk Jumroh dizaman Rasulullah bentuknya kecil hanya seperti tiang, namun sekarang bentuknya
tembok besar, tinggi dan bertingkat-tingkat. Pertanyaannya apakah Rasulullah mampu membuat jumroh
dalam bentuk tembok besar, maka jawabannya tentu Rasulullah sangatlah mampu karena hal demikian
sangat mudah dilakukan pada zaman Rasulullah, namun Rasulullah tidak melakukannya. Hal ini
sekarang tidak dikatakan bid’ah karena maslahat yang ada, kebutuhan orang-orang berhaji dizaman
sekarang yang setiap tahunnya puluhan ribu bahkan ratusan ribu yang berangkat ke mekkah oleh
karenanya mengharuskan jumroh dibuat dalam bentuk yang lebih besar, jika bentuknya tidak diubah
maka dikhawatirkan akan menjadi mudharot bagi para jamaah haji ketika melakukan lempar jumroh.

3. Membuat Surah Al-Qur’an Dalam Satu Mushaf

Telah berlalu penjelasan dalam hal ini, maka kami tidak uraikan kembali.

Banyak contoh-contoh lainnya yang tidak dikategorikan sebagai bid’ah karena faktor kondisi yang harus
dilakukan zaman sekarang dan kondisi yang tidak memungkinkan zaman Rasulullah untuk dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai