Bagaimana munculnya madzhab2? Madzhab fiqih dalam Islam yang terkenal ada 4, yaitu madzhab Hanafi,
Maliki, Syafi’i dan Hambali.
Kalau mau memehami itu kita hrs memahami bagaimana sejarah fiqih sebelum terbentuknya madzhab, yang
dibagi menjadi 3, yaitu sebagai berikut:
Kesimpulan:
Fikih di masa Rasulullah tidak ada ikhtilaf, kalaupun ada bukan ikhtilaf yang sifatnya esensial.
Contohnya pada saat Rasulullah memrintahkan untuk shalat berjama’ah. Ibnu Quraidah??//////////
Contoh lainnya adalah kisah Abu Bakar As-Sidiq yang selalu mencari sumber-suber hukum untuk
mengatasi masalah yang ada di masyarakat yang dimulai dari Al-Quran, jika tidak terdapat dalam
Al-Quran maka Abu Bakar mencari di As-Sunnah, dan jika tidak ditemukan dalam As-Sunnah Abu
Bakar mencari dengan cara bertanya kepada kaum muslimin yang mengetahui hukum tersebut dari
Rasulullah SAW dan masih mengingatnya dengan baik. Kemudian Abu Bakar langsung memanggil
para ulama’ untuk musyawarah dan mengambil keputusan terhadap hukum tersebut.
Umumnya para sahabat dalam memberikan hukum atau fatwa atau ijtihad, mereka saling menunjuk,
berdiskusi, musyawarah dan saling berdebat suatu persoalan sebelum menjadi suatu hukum.
Sehingga ikhtilaf yang mungkin terjadi sangat kecil. Kemudian pada saat para sahabat melakukan
penaklukan ke tempat-tempat tertentu dalam menyebarkan agama Islam, mereka menjadi sulit untuk
bertemu, sehingga ketika ada permasalahan, mereka akan berijtihad sendiri-sendiri . Namun, tidak
ada perbedaan-perbedaan yang cukup berpengaruh, sebab perbedaannya hanya sampai cara
pemahaman nash saja, bukan metode dari ijtihad.
Sumber ijtihad yang selalu digunakan oleh para sahabat dalam menaggapi suatu persoalan adalah
sebagai berikut ini:
a. Mencari hukum dari sumber utama yaitu Al-Quran dan Hadist
b. Berusaha mencari Nash jika belum menemukan maslahat dan hanya mengakuinya jika
dinyatakan oleh dalil
c. Menggunakan Qias berdasarkan mslahat yang dinyatakan oleh dalil tersebut.
Fiqih di tiga masa itu tidak menimbulkan ikhtilaf yang bsar, karena perbedaannya hanya sampai pada
pemahaman Nash belum sampai ke metode ijtihad.Setelah masa Tabi’in ini barulah terbentuk madzhab.
Pada masa Tabi’Tabi’in barulah terbentuk madzhab karena ikhtilafnya buka hanya dari sisi pemahaman
terhadap Nash, tetapi juga metode ijtihad, dan juga sumber yang dijadikan dalil.
2. Munadharat/ perdebatan
Perdebatan yang terkenal adalah perdebatan antara Rabi’ah bin ... Abdurrahman dan Muhammad
bin .... Al-Bukhkri yang akhirnya mengakibatkan banyak fuqaha’ yang meninggalkan majelis
Rabi’ah. Di Kuffah juga ada perdebatan antara Ibrahim An-Nakho’i dengan dengan as-syawi. Dari
perdebatan itulah kemudian muncul variasi metode ijtihad. Pada pertengahan abad ke-2 (tahun 150
H) metode-metode semakin menonjol dan setiap Tabi’in yang memiliki materi ijtihad diikuti oleh
sejumlah Ulama’ dalam mujtahid yang akhirnya mengikuti metode mereka.
Dari sinilah kemudian mulai terbentuk madzhab-madzhab karena setiap madzhab memiliki metode
sendiri-sendiri dan memiliki sumber-sumber dalil tersendiri yang diakui. Menurut Syech Abidin
perbedaan materi ijtihad itu pada intinya kembali pada 3 hal, yaitu sebagai berikut:
a. Perbedaan karena sumber dalil yang digunakan itu ............ Sebabnya ada 4 perkara, yaitu:
- Perbedaan metode dalam memnentukan kevalidan Al-Quran dan As-Sunnah. Contoh ???
- Perbedaan sikap terhadap fatwa sahabat
Ada ulama’ yang menjadikan fatwa ssebagai dalil dan ada juga yang hanya sebagai
pertimbangan, tergantung dengan kesesuaiannya dengan As-Sunnah.
- Perbedaan sikap terhadap qiyas, ada yang menerima dan adapula yang menolak.
- Perbedaan sikap terhadap ijma’
Ada yang menerima ada juga yang menolak. Golongan yang menerima pun berbeda
penadapat tergantung Ijma’ siapa yang diterima. Contohnya Ijma’ ahlul bait, Ijma’ penduduk
Madinah, Ijma’ kaum muslimin.
c. Perbedaan pemakanaan, ada yang mengambil manthuq (eksplisit) dan ada yang mengambil
mafhum (implisit).
Ragam madzhab tidak bermakna penyimpangan dalam fiqih. Jadi, perbedaan pendapat di kalangan
mujtahid itu tidak boleh dipahami penyimpangan karena sejak zaman sahabat sendiri sudah ada
perbedaan pendapat. Misalnya Ibnu Abbas berbeda pendapat dengan Ali, dengan Zaid bin Tsabit,
dengan Umar, padahal mereka semua adalah gurunya Ibnu abbas, tapi bukan berarti Ibnu Abbas
tidak sopan terhadap gurunya. Banyak juga Tabi’in yang berbeda pendapat dengan guru-gurunya.
Abu hanifah berbeda pendapat dengan Ja’far Shadiq, yang merupakan imamnya orang Syi’ah.
Syafi’i berbeda pendapat dengan Malik, padahal Malik adalah gurunya. Ini semua adalah wajar
karena Islam memang mendorong Ijtihad. Dalam hadist Nabi, saat berijtihad, jika benar pahalanya 2
dan jika salah pahalanya 1. Dan Islam terikat oleh hukum syara’ bukan terikat oleh tokoh, itulah
yang menyebabkan banyak perbedaan dalam fiqih dan hal tersebut bukanlah suatu penyimpangan.