Hal ini sebagaimana dapat dilihat dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala,
ِ ْت َوٱَأْلر
ض ِ بَ ِدي ُع ٱل َّس ٰ َم ٰ َو
“Allah pencipta langit dan bumi” (QS. Al Baqarah ayat 117, Al An’am ayat 101). Maksudnya adalah Allah
mencipta (membuat) tanpa ada contoh sebelumnya.
Syubhat yang sering dilontarkan para ahlul bid’ah: Kalau begitu pergi haji jangan naik pesawat, naik onta.
Jangan pakai pengeras suara, Hp, motor dst. karna hal tersebut tidak ada dizaman nabi. Bahkan bringasnya
sebagian dari mereka mengatakan “muka antum pun bid’ah karna tidak ada di zaman Rasulullah”, Allahu
Musta’an.
Maka pertanyaan-pertanyaan tersebut kita jawab: Rasulullah shallallahu ‘alahaihi wasallam tidaklah mampu
membuat hal-hal tersebut, dizaman beliau shallallahu ‘alahaihi wasallam tidak secanggih dan modern
dibanding zaman sekarang. Jawaban kedua, hal-hal tersebut adalah sarana dalam beragama (perbuatan dunia)
yang Rasulullah tidak diutus untuk hal demikian. Seseorang boleh berinovasi dalam perkara dunia sesuai
dengan kebutuhannya.
Dari Ummul Mukminin, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
Perlu ditekankan bahwa apa yang diajarkan Rasulullah kepada umatnya tidaklah beliau buat-buat sendiri
melainkan syariat Allah, perintah wahyu dari Allah. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
Rasulullah saja tidak membuat-buat sendiri ajaran agama melainkan wahyu dari Allah, maka dari itu
sungguh sangat aneh ketika ada seseorang yang dia bukan Nabi mengaku pengikut Nabi, bahkan mengaku
cinta kepada Nabi tapi dia merasa boleh merasa berhak untuk membuat-buat sendiri ibadah (cara
beragama).
Beberapa Permasalahan Yang Tidak Dicontohkan Rasulullah, Namun Apabila Dilakukan Zaman Sekarang
Tidak Dikategorikan Sebagai Bid’ah, Karena Faktor Kondisi Pada Zaman Rasulullah Belum Tepat Untuk
Dilakukan
Dizaman Nabi Ibrahim ka’bah bentuknya besar kemudian karena musibah banjir pada saat itu maka
roboh dan hancur. Pada zaman itu para kaum quraisy mengumpulkan harta mereka namun tidak cukup
untuk membangun ka’bah dengan rupa yang sama saat zaman Nabi Ibrahim, maka akhirnya mereka
membuat ka’bah dengan bentuk yang lebih kecil, kemudian jadilah ka’bah sampai di zaman Rasulullah.
Dizaman khilafah Abdullah Ibnu Zubair bentuk ka’bah diubah kembali sesuai dengan bentuk semulanya
pada zaman Nabi Ibrahim. Hal ini tidak dikatakan bid’ah karena kondisi dizaman Rasulullah belum
tepat untuk mengubah bentuk ka’bah.
Bentuk Jumroh dizaman Rasulullah bentuknya kecil hanya seperti tiang, namun sekarang bentuknya
tembok besar, tinggi dan bertingkat-tingkat. Pertanyaannya apakah Rasulullah mampu membuat jumroh
dalam bentuk tembok besar, maka jawabannya tentu Rasulullah sangatlah mampu karena hal demikian
sangat mudah dilakukan pada zaman Rasulullah, namun Rasulullah tidak melakukannya. Hal ini
sekarang tidak dikatakan bid’ah karena maslahat yang ada, kebutuhan orang-orang berhaji dizaman
sekarang yang setiap tahunnya puluhan ribu bahkan ratusan ribu yang berangkat ke mekkah oleh
karenanya mengharuskan jumroh dibuat dalam bentuk yang lebih besar, jika bentuknya tidak diubah
maka dikhawatirkan akan menjadi mudharot bagi para jamaah haji ketika melakukan lempar jumroh.
Telah berlalu penjelasan dalam hal ini, maka kami tidak uraikan kembali.
Banyak contoh-contoh lainnya yang tidak dikategorikan sebagai bid’ah karena faktor kondisi yang harus
dilakukan zaman sekarang dan kondisi yang tidak memungkinkan zaman Rasulullah untuk dilakukan.