PENDAPAT DALAM
ISTINBATH
HUKUM ISLAM
Capaian pembelajaran
• Perbedaan pendapat dalam memahami tentang arti lafazd quruu’dari surat al-
Baqarah ini tidak hanya sampai pada masa Nabi saw, namun sampai pada masa
imam-imam madzhab, yaitu
Pendapat kelompok pertama (al-quru’ artinya suci), diikuti oleh Imam malik,
Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hambal.
Sementara pandangan kelompok kedua (al-quru’-artinya haidl ) diikuti oleh
Imam Abu Hanifah
2. Adanya Perbedaan Jalur Riwayat (Ikhtilaaful Riwayaat) Hadis
1) Sumber dalil yang disepakati antara lain: Qur’an, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas.
2) Sumber dalil yang diperselisihkan (Al-Mukhtalaf Fiha), artinya tidak disepakati oleh para ulama antara lain:
• Al-Istihsan,
• Al-Mashlahah Almursalah,
• AL-Istihsab
Mengenai sumber dalil yang kedua yang diperselisihkan tersebut, para pengguna ada yang memakai dan menolaknya,
ada juga yang menerima dengan syarat, dan hal inilah yang menimbulkan perbedaan pendapat
4. Perbedaan Qaidah-Qaidah Ushul Fiqh
Adanya perbedaan pendapat Dikalangan ulama mujtahid dalam menggunakan kaidah-kaidah
ushul fiqh sebagai dalil dalam istinbath/menggali hukum Islam.
• Seperti suatu pandangan dalam qaidah ushul bahwa : “Kalimat/Kata umum yang mempunyai
arti khusus, tidak dapat dijadikan dalil/hujjah”.
• Dan juga qaidah ushul yang digunakan dalil dalam madzhab Dhohiri : “Al-Mafhum Al-
Muwafaqoh” tidak bisa digunakan untuk beristinbath., tetapi dapat digunakan sebagai dalil
oleh madzhab-madzhab tertentu.
Jadi ada kaidah-kaidah ushul fiqh yang memang tidak semua ulama mau menggunakan kaidah
tersebut untuk istinbath hukum sehingga hasil istinbathnya menjadi berbeda terhadap masalah
yang sama
5. Mengurai Perselisihan dengan Metode Qiyas
• Mengurai perselisihan dengan menggunakan qiyas dapat menimbulkan banyaknya perbedaan
dikarenakan dalam qiyas sendiri mengandung banyak pedoman-pedoman, syarat-syarat serta
alasan-alasan (‘illah).
• Dan pada setiap ‘illah terdiri dari kapabilitas dan penerapannya yang sangat sulit. Hal ini
menyebabkan para ulama mujtahidin berbeda pandangan. Misalnya tentang“tertib” (urut-
urutan)
• Madzhab imam Syafi’i berpendapat, URUTAN dalam tatacara ibadah seperti wudlu yang
terdapat pada surat Al-Ma’idah ayat 6, yaitu: membasuh muka, membasuh tangan sampai siku,
mengusap kepala, kemudian membasuh kaki sampai dengan mata kaki, adalah hal yang fardlu
(wajib) dilakukan dan jika tidak dilakukan maka wudlunya dianggap tidak sah.
LANJUTAN……
• Tata cara wudhu tersebut sama halnya dengan ibadah lainnya seperti Sa’I yang juga
menggunakan dalil qiyas. Ibadah Sa’i yang dijelaskan dalam ayat 158 surat Al’-Baqarah,
yaitu bahwa ibadah sa’i dilakukan yang secara prosedur urutan dimulai dengan berlari
kecil “dari As-Shofa ke Al-Marwah”, hal ini sesuai dengan ayat yang menerangkan tentang
Sa’i dan tidak boleh dibalik dalam pelaksanaannya, misalnya berlari dimulai dari Al-
Marwa ke As-Shofa, juga
• Melakukan tertib urutan dalam beribadah , Sebagaimana Nabi SAW bersabda:
“Dahulukan apa yang didahulukan oleh Allah”
• Tetapi Ada juga mazdhab yang berpandangan bahwa tertib bukanlah suatu kewajiban
6. Kontradiksi dan Pengunggulan Dalil
• Pada dasarnya al-Qur’an daan as-Sunnah sama sekali tidak terkandung perselisihan didalamnya.
• Akan tetapi pertentangan tersebut terjadi karena keterbatasan dalam memahami dan menguasai
penafsiran. Hal inilah yang menjadi sebab utama dari perbedaan fatwa yang ditetapkan oleh
ulama.
• Sebagaai Contoh:
1. Tidak bolehnya menikah dan juga menikahkan pada saat ihrom,
Ini Pendapat Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hambal, hal ini didasarkan pada
hadits Nabi SAW atas periwayatan Usman bin Affan bahwa sabda Rasulullah SAW bahwa :
“Orang yang sedang ihrom tidak boleh menikah atau menikahkan”. (Hadits Riwayat Imam
Muslim)
LANJUTAN
Yazid bin Al-A’shom dari Maimunah r.a, juga meriwayatkan “Bahwa Nabi SAW
menikahinya setelah halal (selesai tahallul), dan kumpul dengan beliau dalam
keadaan halal (bebas ihrom)”. (Hadits diriwayat Imam Ahmad dan Imam
Turmudzi)
2. Boleh menikah saat sedang Ihram
Sedangkan pendapat yang bertentangan tentang bolehnya menikah dalam ihrom
diutarakan oleh Imam Abu Hanifah, hal ini didasarkan pada hadits riwayat Ibnu
Abbas r.a, “Bahwa Nabi Muhammad SAW menikahi Maimunah ketika beliau
ihrom”.( Hadits Riwayat Imam Bukhari)
Macam-Macam Perbedaan dalam Istinbath Hukum
• Musthofa Sa’id Al-Khin mengatakan bahwa hal-hal yang dapat menimbulkan perselisihan para ulama’ Mujtahidin dalam
melakukan istinbath ada tujuh:
1. Perbedaan Bacaan