Anda di halaman 1dari 28

PERBEDAAN PENDAPAT

DI KALANGAN SAHABAT
• Capaian Pembelajaran

 Mahasiswa mampu menganalisis perbedaan pendapat pasca


Rasulullah wafat
 Mahasiswa mampu memberi contoh perbedaan pendapat dalam
bidang Fiqh Ibadah
 Mahasiswa mampu memahami kondisi politik yang terjadi pasca
Rasulullah wafat
 Mahasiswa mampu mengungkapkan permasalahan yang
menimbulkan perbedaan pendapat
 Mahasiswa mampu mengambil sikap atas perbedaan pendapat di
kalangan umat
Perbedaan Pendapat Setelah Rasulullah
SAW Wafat
 Setelah wafatnya Rasulullah, sahabat mengalami perbedaan pendapat seputar
pemahaman keagamaan. Perbedaan pendapat yang terjadi di kalangan sahabat
tidak lain merupakan konsekuensi dari ijtihad mereka mengenai suatu perkara
yang tidak ada satupun teks yang menegaskannya, baik dari al-Qur`an atau as-
Sunnah, dan karena belum pernah terjadi Ketika Rasulullah saw masih hidup,
atau karena tidak semua sahabat menyaksikan secara langsung apa yanga
dikatakan/dilakukan Rasul, juga adanya pebedaan pemahaman terhadap
kontek yang diterima
 Rasulullah sendiri di masa hidup beliau telah mengajarkan kepada para
sahabat cara melakukan istinbâth (pengambilan kesimpulan hukum) dan cara
melakukan ijtihad dalam hal yang belum mendapat ketegasan hukum secara
tekstual, yaitu diperbolehkan untuk berijtihad dengan mengunakan
Ra’yu/Akal sebgaimana sahabat Muazd bin Jabal Ketika bertugas ke Yaman
oleh Nabi diperkenankan berijtihad dengan ra’yu /akal/rasio.
Lanjutan
 Timbulnya perbedaan pendapat dikalangan sahabat , menunjukkan suatu ciri-
ciri:
1. Perbedaan pendapat ini tidak sampai menyentuh inti agama Islam yang
mendasar yaitu masalah aqidah , kewajiban-kewajibannya dan cara
pelaksanaannya
2. Perbedaan mengenai ‘aqidah dianggap sesuatu yang tidak terpuji. Hal ini
didasarkan hadis dari Zainab binti Jahsyi, Riwayat Imam Bukhori
‫ب‬ ِ ‫ َو ْي ٌل لِ ْل َع َر‬,َ‫َهَ إِالَّ هللا‬G‫ الَِإل‬:‫ى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َمحْ َم ًّرا َوجْ هَهُ يَقُ ْو ُل‬G‫صَّل‬
َ ‫ب ِم ْن َشرِّ قَ ْد اَ ْق َر‬ َ ‫اِ ْستَ ْيقَظَ النَّبِ ُّي‬
Artinya; Nabi bangun dari tidur dengan wajah berseri seri seraya berkata : “Tidak
ada Tuhan selain Allah, celakalah orang orang Arab karena kejahatan telah
dekat”
Hadis diatas mengisayaratkan akan terjadi perelisihan di kalangan Kaum Mslimin
setelah wafatnya dan mempeselisihkan aqidah adalah suatu yang dianggap celaka
Lanjutan…
3. Perbedaan pendapat para sahabat terkait masalah di dalam bidang fiqh yang
tidak ada nashnya dalam al-Qur’an maupun Sunnah karena merupakan pengkajian
yang mandalam tentang makna-makna al-Qur’an dan Sunnah serta penggalian
hukum dari keduanya dalam bentuk ijtihad. Hal itu bukan perpecahan, melainkan
sekedar perbedaan pandangan. Setiap ahli fiqh akan terbantu oleh penemuan
terbaik ahli fiqh yang lain, baik penemuan itu disetujuinya ataupun tidak
4. Ijtihad akan dilakukan jika sudah ada kejadian/ masalah yang terjadi di
kalangan kaum Muslimin, para sahabat tidak mau membuat asumsi atau hipotes
terkait hal—hal yang belum terjadi, karena al-Qur’an dan Sunnah dianggap
sudah mencukupi
5. ketika dihadapkan pada sebuah perkara yang menuntut penjelasan suatu hukum,
mereka mencarinya di dalam al-Qur`an, kemudian di dalam as-Sunnah. Apabila
mereka menemukannya di dalam kedua pedoman tersebut atau di salah satunya,
maka dengan penuh keimanan mereka mengamalkannya.
Lanjutan
6. Jika tidak menemukan teks di dalam al-Qur`an
maupun as-Sunnah, maka sang Khalifah akan
mengumpulkan para sahabat yang dianggap kompeten
dalam masalah hukum untuk melakukan musyawarah.
Kalau nantinya mereka sependapat dalam suatu hukum,
maka sang khalifah akan langsung menerapkannya. Tetapi
bila terjadi perbedaan di antara mereka, maka sang
khalifah akan memilih yang menurutnya lebih mendekati
kebenaran demi terwujudnya maslahat kaum muslimin
secara umum, tanpa menganggap hal itu sebagai
penghalang untuk merubah pilihannya tersebut jika
nantinya terdapat pendapat lain yang lebih benar.
Lanjutan
7. Adanya kebebasan ijtihad di kalangan sahabat.
Artinya bahwa setiap orang dari mereka melakukan ijtihad dalam hal yang
dianggapnya benar, meski demikian mereka tetap menghargai pendapat-pendapat
sebagian yang lain ketika terjadi perbedaan .
 Sebagaimana perbedaan yang terjadi antara Ibn ‘Abbas dan Zaid bin Tsabit
mengenai bagian “ibu” dari harta warisan yang mencakup suami, ayah dan
ibu, atau istri, ayah dan ibu. Ibnu ‘Abbas berpendapat, “Dia mempunyai hak
sepertiga dari harta itu.” Berbeda dengan Zaid bin Tsabit yang berpendapat,
“Dia mempunyai hak sepertiga sisa dari harta itu.”. Kemudian Ibnu ‘Abbas
bertanya, “Adakah di dalam al-Qur`an sepertiga sisa dari harta?” Zaid
menjawab, “Aku hanya mengatakan dengan pendapatku, dan kau juga
mengatakan dengan pendapatmu.” Jadi keduanya tidak saling menyalahkan,
justru saling menghargai.
lanjutan
 Umar ibn ‘Abdul ‘Aziz sangat senang dengan adanya perbedaan
pendapat di kalangan sahabat Nabi tentang masalah furu’ (cabang,
bukan masalah pokok). Ia berkata,
“Saya tidak suka apabila sahabat Nabi tidak berbeda pendapat.
Apabila mereka semua berpendapat sama tentang setiap masalah,
sedangkan mereka adalah para pemimpin yang diikuti maka kaum
Muslimin akan berada dalam kesempitan. Oleh sebab itu, apabila
seseorang mengambil pendapat dari salah seorang sahabat Nabi,
berarti telah mengikuti sunnah”
 Dalam Al-Milal wa al-Nihal Asy-Syahrastani mendokumentasikan
berbagai kejadian tentang bagaimana perbedaan terjadi di antara
sahabat Nabi. Dan itu terus berlanjut di zaman tabi’in, tabi’at
tabi’in, kemudian pada generasi ulama setelahnya hingga sampai
zaman sekarang.
Lanjutan
 Ijtihad di zaman sahabat telah dicontohkan oleh para sahabat,
seperti: Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khaththab, Usman
bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Masing-masing sahabat pun
memiliki kecenderungan maupun orientasi yang khas tentang
pemikirannya. Hal tersebut dipengaruhi oleh sikap mental dan
ketajaman pola pikir mereka.
 Namun demikian perbedaan tersebut tidaklah menjadi
pertentangan, sebaliknya para sahabat Nabi itu telah
mengajarkan kepada kita untuk bersikap terbuka, saling
menghargai, dan toleran. Sebab sikap fanatic, eksklusif dan tdk
menghargai orang lain justru akan menjauhkan umat dari
hikmah yang sudah di praktekkan Nabi saw sepanjang
kehidupan beliau
Lanjutan
 sekeras apapun gesekan perbedaan yang terjadi di antara sahabat,
para sahabat tetap memegang teguh adab yang didasarkan pada
keniscayaan dan rahmat adanya perbedaan, serta kebenaran hanya
ada pada Qur’an dan Sunnah. Imam Ahmad bin Hambal pernah
memberi nasehat kepada salah seorang “Janganlah ikuti aku, jangan
pula ikuti Malik Auza’i Abu Hanifah dan lain-lainnya. Tentukan
hukum dari sumber yang mereka gunakan, yaitu Qur’an dan
Sunnah.” Adapun Imam Syafi’i pernah berkata pada Muzanni
bahwa, “Wahai Ibrahim, jika hadits itu Shahih, Maka itulah
madzhabku. Janganlah ikuti setiap yang aku katakan, hendaklah
kamu mempunyai pandangan sendiri, itulah agama”. Imam
madzhab sangat memegang adat untuk selalu kembali pada al-
Qur’an dan Sunnah serta penghormatan yang begitu tinggi pada
setiap pendapat.
Perbedaan Pendapat dalam Bidang Fiqh
Ibadah
 Masalah al-Qur‟an. Diikarenakan gugurnya para penghafal (huffazh alQur’an)
dalam peperangan, sementara al-Qur‟an pada saat itu belum terkodifikasikan,
sehingga menurut pendapat dari „Umar r.a., alQur‟an harus dikumpulkan dan
ditulis dalam satu mushhaf. Namun pada awalnya Abu Bakar tidak setuju dengan
pendapat „Umar r.a., karena hal itu tidak pernah dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW. Perbedaan pendapat itu berakhir dengan persetujuan Zaid bin
Tsabit r.a. yang diberi tugas sebagai ketua panitia pengumpulan ayat-ayat
alQur‟an.
 Masalah hukuman dera bagi peminum khamr. Rasulullah SAW menderanya 40
kali (Abu Dawud 2:242; Shahih Muslim 2:52). Umar ra atas saran Abd al-
Rahman bin Auf menderanya 80 kali. Ali ra kembali menderanya 40 kali
 Rasulullah SAW menetapkan thalaq tiga dalam satu majlis itu dihitung satu
(Shahih Muslim 1:574; Musnad Ahmad 1:314), Begitu pula Ali., tetapi Umar
menetapkan thalaq tiga itu jatuh tiga sekaligus.
Lanjutan
 Pembangkang Zakat .Terjadinya kasus orang yang tidak mau membayar zakat.,
Umar ra berijtihad para pembangkang tidak perlu diperangi. Dia beralasan
pada hadits Nabi bahwa Rasulullah diperintahkan Allah untuk memerangi
manusia, kecuali mereka yang telah mengikrarkan syahadat. Sedangkan
Sayyidina Abu Bakar berijtihad sebaliknya yakni harus diperangi dengan alas
an karena mereka telah memisahkan antara kewajiban sholat dengan membayar
zakat
 Penambahan jumlah adzan Jum’at. Khalifah Utsman pernah melakukan
penambahan jumlah adzan pada hari Jum’at hingga tiga kali yang tidak pernah
dilakukan pada zaman Nabi. Dalam Shahih Bukhari dituturkan bahwa Saib bin
Yazid berkata, “Adzan di hari Jum’at pada awalnya ketika imam duduk di atas
mimbar pada masa Nabi, Abu Bakar, dan Umar. Lalu, pada saat Utsman
menjabat sebagai khalifah dan manusia sudah semakin banyak, beliau juga
memerintahkan orang-orang untuk mengumandangkan adzan yang ketiga.
Adzan tersebut dilakukan di atas Zaura’ (nama pasar di Madinah)
Lanjutan

 Maslaha Haji Tamattu’. Umar pernah melarang haji tamattu’,


padahal al-Qur’an dan al-Sunnah sangat tegas menetapkannya.
Ketika Utsman juga melarangnya, Ali secara demonstratif
melakukannya di depan Utsman. Kata Utsman: Aku melarang
manusia melakukan tamattu, dan engkau sendiri melakukannya.
Ali menjawab: Aku tak akan meninggalkan sunnah Rasulullah
SAW hanya karena pendapat seseorang (Shahih al-Bukhari,
3:69); Sunan al-Nasa’i, 5:148; Sunan al-Baihaqi, 4:352; Shahih
Muslim, 1:349). Setelah perdebatan ini, menurut riwayat lain dari
Abdullah bin Zubair, Utsman berkata: Sesungguhnya laranganku
itu hanya ra’yuku saja. Siapa yang mau boleh menjalankannya;
siapa yang tak mau boleh meninggalkannya
Perbedaan Pendapat dalam Bidang Politik
Ada beberapa factor yang menyebabkan terjadinya perbedaan bidang
politik dan pemerintahan, antara laian
1. Fanatisme (‘Ashaabiyyah) Arab.
Sikap fanatic kesukuan / menjadi pemicu sikap membedakan dan
perpecahan umat. Adanay larangan fanatisme seperti dalam
 Al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 13 (lihat al-Qur’an). Begitu pula
 Hadis Nabi. Beliau bersabda: “ Bukanlah dari golongan kami orang yang
menyerukan fanatisme (Riwayat Abu Daud).
 Hadis. Nabi saw bersabda: “Semua kamu berasal dari Adam, dan Adam
berasal dari tanah.Tidak ada keistimewaan bagi bangsa Arab terhadap
bangsa yang lain kecuali dari segi ketakwaan”.
Lanjutan
 Pada masa Nabi, rasa fanatisme itu teredam dengan
penjelasan-penjelasan di atas. Hal itu berlanjut sampai
masa pemerintahan Khalifah ‘Utsman ibn ‘Affan. Baru pada
akhir masa pemerintahannya kekuatan fanatisme ini mulai
bangkit kembali, dimulai dengan timbulnya pertentangan
antara Bani Umayyah dan Bani Hasyim. Sesudah itu,
muncul pertentangan antara golongan Khawarij dan
golongan yang lain. Pertentangan antara kedua golongan
ini merupakan pertentangan lama yang pernah terjadi di
masa jahiliah antara kabilah-kabilah Rabi’ dan kabilah-
kabilah Mudhar. Pertentangan ini dapat diredam untuk
sementara ketika agama Islam datang sampai akhirnya
munculkembali karena disulut oleh tersebarnya mazhab
Khawarij di kalangan kabilah Rabi’
2. Perebutan Kepemimpinan .
Setelah Rasul wafat, ada pertentangan pendapat tentang pengganti kepemimpinan Nabi
saw, baik dari kalangan Anshar atau Muhajrin merasa paling berhak, karena terjadi
perbedaan maka diadakan musyawarah dalam rangka ijtihad menetukan pengganti Nabi
(Khalifah). Dalam hal ini
 Para tokoh mujtahid yang termasyhur di zaman sahabat di anataranya „Umar ibn al-
Khaththab, „Ali ibn Abi Thalib, dan „Abdullah ibn Mas‟ud , Untuk pertama kalinya
ijtihad dilakukan terhadap masalah polirik yang pertama timbul dalam Islam, yaitu
tentang siapa pengganti Nabi Muhammad sebagai khalifah atau kepala negara
setelah beliau wafat. Menurut ijtihad sahabat dalam bentuk musyawarah, ditetapkan
bahwa Abu Bakar r.a. adalah sebagai khalifah pertama setelah melalui diskusi yang
serius.
 Kasus penolakan Semua Gubernur yang diangkat oleh Utsman bin Affan ditolak oleh
masyarakat setempat.di wilayah pendudukan Islam. Pengangkatan inilah yang
memicu pemberontakan terhadap pemerntahan Utsman yang mengakibatkan ia
sendiri mti terbunuh. Kematian Utsman ini juga menjadi issu yang berkembang
sampai hari ini karena sampai hari ini belum diketahui dengan pasti siapa sebenarnya
yang menjadi pembunuh Utsman.
lanjutan
 Keadaan negara di masa kekhalifahan Utsman bin Affan tenteram,
dakwah Islamiyah tambah meluas dan banyak daerah baru yang
dikuasai umat Islam, keuangan negara melimpah ruah, semua orang
merasa diperlakukan dengan adil dan masyarakat merasa diayomi
dengan baik. Namun dari kalangan Bani Umaiyah (keluarga besar
Utsman bin Affan) menyebarkan issu (provokasi) yang menjelekkan
Utsman yang mengakibatkan terjadinya kerusuhan yang kesemuanya
itu akibat ulah Bani Umaiyah. (Di antara keluarga Bani Umaiyah
melakukan bermacam-macam kejahatan atas nama Utsman. Bani
Umaiyah sengaja mengalihkan pandangan, supaya perselisihan antara
kaum Muslimin dan Bani Umaiyah dipandang sebagai perselisihan
khalifah dengan kaum Muslimin. Dalam keadaan yang sangat
genting/krisis, orang-orang Umaiyah tak sedikit juga memberikan
sahamnya untuk membela Utsman
3. Pergaulan Kaum Muslimin dengan penganut berbagai agama terdahulu dan
masuknya sebagian mereka ke dalam Islam
 Penganut berbagai agama terdahulu, yaitu Yahudi, Nashrani dan Majusi banyak yang
memeluk agama Islam, ternyata mereka membawa sisa-sisa pemikiran- pemikiran
keagamaan yang mereka anut sebelumnya dan Mereka memunculkan di tengah-tengah
kaum Muslimin permasalahan keagamaan mereka, seperti masalah keterpaksaan dan
kebebasan berkehendak (al-jabr wa al-ikhtiydr), serta sifat-sifat Allah: apakah sifat-
sifat itu sesuatu yang lain dari dzat-Nya, ataukah sifat-sifat dan dzat itu sama.
 Masuknya kelompok ini dalam Islam hanya menciptakan kekacauan pada ajaran agama
dan mengembangkan pemikiran keagamaan yang sesat. Karena itu, di kalangan kaum
Muslimin ditemukan orang-orang yang menyebarkan berbagai maksud jahat,
sebagaimana yang dilakukan orang-orang zindiq dan lainnya dalam bentuk pemikiran-
pemikiran yang menyesatkan. Zindiq ialah paham yang mengatakan bahwa alam itu
kekal, tidak percaya akan adanya hari kiamat dan keesaan Tuhan .
 Dari kondisi permasalahan politik, akhirnya membawa kekacauan di bidang Aqidah
4. Penerjemahan Buku-Buku Filsafat
 Pengaruh penerjemahan buku-buku filsafat terhadap perbedaan pendapat dalam Islam
tampak sangat jelas.
 Nuansa pemikiran Islam banyak dipengaruhi oleh pertentangan antar mazhab filsafat
kuno tentang alam, materi dan metafisika.
 Di kalangan ulama Islam ada yang mengikuti mazhab dan metode para filosof kuno
 Pada masa Daulah ‘Abbasiyyah muncul kaum skeptis yang meragukan segala sesuatu
dengan metode kaum sufistik
 Lahir bermacam-macam pemikiran yang berbeda-beda mempengaruhi pemikiran
keagamaan dan muncul beberapa pemikir yang melahirkan pemikiran filosofis di
bidang ‘aqidah Islam. Seperti Dalam mazhab Kalam Mu’tazilah, umpamanya, terdapat
para ulama yang menggunakan metode filosofis dalam menetapkan aqidah Islam yang
nampak bertumpu pada rasio bahkan ada berani menafikan keberadan wahyu,
meskipun ada dalil qath’I dalam teks al-Qur’an
 Faham-faham dengan Pemikiran filosofis seperti yang terjadi pada mazhab Kalam yang
bertumpu pada rasio dalam bidang I’tiqad mempertajam perbedaan Dikalangan Ulama
dan umat Islam dan berpotensi terjadinya penyesatan aqidah
Perbedaan Akibat Munculnya Pendongeng
 Para pendongeng muncul pada masa pemerintahan ‘Utsman bin Affan. ‘Ali ra membenci
hingga mengusir mereka dari masjid, ketika mereka mulai menanamkan khurafat dan
cerita-cerita bohong ke dalam pikiran masyarakat luas, dan puncaknya pada masa Bani
Umaiyyah
 Sebagian cerita itu berasal dari agama-agama terdahulu setelah lebih dahulu mengalami
penyimpangan dan perubahan.
 Mereka dianggap penyebar cerita- cerita Israiliyat yang mempengaruhi penfsiran teks-
teks al-Qur;an dan juga sejarah Islam
 Berbagai cerita yang muncul mmerupakan bentuk pemikiran tidak yang tidak akurat
yang telah tersebar telah menimbulkan perbedaan pendapat, khususnya apabila si
pendongeng itu fanatik kepada suatu mazhab, tokoh pemikir, atau kepada sultan tertentu,
sementara pendongeng yang lain berbeda dengannya.
 Perbedaan itu kemudian tersiar ke tengah masyarakat luas dan menimbulkan hal-hal
yang negative dan berpotensi menimbulkan faham sesat. Keadaan ini berlangsung terus
sepanjang sejarah umat Islam
Perbedaan KarenaTerjadinya
Pembahasan Masalah-Masalah Rumit
Penyebaran pendekatan pemikian filosofis dalam menetapkan aqidah
Dikalangan umat Islam telah menyeret mereka kepada berbagai kajian
yang berada di luar kemampuan daya nalar akal manusia, seperti
masalah menetapkan dan menegaskan sifat-sifat Tuhan serta daya
(qudrah) manusia di samping daya Tuhan.
 Pembahasan dalam masalah-masalah ini membuka luas pintu
perselisihan karena pandangan dan metode yang berbeda-beda.
 Setiap pihak memiliki orientasi yang berbeda-beda sesuai dengan
kepentingan nya
 Perbedaan semacam ini sudah terjadi di kalangan Ulama’ Kalam
seperti dari golongan Mu’tazilah, Jabariyah, Qadariyah,
Maturidiyah,dan Asy’ariyah
Perbedaan Karena Adanya Ayat-ayat
Mutasyabihat dalam al-Qur’an
 Ayat Mutasyabihat adlah ayat ynag belum jelas maknanya. Atau yang memiliki
banyak kemungkinan makna dan pemahaman sehingga perlu direnungkan agar
diperoleh pemaknaan yang tepat yang sesuai dengan ayat-ayat muhkamat.
 Metode memahami ayat mutasyabihat adalah
Pertama: Metode Salaf (orang yang hidup pada tiga abad hijriyah pertama), kebanyakan
dari mereka menyerahkan maknanya kepada Allah tanpa mentakwilkannya, yaitu dengan
mengimaninya serta meyakini bahwa maknanya bukanlah sifat-sifat jism (sesuatu yang
memiliki ukuran dan dimensi), tetapi memiliki makna yang layak bagi keagungan dan
kemahasucian Allah tanpa menentukan apa makna tersebut
Kedua: Metode Khalaf, Mereka mentakwil ayat-ayat mutasyabihat secara terperinci dengan
menentukan makna-maknanya sesuai dengan penggunaan kata tersebut dalam bahasa Arab.
Seperti halnya ulama Salaf, mereka tidak memahami ayat-ayat tersebut sesuai dengan
zhahirnya. Seperti pada firman Allah dalam QS. Ali ‘Imron: 7
 ayat-ayat Mutasyabihat ini menjadi sebab terjadinya perbedaan pendapat di kalangan
ulama tentang makna yang sebenarnya.
Lanjutan
 Keberadaan ayat-ayat Mutasyabihat itu yang menjadi
sebab terjadinya perbedaan pendapat Dikalangan Ulama
tentang makna sebenarnya
 Karenanya banyak ulama yang berusaha mencari ta’wil
ayat-ayat itu dan mencapai hakikat makna-maknanya.
Akibatnya, mereka berbeda pendapat mengenai ta’wil
yang sebenarnya. Ada pula ulama yang sengaja
menjauhi penta’wilan ayat-ayat tersebut dan
menyerahkan makna yang sebenarnya kepada Allah
Perbedaan dalam Penggalian Hukum Syar’i
 Sumber asli dan utama dari Syari’at Islam ialah al-Qur’an dan Sunnah
Rasulullah.
 Nash-nash/teks al-Qur’an dan hadis hanya mencakup hukum-hukum yang
universal, dan tidak memuat hukum-hukum yang parsial.
 Setiap penggali hukum syar’I menggunakan metode yang berbeda, sesuai
dengan pikiran dan logikanya serta sesuai dengan hasdist Nabi atau
atsar/perkataan sahabat yang dipandang shohih atau valid oleh masing-masing
 Perbedaan pendapat yang lahir dari penggalian hukum di atas yang disandarkan
pada sumber asli tidaklah berbahaya, bahkan hasil dan efeknya merupakan
sesuatu yang baik.
 Dengan berbagai pendapat yang berbeda sehingga memungkinkan penggalian
dan kedudukan hukum syar’i menjadi kokoh, ilmiah metodenya dan mampu
mengakomodasi perubahan zaman serta sesuai dengan fitrah manusia yang sehat
Konsekwensi Akibat Perbedaan Pendapat
di Kalangan Umat Islam
 Terjadinya perbedaan pendapat yang berlangsung sejak masa
Rasulullah, dapat disimpulkan bahwa dalam Islam telah terdapat
tiga mazhab besar, yaitu:
1. Mazhab-mazhab dalam bidang politik yang mempunyai
perwujudan praktis dan kadang-kadang perbedaan pendapat di
dalamnya sangat tajam,
2. Mazhab-mazhab dalam bidang i’tiqad /Aqidah yang pada
umumnya sebatas perbedaan dalam teoritis pemikiran
3. Mazhab-mazhab dalam bidang fiqh yang ada pada tatanan praktis
yang bisa mengandung kebaikan dan keburuk
Dibidang Politik
 Pemerintahan, kenegaraan, kepemimpinan, yang mula-mula muncul adalah
paham Khawarij, kemudian muncul paham Syi’ah.
Khawarij lebih dulu memberontak kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib, kemudian
baru berusaha mencari alsan begi pembenaran pemberontakannya. Sedangkan
Syi’ah, pahamnya yang lebih dulu terbentuk, kemudian baru mulai mengadakan
pemberontakan
Jadi Khawarij, lebih dulu melancarkan aksi , kemudian baru menyusun teori bagi
pembenaran aksinya. Menurut teorinya, kepemimpinan seorang imam, amir,
khalifah batal, kalau kebijakannya mengacu kepada ijtihad, pendapat orang, bukan
langsung mengacu pada Qur:an. Sedaangkan Syi’ah lebih dulu menyusun teori
imamahnya, barulah kemudian melakukan aksi sesuai teori imamahnya. Menurut
teori imamahnya, yang berhak memegang kendali pemerintahan setelah Rasulullah
wafat adalah Ali bin Abi Thalib.
Baik Khawarij, maupun Syi’ah menyusun teori, pahamnya berdasarkan
interpretasinya masing-masing terhadap Qur:an.
 Dibidang Aqidah
Di dalam akidah, kepercayaan muncul paham Qadariah,
Jabariah, Asy’ariah, Maturidiah, dan lain-lain. Masing-
masingnya menyusun teorinya berdasar pemahaman,
interpretasinya pada Qur:an dan Hadis
 Dibidang Fiqh
 Di dalam fiqh muncul paham Hanafiah, Malikiah, Syafi’iah,
Hanabilah, Zhahiriah, dan lain-lain. Masing-masing juga
menyusun teori, paham, mazdhab dan metodenya
berdasar interpretasinya pada Qur:an dan Hadis.
Lanjutan
 Perpecahan, perbedaan paham bisa direduksi diminimalisir
dengan membuang seluruh paham yang telah mencemari
ajaran Quran dan Hadits
 Menyikapi perbedaan pendapat dengan berpegang kepada
pesan Nabi saw dalam hadisnya yang menyatakan bahwa
umat Islam tidak akan pernah tersesat selama ia
berpegang teguh kepada Kitabullah dan Sunnah Nabi
 Perbedaan pendapat adalah suatu kenyataan. Dalam
hadisnya Nabi saw sudah menyatakan bahwa umat Islam
akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, hanya
satu golongan yang selamat yaitu ahlussunnah wal Jamaah
yaitu golongan yang berpegang pada sunnah Nabi saw
dan para sahabatnya

Anda mungkin juga menyukai