Anda di halaman 1dari 10

NAMA : LISNA RIFQA SALSABIILA

PARIKAN BAHASA JAWA



A. CANGKRIMAN PEPINDHAN
1. Abang-abang dudu kidang, pesegi dudu pipisan (merah bukan kijang, pesegi bukan alat
penggiling jamu). Jawaban: batu bata

2. Ana titah duwe gulu tanpa sirah, suwe silit nanging ora tau bebuwang (Ada makhluk
punya leher tanpa kepala, punya anus tetapi tidak pernah buang air besar): Jawab:
botol

3. Bapak Demang klambi abang yen disuduk manthuk-manthuk (Bapak Demang berbaju
merah kalau ditusuk mengangguk-angguk): Jawab: Bunga (jantung) pisang

4. Bocah cilik blusak blusuk nang kebon (Anak kecil menyelinap di kebun). Jawab: Jarum

5. Bocah cilik nggendong omah (Anak kecil menggendong rumah): Jawaban: Siput

6. Dicakot bongkote sing kalong pucuke (Digigit pangkalnya yang berkurang ujungnya).
Jawab: rokok

7. Dijupuki malah dadi mundhak gedhe (Diambil terus malah jadi semakin besar). Jawab:
Orang menggali lubang.

8. Duwe rambut ora duwe endhas (Punya rambut tidak punya kepala) Jawab: Jagung

9. Dikethok malah tambah dhuwur (Dipotong malah bertambah tinggi). Jawab: Celana
panjang

10. Emboke diidak idak anake dielus-elus (Ibunya diinjak-injak anaknya dibelai-belai):
jawab tangga bambu

11. Emboke wuda anake tapihan (Ibunya telanjang anaknya pakai kain). Jawab: Pohon
bambu dan anaknya (rebung)

12. Ing ngisor kedhung ing ndhuwur payung (di bawah danau di atas payung): Jawab:
Orang menanak nasi pakai dandang. Ini ceritera jaman dandang belum digeser rice
cooker. Anak sekarang mungkin sulit membayangkan.

13. Kayu mati ginubed ula mati (Kayu mati dililit ular mati). Jawab: Gangsingan, gasing,
yang dililit tali dulu kemudian dilempar.

14. Kebo bule dicancang merang (Kerbau putih diikat merang). Merang = Batang padi.
Jawab: Buntil (Makanan daerah Jawa. Terbungkus daun talas, didalamnya berisi
parutan kelapa, ikan teri dan lain-lain. Paling luar supaya tidak lepas, diikat merang).
Mengapa perumpamaannya mengambil binatang kerbau? Mungkin karena buntil itu
gemuk seperti kerbau

15. Ora mudhun-mudhun yen ora nggawa mrica sak kanthong (Tidak turun kalau tidak
membawa mrica sekantung). Jawab: Buah papaya (Biji papaya diibaratkan mrica
sekantung)

16. Rasane padha karo jenenge (Rasanya sama dengan namanya). Jawab: Sepet (sabut
kelapa).

17. Sawah rong kedhok galengane mung sitok (Sawah dua petak galengannya hanya
satu). Jawab: daun pisang (tulang daunnya adalah galengan)

18. Tibane ngisor digoleki ndhuwur (Jatuhnya ke bawah dicari ke atas): Jawab: genteng
bocor. Bisa juga dijawab dengan orang kentut

19. Wit Adhikih woh adhakah; Wit adhakah woh adhikih (Pohonnya kecil buahnya besar;
Pohonnya besar buahnya kecil). Jawab: Buah semangka dan buah beringin

20. Wujude kaya kebo, ulese kaya kebo, lakune kaya kebo, nanging dudu kebo (Bentuknya
seperti kerbau, warnanya seperti kerbau, jalannya seperti kerbau tetapi bukan kerbau).
Jawab: Gudel (anak kerbau).

21. Yen mlaku sikile lore, yen mandheg sikile sepuluh (bila berjalan kakinya dua bila
berhenti kakinya sepuluh). Jawab: Orang jualan sate atau lainnya yang dipikul dengan
wadah jualan muka dan belakang kakinya masing-masing empat. Bisa dimodifikasi
menjadi yen mandheg sikile patbelas (empatbelas). Kalau penjualnya bawa dingklik
kaki empat. Kalau kaki tiga ya tigabelas.


B. CANGKRIMAN WANCAHAN
Mohon diperhatikan bahwa akronim Jawa selalu menggunakan satu atau dua suku kata
terakhir. Hal ini sekaligus clue petunjuk cangkriman wancahan Jawa. Untuk
menjawabnya, kita berpegang hanya dengan suku kata terakhir saja. Apa yang
disingkat adalah keadaan sehari-hari yang akrab dengan lingkungan kita (pada masa
itu, tentunya)
1. Burnas kopen: Bubur panas kokopen (Dikokop: makan dengan mulut langsung
menempel di bibir mangkuk)

2. Buta buri: Tebu ditata mlebu lori (Tebu ditata masuk lori)

3. Gerbong tulis: Pager kobong watune mendhelis (Pagar terbakar batunya timbul)

4. Gowang pelot: Jagone ana lawang cempene mencolot (Ayan jagonya ada di pintu,
anak kambingnya
1. Abang-abang dudu kidang, pesegi dudu pipisan (merah bukan kijang, pesegi bukan alat
penggiling jamu). Jawaban: batu bata

2. Ana titah duwe gulu tanpa sirah, suwe silit nanging ora tau bebuwang (Ada makhluk
punya leher tanpa kepala, punya anus tetapi tidak pernah buang air besar): Jawab:
botol

3. Bapak Demang klambi abang yen disuduk manthuk-manthuk (Bapak Demang berbaju
merah kalau ditusuk mengangguk-angguk): Jawab: Bunga (jantung) pisang

4. Bocah cilik blusak blusuk nang kebon (Anak kecil menyelinap di kebun). Jawab: Jarum

5. Bocah cilik nggendong omah (Anak kecil menggendong rumah): Jawaban: Siput

6. Dicakot bongkote sing kalong pucuke (Digigit pangkalnya yang berkurang ujungnya).
Jawab: rokok

7. Dijupuki malah dadi mundhak gedhe (Diambil terus malah jadi semakin besar). Jawab:
Orang menggali lubang.

8. Duwe rambut ora duwe endhas (Punya rambut tidak punya kepala) Jawab: Jagung

9. Dikethok malah tambah dhuwur (Dipotong malah bertambah tinggi). Jawab: Celana
panjang

10. Emboke diidak idak anake dielus-elus (Ibunya diinjak-injak anaknya dibelai-belai):
jawab tangga bambu

11. Emboke wuda anake tapihan (Ibunya telanjang anaknya pakai kain). Jawab: Pohon
bambu dan anaknya (rebung)

12. Ing ngisor kedhung ing ndhuwur payung (di bawah danau di atas payung): Jawab:
Orang menanak nasi pakai dandang. Ini ceritera jaman dandang belum digeser rice
cooker. Anak sekarang mungkin sulit membayangkan.

13. Kayu mati ginubed ula mati (Kayu mati dililit ular mati). Jawab: Gangsingan, gasing,
yang dililit tali dulu kemudian dilempar.

14. Kebo bule dicancang merang (Kerbau putih diikat merang). Merang = Batang padi.
Jawab: Buntil (Makanan daerah Jawa. Terbungkus daun talas, didalamnya berisi
parutan kelapa, ikan teri dan lain-lain. Paling luar supaya tidak lepas, diikat merang).
Mengapa perumpamaannya mengambil binatang kerbau? Mungkin karena buntil itu
gemuk seperti kerbau

15. Ora mudhun-mudhun yen ora nggawa mrica sak kanthong (Tidak turun kalau tidak
membawa mrica sekantung). Jawab: Buah papaya (Biji papaya diibaratkan mrica
sekantung)

16. Rasane padha karo jenenge (Rasanya sama dengan namanya). Jawab: Sepet (sabut
kelapa).

17. Sawah rong kedhok galengane mung sitok (Sawah dua petak galengannya hanya
satu). Jawab: daun pisang (tulang daunnya adalah galengan)

18. Tibane ngisor digoleki ndhuwur (Jatuhnya ke bawah dicari ke atas): Jawab: genteng
bocor. Bisa juga dijawab dengan orang kentut

19. Wit Adhikih woh adhakah; Wit adhakah woh adhikih (Pohonnya kecil buahnya besar;
Pohonnya besar buahnya kecil). Jawab: Buah semangka dan buah beringin

20. Wujude kaya kebo, ulese kaya kebo, lakune kaya kebo, nanging dudu kebo (Bentuknya
seperti kerbau, warnanya seperti kerbau, jalannya seperti kerbau tetapi bukan kerbau).
Jawab: Gudel (anak kerbau).

21. Yen mlaku sikile lore, yen mandheg sikile sepuluh (bila berjalan kakinya dua bila
berhenti kakinya sepuluh). Jawab: Orang jualan sate atau lainnya yang dipikul dengan
wadah jualan muka dan belakang kakinya masing-masing empat. Bisa dimodifikasi
menjadi yen mandheg sikile patbelas (empatbelas). Kalau penjualnya bawa dingklik
kaki empat. Kalau kaki tiga ya tigabelas.


B. CANGKRIMAN WANCAHAN
Mohon diperhatikan bahwa akronim Jawa selalu menggunakan satu atau dua suku kata
terakhir. Hal ini sekaligus clue petunjuk cangkriman wancahan Jawa. Untuk
menjawabnya, kita berpegang hanya dengan suku kata terakhir saja. Apa yang
disingkat adalah keadaan sehari-hari yang akrab dengan lingkungan kita (pada masa
itu, tentunya)
1. Burnas kopen: Bubur panas kokopen (Dikokop: makan dengan mulut langsung
menempel di bibir mangkuk)

2. Buta buri: Tebu ditata mlebu lori (Tebu ditata masuk lori)

3. Gerbong tulis: Pager kobong watune mendhelis (Pagar terbakar batunya timbul)

4. Gowang pelot: Jagone ana lawang cempene mencolot (Ayan jagonya ada di pintu, anak
kambingnya melompat

5. Itik pertis ibu perbeng ijah perlong: Tai pitik memper petis, tai kebo memper ambeng, tai
gajah memper golong. (Tai ayam seperti petis, tai kerbau seperti ambeng dan tai gajah
seperti golong). Ambeng: nampan besar; Golong: bongkahan besar. Cangkriman yang
ini memang agak jorok.

6. Kablak ketan: (membacanya koblok ketan). Nangka tiba ning suketan (Nangka jatuh di
rerumputan)

7. Kicak ketan: Kaki macak iket-iketan (kakek-kakek berhias pakai destar)

8. Langdikum ditasbir: Lulang dikum dientas njebibir (Kulit direndam, setelah basah,
diangkat akan mengembang)

9. Ling cik tu tu ling ling yu: maling mancik watu, watu nggoling maling mlayu (Maling naik
batu, batu terguling maling lari)

10. Manuk biru: Pamane punuk bibine kuru (Pamannya gemuk bibinya kurus)

11. Nituk lersure: Nini ngantuk diseler susure (nenek-nenek ngantuk dicuri susurnya).
Susur: Gumpalan tembakau yang dulu banyak diisap wanita, kebanyakan sudah
setengah umur.

12. Pak boletus: Tapak kebo ana lelene satus (Telapak kerbau ada lelenya seratus)

13. Pak bomba pak lawa pak piut: Tapak kebo amba, tapak ula dawa, tapak sapi ciut (Jejak
kerbau lebar, jejak ular panjang dan jejak sapi sempit)

14. Pindhang kileng: sapi ning kandhang kaki mentheleng: sapi di kandhang kakek
mendelik matanya

15. Pindhang kutut: sapi mblandhang lukune katut (Sapi ngabur walukunya terbawa)

16. Pothel kidi: Tompo cemanthel kaki wedi (Kukusan tergantung kaki takut). Catatan:
Yang dimaksud dengan "kaki" adalah kakek (kaki-kaki: orang tua)

17. Rangsinyu muksitu: Jurang isi banyu gumuk isi watu (Jurang berisi air bukit berisi batu)

18. Segara beldhes: Segane pera sambele pedhes (Nasinya kering sambalnya pedas)

19. Suru bregitu: Asu turu dibregi watu (Anjing tidur ditimpa batu). NB. Adegan ini jangan
ditiru

20. Surles penen: Susur teles pepenen (Susur basah jemurlah). Susur: gumpalan
tembakau yang diisap wanita. Termasuk bisa diisap ulang. Kalau sudah basah, dijemur,
nanti kering diisap ulang

21. Tuwan sinyo: Untu kedawan gusi menyonyo (Gigi terlalu panjang gusi menonjol)

22. Tuwok rawan: Untune krowok larane ora karuwan (Giginya berlubang sakitnya tidak
karuan)

23. Wit tho yung: Yen dijiwit athi biyung (Bila dicubit aduh emak)

24. Wiwawite lesbadhonge: Uwi dawa wite tales amba godhonge (Uwi panjang pohonnya,
talas lebar daunnya). Uwi: sejenis tanaman ubi yang menjalar.

25. Wiwawite lesbadhonge jatos lempuk: Sama di atas ditambah jati atos (keras) dan
pelem (Imangga) empuk

26. Wiwawite lesbadhonge karwapake: Sama di atas ditambah Cikar dawa tipake (Gerobak
panjang jejaknya)

27. Yu mahe rong, lut mahe ndhut: Yuyu omahe ngerong, welut omahe lendhut (Ketam
rumahnya di lubang, belut rumahnya di lumpur)


C. CANGKRIMAN TEMBANG
Umumnya adalah tembang Pucung. Beberapa tembang yang sempat saya kumpulkan
adalah:

1. Tembang Asmaradhana: Wonten ta dhapur sawiji; Tanpa sirah tanpa tenggak; Mung
gatraning weteng bae; Miwah suku kalihira; Nging tanpa dlamakan; Kanthaning bokong
kadulu; Rumaket ing para priya (Adalah suatu wujud; Tanpa kepala tanpa leher; Hanya
berbentuk perut saja; Dan kaki keduanya; Tetapi tanpa telapak kaki; Bentuknya bokong
dapat dilihat; Akrab pada para pria). Jawabnya: Celana. Catatan: Pada masa itu belum
banyak wanita yang memakai celana luar. Sehingga keterangan terakhirnya Rumaket
ing para priya

2. Tembang Kinanthi: Wonten putri luwih ayu; Tan ana ingkang tumandhing; Sariranira
sang retna; Owah-owah saben ari; Yen rina kucem kang cahya; mung ratri mancur
nelahi (Ada putri amat cantik; tidak ada yang menandingi; badan sang dewi; Berubah
setiap hari; Kalau siang suram cahayanya; Hanya pada malam hari bersinar
cahayanya). Jawaban: Rembulan

3. Tembang Pangkur: (Yang ini cangkriman blenderan berbentuk tembang) Badhenen
cangkriman ingwang; Tulung-tulung ana gedhang awoh gori; Ana pitik ndhase telu;
Gandhenana endhase; Kyai Dhalang yen mati sapa sing mikul; Ana buta nunggang
grobag; Selawe sunguting gangsir. Jawaban: a. Gedhang awoh gori maksudnya
gedhang awoh ditegori, pisang berbuah ditebangi; b. Pitik ndhase telu maksudnya pitik
ndhase dibuntel wulu, ayam kepalanya dibungkus bulu; c. Ki Dhalang maksudnya
kadhal dan walang, atau belalang. Jadi kalau mati ya tidak ada yang memikul; d. Ana
buta nunggang grobag, maksudnya tebu ditata, tebu setelah ditata dimasukkan
gerobak, kalau sekarang masuk truk; Selawe sunguting gangsir, maksudnya selawe
adalah sak lawe, sebesar lawe atau benang tenun.

4. Tembang Pucung: Bapak pucung cangkemu marep mandhuwur; Sabane ing sendhang;
pencokane lambung kering; Prapteng wisma si pucung mutah kuwaya (Bapak pucung
mulutmu menghadap ke atas; Perginya ke mata air; Hinggapnya di pinggang kiri;
Sampai rumah si pucung memuntahkan air). Jawab: Klenthing tempat air

5. Tembang Pucung: Bapak pucung dudu watu dudu gunung; Sangkamu ing sabrang;
Ngon ingone sang Bupati; Yen lumampah si pucung lembehan grana (Bapak pucung
bukan batu bukan gunung; Asalmu dari tanah seberang; Piaraan sang Bupati; Kalau
berjalan si pucung berlenggang hidung). Jawab: gajah

6. Tembang Pucung: Bapak pucung renten-renteng kaya kalung; Dawa kaya ula;
Pencokanmu wesi miring; Sing disaba si pucung mung turut kutha (Bapak pucung
berangkai seperti kalung; Panjang laksana ular; Tempat bertenggermu besi miring;
Yang didatangi si pucung dari kota ke kota). Jawab: kereta api

7. Tembang Pucung: Namung tutuk; Lan netra kalih kadulu; Yen pinet kang karya;
Sinuduk netrane kalih; Yeku saratira bangkit ngemah-ngemah (Hanya mulut; Dan mata
dua terlihat; Bila diminta kinerjanya; ditusukkan matanya yang dua; Itulah syarat dia
mengunyah). Jawabannya: Gunting


D. CANGKRIMAN BLENDERAN
1. Biru bisane dadi wungu dikapakake? (Biru supaya bisa menjadi ungu diapakan). Jawab:
Digebuk (Campuran cangkriman wancahan dan blenderan. Biru: Babi turu/tidur dan
wungu: dalam bahasa Jawa berarti warna ungu atau bangun dari tidur)

2. Enak endi daging kucing karo daging pitik? (Enak mana daging kucing dan daging
ayam? Jawab: Kalau menjawab enak daging ayam berarti pernah makan daging
kucing. Modifikasi cangkriman ini banyak. Misal daging sapi, daging tikus dan lain lain).

3. Gajah ngidak endhog ora pecah (Gajah menginjak telur tidak pecah). Jawab: Yang tidak
pecah gajahnya.

4. Gajah numpak becak ketok apane? (Gajah naik becak kelihatan apanya?) Jawab Ketok
ndobose (kelihatan membualnya)

5. Suru supaya bisa mlayu dikapakake? (Suru: daun pisang yang dilipat dua kemudian
dijadikan semacam sendok untuk makan nasi atau bubur. Suru disini adalah akronim
dari asu turu atau anjing tidur. Mlayu adalah lari. Jadi merupakan campuran cangkriman
wancahan dan blenderan. Jawab: Digebuk

6. Wong dodol tempe ditaleni (Orang jual tempe diikat). Jawab: Yang diikat bukan
orangnya tetapi tempenya (Orang jual tempe di pasar tradisional. Tempe dibungkus
daun jati atau daun pisang kemudian diikat pakai tali bambu atau lainnya)

7. Wong dodol klapa dikepruki (Orang jual kelapa dipukuli kepalanya). Jawab: Yang
dikepruk bukan orangnya tetapi kelapanya (Orang jual kelapa di pasar tradisional).

8. Wong mati ditunggoni wong mesam-mesem (Orang mati ditungguin orang tersenyum-
senyum). Jawab: Yang senyum bukan yang meninggal tetapi yang menunggui)


E. LAIN-LAIN (CANGKRIMAN YANG MEMANG HARUS DITEBAK)
1. Ana kewan mapane ing alas. Saben wong mesthi wedi. Bareng digendhong dening
manungsa, kewan iku ora medeni maneh, lan ora nyakot manungsa. Apa arane kewan
iku? (Ada binatang bertempat tinggal di hutan. Setiap orang pasti takut. Kalau
digendong manusia, binatang itu menjadi tidak menakutkan lagi dan tidak menggigit
manusia. Binatang apa itu?). Jawabnya: Celeng; yang digendong manusia: celengan.

2. Ana piranti sabane ing pawon. Bareng ketiban cecak bisa mabur. Apa iku? (kalo). Ini
cangkriman menggunakan huruf Jawa. Peralatan dapur tersebut adalah kalo yang
biasa dipakai untuk mencuci sayuran yang sudah dipotong-potong. Kalo terdiri dari
huruf ka dan la yang diberi taling tarung sehingga berbunyi lo Kalo kalau
kejatuhan ceceg, artinya ditambah ceceg yaitu tanda baca yang mengubah lo
menjadi long maka dari kalo akan menjadi kalong. Ya pasti bisa terbang.

3. Bosok malah enak (Busuk malah enak). Jawab: tape; bisa dijawab juga dengan
Tempe

4. Dideleng gampang, dicekel angel (dilihat mudah, dipegang susah). Jawab: Matahari.

5. Dipedhanga, dimriyema, dibedhila ora mati nanging yen dicegati mati (Biarpun
dipedang, dimeriam, ditembak tidak mati. Tetapi jika dihalangi mati). Jawab: Air. Air
kalau dibendung akan berhenti.

6. Ing sadhuwuring lawang ana cecak. Yen cecak iku lunga, lawang iku dadi kewan kang
bisa mabur. Apa arane kewan iku? Ini juga cangkriman menggunakan huruf Jawa.
Lawang, terdiri dari huruf la dan wa, kemudian diberi ceceg di atas huruf wa sehingga
berbunyi wang. Jadi kalau lawang cecegnya di ambil maka bunyinya menjadi lawa.
Lawa adalah kelelawar, jadi bisa terbang. Cangkriman ke dua ini kebalikan yang
pertama. Kalau yang pertama kejatuhan ceceg maka yang ke dua cecegnya lari

7. Lawa telu kalong loro ana pira? (Kelelawar tiga kalong dua jumlahnya berapa? Jawab:
Kalau dijawab satu pasti salah. Yang benar jawabnya lima. Keterangan: Kalong
dalam bahasa Jawa berarti berkurang. Jadi kalau kita tidak jeli maka akan spontan
menjawab satu. Kemudian ditertawakan semua orang. Cangkriman memang kadang-
kadang jawabannya terlalu sepele.
lompat

5. Itik pertis ibu perbeng ijah perlong: Tai pitik memper petis, tai kebo memper ambeng, tai
gajah memper golong. (Tai ayam seperti petis, tai kerbau seperti ambeng dan tai gajah
seperti golong). Ambeng: nampan besar; Golong: bongkahan besar. Cangkriman yang
ini memang agak jorok.

6. Kablak ketan: (membacanya koblok ketan). Nangka tiba ning suketan (Nangka jatuh di
rerumputan)

7. Kicak ketan: Kaki macak iket-iketan (kakek-kakek berhias pakai destar)

8. Langdikum ditasbir: Lulang dikum dientas njebibir (Kulit direndam, setelah basah,
diangkat akan mengembang)

9. Ling cik tu tu ling ling yu: maling mancik watu, watu nggoling maling mlayu (Maling naik
batu, batu terguling maling lari)

10. Manuk biru: Pamane punuk bibine kuru (Pamannya gemuk bibinya kurus)

11. Nituk lersure: Nini ngantuk diseler susure (nenek-nenek ngantuk dicuri susurnya).
Susur: Gumpalan tembakau yang dulu banyak diisap wanita, kebanyakan sudah
setengah umur.

12. Pak boletus: Tapak kebo ana lelene satus (Telapak kerbau ada lelenya seratus)

13. Pak bomba pak lawa pak piut: Tapak kebo amba, tapak ula dawa, tapak sapi ciut (Jejak
kerbau lebar, jejak ular panjang dan jejak sapi sempit)

14. Pindhang kileng: sapi ning kandhang kaki mentheleng: sapi di kandhang kakek
mendelik matanya

15. Pindhang kutut: sapi mblandhang lukune katut (Sapi ngabur walukunya terbawa)

16. Pothel kidi: Tompo cemanthel kaki wedi (Kukusan tergantung kaki takut). Catatan:
Yang dimaksud dengan "kaki" adalah kakek (kaki-kaki: orang tua)

17. Rangsinyu muksitu: Jurang isi banyu gumuk isi watu (Jurang berisi air bukit berisi batu)

18. Segara beldhes: Segane pera sambele pedhes (Nasinya kering sambalnya pedas)

19. Suru bregitu: Asu turu dibregi watu (Anjing tidur ditimpa batu). NB. Adegan ini jangan
ditiru

20. Surles penen: Susur teles pepenen (Susur basah jemurlah). Susur: gumpalan
tembakau yang diisap wanita. Termasuk bisa diisap ulang. Kalau sudah basah, dijemur,
nanti kering diisap ulang

21. Tuwan sinyo: Untu kedawan gusi menyonyo (Gigi terlalu panjang gusi menonjol)

22. Tuwok rawan: Untune krowok larane ora karuwan (Giginya berlubang sakitnya tidak
karuan)

23. Wit tho yung: Yen dijiwit athi biyung (Bila dicubit aduh emak)

24. Wiwawite lesbadhonge: Uwi dawa wite tales amba godhonge (Uwi panjang pohonnya,
talas lebar daunnya). Uwi: sejenis tanaman ubi yang menjalar.

25. Wiwawite lesbadhonge jatos lempuk: Sama di atas ditambah jati atos (keras) dan
pelem (Imangga) empuk

26. Wiwawite lesbadhonge karwapake: Sama di atas ditambah Cikar dawa tipake (Gerobak
panjang jejaknya)

27. Yu mahe rong, lut mahe ndhut: Yuyu omahe ngerong, welut omahe lendhut (Ketam
rumahnya di lubang, belut rumahnya di lumpur)

Anda mungkin juga menyukai