Anda di halaman 1dari 7

SUHBAH (PERGAULAN)

I. Peran Penting Manfaat dan Pengaruh Suhbah

- Manusia merupakan makhluk sosial yang harus


bergaul dengan orang lain dan menjadikan sebagian di
antara mereka sebagai sahabat
- Apabila dia memilih bergaul dengan orang-orang yang
berperilaku jahat, rusak akhlaknya. Maka secara
gradual tanpa disadarinya, sifatnya akan melenceng,
sehingga dia menjadi bagian dari mereka.
- Akan tetapi, jika dia memilih bergaul dengan ahli iman,
istiqamah, dan lain-lain, niscaya secara gradual pula ia
akan mencapai derajat mereka.
- Para ulama pewaris Nabi itulah yang
mentransformasikan agama kepada umatnya.
‫‪Nabi menegaskan:‬‬

‫ال تزا طائفة من أميت ظاهرين على احلق ال يضرهم من خذهلم حىت يأيت أمر اهلل‬
‫وهم كذلك‪( .‬رواه البخاري ومسلم الرتمذي وابن ماجة)‬

‫املؤمن مرآة املؤمن‪( .‬رواه البخاري وأبو داود)‬


II. Pentingnya Pergaulan (Suhbah) dalam
Perspektif al-Qur`an

1. Hai orang-orang yang beriman,


bertawakkallah kepada Allah dan
hendaklah kalian bersama orang-orang
yang benar. (at-Taubah: 119)
2. Teman-teman akrab pada hari itu
sebagian menjadi musuh bagi sebagian
yang lain, kecuali orang-orang yang
bertakwa. (az-Zukhruf: 67)
III. Pentingnya Pergaulan (Suhbah)
Menurut Perspektif Hadits

1. Perumpamaan teman yang baik dan teman


yang jahat adalah seperti penjual minyak wangi
dan tukang besi. (HR Bukhari dan Muslim)
2. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, r.a., bahwa
seseorang bertanya kepada Rasulullah, Saw.,
“Ya Rasulullah, siapakah teman yang paling
baik bagi kami?” Rasulullah menjawab, “Dia
adalah orang yang pandangannya
mengingatkan kalian kepada Allah, ucapannya
menambah pengetahuan kalian, dan
perbuatannya mengingatkan kalian akan hari
akhir. (HR Abu Ya’la)
3. Seseorang itu tergantung pada agama
sahabatnya. Maka hendaklah seseorang di
antara kalian memperhatikan siapa yang dia
jadikan sebagai sahabat. (HR Abu Dawud dan
Turmudzi)
4. Orang-orang yang paling utama di antara
kalian adalah orang-orang yang apabila
mereka pandang, maka mereka mengingatkan
kepada Allah.
III. Pentingnya Pergaulan (Suhbah) dalam
Perspektif Ahli Ma’rifat

a. Abu Hamid al-Ghazali

Abu Hamid al-Ghazali berkata:


- Bergabung dengan kalangan sufi adalah fardhu
‘ain. Tidak seorang pun terbebas dari aib atau
kesalahan, kecuali para nabi.
- Pada awalnya, aku adalah orang yang
mengingkari kondisi spiritual orang-orang saleh
dan derajat-derajat yang dicapai oleh para ahli
ma’rifat. Hal itu terus berlanjut sampai akhirnya
aku bergaul dengan mursyidku (Yusuf an-Najaj).
Dia mendorongku untuk melakukan mujahadah,
hingga aku akhirnya memperoleh karunia-karunia
Ilahi.
a. Ibnu Atha’illah as-Sakandari

Ibnu Atha’illah as-Sakandari berkata:


Seseorang yang bertekad untuk meraih petunjuk
dan meniti jalan kebenaran hendaklah mencari
seorang syaikh dari ahli hakikat.

Anda mungkin juga menyukai