Anda di halaman 1dari 14

Page |1

CATATAN TANYA JAWAB


Kuliah Subuh Ust. LUTHFI HASAN ISHAAQ

Kamis, 20 Januari 2022

Pertanyaan 1 (Bapak Zulfan Lubis)

Pertama, bgaimana sebenarnya kaedah kita jalankan mengikuti perintah Rasulullah,


apakah ibadah yang dilakukan nabi kita harus terus menerus mengikutinya sehingga
kita melaksanakan terus, umpamanaya shalat dhuha dilaksanakan Rasulullah di pagi
hari lalu kia mengikuti melaksanakannya di pagi hari. Apakah yang jarang dilakukan
Rasulullah kita juga harus mengikuti jarang, umpamannya qunut diriwayatkan bahwa
Rasulullah pernah melakukan qunut tetapi jarang apakah kita juga jarang
melakukannya seperti halnya dilakukan oleh Rasulullah.
Kedua, Apakah benar Allah menyatakan dalam Al-Quran kata tijjaro, adalah untuk
perdagangan bukan untuk beribadah?

Jawaban

Pertama, untuk menjelaskan bahwa ini wajib dan sunnah, itulah yang dijadikan
patokan. Rasulullah tidak mau tarawih terus menerus lalu ditanya lalu menjelaskan
alasan, sehingga alasan itu disebutkan,”Saya tidak ingin memberatkan kalian nanti
kalian menganggap ini sebuah keharusan.” Jadi alasannya clear. Disebutkan oleh
Aisyah bahwa Rasulullah salat di rumahnya, tidak berjamaah dan cerita salat di
rumahnya itu dijelaskan oleh Aisyah diriwayatkan oleh Bukhari dan oleh Muslim,
berarti haditsnya muttafaq alaih.
Kemudian beda yang dilakukan Rasulullah berjamaah beda dengan yang
dilakukan Rasulullah di rumah dan yang berjamaah 2 2 yang di rumah dia 4 4 3. Dia
adalah sumber hukum dalam mengimplementasikan apa yang Allah tetapkan, lalu di
di zaman Umar Bin Khattab itu dijadikan rutinitas setiap malam di bulan Ramadan,
tetapi tidak ada lagi orang yang menyimpulkan menjadi wajib, karena zaman Umar
sudah selesai hukum salat tarawih, hukumnya sunnah dan yang wajib hanya 5, yang
dilakukan oleh Umar Bin Khattab hanyalah agar berjamaah, dan semua orang tahu
salat berjamaah itupun Sunnah untuk salat Tarawih tidak wajib.
Bahkan salat berjamaah salat fardhu pun Imam Syafi'i menyimpulkan adalah
sunnah muakkadah hanya Imam Ahmad bin Hambal yang mengatakan wajib, bagi
yang memenuhi kualifikasi yaitu mendengarkan azan dalam catatan azan tidak pakai
loudspeaker, jadi radius ya bisa terukur Kalau azanya tambah loudspeaker.
Jadi kemudian kalau di era kita tidak lagi ada orang yang akan menyimpulkan.
Bahwa dulu ada salah seorang napi di sini yang suka mengajarkan agama di saung,
Page |2

ditanya,”Kenapa ente shalatnya hanya tiga hari pertama shalat tarawehnya?”


Jawabannya,”Kan Rasulullah begitu.” Dikatakan kepadanya,”Rasulullah menjelaskan
alasannya, ente apa alasannya. Jadi Rasulullah menjelaskan alasan bahwa saya tidak
ingin memberatkan umatku dan kemudian Rasulullah SAW shalt sendiri di kamar,
apakah kalua ente melaksanakan orang mengangap sama dengan wajib? Kan tidak.”
Jadi masing-masing Khulafaur Rasyidin memiliki karya monumental tentang
penopang bagi mereka yang ingin mempelajari agama.
Ali Bin Abi Thalib waktu itu tulisan huruf Arab itu tidak ada titik, tetapi
dengan ilmu Nahwu dan Shorof yang disusun oleh Ali bin Abi Tholib agar semua
orang bisa membaca Quran meskipun tidak pakai harokat.
Meskipun ada tragedi sosial dan politik beliau pada zaman pemerintahan
beliau tetapi membawakan standar untuk itu. Sama dengan zaman Utsman bin Affan
sungguhpun terjadi tragedi dia berhasil membakukan Al-Quran, ini prestasinya. Umar
bin Khattab sistem pemerintahan, Abu Bakar otentitas polisi dan kebijakan-kebijakan
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Jadi masing-masing mereka memiliki…………, maka kita disuruh mengikuti
pendapat secara keilmuan nanti disebut para ijma para sahabat. Jadi kalau para
sahabat sepakat maka itulah yang dimaksudkan Rasulullah maka dia mengikat karena
dia konsensus para sahabat adalah memaknai apa yang dimaksud Rasulullah, atau
dimaksudkan dengan Al-Quran, atau dibawahnya lagi kenapa khulafaur rasyidin
didahulukan? Karena mereka pemimpin, ijma para sahabat, karena mereka para
akademisi dan para ulamanya. Lalu ucapan personal para sahabat boleh dijadikan
rujukan.
Jadi ini kemudian dijalankan oleh para sahabat dan para tabi’in, ada pun
menganalogikan yang ditinggalkan rasulullah yang dikerjakan kita tidak menjadikan
itu sebagai sebuah contoh untuk membangun rutinitas, contohnya tadi di qunut. Qunut
ada dua hadis, yang satu mengatakan bahwa Rasulullah tetap qunut subuh hingga
beliau wafat, yang satu lagi hadis yang mengatakan bahwa seorang sahabat
ditanya,”Wahai ayahandaku engkau kan salat di belakang Rasulullah?”
Jawabnya,”Iya.” Ditanya,”Engkau salat di belakang Abu Bakar Umar Utsman dan
Ali?” Jawabanya,”Iya.” Ditanya,”Apakah mereka Qunut subuh?” Jawabannya tidak.
Ini hadisnya ada yang dijelaskan seperti itu, lalu dikatakan itu barang baru. Berarti
dia adalah sebuah kesimpulan yang disebut barang baru ini berarti tidak dicontohkan
oleh Rasul tapi dia adalah hukum atau kesimpulan yang baru.
Kemudian perbedaan antara para ulama kemudian, Imam Syafi'i dan Imam
Ahmad berbeda pendapat, padahal dia guru dan murid, kalau ada teorinya
bahwa,”Kalau ada Al-Quran dan ada hadis yang sama tidak saling bertentangan
maka dia disebut mukham.” Fisk dan tidak ada debat tebel, dan itulah yang berlaku
untuk semua ibadah-ibadah yang rukun, yang tadi yang ditanyakan Pak Akil, tentang
yang rukun dan yang wajib itu tidak ada perbedaan, karena ada konsensus dan para
ulama di zaman sahabat dan kemudian Khulafaur Rasyidin.
Kemudian yang berbeda itu sunnah, kebanyakan di tema sunah, mereka
berbeda pendapat, ini menunjukkan bahwa kadang mereka melakukan kadang tidak.
Nanti jalurnya hadis riwayat yang berbeda. Jika bisa disinkronkan atau bisa di
dijamak.
Jadi kalau ada dalil yang berbeda, maka yang pertama metodenya adalah
bagaimana dia merangkum dua dalil yang dianggap bertentangan, jalur hadistnya
Page |3

berbeda. Jika bias disinkronkan atau bisa dijamaak, kalau ada dalil yang berbeda yang
pertama metodenya tariqatul jamak, bagaimana dia merangkup dua dalil yang
bertentangan. Itu kaedah usul fiqih yang dibuat Imam Syafi’i. Dan itulah yan
diterapkan Imam Ahlmad, muridnya. Kalau bisa dijamak maka kesimpulannya adalah
bahwa qunut yang dimaksudkan adalah tukmuninah, setelah selesai samialahu liman
hamidah, Rasulullah panjang berdirinya, tidak segera sujud sebagai mana shalat yang
lain, yaknutu diartikan tu’muminah dan ‘tidal, itu disebut yaknutu, tetapi tidak
dijelaskan pilihan apa dikumandangkan doanya, itulah yang mengatakan
bahwa hadist, ini bisa digabung antara dua hadist yang mengatakan Rasulullah qunut
sampai wafat, dan hadist dia makmun di belakang semua Khulafaur Rasyidin bahkan
juga dibelakang Rasulullah, dia mengatakan tidak pernah ada qunut subuh. Maka
dimaknai berdiri yang panjang, ada lagi memaknai ini adalah bahwa yang
dimaksudkan adalah witir, dishalat witir Rasulullah selalu qunut pada waktu witir,
kemudian yang berpendapat itu tidak bisa digabung dua buah hadist ini.
Maka yang kedua thoriqoty tarjih, tarjih itu diverifikasi bobot hadisnya dari
sisi perowinya, dari sisi perowinya didapatkan bahwa yang mengatakan Rasulullah
tidak pernah meninggalkan qunut hingga wafat, diantara perawinya ada yang punya
catatan sehingga dia dianggap bukan hadits yang shahih, tidak sekuat hadis yang
mengatakan bahwa Rasulullah SAW, khulafaur rasyidin tidak pernah qunut subuh. Ini
Haditsnya shahih dan kuat dari perowi, maka yang melakukan tarji itu cenderung
memilih untuk pendapat yang hadits, yang kedua bahwa beliau tidak pernah qunut,
yang menganggap hadits ini shahih hadits mengatakan Rasulullah tidak meninggalkan
qunut, dia memlih qunut dia dia tidak mentarjih tetapi dia tariqatul jamah.
Ttapi imam Al-Ghazali mengatakan,”Sesuatu yang sudah dijadikan topik di
zaman sahabat, di zaman tabi’in, maka dia bukan termasuk dalam kategori bid’ah,
dikategorikan bid’ah jika tidak pernah dibahas pada era zaman sahabat dan tabi’in.”
Muncul belakangan itu boleh dikategorikan bid’ah. Begitu kesimpulan Imam Ghazali
yang dia termasuk menganut Mazhab Syafi’i. Maka karena adanya hadis yang tidak
bisa di jamak menurut mayoritas ulama, antara ini dengan ini maka banyak yang tidak
lagi Qunut subuh, ini dilakukan di era Imam Ahmad bin Hambal, Imam Syafi'i dia
memilih hadis yang Abdlullah ibnu Abbas tadi. Yang Abdullah Ibnu Abbas ada dua,
ada tentang qunut dan ada tentang dzikir bada shalat dengan keras.
Itu dicatat bahwa usia Abdullah Ibnu Abbas meriwayatkan itu dari kejauhan,
karena dia usianya masih masuk……, maka Imam Syafi’i mengatakan meskipun dia
masih kecil pada waktu itu tetapi kita pahami ….. dan haditsnya shahih, maka kita
pahami bahwa Rasulullah mengeraskan suara, itu tidak konstan, tidak terus-menerus,
dan kemudian dia hanya bersifat untuk tujuan mengingatkan dan mengajarkannya.
Itu penjelasan imam Syafi'i tentang hadist Abdullah Ibnu Abbas, maka
dikatakan hukum dzikir itu aslinya di dalam diri, dengan penuh rendah hati, dengan
penuh rasa khawatir , tanpa mengeraskan, itu asal dalam tujuan, tetapi dalam tujuan
untuk mengajarkan atau mengingatkan kadang Rasulullah mengeraskan.
Bagaimana kalau dipermanenkan? Berarti misi yang dijelaskan Rasulullah
disebutkan, karena ada Al-Quran yang menjelaskan bahwa doa dan dzikir itu di dalam
diri dengan penuh rasa harap dan penuh rasa takut, dan kalimat tanpa mengeraskan
suara. Ini akan bertentangan dengan jika mengeraskan suara. Bagaimana merangkum
dua dalil ini, antara yang diriwayatkan Abdullah bin Abbas. Aslinya hadits tidak
Page |4

boleh bertentangan dengan Al-Quran, tetapi yang ini dijelaskan bahwa untuk
mengajarkan dan mengingat orang, itu resmi ditulis Imam Syafii.
Lalu kemudian di dunia non Arab, karena kesulitan bahasa dan kesulitan
menghafal maka mayoritas di dunia non Arab mengeraskan suara, tapi di dunia Arab
hampir tidak ada karena itu bahasa hari-hari yang cepat dia hafal, membaca
Subhanallah siapa yang tidak bisa, semua bisa dan itu testimoni pribadi, bukan untuk
dikumandangkan.
Jadi banyak imam yang merangkum, umpamanya kalimat Subhanallah tidak
diucapkan 33 kali mengeraskan suara, cuma diawali Subhanallah dengan rentang
bacaan speednya beda-beda, lalu kemudian dia mengatakan Lailahaillallah dibiarkan
masing-masing membaca kalimat Lailahaillallah. Termasuk di awal
Astaghfirullahaladzim lalu mereka semua yang……… Ada dalam memilih seperti itu,
bagi yang tidak mempercayai makmunnya, menganggap makmum yang belum bisa
mengeraskan suara. Agar diikuti semuanya dari ujung ke ujung, pada mempercayai
makmunnya yang sudah pada bisa dan pada hafal. Cukup diingatkan saja, kadang-
kadang tidak diingatkan karena masing-masing sudah tahu apa yang harus dia
lakukan, karena ayatnya ada, itu disebutkan di surat Al-A’raf:

QS. Al-A’raf (7): 205. Dan ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan
rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, pada waktu pagi dan petang, dan
janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah.

Dan kalau Al-Quran yang tidak bisa digugurkan oleh hadits. Maka Imam
Syafi'i mengatakan, aslinya dia seperti ayat ini dan bisa kita baca artinya sendiri
bahwa tidak boleh lalai, ya harus rutin melakukan dzikir, kemudian doa, doa ada
event doa seperti di atas mimbar, maka doanya harus dikumandangkan, seperti dzikir
pada waktu haji itu harus dikumandangkan, tapi tidak boleh diqiyaskan dengan salat
malam, kalau salat malam seperti di musim haji bisa gager semua orang. Makanya
banyak yang menentang yang speaker yang dikeraskan jauh sebelum subuh.
Itu untuk apa? Agar orang bangun, bangun saja dengan kesadaran, mereka
dibangun dengan kesadaran bahwa masing-masing harus menjadi orang……. karena
itu sunnah tidak wajib, maka jangan dipaksa karena mereka untuk bangun tetapi
dibikin kesadaran, itu tanggung jawab keluarga untuk saling membangunkan, bukan
tugas masjid untuk membangun dengan suara yang sangat nyaring di sekelilingnya,
yang akhirnya negara mengambil keputusan dilarang menggunakan speaker,
pelarangan itu bukan untuk hari-hari, tetapi itu untuk sebelum subuh.
Di antara yang keberatan dulu adalah presiden Boediono karena rumahnya
berhadapan dengan Masjid Sunda Kelapa. Laul di kota-kota besar dilarang untuk
mengeraskan suara.
Sehingga para ulama mengatakan,”Berikan porsi pribadi dengan tenang,
dengan maintenance, tidak boleh diqiyaskan satu dengan yang lain, karena ibadah itu
harus merujuk kepada sumber, bukan kepada analogi dan qiyas. Maka dengan
demikian sesungguhnya dibahasan dan kajian-kajian akademik yang dirumuskan
lintas mazhab, apa membuat imam Malik begini, apa membuat Imam Syafi’i begini,
apa yang membuat Imam Ahmad begini dan apa membuat Imam Hanafi begini. Ini
kaidah-kaidah Ushul fiqih yang sudah dirumuskan oleh para imam dan diapprov, ada
usul Fiqih yang disusun oleh Imam Syafi'i yang kemudian diralat oleh Imam Ahmad,
Page |5

begitulah orang-orang membuat tarjih, sehingga semuanya sudah mengambil


kesimpulan.
Lalu kemudian yang menjadi perkara adalah itu ijtimah para ulama itu dia
mengapprof kualifikasinya sebagai ulama muttahid, itu pribadi-pribadi muttahid, ini
tim kolektif-kolektif, yang kolektif dari berbagai disiplin ilmu dan berkumpul untuk
merumuskan dan menyusun, ini juga bisa diapprove karena ini disebutkan sebagai
Ijma para ulama, walau pun masih ada saja yang mengikuti personal, walau pun
demikian tidak mengikuti ijma.
Jadi begitu dinamikanya, tetapi seluruh perbedaan-perbedaan pendapat itu
tidak menggugurkan hukum. Umpamanya yang wajib atau sunnah, kalau sunnah
apakah sunnah Muakkadah seperti Imam Ahmad bin Hambal mengatakan salat
berjamaah itu wajib, itu ada syaratnya tidak untuk semua orang, pertama yang
mendengarkan adzan sudah barang tentu adzannya tanpa menggunakan speaker.
Kemudian dia dalam keadaan tidak musafir, atau kalua tidak musafir dan dia dalam
keadaan tidak sakit. Jadi ada syarat yang ditetapkan.
Jadi begitulah, ada kualifikasi khusus, dan tidak wajib bagi wanita meskipun
nempel dan mendengarkan azan, karena yang diperintahkan hanya pria. Jadi ada yang
menjelaskan tentang kualifikasi yang detail tentang kenapa jatuh hukumnya? Begini
dan penghambat jatuh hukumnya seperti itu.
Jadi kita tidak bisa hanya mendengarkan cuplikan literatur, tetapi semuanya
naskah sudah tertulis, dan rapi. Dulu kita harus ke perpustakaan mencarinya tetapi
sekarang semuanya sudah tersedia tinggal di-upload, kajian ulama mana yang ingin
kita mau semua tersedia di goggle.
Begitulah pengambilan keputusan hukum di dalam Islam. Jadi dalam salat
lima waktu itu sudah menjadi ketetapan Rasulullah, dan dilaksanakan sepanjang
Rasulullah hidup dan di kalangan para sahabat penafsirannya para sahabat tidak ada
yang ijma berbeda para ulama yang lalu.
Lalu kemudian soal qunut umpamannya jika itu sesuatu yang rutin dilakukan
Rasulullah, maka sanad hadistnya tidak hadist ahad, hanya diriwayat hanya satu saja,
Abdullah Ibnu Abbas saja, karena semua orang juga ingin mendapatkan pahala dari
doa, dan isi doanya bagus, tetapi di mana kita harus berdoa, apakah di dalam salat,
apakah di luar salat, ini boleh kita lakukan, tanpa shalat pun mendoakan
allahummahdina fiman hadait, tidak hanya doanya yang sangat bagus dan tidak ada
yang berbeda pendapat tentang doanya bahwa itu adalah doa yang sangat kita
perlukan, tetapi jika dilakukan dalam salat maka hadistnya bukan hadist ahad, karena
Rasulullah selalu berjamaah. Perowinya hanya satu hadist (Abdullah Ibnu Abbas).
hadist yang lain mengatakan tidak, dan ini bertentangan dan tidak bisa dikumpulkan
oleh sebagian, orang jika dikumpulkan itu dimaknai sebagai tidak segera sujud,
setelah bangun dari ruku. Jadi ‘tidal dan tuma’ninahnya panjang.
Apa yang dilakukan tidak ada kejelasan, lalu di maknai itu mungkin berdoa,
ya mungkin tapi tidak mengapa kita berpanjang. Maka itu suka dipilihnya dua.
Setelah itu dia berhenti dibiarkan memperluas diri sendiri menjamak antara dua.
Dipimpin dulu doanya, setelah itu dia berhenti dan dibiarkan makmun berdoa sendiri-
sendiri.
Dan itu contoh menjamak antara berdoa qunut dan tidak qunut, itu dengan
cara diam dan tidak berkata apa-apa lalu tiba-tiba ada yang mengatakan Allahu Akbar.
Ada yang begitu menjamak antara berdoa dan tidal dan tuma’ninah di dalam doa. Itu
Page |6

cara-cara yang ditempuh oleh para ulama, maka kita bisa mentreast yang mana yang
yang lebih akurat dengan contoh dari Rasulullah.
Kemudian kalau dia sudah memilih ya sudah, itu pilihan dia, tanggung jawab
didepan Allah tentang apa yang menjadinya pilihan, sehingga status hukumnya
menjadi seperti ini.
Nah kemudian dzikir sama, kadang-kadang, berarti Rasulullah tidak harus
terus-menerus, maka mereka memilih kadang dikeraskan kadang imam tidak
mengeraskan suara, dia mengucapkana wassalamualaikum warahmatullah, diam.
mereka yang meyakini doa harus keras-keras dan di dipimpin tidak pas waktu ashar
tidak, tapi nanti di waktu magrib, isya, subuh juga mereka mengeraskan. Ini di
kombinasi antara doa dan dzikir sesudah subuh, kan memang disunahkan dzikir, kita
membaca Al-Quran ini juga dalam rangka dzikir.
Jadi itu nanti memang salat lima waktu yang ditetapkan Malaikat Jibril datang
untuk mengajarkan tata cara sholatnya dan Rasulullah makmum di belakang Malaikat
Jibril, dan kemudian setelah malaikat jibril tidak datang Rasul mengimani dan
makmumnya adalah para sahabat.
Lalu kemudian Rasulullah mengatakan,”Shalatlah sebagaimna kalian melihat
saya salat.” Awalnya Rasulullah melihat malaikat jibril salat, di rentang waktu yang
disebut, lalu melakukan hal yang sama untuk para sahabatnya. Waktu isra’ mi’raj itu
hanya perintah shalat dan bilangan shalat dalam satu hari. Lalu kemudian ayat Al-
Quran mengatakan pahalanya digandakan menjadi 10 kali lipat angka yang 5 sama 10.
Begitu penafsiran para ulama, dan ini ditunjukkan nanti tentang masalah hukum,
metodologi mempertanyakan masalah hukum:

QS. Al-Ma’idah (5): 101. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu
menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu (justru)
menyusahkan kamu. Jika kamu menanyakannya ketika Al-Qur'an sedang diturunkan,
(niscaya) akan diterangkan kepadamu. Allah telah memaafkan (kamu) tentang hal itu.
Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyantun.

Disebutkan,”Orang-orang yang beriman selalu menanyakan sesuatu, jika


dijelaskan kepada kalian ini malah merepotkan kalian, jika engkau bertanya saat
Quran baru di turunkan maka akan dijelaskana kepada kalian.” Ini mempertanyakan
status hukum setelah ketok Palu.
Kalau masih dalama proses nanti Allah menjelaskan,”Allah memaafkan
tindakan kalian sebelumnya dan Allah Yang Maha Pengampun dan Maha Lembut.”
Dan disini kadang-kadang tidak ditanya seperti shalat malam, setelah sekian waktu
baru dijelaskan bahwa sekarang diringankan buat kalian, maka bacalah yang ringan-
ringan dari Al-Quran. Disini menetapkan bahwa dia sunnah.
Rasulullah diriwayatkan selalu melakukan salat itu, sunnah yang muakkadah
bagi umatnya, tetapi Rasulullah dirinya mengikatkan diri untuk melaksanakan karena
ada perintahnya, maka kalau tidak ada perintah untuk rutin maka tidak. Jadi tadi yang
dikatakan kenapa rutinitas Rasulullah untuk shalat malam dan salat dhuha tidak bisa
diambil kesimpulan, yang ini pun dilakukan rutin, yang ini ada perintah yang ini
tidak.
Jadi tidak boleh dianalogikan, tetapi ada tidak perintahnya karena setiap yang
dikategorikan ibadah itu harus ada rujukan hukumnya, tidak boleh dianalogikan
Page |7

kecuali di bab muamalah.Tapi di bab ibadah tidak boleh ada analogi dan qiyas dalam
menyimpulkan hukum. Jadi harus ada cantolan hukumnya.
Kemudian soal kita suka meninggalkan shalat atau orang-orang suka berat,
inikan kekhawatiran Nabi Musa dan kelembutan Nabi Musa yang dikenal sangat
keras, agar Muhammad jangan sampai melakukan pelanggaran, tapi ternyata justru
diperintahkan mempersering dan memperbanyak beribadah, nanti ibadah yang rentang
waktunya frekuensinya tinggi itu meneguhkan keimanan dan meningkatkan
kepatuhan. Yang diperintahkan jarang-jarang ini nanti berpotensi untuk menjadi
kering hatinya, karena rentang waktu yang lama tidak menjalankan apa yang
diperintahkan.
Itu disebutkan dalam Al-Quan, itu yang menjadi pertimbangan Nabi Musa
berbasis pengalaman Nabi Musa dengan umatnya, berbasiakan pengalaman umatnya
Nabi Isya juga seperti itu hanya seminggu sekali beribadah. Begitu yang dijelaskan
bahwa ulama tentang masalah kekhawatiran, tapi yang final and binding adalah yang
5 kali dalam sehari shalat diperintahkan, dan itu yang dicontohkan Rasulullah.
Kedua, Tentang perniagaan. Jadi perintah untuk melaksanakan kalimat-kalimat Al-
Quran berjuang dijalan Allah itu banyak, umpamannya disebutkan dalam ayat
berikut:

QS. Al-Ankabut (29): 69. Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan)
Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah
beserta orang-orang yang berbuat baik.

Barang siapa berjuang di jalan-Ku, berjuang bangun sebelum subuh, berjuang


untuk cepat tidur dan bangun cepat bangun, dan menahan diri dengan kantuk dan
keluh kesahnya hingga bisa salat malam, lalu kemudian dia salat subuh setelah itu lalu
kemudian begitu dia berjuang di tengah-tengah kesibukannya mencari shalat 24 rakaat
lalu kemudian puasa dalam hubungan itu adalah berjuang dijalan Allah agar dia bisa
melaksanakan perintah-Nya. Ada lagi berinfak disebutkan dalam ayat berikut:

QS. At-Taubat (9): 20. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di
jalan Allah, dengan harta dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi
Allah. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan.

Orang-orang yang beriman berhijrah dan berjuang fisabilillah dengan harta


dan jiwa, kalau dengan jiwa mereka sudah, tidak mengapa tentang harta. Ini dikatakan
harta itu adalah barter yang akan digantikan oleh Allah, yang kalian belanjakan di
jalan Allah pasti akan digantikan oleh Allah, di dunia atau diakhirat.
Ini ada di ayat :

QS. Saba (34): 39. Katakanlah, “Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki dan
membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya.” Dan
apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki
yang terbaik.

Kepastian mengganti itu kemudian dikatakan tijaroh, sebuah buater. tijaroh


itu artinya barter. Pertukaran itu disebutkan oleh Allah,”Barang siapa yang akan
Page |8

memberi pinjaman untuk Allah akan diganti dengan kelipatannya.” Siapa yang mau
bertransaksi dengan Allah akan diganti dengan………., ini adalah sebuah transaksi
yang tidak pernah rugi, ini adalah penjelasan-penjelasan terhadap apa yang sudah
diperintahkan.
Untuk memahami agama jangan hitung-hitungan untuk membiayai, agar kita
bisa belajar agama harus anggarannya diperbesar. Sekarang kalau sekolah matematika
ekonomi biayanya mahal, tetapi begitu sekolah agama gratis, kebalik harusnya belajar
agama yang dibiayai mahal dengan fasilitas yang terbaik, sekarang tidak. Fakulas
kedokteran mahal, fakultas ekonomi mahal-mahal. Padahal dia untuk urusan dunia.
Maka mengalokasikan anggaran besar untuk mempelajari agama.
Harusnya kita mendatangkan guru-guru privat untuk anak-anak kita, kita bayar
mahal tidak apa-apa, atau kita sekolahkan mereka ke tempat-tempat yang mahal untuk
belajar agama, karena Allah pasti akan mengganti peneluaran kita. Kalau sekolah
bisnis dengan biaya mahal, sekolah kedokteran dengan biaya mahal tetapi belum tentu
diganti oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala, karena itu urusan jangka pendek.
Itu disebutkan pinjaman yang akan diganti Allah, biasa di sebut kan sebuah
transaksi barter yang tidak akan pernah rugi, pasti kita diuntungkan oleh Allah dan
kemudian disebutkan lagi dengan mengalokasikan anggaran untuk fisabilillah.
Ini cara Allah menjelaskan setelah ada perintah yang resmi bahwa wa mimma
rozaqnahum Yun fikun, dari rezeki yang dia terima hendaklah dialokasikan untuk itu,
lalu ditambah dengan penjelasan-penjelasan Al-Quran mengatakan:

QS. Al-Isra (17): 89. Dan sungguh, Kami telah menjelaskan berulang-ulang kepada
manusia dalam Al-Qur'an ini dengan bermacam-macam perumpamaan, tetapi
kebanyakan manusia tidak menyukainya bahkan mengingkari(nya).

Bahwa,”Sungguh telah kami jelaskan di dalam Quran ini.” Disini alasannya


banyak diantaranya analogi. Jadi Allah menjelaskan perumpamaan kepada kita pinjam
meminjam, menginfakkan, berdagang dengan Allah, tetapi orang-orang masih juga
membantah dan tidak mau menskala prioritaskan untuk kepentingan agama.
Kita mudah memainkannya, begitu untuk urusan ibadah dan proses ta'lim
anggarannya pas-pasan, begitu besar anggaran tentang kebanggaan diri karena akan
berpisah, atau akan pulang atau dia menang dalam PK atau untuk ulang tahun maka
dia begitu megah, pada hal itu tidak termasuk yang diperintahkan. Tetapi
memfasilitasi orang yang beribadah, memfasilitasi orang yang mempelajari agama itu
diperintahkan, tapi siapa yang menskala priotaskan untuk kegiatan agama? Tidak ada,
tetapi kalau untuk kebanggaan dan prestise dan kehormatan dia ……… Pada hal ini
tidak akan diganti oleh Allah. Jadi orang masih saja melakukan…… padahal sudah
dijelaskan dengan banyak pendekatan dari berbagai sentuhan masih saja
mensekunderkan urusan ibadah, memprimerkan urusan prestise dan pesta perkawinan.
Pesta pernikahan itu lebih mewah dari akad nikahnya, padahal harusnya justru yang
syari’i itu kan akad nikah, biar disaksikan oleh orang banyak, tapi kan limited, tetapi
yang mejeng di atas kursi di atas itulah yang menjadi kebanggaan.
Padahal dulu Rasulullah tidak begitu, yang ini prestise orang tua dan
kebanggaan, yang ini yang ibadah yang syari'i yang diundang terbatas menunya juga
pas-pasan, lebih mewah yang kebanggaan ketimbang dari pada yang syari'i. Kenapa?
Orang-orang masih menyukai dan ingkar kepada apa yang telah Allah janjikan.
Page |9

Kenapa demikian, karena kalau untuk Allah kita pelit, tetapi kalau untuk diri
sendiri kita cenderung royal. Maka disebutkan dalam ayat berikut:

QS. Muhammad (47): 38. Ingatlah, kamu adalah orang-orang yang diajak untuk
menginfakkan (hartamu) di jalan Allah. Lalu di antara kamu ada orang yang kikir,
dan barangsiapa kikir maka sesungguhnya dia kikir terhadap dirinya sendiri. Dan
Allah-lah Yang Mahakaya dan kamulah yang membutuhkan (karunia-Nya). Dan jika
kamu berpaling (dari jalan yang benar) Dia akan menggantikan (kamu) dengan kaum
yang lain, dan mereka tidak akan (durhaka) seperti kamu (ini).

Bahwa,”Barang siapa yang pelit kepada Allah, padahal semua yang kita
miliki adalah dari Allah. Inilah kalian, inilah gaya kalian, yang diajak
mengalokasikan di jalan Allah, kalian justeru memilih pelit. Barang siapa pelit
kepada Allah maka itu justeru mencelakakan dirinya sendiri.”
Allah yang Maha kaya, kalian sangat membutuhkan Allah, jika kalian
berpaling dan tidak mau melaksanakan apa yang Allah perintahkan, yaitu
mengalokasikan income dan simpanan kita di jalan Allah untuk mempelajari agama,
untuk menyebarkan agama untuk memfasilitasi orang-orang yang ingin beribadah,
untuk menegakkan kalimat Allah dan untuk beragam hal yang diperintahkan oleh
Allah, kalian tidak mau dan pelit maka Allah akan memusnahkan kalian dan akan
mengganti orang-orang yang seperti kalian, yang pelit.
Dia akan mengganti, akan di daur ulang, disingkirkan dan diri, dan digantikan
oleh orang yang punya sense of responsibility terhadap beragam aktivitas keagamaan.
sense of responsibility ini harus dipahami kita sebagai orang Islam harus komplite.
Maka Rasulullah mengatakan,”Ya Allah berikanlah pengganti kepada orang yang
selalu memberi, tetapi orang-orang Islam lebih memilih dia sebagai penerima, Ya
Allah berikanlah orang yang tidak mau memberi selalu menahan dan hanya menjadi
beneficiary beri mereka kemiskinan.” Rasulullah mendoakan orang yang kita agar
bangkrur dan selalu merasa tidak punya,. Adapun orang yang selalu ringan tangan
beragam urusan agama itu diminta untuk pengganti.
Jadi mentalitasnya kita membangun urusan agama, kita menunggu ada uluran
tangan dari orang lain bukan sebagai inisiator yang berkontribusi untuk memberi. Para
kyai dan para ulama kita memposisikan diri sebagai mujtahid, tidak memposisikan
diri sebagai muzzaki, ini persoalan dan kemudian kalau mereka bikin program
aktifitas keagamaannya selalu bikin proposal, artinya dia tidak berhasil
membangkitkan semangat menjadi kontributor dalam beragam kegiatan agama.
Inikan kan kebalikan dengan yang diajarkan oleh Islam, maka kita memastikan
anggota keluarga kita, kita membiayai mereka untuk aktifitas keagamaan.
Kalau ditanya tentang proposal, proposal itu selalu dibikin ada unsur
bohongnya, maka selalu dimark up anggarannya, ini menjadi persoalan. Jadi dia
berniat untuk diberikan sebagai sumbangan buka puasa bersama tapi kalau ada selisih
disimpan menjadi uang kas untuk keperluan non buka puasa bersama, ini harusnya
dihabiskan untuk buka puasa, kalau perlu ditambah oleh kita kalau kurang.
Maka rata-rata kepanitiaan dan kepengurusan untuk perhelatan aktivitas
keagamaan nama pengurusnya tidak ada dalam daftar donator, yang ada justeru nama
orang lain. Jadi keterpanggilan terhadap pengalokasian manajemen aset dan income
dan kekayaan belum sesuai standar dari apa yang diajarkan oleh Allah dan Rasulullah.
P a g e | 10

Jadi skala prioritasnya selalu hanya untuk kebanggaan pribadi dan keluarga atau untuk
selera dan obsesi kita, tetapi belum untuk sesuai dengan yang Allah maksudkan.
Kalimat-kalimat yang sudah cukup lengkap dari Allah, berbagai analogi resmi
yang sudah, ada analogi supaya kita paham juga sudah ada. Jadi tijjaro dia tidak
sendirian tijarah tapi dia nempel kepada perintah resminya.

Pertanyaan 2 (Bapak Akil Mochtar)

Rasulullah menerima perintah shalat pada saat israj mi’raj, yang ceritanya macam-
macam awalnya menerima shalat 50 waktu lalu dikurangi hanya menjadi 5 waktu.
Dan ini masalah kemampuan kita melaksanakan shalat bukan banyaknya shalat
dilaksanakan. Dan ini mungkin terbukti benar, umat Islam banyak melaksanakan
shalat tetapi berat atau menuda-nunda melaksanakannya. Kalau kita baca hadist
bahwa shalat harus di masjid bagi pria. Ada orang walaupun sesibuk apa pun dengan
pekerjaannya dia tetap shalat di masjid.
Perintah shalat kepada Rasulullah saat israj mi’raj apakah sudah lima waktu atau
diberi petunjuk pelaksanaannya, temasuk jumlah rakaat, waktu-waktunya, atau
apakah ini dari Rasulullah langsung atau hanya tafsir dari para ulama, termasuk
juga masalah qunut atau tidak qunut. Karena di dalam Al-Quran hanya menyebutkan
tiga waktu shalat lalu berubah menjadi 5 rakaat. Ini penting kita ketahui, karena
shalat adalah sangat penting dalam ajaran agama kita, karena shalat adalah tiang
keimanan kita dan yang pertama di hisab saat di akhirat adalah shalat. Kalau
masalah puasa dan haji itu sudah jelas.

Jawaban

Bahwa sejak yang diriwayatkan di dalam hadis yang terkait tentang Isra Miraj
bahwa yang diperintahkan pertama kali salat itu 50 kali, itu hadistnya shohih,
kemudian dialog dengan Nabi Musa minta supaya diringankan itu haditsnya shahih,
lalu kemudian setelah sampai di bilangan angka 5 waktu hadisnya juga shohih bahwa
Rasulullah merasa tidak pantas lagi meminta keringanan kurang dari 5 waktu dan itu
pun hadistnya shohih,.
Lalu kemudian saat perintah itu diturunkan jadwal shalat tidak termasuk yang
dimuat di dalam perintah itu, tetapi kemudian Malaikat Jibril setelah itu datang
kepada Rasulullah menjelaskan waktunya tidak verbal tetapi dengan praktek langsung
dari Malaikat Jibiril, Malaikat Jibril datang subuh hari ini di awal waktu, besok pun
datang lagi di akhir waktu subuh, lalu kemudian Malaikat Jibril menjelaskan waktu
subuh itu antara yang itu dengan yang ini. Demikian juga salat Dhuhur dan demikian
juga salat ashar dan Maghrib, jumlah rakaat dan lain sebagainya itu langsung dari
malaikat Jibril Alaihissalam, maka di dalam cerita isra’ mi’raj, ini kan salah satu
ayatnya:

QS. An-Najm (53): 3. dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur'an) menurut
keinginannya.
P a g e | 11

Bahwa dikatakan,”Rasulullah tidak menceritakan khusus yang terjadi dalam


Isra’ mi’raj itu dari dirinya sendiri.” Banyak orang yang mengatakan bahwa kejadian
Isra Mi'raj itu adalah halusinasi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, maka di sini
disebutkan berikut:

QS. An-Najm (53): 11. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya.

Rasulullah tidak berbohong, hati rasululllah tidak akan berbohong. Di sini


kalau orang berdusta pasti akan kehilangan konsistensi dalam bercerita, karena dia
merasa perlu ada yang di ralat, maka cerita awal, cerita berikutnya, cerita di fase
berikutnya pasti akan terjadi perubahan, ingin meralat yang diceritakan, tetapi di sini
maka apa yang disaksikan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam itulah yang
diceritakan. Dan dia hatinya tidak berbohong, maka apakah mereka meragukan
menentang apa yang telah dilihatnya.
Jadi Rasulullah dalam Isra Mi'raj itu adalah sebuah kesaksian dengan mata
kepala dan mata hati. Kalau pun toh hanta mata kepala lalu kemudian mungkin dia
berhalusinasi, tetapi Allah mengatakan hatinya tidak berdusta. Jadi antara mata hati
dan mata kepala yang menyaksikan itu, maka di seluruh cerita tentang Isra Miraj
hingga rasulullah wafatnya konsistensinya tidak ada yang berubah, karena itu adalah
antara mata hati dan mata kepala.

QS. An-Najm (53): 5. yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat,

Lalu kemudian apakah mungkin apakah bisa kalian orang-orang musyrikin


Quraisy akan menentang dan tidak membenarkan apa yang telah dilihatnya. Disini
maka kepala. Lalu kemudian Nabi Muhammad melihat Jibril yang kesekian kalinya.
Karena di bumi Malaikat Jibril pernah menampakan wujud aslinya, kemudian
menjelang di Sidratal Muntaha Jibril memperlihatkan wujud aslinya. Jadi ini adalah
sebuah kejadian nyata.
Setelah setiap yang dikatakan jadi ada dilihat mata kepada dan mata hati, ada
konten yang dibawa oleh Rasulullah merupakan pesan-pesan, itu disebutkan bahwa
dia tidak bercerita, tidak berbicara berbasis halusinasi atau imajinasi atau pikirannya
sendiri, menafsirkan sendiri apa yang terjadi.
Jadi ada yang dilihat dan ada pesan yang dibawa, pesan yang di bawah ini
adalah wahyu.
Lalu kemudian detail pelaksanaannya adalah diajari malaikat tentang tata cara
pelaksanaan apa yang dibawa, pesan-pesan yang dibawa oleh Rasulullah, dan
Malaikat Jibril itu adalah makhluk yang cerdas.
Jadi asumsi bahwa dari mana malaikat tahu kalau Allah menciptakan manusia
akan terjadi pertumpahan darah dan pengrusakan? Pertanyaan itu berbasis kalimat
malaikat yang berikutnya yaitu,”Subhanaka la ilmalana illa Ma allamtana, Maha
Suci Engkau kami tidak mengetahui sesuatu kecuali yang Engkau ajarkan kepada
kami.” Kan apa yang Allah ajarkan kepada para malaikat dan tidak ada penjelasan apa
saja yang sudah diajarkan oleh Allah kepada malaikat, tapi di sini Allah menjelaskan
para malaikat itu memiliki kecerdasan di atas rata-rata dari yang dimiliki oleh
manusia.
P a g e | 12

Maka Rasulullah berbicara tentang kecerdasan, disebutkan bahwa,”Orang


cerdas itu adalah yang menjadikan hidupnya di bumi, atau aktivitas ada di bumi
dijadikan bekal untuk menghadapi kehidupan sesudah mati.” Kita biasanya hanya
berpikir di masa muda berbekal untuk hari di usia bekerja, usia bekerja sebagai bekal
untuk hari tua. Jadi selagi kecil mencari bekal untuk dewasa, setelah dewasa dan
bekerja mencari bekal untuk menghadapi hari tua.
Setelah itu apa sudah? Inilah standar manusia, bahkan yang sering kita dengar
adalah bahwa selagi muda dia menghabiskan seluruh energinya, seluruh hidupnya dan
mengorbankan kesehatannya untuk mendapatkan uang dan harta setelah tua Dia
menghabiskan hartanya untuk mendapatkan kesehatan. Jadi siklusnya mengorbankan
kesehatan untuk mendapatkan uang dan harta, lalu setelah tua dia menghabiskan harta
untuk mendapatkan kesehatan, jadi siklusnya deimikian. Itu siklus yang ada dan
dikenal oleh masyarakat dan itu disebutkan bahwa itu bukan tipologi orang yang
cerdas menurut Rasul, orang cerdas itu adalah yang membekali dirinya
mempersiapkan diri untuk menghadapi kehidupan sesudah mati.
Jadi disebutkan bahwa di dunia ini sifatnya hanya jangka pendek, yang jangka
panjangnya adalah kehidupan akhirat. Orang yang hanya berpikir untuk jangka
pendek dan kepentingan jangka pendek berarti dia belum memiliki bayangan tentang
jangka menengah dan jangka panjang. Jangka menengah kita adalah ibadah-ibadah
yang kita lakukan. Sudah barang tentu hierarki pembuatan hukum yang dijadikan
rujukan sebagai sumber hukum, yang ditanyakan Pak Zul, ada Allah, ada Rasulullah
kemudian ada khulafaur Rasyidi, kemudian ada ijma para sahabat. Setelah itu dia
bukan sumber hukum. pendapat ulama itu bukan sumber hukum.
Nanti ada disebut qiyas, tetapi para ulama beda pendapat karena tema-tema
ibadah tidak boleh ada qiyas, qiyas itu di dalam adat-istiadat di luar ibadah.
Umpamanya yang tadi salat wajib yang 50 waktu, dan dialognya adegan Allah untuk
dikirimkan atas masukan Nabi Musa di dalam cerita. Saat itu kemudian dilahirkan
bahwa disebutkan dalam Al-Quran bahwa setiap amal saleh, setiap kebaikan setiap
amal saleh itu akan digandakan 10 kali lipat. Barang siapa yang melakukan amal
sholeh, maka akan diberi pahala 10 kali lipat dari yang dikerjakan, shalat yang lima
waktu itu sama dengan yang 50 kali kita mendapatkan pahala, dan yang 50
diperintahkan pertama, yang ini cukup dikerjakan 5 kali saja tetapi nilainya sama
dengan shalat 50 kali, tetapi atas keputusan Allah dan kemudian itulah yang
dicontohkan oleh rasulullah, sehingga tatkala Rasulullah turun ke bumi sudah
membawa 5waktu shalat. Mungkin bisa kita analogikan tentang proses pengambilan
keputusan kapan dia final and bandingnya, ada prosesnya.
Di umat-umat Nabi Musa ibadah itu hanya satu kali, hari Sabtu, di umatnya
nabi Isa juga hanya satu kali seminggu yaitu hari Ahad, dan kemudian ini dianggap
masih ditinggalkan kata Nabi Musa. Lalu Allah menambah lagi umatnya nabi
Muhammad menjadi 5 kali. Jadi Analisa yang di yang dibahas oleh para malaikat
bahwa ibadah itu akan semakin sering maka dia akan semakin meneguhkan hati, kalau
sering ditinggal atau kalau rentang waktunya terlalu lama, disebutkan dalam Al-
Quran:

QS. Al-Hadid (57): 16. Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman,
untuk secara khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah
diwahyukan (kepada mereka), dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang
P a g e | 13

yang telah menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang
panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi
orang-orang fasik.

Ada rentang waktu yang panjang antara mereka, qolam aimaul amal itu adalah
rentang waktu mereka panjang, sehingga membuat hati mereka menjadi keras. Kalau
kita membuat resurvei tingkat eksistensi ahlul kitab melaksanakan ibadahnya
dibandingkan dengan Islam, maka yang paling sering meninggalkan adalah mereka,
karena ada rentang waktu yang lama satu pekan satu kali, begitu dia tidak dan ada
halangan menunggu pekan berikutnya lagi. Tetapi kita memiliki yang seperti itu salat
Jumat, dan disebutkan barangsiapa yang meninggalkan salat Jumat tanpa alasan yang
bisa diterima secara syari’i, lebih dari dua kali atau hingga tiga kali dia tinggalkan
maka keimannya menjadi cacat, dalam hati keimannya menjadi……….
Yang sepekan sekali ada perintah khusus di surat Al Jumuah langsung, dan
yang 5 kali sehari ada perintah khusus baik yang di dalam Al-Quran maupun yang
langsung secara verbal disampaikan Allah kepada Rasulullah, dan Rasulullah
menafsirkan perintah-perintah umum yang dalam Al-Quran, yaitu salat pagi, shalat
siang dan shalat sore hari, itu diartikan subuh satu, dan duhur dan asar itu siang, dan
sore hari adalah Maghrib dan Isya.
Jadi begitu Rasulullah menterjemahkan secara baik sehingga yang
menterjemahkan secara bahasa cukup tiga kali, bahkan ada lagi yang mengatakan
menambah lagi 5 waktu ini dengan shalat malam dan dhuha. Itu bukan penafsiran
berbasis apa yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tetapi
penafsiran bahasa yang langsung diambil dari Al-Quran, dikurangi atau dilebihkan.
Maka karena Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam adalah sumber

Pertanyaan 3 (Bapak Dedi Handoko)

Wanita Arab Saudi kerjanya hanya mengurus rumah tangga, mengurus anak saja,
tetapi sekarang pemerintah Arab Saudi telah memberikan kebebasan kepada para
wanita. Para wanita sekarang sudah bisa menyetir sendiri mobil dan sudah bisa
nonton dibioskop. Apakah ini gejala sudah dekatnya hari kiamat?

Jawaban

Saya dulu di Saudi kurang lebih empat tahun dan suka berkunjung ke beberapa
kota. Tradisi orang-orang disana ada pakaian keluar rumah, ada ada pakaian di dalam
ruangan, dan kalau di dalam ruangan nanti ada yang ada pria asing, dan ada pria yang
keluarga saja.
Nah begitu keluar rumah itulah yang mereka gunakan, jubah over cut panjang
menutupi seluruh bagian tubuhnya, tetapi kalau sudah masuk ke rumah untuk
pertemuan sebuah sesama wanita mereka lepas semua dan mereka pakaiannya modis
semua, mereknya Hermes, dan merek-merek yang mahal-mahal lain.
P a g e | 14

Kalau khusus sesama perempuan di dalam Al-Quran boleh melihat apa yang
standar dikenal, yaitu sampai di lengan dan sampai di dengkul, jadi betis dan lengan
boleh dilihat. Maka mereka jor-joran di perhiasan sesama wanita dan itu ada tempat
khusus untuk meletakkan jubah-jubah mereka yang hitam itu, lalu kemudian di
taman-taman terbuka dan tempat pesta terbuka, itu dibikin teritorial berlapis teritorial
wanita tidak boleh dimasuki oleh pria.
Di sebagian Jedah seperti itu dan teritorialnya dibatasi tidak boleh ada orang
yang masuk, kemudian yang lain konsistensi mereka.
Jadi suasana kehidupan wanita di sana itu sangat eksklusif. Kalau kita naik
pesawat Saudi Airlines dari Singapura, dari Malaysia dari tempat lain dari Eropa,
waktu kita masuk pesawat seolah tidak ada orang Arab, pakaiannya semuanya bebas
(tidak pakai Jubah seperti di Arab), begitu mendarat di Arab mereka pakaiannya
pakaian wanita Arab. Mereka ganti di pesawat pakaiannya.
Ini kemudian oleh Muhammad bin Salman berpandangan kenapa harus
berpura-pura, buka saja pakaiannya nanti biarkan para ulama yang………, agar itu
berbasis kesadaran, tidak berbasis norma yang mengikat. Ini kan norma yang
mengikat tradisi saja tapi mereka tidak punya pemahaman, buktinya kalau ke luar
negeri mereka begitu.
Dulu perempuan Arab Saudi tidak pernah dikasih izin menyetir sendiri
mobilnya, sehingga semua keluarga punya sopir sendiri, tetapi ternyata ditemukan
banyak skandal antara supir dengan keluarganya, mereka tidak boleh bercampur di
tempat umum tapi mereka bercampur di tempat khusus, yaitu di dalam mobil. Di
dalam mobil mereka kadang-kadang membuka auratnya, berdandan dan itu dilihat
sopirnya.
Jadi begitu, ini perubahan tatanan sosial yang mereka kaji lalu kemudian bikin
deregulasi standar dan ulama diperankan di sini.
Jadi itu sudah lama terjadi lalu kemudian sekarang diformalkan dan dibikin
deregulasi. Itu ijtihad Muhammad bin Salman, Putra Raja.

Anda mungkin juga menyukai