Anda di halaman 1dari 12

Mata Kuliah Studi Hadis

LIVING HADIS

Rahmat Surya/ KPI


latar belakang

Nabi Muhammad SAW adalah seorang manusia yang memiliki posisi tertinggi dalam agama Islam, ia
menjadi salah satu manusa yang berkedudukan sebagai Mubayyin (penjelas) Al-Qur’an. Dia juga menjadi
teladan dan contoh bagi umat manusia khususnya umat Islam, maka dari itu apa yang diucapkan,
dikerjakan atau diperbuatnya, dan Takrir [1](ketetapannya) adalah bagian dari hadis.

Hadis sendiri dalam agama Islam memiliki kedudukan sebagai landasan atau sumber hukum ke dua
setelah Al-Qur’an. Bagi umat Islam hadis merupakan bagian yang sangat penting, didalamnya banyak
ditemukan hal-hal baik itu bersifat tradisi, perilaku, atau perbuatan yang dilakukan oleh para sahabat
Nabi Muhammad SAW.

Di dalam hadis juga dapat ditemukan berbagai penjelasan serta ajaran Islam yang berkembang dengan
perkembangan kebutuhan manusia. Adanya keberlanjutan tersebutlah, sehingga umat manusia sekarang
bisa memahami, merekam dan melaksanakan tuntunan ajaran Islam sesuai dengan yang dicontohkan
oleh Nabi Muhammad SAW.

[1] Bentuk persetujuan Nabi SAW berupa pendiaman atau tanpa sanggahan.
apa itu
living hadis
Secara sederhana Living Hadis dimaknai sebagai
pertanda yang ada di masyarakat barupa pola-pola
prilaku yang bersumber dari hadis. Pola-pola prilaku di sini
merupakan bagian dari respon umat Islam dalam interaksi
mereka dengan hadis-hadis Nabi. Nampak adanya
pemekaran wilayah kajian, dari kajian teks kepada kajian
sosial-budaya dan manjadikan masyarakat agama sebagai
objeknya.
PERTANYAAN #5

Bagaimana Hadis itu hadir?

Pada dasarnya Nabi Muhammad SAW ketika


menyampaikan sabdanya tak pernah terlepas dari
persoalan yang biasa terjadi di tengah umatnya.
Perselisihan atau perbedaan pandangan dan hal-hal
lainnya membuat Nabi harus memberikan satu putusan
atau ketetapan. Jadi ini memiliki keterkaitan dengan
problem sosio-historis dan kultural pada waktu itu.

pembagian living
hadis

Living Hadis memiliki tiga bentuk, yaitu tradisi tulisan, tradisi bacaan, dan tradisi
praktik:
1. Tradisi tulis menulis sangat penting dalam perkembangan living hadits. Tradisi
tulis menulis hadits terbukti dalam bentuk ungkapan yang sering di tempelkan
pada tempat-tempat yang strategis seperti mesjid, sekolahan, dan lain
sebagainya.
2. Tradisi Lisan dalam living hadits sebenarnya muncul seiring dengan praktik yang
dijalankan oleh umat Islam. Seperti bacaan dalam melaksanakan sholat subuh di
hari jumat.
pembagian living
hadis

3. Tradisi Praktik dalam Living Hadis ini cenderung banyak dilakukan oleh umat Islam.
Sebagai contoh adanya tradisi khitan perempuan, dalam kasus ini sebenarnya
ditemukan jauh sebelum Islam datang. Berdasarkan penelitian etnolog menunjukan
bahwa tradisi khitan perempuan sudah pernah dilakukan masyarakat pengembala di
Afrika dan Asia Barat Daya, suku Semit (Yahudi dan Arab).
BEBERAPA MODEL CONTOH
LIVING HADIS

1 Membaca Qunut pada shalat


Subuh

2 Shalawat

3 Talqin Mayit
1.MEMBACA QUNUT PADA SHALAT SUBUH
Di kalangan umat Islam di Indonesia, dan terutama di lingkungan warga
Nahdliyin, Qunut terbagi menjadi 3 macam, yaitu : Pertama, Qunut yang
dibaca pada rakaat kedua setiap shalat Subuh. Kedua, Qunut yang
dibaca pada rakaat terakhir shalat Witir di pertengahan kedua
Ramadhan (mulai tanggal 16 sampai dengan akhir Ramadhan).

sabda Nabi Muhammad Saw. yang diriwayatkan oleh al-Hakim dari Abu
Hurairah ra. Mengatakan
‫كان رسول هللا صىل هللا عليه وسلم اءذا رفع راءسه من الركوع من صالة‬
‫ اللھم اھد ني فيمن ھد يت‬: ‫الصبح في الركعة الثانية رفع يد يه فيدعو بھذا الدعاء‬
‫الحد يث‬............................
”Bahwa Rasulullah Saw. itu apabila mengangkat kepala beliau dari ruku’
pada shalat Subuh dalam rakaat kedua, beliau mengangkat kedua
tangan beliau dan berdoa dengan doa ini: Ya allah berilah saya petunjuk
diantara orang-orang yang Engkau beri petunjuk …dan seterusnya. Al-
Baihaqi menambahkan kalimat : ‫ فلك الحمد عىل ما قضيت‬Maka untuk-Mu
segala puji atas apa yang telah Engakau tetapkan”.

2. SHALAWAT
Istilah shalawatan berasal dari bahasa Arab “Shalat” jama’nya
“shalawat”, yang arti dasarnya adalah berdoa atau mendoakan.
Membaca shalawat dalam pengertian keagamaan Islam adalah
mendoakan Nabi Muhammad Saw. untuk mendapatkan tambahan
rahmat dari Allah Swt

seperti yang diceritakan oleh Nabi Saw. sendiri, bahwa beliau sangat
gembira karena didatangi oleh malaikat JIbril yang tiba-tiba memberi
kabar gembira:
“Bergembiralah wahai Muhammad, sesungguhnya tidak ada seseorang
dari umatmu yang bershalawat kepadamu, kecuali saya mendoakan
sepuluh kali kepadanya. Dan tidak ada seorang pun dari umatmu yang
menyampaikan salam kepadamu, kecuali saya mendoakan keselamatan
sepuluh kali kepadanya”. (Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Al-Nasa’i
dan Ibnu Hibban dari Abi Thalhah dengan sanad yang bagus).

3. TALQIN MAYIT
Pada waktu Nabi Muhammad Saw selesai mengubur putra beliau, yakni
Ibrahim yang masih belita, beliau berdiri di atas kuburannya dan
berkata:
“Wahai anak-ku, hati ini menjadi sedih dan mata pun berlinangan air
mata, namun aku tidak mau mengatakan apa-apa yang menjadikan
Tuhan murka. Kita semua milik Allah dan akan kembali kepada-Nya.
Wahai anakku, katakanlah: Allah itu Tuhanku, Islam Agamaku, dan
ayahku adalah Rasul/utusan Allah.”

Pada saat itulah para sahabat yang mendengarnya menangis, demikian


pula Umar bin Khattab ra ikut menangis dengan suara keras sehingga
Nabi Saw. Menoleh dan melihat para sahabat termasuk Umar. Nabi Saw
pun bertanya: “Wahai Umar, apa yang menyebabkan kalian menangis?”

Maka Umar ra. menjawab: “Wahai Rasulullah, dia (Ibrahim) ini anak paduka
Rasulullah, masih balita belum baligh, belum dicatat amal baik-buruknya,
namun dia perlu orang yang mengajar tauhid sepertimu pada saat seperti ini.
Bagaimana dengan orang seperti Umar ini, yang sudah dewasa, amalnya
sudah dicatat baik-buruknya, apabila tidak mendapatkan pengajaran
(mulaqqin) sepertimu, bagaimana keadaannya ia menghadapi situasi seperti
ini?.”

Maka Nabi Saw. kembali menangis yang diikuti oleh para sahabat yang
menyertainya. Malaikat Jibril turun menanyakan hal itu kepada Nabi Saw dan
apa yang menyebabkannya. Nabi menjelaskan apa yang dikatakan Umar ra.
dan bagaimana sikap para sahabat mendengar kata-kata beliau tadi.
Kemudian malaikat Jibril naik dan tidak lama turun lagi sambil berkata:
“Tuhanmnu menyampaikan salam untukkmu, beliau berfirman: ‘Allah
memantapkan hati orang-orang yang beriman dengan kata yang mantap
(tauhid) di dalam hidup di dunia dan di akhirat’.”
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai