Anda di halaman 1dari 175

1

PEMERINTAH PROVINSI
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Proyek Peningkatan Kapasitas
Berkelanjutan Untuk Desentralisasi
Sustainable Capacity Building for
Decentralization (SCBD) Project
(ADB Loan 1964-INO)
Komplek Perkantoran Pemerintah Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta
No. Tlp. (0274)9566030 E-mail: scbddiy@yahoo.com



LAPORAN KEGIATAN
PEMBUATAN
PEDOMAN
PENYUSUNAN DAN
EVALUASI
KELEMBAGAAN
PEMERINTAH
PROVINSI DAERAH
ISTIMEWA
YOGYAKARTA
2 0 1 0





2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan dan Sasaran
C. Ruang Lingkup
D. Output Kegiatan
E. Hasil yang Diharapkan
F. Tinjauan Pustaka
G. Metode Pelaksanaan
H. Workplan
I. Jadual Kegiatan

BAB II LANDASAN YURIDIS
A. Undang-undang
B. Peraturan Pemerintah
C. Peraturan Menteri
D. Peraturan Daerah dan Peraturan Gubernur

BAB III. HASIL DATA DAN PEMBAHASAN
A. Kedudukan, Tugas dan Fungsi
1. Sekretariat Daerah
2. Sekretariat DPRD
3. Inspektorat
4. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
5. Dinas Daerah
6. Lembaga Teknis Daerah
B. Besaran Organisasi
1. Sekretariat Daerah
2. Sekretariat DPRD
3. Dinas Daerah
4. Lembaga Teknis Daerah
C. Susunan Organisasi
1. Sekretariat Daerah
2. Sekretariat DPRD
3. Inspektorat
4. Bappeda
5. Dinas Daerah
6. Lembaga Teknis Daerah
3


BAB IV. KRITERIA DAN LANGKAH-LANGKAH
PENYUSUNAN SOPD
A. Kedudukan, Tugas dan Fungsi
1. Sekretariat Daerah
2. Sekretariat DPRD
3. Inspektorat
4. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
5. Dinas Daerah
6. Lembaga Teknis Daerah
B. Besaran Organisasi
1. Sekretariat Daerah
2. Sekretariat DPRD
3. Dinas Daerah
4. Lembaga Teknis Daerah
C. Susunan Organisasi
1. Sekretariat Daerah
2. Sekretariat DPRD
3. Inspektorat
4. Bappeda
5. Dinas Daerah
6. Lembaga Teknis Daerah

BAB V. KRITERIA DAN LANGKAH-LANGKAH
EVALUASI SOPD
A. Efisiensi
B. Efektivitas
C. Rasionalitas
D. Koordinasi
E. Integrasi
F. Sinkronisasi
G. Simplifikasi
H. Komunikasi

BAB VI. PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA







4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Untuk menata kembali perangkat daerah, Pemerintah
telah mengeluarkan PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah dan Permendagri No. 57 Tahun 2007 tentang
Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah. Dalam
Penjelasan Umum PP No. 41 Tahun 2007 itu dijelaskan bahwa
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, kepala daerah
dibantu oleh perangkat daerah yang terdiri dari unsur staf yang
membantu penyusunan kebijakan dan koordinasi, diwadahi
dalam sekretariat, unsur pengawas yang diwadahi dalam bentuk
inspektorat, unsur perencana yang diwadahi dalam bentuk
badan, unsur pendukung tugas kepala daerah dalam penyusunan
dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik,
diwadahi dalam lembaga teknis daerah, serta unsur pelaksana
urusan daerah yang diwadahi dalam dinas daerah. Dasar utama
penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi
adalah adanya urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah, yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan, namun
tidak berarti bahwa setiap penanganan urusan pemerintahan
harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri.
Dalam Permendagri No. 57 Tahun 2007 itu dijelaskan
bahwa reformasi birokrasi baik pada pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah merupakan kebutuhan dalam upaya
mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance).
Reformasi birokrasi pada tataran pemerintah daerah antara lain
bidang organisasi perangkat daerah yang diarahkan untuk
5

terciptanya organisasi yang efisien, efektif, rasional dan
proporsional sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah
serta adanya koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplikasi
serta komunikasi kelembagaan antara pusat dan daerah. Dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah, kepala daerah dibantu
oleh perangkat daerah yang diformulasikan berdasarkan prinsip-
prinsip manajemen yang terdiri atas unsur pimpinan, unsur staf,
unsur pengawas, unsur perencana, unsur pelaksana, unsur
pendukung dan unsur pelayanan. Dasar utama penyusunan
perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, yang
terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Namun tidak berarti
bahwa setiap penanganan urusan pemerintahan harus dibentuk
ke dalam organisasi tersendiri. Pembinaan dan pengendalian
organisasi dimaksudkan dalam rangka penerapan koordinasi,
integrasi, sinkronisasi dan simplikasi antar daerah dan antar
sektor, sehingga masing-masing pemerintah daerah taat asas dan
taat norma dalam penataan kelembagaan perangkat daerah, yang
dilaksanakan melalui fasilitasi, asistensi, pemberian arahan,
pedoman, bimbingan, supervisi, pelatihan serta kerjasama.
Dalam penataan kelembagaan perangkat daerah harus
menerapkan prinsip-prinsip organisasi, antara lain visi dan misi
yang jelas, pelembagaan fungsi staf dan fungsi lini serta fungsi
pendukung secara tegas, efisiensi dan efektifitas, rentang kendali
serta tatakerja yang jelas.
Namun demikian, secara umum, kondisi birokrasi
organisasi pemerintahan di Indonesia dapat dijelaskan secara
singkat sebagai berikut. Struktur organisasi pemerintahan di
Indonesia bersifat officialdom (kerajaan pejabat). Artinya
6

ialah area ofisial yurisdiktif, yang mempunyai tugas dan
tanggung jawab resmi (official duties), yang bekerja dalam
tatanan pola hirarki sebagai perwujudan dari tingkatan otoritas
dan kekuasaannya (Miftah Thoha, 2003).
Di samping itu, struktur organisasi pemerintahan di
Indonesia mengalami bureaucratism (patologi birokrasi),
yang terindikasi antara lain dari sifat-sifat swollen
(membengkak/tambun), sluggish (melempem), cumbersome
(tidak praktis), inefficient (boros), routine (stagnan), rigid
(kaku), narrow (tidak berwawasan), complex procedures
(berbelit-belit), dan formal measures (mengutamakan
formalitas) (Warsito Utomo, 2005).
Lebih jauh lagi, ciri-ciri struktur organisasi dan tata kerja
(SOTK) organisasi perangkat daerah adalah: (1) jenis/macam
SKPD tidak didasarkan pada analisis kebutuhan pelayanan
publik; (2) besaran/jumlah SKPD tidak didasarkan pada
analisis jabatan; (3) susunan/unit-unit SKPD tidak didasarkan
pada analisis beban kerja; (4) koordinasi antarSKPD tidak
berpola networking; dan (5) relasi antara SKPD dengan
stakeholders tidak berpola kolaboratif. Faktor-faktor penyebab
terjadinya hal ini adalah: (1) intervensi pemerintah pusat yang
terlalu jauh pada hal-hal yang bersifat teknis dalam penyusunan
organisasi perangkat daerah; dan (2) absensinya partisipasi
stakeholders dalam perancangan organisasi perangkat daerah
(Ulung Pribadi, 2009).
Secara khusus, dalam kerangka melaksanakan peraturan
dari Pemerintah itu, Daerah Istimewa Yogyakarta telah
mengeluarkan beberapa peraturan daerah dan peraturan
gubernur. Peraturan ini meliputi Peraturan Daerah Provinsi
7

Daerah Istimewa Yogyakarta No. 5 tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat
DPRD Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Peraturan Daerah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta No. 6 tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Peraturan Daerah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta No. 7 tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Satuan
Polisi Pamong Praja Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Peraturan Gubernur No. 37 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas
dan Fungsi Satuan Organisasi Perangkat Daerah.
Namun demikian, dalam kenyataannya, dalam
penyusunan dan evaluasi di lingkungan Pemerintah Provinsi
DIY ternyata masih banyak menghadapi kendala. Aturan dari
pusat sering tidak klop dengan kebutuhan riil di daerah.
Misalnya: antara keharusan membentuk Dinas dengan
kebutuhan membentuk Badan, antara teori dan praktek selalu
tidak klop. Peraturan sering membuat bingung di dalam
pelaksanaannya, dikarenakan tidak cocok dengan teori yang ada.
Misalnya dalam bidang keuangan, seharusnya dilembagakan
dengan Dinas, bukan Badan. Akan tetapi peraturan pemerintah
memerintahkan dengan Badan. Kesulitan yang dihadapi adalah
menentukan lembaga teknis-lembaga teknisnya (wawancara
dengan Kabag Kelembagaan Biro Organisasi Setda Propinsi
DIY, 7 September 2010). Di DIY sejauh ini belum ada pedoman
tentang penyusunan dan evaluasi kelembagaan. Hal ini
mengakibatkan ketidakjelasan praktek di lapangan dalam
menyusun dan mengevaluasi kedudukan, tugas dan fungsi
8

SOPD, besaran/jumlah SOPD, susunan SOPD, dan eselonisasi
SOPD. Dengan demikian, rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut: Bagaimanakah pedoman penyusunan dan evaluasi
kelembagaan Pemerintah Provinsi DIY yang tidak bertentangan
dengan aturan dari pusat di satu pihak dan yang dapat
mengakomodasi kebutuhan stakeholders di daerah?

B. Tujuan dan Sasaran
Tujuan kegiatan ini adalah dibuatnya pedoman
penyusunan dan evaluasi kelembagaan Pemerintah Provinsi
DIY yang tidak bertentangan dengan peraturan perundangan-
undangan dari pusat dan yang dapat mengakomodasi kebutuhan
pelayanan publik stakeholders di daerah. Sasaran-sasarannya
adalah: (1) penyusunan dan evaluasi tentang kedudukan, tugas
dan fungsi SOPD; (2) penyusunan dan evaluasi besaran/jumlah
SOPD; (3) penyusunan dan evaluasi susunan/sub-sub unit dalam
SOPD; dan (4) penyusunan dan evaluasi eselonisasi dalam
SOPD.

C. Ruang Lingkup
(1) Dirumuskannya kriteria dan langkah-langkah
penyusunan dan evaluasi tentang kedudukan, tugas dan
fungsi SOPD;
(2) Dirumuskannya kriteria dan langkah-langkah
penyusunan dan evaluasi besaran/jumlah SOPD;
(3) Dirumuskannya kriteria dan langkah-langkah
penyusunan dan evaluasi susunan/sub-sub unit dalam
SOPD.

9

D. Output Kegiatan
Dibuatnya buku Pedoman Penyusunan dan Evaluasi
Kelembagaan Pemerintah Provinsi DIY. Buku ini dapat
ditindaklanjuti menjadi draft Peraturan Gubernur tentang
Penyusunan dan Evaluasi Kelembagaan Pemerintah Provinsi
DIY.

E. Hasil yang Diharapkan
Meningkatnya kejelasan, kesepahaman, dan kesepakatan
stakeholders pemerintahan DIY tentang kriteria dan langkah-
langkah yang digunakan dalam menyusun dan mengevaluasi
kelembagaan di lingkungan Pemerintahan Provinsi DIY.

F. Tinjauan Pustaka
Secara singkat tinjauan pustaka dan kerangka teoritik
yang berkaitan dengan masalah struktur organisasi dapat
dijelaskan sebagai berikut.
Apa yang dimaksud dengan struktur organisasi? the
structure of an organization is the pattern of rules, positions,
and roles that give shape and coherence to its strategy and
process, and is typically described in organization charts, job
descriptions and patterns of authority (Leach, Stewart, dan
Waish,1994). Lebih jauh menurut mereka struktur organisasi
mencakup elemen-elemen diferensiasi (differentiation), integrasi
(integration), sentralisasi (centralization) dan desentralisasi
(decentralization), formalisasi (formalization), spesialisasi
(specialization) dan generalisasi (generalization), independensi
(independence) dan interdependensi (interdependence).
Sementara itu, menurut Mintzberg, struktur organisasi adalah
10

the division of labor into various tasks to be performed and the
coordination of these tasks to accomplish the activity
(Mintzberg,1979).
Apa cakupan struktur organisasi? ada lima bagian pokok
yang membentuk struktur organisasi, yakni the strategic apex,
the middle line, the operating core, the technostructure, dan the
support staff. The strategic apex berkedudukan sebagai leaders
dan managers organisasi dan berfungsi membuat kebijakan,
memimpin dan membina pelaksanaan kebijakan, dan
mengevaluasi pelaksanaan kebijakan organisasi. The middle line
berkedudukan sebagai pelaksana utama yang menghubungkan
antara bagian pimpinan dan bagian operator dan berfungsi
melaksanakan tugas-tugas pekerjaan atau urusan-urusan
organisasi. The operating core berkedudukan sebagai pelaksana
tingkat bawah dan berfungsi menjaga inputs untuk diproduksi
oleh organisasi, mentransformasi inputs tersebut menjadi
outputs, mendistribusikan outputs, dan menyediakan dukungan
langsung pada inputs, transformasi, dan outputs tersebut. The
technostructure berkedudukan sebagai ahli dan berfungsi
mendesain, merencanakan, mengubah, atau melatih orang agar
pekerjaan-pekerjaan organisasi dapat dilaksanakan dengan lebih
efektif. Dan the support staff berkedudukan sebagai pendukung
dan berfungsi menyediakan hal-hal yang bersifat komplemen
bagi organisasi (Mintzberg,1979).
Lebih jauh lagi, menurut Mintzberg, faktor-faktor yang
menentukan pembentukan struktur organisasi meliputi: umur
dan ukuran organisasi (age and size), teknologi (technical
system), lingkungan (environment), dan kekuasaan (power).
Umur dan ukuran organisasi menyangkut lama atau barunya
11

sebuah organisasi dan luas (besar) dan sempit (kecil)nya sebuah
organisasi. Umur juga menyangkut masa lalu organisasi yang
diwariskan di masa kini. Teknologi merupakan peralatan dan
sistem kerja yang dipergunakan dalam organisasi. Lingkungan
menyangkut kondisi sosial, ekonomi, politik dan lainnya yang
ada di luar organisasi. Kekuasaan menyakut kewenangan dan
otoritas yang ada dalam organisasi.
Bagaimana pemikiran para ahli tentang struktur
organisasi? Pemikiran-pemikiran para ahli tentang struktur
organisasi telah mengalami perkembangan dalam tiga perspektif
atau paradigma.
Perspektif pertama (Old Public Administration) yang
berkembang pada awal abad ke-20 memberikan penjelasan
tentang struktur organisasi sebagai berikut. Bahwa agar dapat
mencapai efektivitas dan efisiensi organisasi
(negara/pemerintahan), maka struktur organisasi didesain
dengan ciri-ciri hirarkis, piramidal, top-down, vertikal, closed-
system (Weber,1958; Wilson,1987; Taylor,1947; Fayol,1949;
White,1926; Willoughby,1927, Parkinson,1957).
Kritik terhadap perspektif pertama yang diberikan oleh
para ahli generasi berikutnya adalah sebagai berikut. Bahwa
desain struktur organisasi seperti itu memunculkan - bukan
efektivitas dan efisiensi organisasi - ciri-ciri organisasi yang
boros, koruptif, bengkak, dan berorientasi pada kepentingan
internal birokrasi.
Perspektif kedua (New Public Management) yang
berkembang pada sepertiga terakhir abad ke-20 memberikan
penjelasan tentang struktur organisasi sebagai berikut. Bahwa
agar dapat mencapai efektivitas dan efisiensi organisasi
12

(negara/pemerintahan), maka struktur organisasi didesain
dengan ciri-ciri desentralistis, adaptif terhadap pasar bebas,
responsif thd pelanggan, ramping, (Lawrence and
Lorsch,1967; Galbraith,1977; Gifford & Pinchot,1993; Osborne
and Gaebler,1992).
Kritik terhadap perspektif kedua dari generasi berikutnya
adalah sebagai berikut. Bahwa struktur organisasi seperti itu
justru menjauhkan organisasi pemerintahan dengan rakyatnya.
Orientasi pada pasar dan pelanggan justru lebih mengutamakan
kepentingan individu dan institusi daripada kepentingan publik.
Perspektif ketiga (New Public Service) yang berkembang
pada awal abad ke-21 memberikan penjelasan tentang struktur
organisasi sebagai berikut. Bahwa agar dapat mencapai
efektivitas dan efisiensi organisasi (negara/pemerintahan), maka
struktur organisasi didesain dengan ciri-ciri adaptif terhadap
kebutuhan pelayanan publik, hasil dialog dengan stakeholders,
networking, dan kolaboratif (Denhardt and Denhardt,2003;
Evan and Boyte,1986; Gardner,1991; Friedrichsen,2006;
Smith,2007; Lubell and Futon,2007; Meek,2008).
Menurut perspektif yang ketiga ini, penekanan yang
harus dilakukan dalam mendesain ulang organisasi
pemerintahan adalah penciptaan organisasi pemerintahan yang
memiliki sifat-sifat: (1) melayani warganegara, bukan pelanggan
(serve citizens, not customers). Kepentingan publik adalah hasil
dari dialog tentang nilai-nilai yang disetujui bersama daripada
agregasi kepentingan-kepentingan individu sendiri. Oleh karena
itu, pegawai pemerintah bukan merespon permintaan para
pelanggan, akan tetapi berfokus pada pengembangan relasi-
relasi kepercayaan dan kolaborasi dengan dan di antara para
13

warganegara; (2) mengejar kepentingan publik (seek the public
interests). Administrator publik harus mampu menyumbang
pengembangan kolektivitas atau kepentingan publik yang
disetujui bersama. Tujuan yang perlu diraih adalah bukan solusi
cepat yang dikendalikan oleh pilihan individu akan tetapi
penciptaan kepentingan bersama (shared interests) dan tanggung
jawab bersama (shared responsibility); (3) nilai
kewarganegaraan di atas kewiraswastaan (value citizenship over
entrepreneurship). Kepentingan publik lebih baik dicapai oleh
pegawai pemerintah dan warganegara dengan komitmen untuk
membuat kontribusi yang bermakna kepada masyarakat
ketimbang oleh para manajer yang berjiwa kewiraswastaan yang
bertindak untuk mengejar uang; (4) berfikir strategis, bertindak
demokratis (think strategically, act democratically). Kebijakan-
kebijakan dan program-program yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan publik dapat dicapai secara lebih efektif
dan bertanggung jawab melalui usaha-usaha kolektif dan proses
kolaboratif; (5) mengakui bahwa akuntabilitas adalah tidak
sederhana (recognize that accountability is not simple). Pegawai
pemerintah mesti lebih menarik perhatian daripada pasar;
mereka mesti juga menaruh perhatian pada peraturan
perundangan, nilai-nilai komunitas, norma-norma politik,
standar profesional, dan kepentingan-kepentingan warganegara;
(6) melayani daripada mengendalikan (serve rather than steer).
Adalah sangat penting bagi pegawai pemerintah untuk
menggunakan kepemimpinan yang berdasar nilai dan
kebersamaan dalam membantu warganegara mengartikulasikan
kepentingan-kepentingan bersama mereka daripada mencoba
mengontol atau mengendalikan masyarakat melalui perintah-
14

perintah baru; (7) orang yang bernilai, bukan sekedar
produktivitas (value people, not just productivity). Organisasi-
organisasi publik dan jaringannya dalam mana mereka
berpartisipasi akan lebih sukses dalam jangka panjang jika
mereka dioperasikan melalui proses kolaborasi dan
kepemimpinan yang berbagi (shared leadership) yang
didasarkan pada penghormatan terhadap semua orang (Denhardt
and Denhardt,2003).
Kerangka teoritik yang dipakai untuk melakukan
reformasi kelembagaan birokrasi pemerintahan di Indonesia di
era demokrasi dan keterbukaan sekarang ini adalah perspektif
yang ketiga, yakni bahwa penyusunan dan evaluasi
kelembagaan organisasi pemda mesti memperhatikan faktor-
faktor yang bukan hanya aturan-aturan dari otoritas yang lebih
tinggi saja akan tetapi juga harus memadukannya dengan
analisis kebutuhan pelayanan publik bagi stakeholders di
daerah.

G. Metode Pelaksanaan
Kegiatan ini menggunakan metode pelaksanaannya
sebagai berikut:
(1) Studi literatur; yakni mempelajari bacaan dari berbagai
sumber tentang konsep-konsep yang berkaitan dengan
struktur organisasi.
(2) Kajian; yakni mempelajari peraturan perundang-undangan
dan dokumen-dokumen resmi pemerintahan lainnya yang
berkaitan dengan organisasi perangkat daerah.
15

(3) Wawancara; yakni bertatap muka dengan orang-orang kunci
di pemerintahan daerah yang mengetahui proses
penyusunan dan evaluasi organisasi perangkat daerah.
(4) FGD (focus group discussion); yakni melakukan diskusi
secara mendalam secara bersama-sama dengan wakil-wakil
dari beberapa SKPD yang telah ditunjuk.


H. Workplan
N
O
HASIL
KERJA

METODE

PIHAK
YANG
TERLIBAT
DATA
1 TOR awal Kajian
pustaka
Tim Ahli Data
sekunder
2 Pengayaan
materi
TOR
Wawancara
awal

Tim Ahli
Biro
Organisasi,
Biro Tata
Pemerintahan
, Biro
Hukum,
BAPPEDA,
Bagian
Organisasi
Kabupaten


Data
Sekunder:
perda,
peraturan
gubernur,
dan
peraturan
teknis yang
terkait
dengan
pembentuka
n SOTK di
provinsi
DIY.
Data
primer:
deskripsi
kebijakan,
permasalaha
n dan
perencanaan
dalam
membentuk
SOTK prop.
DIY
16


3 TOR final Kajian
ulang

Tim Ahli


4 Terlaksana
nya ruang
lingkup
kegiatan 1,
yakni:
dirumuska
nnya
kriteria
dan
langkah-
langkah
penyusuna
n dan
evaluasi
tentang
kedudukan
, tugas dan
fungsi
SOPD.
Brainstormi
ng
FGD

Tim Ahli
Biro
Organisasi,
Biro Tata
Pemerintahan
, Biro
Hukum,
Bagian
Organisasi
Kabupaten


5 Terlaksana
nya ruang
lingkup
kegiatan 2,
yakni:
dirumuska
nnya
kriteria
dan
langkah-
langkah
penyusuna
n dan
evaluasi
besaran/ju
mlah
SOPD.
Brainstormi
ng
FGD

Tim Ahli
Biro
Organisasi,
Biro Tata
Pemerintahan
, Biro
Hukum,
Bagian
Organisasi
Kabupaten


6 Terlaksana
nya ruang
lingkup
kegiatan 3,
Brainstormi
ng
FGD

Tim Ahli
Biro
Organisasi,
Biro Tata

17

yakni:
dirumuska
nnya
kriteria
dan
langkah-
langkah
penyusuna
n dan
evaluasi
susunan/su
b-sub unit
dalam
SOPD.

Pemerintahan
, Biro
Hukum,
Bagian
Organisasi
Kabupaten

7 Laporan
kemajuan
pembuatan
buku
Pedoman
Penyusuna
n dan
Evaluasi
Kelembag
aan
Pemerinta
h Provinsi
DIY

Penulisan Tim Ahli
8 Reviu
laporan
kemajuan
pembuatan
buku
Pedoman
Penyusuna
n dan
Evaluasi
Kelembag
aan
Pemerinta
h Provinsi
DIY

Ekspose

Tim Ahli
Biro
Organisasi,
Biro Tata
Pemerintahan
, Biro
Hukum,
Bagian
Organisasi
Kabupaten
Instansi lain
terkait


18

9 Revisi
Laporan
kemajuan
pembuatan
buku
Pedoman
Penyusuna
n dan
Evaluasi
Kelembag
aan
Pemerinta
h Provinsi
DIY

Penulisan Tim Ahli
10 Reviu
Laporan
akhir
pembuatan
buku
Pedoman
Penyusuna
n dan
Evaluasi
Kelembag
aan
Pemerinta
h Provinsi
DIY
Ekspose

Tim Ahli
Biro
Organisasi,
Biro Tata
Pemerintahan
, Biro
Hukum,
Bagian
Organisasi
Kabupaten
Instansi lain
terkait


12 Revisi
Laporan
akhir
pembuatan
buku
Pedoman
Penyusuna
n dan
Evaluasi
Kelembag
aan
Pemerinta
h Provinsi
DIY
Penulisan Tim Ahli

19


I. Jadual Kegiatan
N
O
Kegiatan Bulan
ke-1
Bulan
ke-2
Bulan ke-3
M
1
M
2
M
3
M
4
M
1
M
2
M
3
M
4
M
1
M
2
M
3
M
4
1 TOR awal X
2 Pengayaan
materi TOR
X
3 TOR final X
4 Terlaksananya
ruang lingkup
kegiatan 1,
yakni:
dirumuskannya
kriteria dan
langkah-
langkah
penyusunan
dan evaluasi
tentang
kedudukan,
tugas dan
fungsi SOPD.

X

5 Terlaksananya
ruang lingkup
kegiatan 2,
yakni:
dirumuskannya
kriteria dan
langkah-
langkah
penyusunan
dan evaluasi
besaran/jumlah
SOPD.



X



6 Terlaksananya
ruang lingkup
kegiatan 3,
yakni:
dirumuskannya
kriteria dan
langkah-
langkah



X

20

penyusunan
dan evaluasi
susunan/sub-
sub unit dalam
SOPD.

7 Laporan
kemajuan
pembuatan
buku Pedoman
Penyusunan
dan Evaluasi
Kelembagaan
Pemerintah
Provinsi DIY




X



8 Reviu laporan
kemajuan
pembuatan
buku Pedoman
Penyusunan
dan Evaluasi
Kelembagaan
Pemerintah
Provinsi DIY





X



9 Revisi Laporan
kemajuan
pembuatan
buku Pedoman
Penyusunan
dan Evaluasi
Kelembagaan
Pemerintah
Provinsi DIY




X



1
0
Reviu Laporan
akhir
pembuatan
buku Pedoman
Penyusunan
dan Evaluasi
Kelembagaan
Pemerintah





X



21

Provinsi DIY
1
1
Revisi Laporan
akhir
pembuatan
buku Pedoman
Penyusunan
dan Evaluasi
Kelembagaan
Pemerintah
Provinsi DIY





X

X

































22


BAB II
LANDASAN YURIDIS

A. Undang-undang
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4548).

B. Peraturan Pemerintah
1. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 89, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741).
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38
Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

C. Peraturan Menteri
23

1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2005
tentang Pedoman Analisis Jabatan di Lingkungan
Departemen Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah.
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun
2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi
Perangkat Daerah.
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun
2008 tentang Pedoman Analisis Beban Kerja di
Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah
Daerah.

D. Peraturan Daerah dan Peraturan Gubernur.
1. Peraturan Daerah Provinsi DIY No. 5 tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan
Sekretariat DPRD Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
2. Peraturan Daerah Provinsi DIY No. 6 tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
3. Peraturan Daerah Provinsi DIY No. 7 tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis
Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
4. Peraturan Gubernur No. 37 Tahun 2008 tentang Rincian
Tugas dan Fungsi Satuan Organisasi Perangkat Daerah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.


24

BAB III
HASIL DATA DAN PEMBAHASAN


A. Kedudukan, Tugas dan Fungsi

1. Sekretariat Daerah

Dari hasil data dokumenter dan wawancara yang
diperoleh dari para informan dapat dipaparkan sebagai berikut.
Dalam Perda Provinsi DIY No. 5 tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat
DPRD Provinsi DIY disebutkan bahwa kedudukan Sekretariat
Daerah adalah merupakan unsur staf yang membantu Gubernur
dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan dinas
daerah dan lembaga teknis daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Dalam peraturan itu juga disebutkan bahwa tugas
Sekretariat Daerah adalah menyusun kebijakan pemerintahan
daerah, mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dinas daerah dan
lembaga teknis daerah, memantau dan mengevaluasi
pelaksanaan kebijakan pemerintahan daerah, serta melaksanakan
pembinaan administrasi dan aparatur pemerintahan daerah.
Dalam peraturan itu juga disebutkan bahwa Sekretariat
Daerah mempunyai fungsi: 1) perumusan program lingkup
Sekretariat Daerah; 2) perumusan kebijakan penyelenggaraan
pemerintahan daerah; 3) pengkoordinasian pelaksanaan tugas
dinas daerah dan lembaga teknis daerah; 4) pemantauan dan
pengevaluasian pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan
25

pemerintahan daerah; 5) penyelenggaraan pembinaan
administrasi pemerintahan dan aparatur pemerintahan daerah; 6)
pengelolaan sarana dan prasarana Pemerintah Daerah; 7)
pengelolaan ketatausahaan, kerumahtanggaan dan keuangan
Sekretariat Daerah; 8) pelaksanaan tugas lain yang diberikan
oleh Gubernur sesuai dengan fungsi dan tugasnya.
Dalam Peraturan Gubernur No. 37 Tahun 2008 tentang
Rincian Tugas dan Fungsi Satuan Organisasi di Lingkungan
Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD disebutkan tentang
tugas dan fungsi masing-masing Asisten Pemerintahan dan
Kesejahteraan Rakyat, Asisten Perekonomian dan
Pembangunan, dan Asisten Administrasi Umum.
Dalam pergub itu juga disebutkan tentang tugas dan
fungsi masing-masing Biro Tata Pemerintahan, Biro Hukum,
Biro Administrasi Kesejahteraan Rakyat dan Kemasyarakatan,
Biro Administrasi Perekonomian dan Sumberdaya Alam, Biro
Administrasi Pembangunan, Biro Administrasi Pembangunan,
Biro Organisasi, dan Biro Umum, Humas dan Protokol.
Dalam pergub itu juga disebutkan tentang tugas dan
fungsi masing-masing Bagian Pemerintahan Umum, Bagian
Otonomi, Bagian Kependudukan, dan Bagian Pertanahan.
Dalam pergub itu juga disebutkan tentang tugas dan fungsi
masing-masing Subbagian Tata Praja, Subbagian
Pengembangan Wilayah, Subbagian Tata Usaha, Subbagian
Penyelenggaraan, Subbagian Fasilitasi Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, Subbagian Pengembangan Otonomi
Daerah, Subbagian Bina Administrasi Kependudukan,
Subbagian Pendataan dan Informasi Kependudukan, Subbagian
26

Catatan Sipil, Subbagian Administrasi Pertanahan, Subbagian
Pengendalian, dan Subbagian Pengurusan Pertanahan.
Dalam pergub itu juga disebutkan tentang tugas dan
fungsi masing-masing Bagian Perundang-undangan, Bagian
Pengawasan Produk Hukum Kabupaten/Kota, Bagian
Dokumentasi dan Jaringan Dokumentasi Informasi Hukum, dan
Bagian Bantuan dan Layanan Hukum. Dalam pergub itu juga
disebutkan tentang tugas dan fungsi masing-masing Subbagian
Peraturan Daerah, Subbagian Peraturan Gubernur, Subbagian
Pengkajian Hukum, Monitoring dan Evaluasi Peraturan
Perundang-undangan, Subbagian Pembinaan dan Evaluasi
Rancangan Produk Hukum, Subbagian Klarifikasi Produk
Hukum, Subbagian Dokumentasi Hukum, Subbagian Tata
Usaha, Subbagian Sengketa Hukum, Subbagian Supremasi
Hukum, dan Subbagian Layanan Hukum.
Dalam pergub itu juga disebutkan tentang tugas dan
fungsi masing-masing Bagian Analisa Kebijakan Kesejahteraan
Rakyat, Bagian Analisa Kebijakan Keluarga Berencana dan
Pemberdayaan Masyarakat, dan Bagian Bina Mental dan
Spiritual. Dalam pergub itu juga disebutkan tentang tugas dan
fungsi masing-masing Subbagian Pendidikan, Subbagian
Kesehatan, Subbagian Sosial dan Tenaga Kerja, Subbagian
Pengembangan Budi Pekerti dan Kedisiplinan, Subbagian
Fasilitasi Kehidupan Beragama, dan Subbagian Tata Usaha.
Dalam pergub itu juga disebutkan tentang tugas dan
fungsi masing-masing Bagian Analisa Kebijakan Produktivitas,
Bagian Bina Kapasitas, dan Bagian Bina Sumberdaya Alam.
Dalam pergub itu juga disebutkan tentang tugas dan fungsi
masing-masing Subbagian Koperasi, Usaha Kecil dan
27

Menengah, Subbagian Perindustrian dan Perdagangan,
Subbagian Analisa Potensi Daerah, subbagian Badan Usaha
Daerah, Subbagian Tata Usaha, Subbagian Pertanian dan
Ketahanan Pangan, Subbagian Kehutanan, Perkebunan,
Perikanan dan Kelautan, dan Subbagian Lingkungan Hidup.
Dalam pergub itu juga disebutkan tentang tugas dan
fungsi masing-masing Bagian Analisa Kebijakan Pembangunan,
Bagian Dekonsentrasi, dan Bagian Penelitian dan
Pengembangan. Dalam pergub itu juga disebutkan tentang tugas
dan fungsi masing-masing Subaggian Pekerjaan Umum dan
ESDM, Subbagian Kebudayaan dan Pariwisata, Subbagian
Perhubungan, Subbagian Analisa Dekonsentrasi, Subbagian
Monitoring, Evaluasi dan Verifikasi Dekonsentrasi, Subbagian
Penelitian, Subbagian Pengembangan, dan subbagian Tata
Usaha.
Dalam pergub itu juga disebutkan tentang tugas dan
fungsi masing-masing Bagian Kelembagaan, Bagian Analisa
dan Formasi Jabatan, dan Bagian Tatalaksana. Dalam pergub itu
juga disebutkan tentang tugas dan fungsi masing-masing
Subbagian Analisis dan Pengembangan, Subbagian Pembinaan
dan Pengendalian Kabupaten/Kota, subbagian Budaya dan
Kapasitas, Subbagian Analisa Jabatan, Subbagian
Pengembangan Kinerja Jabatan, Subbagian Tata Usaha,
Subbagian Sistem dan Prosedur, Subbagian Standarisasi, dan
Subbagian Tatalaksana Pelayanan Umum.
Dalam pergub itu juga disebutkan tentang tugas dan
fungsi masing-masing Bagian Administrasi, Bagian Pelayanan,
Bagian Protokol, dan Bagian Hubungan Masyarakat. Dalam
pergub itu juga disebutkan tentang tugas dan fungsi masing-
28

masing Subbagian Arsip, Subbagian Tata Usaha Biro,
Subbagian Keuangan, Subbagian Rumah Tangga dan Sarana
Prasarana, Subbagian Kendaraan, Subbagian Sandi dan
Telekomunikasi, Subbagian Upacara, Subbagian Tamu,
Subbagian Tata Usaha Pimpinan, Subbagian Publikasi,
Dokumentasi dan Media Massa, dan Subbagian Hubungan
AntarLembaga.
Dari data wawancara diperoleh informasi bahwa tupoksi
(tugas pokok dan fungsi) antara satu instansi dengan instansi
lainnya ada yang tumpang tindih. Contoh kongkritnya, tumpang
tindih antara tupoksi Biro Administrasi Pembangunan di Setda
dengan tupoksi di salah satu unit Bappeda. Dalam penentuan
kriteria jenis dan macam SKPD merujuk kepada PP 41/2007,
dengan melihat skala prioritas di pemerintah daerah. DPRD
Propinsi DIY selama ini juga berperan serta dalam menentukan
urutan prioritas tersebut. Setiap usulan dari eksekutif selalu
disusun berdasarkan sebuah kajian dan studi banding.
Permasalahan yang terjadi justeru dari 7 Biro yang dibentuk
ternyata terjadi tumpang tindih kewenangan, misalnya:
BAPPEDA menurut PP 6/2008 jo. PP 39/2006 memiliki
kewenangan perencanaan pembangunan. Akan tetapi setelah
ditetapkan Perda Prop DIY 5/2009 kewenangan BAPPEDA
tumpang tindih dengan kewenangan Biro Administrasi
Pembangunan Bagian Dekonsentrasi, dimana menurut Perda
5/2009 Bagian Dekonsentrasi memiliki kewenangan melakukan
perencanaan anggaran dari dana dekonsentrasi. Perda 5/2009
dibuat mendasarkan pada Permendagri 57/2007 jo PP 7/2008
mengenai pengelolaan dana dekonsentrasi, ditetapkan bahwa
Gubernur harus menunjuk satu SKPD yang akan
29

menyelenggarakan dekonsentrasi (wawancara dengan Biro
Hukum Setda Provinsi DIY, 28 September 2010). Lebih jauh
lagi, menurut keterangan dari informan, tupoksi yang dimiliki
oleh suatu SKPD kadang-kadang tidak mencerminkan SKPD itu
(wawancara dengan Biro Hukum Setda Provinsi DIY, 28
September 2010).
Biro Tata Pemerintahan juga menjalankan fungsi antara
yang dilaksanakan untuk mengisi kekosongan jabatan agar
fungsi pemerintahan dapat dijalankan. Hal ini biasanya
disebabkan lembaga yang didirikan belum siap atau belum
didirikan (wawancara dengan Biro Tata Pemerintahan, Kamis,
14 Oktober 2010).
Dengan demikian, ada beberapa hal dari kedudukan dan
tugas pokok dan fungsi setda itu yang perlu dicermati. Pertama,
kedudukannya, apa yang dimaksud staf gubernur? Kedua,
tugasnya, apakah overlapping dengan fungsinya? Apa yang
dimaksud dengan tugas?. Ketiga, fungsinya, apakah tetap
dalam koridor staf gubernur tersebut? Mengapa Tupoksi salah
satu unitnya bisa overlapping dengan tupoksi salah satu unit di
Bappeda? Bertentangan dengan teori? Bertentangan dengan
peraturan?
Penyusunan kedudukan Sekretariat Daerah dapat dirujuk
ke dalam beberapa aturan perundangan sebagai berikut. Dalam
PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,
pada pasal 3 ayat (1), dinyatakan bahwa sekretariat daerah
merupakan unsur staf. Dalam Permendagri No. 57 Tahun 2007
tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah,
pada huruf A. Pendahuluan, dinyatakan bahwa dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah, kepala daerah dibantu
30

oleh perangkat daerah yang diformulasikan berdasarkan prinsip-
prinsip manajemen yang terdiri atas unsur pimpinan, unsur staf,
unsur pengawas, unsur perencana, unsur pelaksana, unsur
pendukung dan unsur pelayanan. Dalam Penjelasan atas PP No.
41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada
Umum, dinyatakan bahwa dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah, kepala daerah dibantu oleh perangkat daerah yang terdiri
dari unsur staf yang membantu penyusunan kebijakan dan
koordinasi, diwadahi dalam sekretariat.
Penyusunan tugas Sekretariat Daerah dapat dirujuk ke
dalam beberapa aturan perundangan sebagai berikut. Dalam PP
No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada
pasal 3 ayat (2), dinyatakan bahwa sekretariat daerah
mempunyai tugas dan kewajiban membantu gubernur dalam
menyusun kebijakan dan mengoordinasikan dinas daerah dan
lembaga teknis daerah.
Penyusunan fungsi Sekretariat Daerah dapat dirujuk ke
dalam beberapa aturan perundangan sebagai berikut. Dalam PP
No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada
pasal 3 ayat (3), dinyatakan bahwa sekretariat daerah dalam
melaksanakan tugas dan kewajiban menyelenggarakan fungsi:
penyusunan kebijakan pemerintahan daerah; pengoordinasian
pelaksanaan tugas dinas daerah dan lembaga teknis daerah;
pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pemerintahan
daerah; pembinaan administrasi dan aparatur pemerintahan
daerah; dan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh gubernur
sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dalam Penjelasan atas PP
No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada
pasal 23, dinyatakan bahwa perangkat daerah yang
31

menyelenggarakan fungsi staf seperti bidang hukum, organisasi,
hubungan masyarakat, protokol dan pelayanan administratif,
serta fungsi pemerintahan umum lainnya antara lain bidang
penanganan perbatasan dan administrasi kerja sama luar negeri,
yang termasuk sebagai bagian dari urusan pemerintahan, dan
tidak termasuk fungsi dinas maupun lembaga teknis daerah
diwadahi dalam sekretariat daerah. Dalam Permendagri No. 57
Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi
Perangkat Daerah, pada B.2.a, dinyatakan bahwa Tugas dan
fungsi masing-masing perangkat daerah ditetapkan sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah dengan ruang lingkup dan
kewenangan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun
2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota, serta potensi dan karakteristik daerah
masing-masing. Sekretariat Daerah sebagai unsur staf pada
hakekatnya menyelenggarakan fungsi koordinasi perumusan
kebijakan, koordinasi pelaksanaan tugas dinas daerah dan
lembaga teknis daerah mulai dari proses perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, pelaporan serta pelayanan
admistratif. Selain itu Sekretariat daerah juga dapat
melaksanakan fungsi hukum dan perundang-undangan,
organisasi dan tatalaksana, hubungan masyarakat, protokol, serta
fungsi pemerintahan umum lainnya yang tidak tercakup dalam
tugas dinas dan lembaga teknis, misalnya penanganan urusan
kerjasama, perbatasan dan lain-lain.


32


2. Sekretariat DPRD

Dari hasil data yang diperoleh dari berbagai pihak dapat
dipaparkan sebagai berikut.
Dalam Perda Provinsi DIY No. 5 tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat
DPRD Provinsi DIY disebutkan bahwa kedudukan Sekretariat
DPRD adalah unsur pelayanan DPRD dalam menyelenggarakan
tugas dan kewenangannya. Dalam perda itu juga disebutkan
bahwa tugas Sekretariat DPRD adalah menyelengarakan
administrasi kesekretariatan, administrasi keuangan, mendukung
pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD, dan menyediakan serta
mengkoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD
sesuai dengan kemampuan keuangan daerah. Dalam perda itu
juga disebutkan bahwa fungsi Sekretariat DPRD adalah: 1)
penyusunan program kerja; 2) penyelenggaraan administrasi
kesekretariatan; 3) penyelenggaraan administrasi keuangan; 4)
penyelenggaraan rapat-rapat; 5) penyiapan serta
pengkoordinasian tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD; 6)
penyelenggaraan persidangan dan penyiapan bahan risalah rapat
DPRD; 7) penyiapan pertimbangan teknis kepada pimpinan
DPRD mengenai alat-alat kelengkapan DPRD; 8) pelaksanaan
legislasi dan pengkajian informasi; 9) pelaksanaan urusan rumah
tangga, perjalanan dinas DPRD, ketatausahaan, kepegawaian,
keuangan, perlengkapan, dan hubungan masyarakat; 10)
pengaturan dan pembinaan keamanan dan ketertiban di
lingkungan DPRD.
33

Dalam Peraturan Gubernur No. 37 Tahun 2008 tentang
Rincian Tugas dan Fungsi Satuan Organisasi di Lingkungan
Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD disebutkan tentang
tugas dan fungsi masing-masing Bagian Legislasi dan
Pengkajian, Bagian Persidangan, Bagian Umum, Bagian
Penyusunan Program dan Keuangan, Kelompok Jabatan
Fungsional.
Dalam Peraturan Gubernur No. 37 Tahun 2008 itu juga
disebutkan tentang tugas dan fungsi masing-masing Subbagian
Legislasi, Subbagian Pengkajian dan Pengembangan, Subbagian
Perpustakaan, Data dan Teknologi Informasi, Subbagian
Risalah dan Rapat, Subbagian Pelayanan Alat Kelengkapan
Dewan, Subbagian Dokumentasi, Subbagian Tata usaha dan
Kepegawaian, Subbagian Rumah Tangga, Subbagian Humas
dan Protokol, Subbagian Penyusunan Program, Subbagian
Keuangan, dan Subbagian Monitoring dan Evaluasi.
Penyusunan kedudukan Sekretariat DPRD dapat dirujuk
ke dalam beberapa peraturan perundang-undangan sebagai
berikut. Dalam PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah, pada pasal 4 ayat (1), dinyatakan bahwa
sekretariat dewan perwakilan rakyat daerah yang selanjutnya
disebut sekretariat DPRD merupakan unsur pelayanan terhadap
DPRD. Dalam Permendagri No. 57 Tahun 2007 tentang
Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah, pada
huruf A. Pendahuluan, dinyatakan bahwa dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah, kepala daerah dibantu
oleh perangkat daerah yang diformulasikan berdasarkan prinsip-
prinsip manajemen yang terdiri atas unsur pimpinan, unsur staf,
34

unsur pengawas, unsur perencana, unsur pelaksana, unsur
pendukung, dan unsur pelayanan.
Penyusunan tugas Sekretariat DPRD dapat dirujuk ke
dalam beberapa peraturan perundang-undangan sebagai berikut.
Dalam PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah, pada pasal 4 ayat (2), dinyatakan bahwa sekretariat
DPRD mempunyai tugas menyelenggarakan administrasi
kesekretariatan, administrasi keuangan, mendukung pelaksanaan
tugas dan fungsi DPRD, dan menyediakan serta
mengoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD
sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.
Penyusunan fungsi Sekretariat DPRD dapat dirujuk ke
dalam beberapa peraturan perundang-undangan sebagai berikut.
Dalam PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah, pada pasal 4 ayat (3), dinyatakan bahwa sekretariat
DPRD dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi:
penyelenggaraan administrasi kesekretariatan DPRD;
penyelenggaraan administrasi keuangan DPRD;
penyelenggaraan rapatrapat DPRD; dan penyediaan dan
pengoordinasian tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD.
Dalam Permendagri No. 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk
Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah, pada B.2.b,
dinyatakan bahwa Tugas dan fungsi masing-masing perangkat
daerah ditetapkan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor
41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah dengan
ruang lingkup dan kewenangan berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi,
Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, serta potensi dan
35

karakteristik daerah masing-masing. Sekretariat DPRD sebagai
unsur pelayanan pada hakekatnya memberikan pelayanan
administratif kepada dewan yang meliputi kesekretariatan,
pengelolaan keuangan, fasilitasi penyelenggaraan rapat-rapat
dan mengkoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan sesuai
kemampuan keuangan daerah masing-masing.

3. Inspektorat

Dari hasil data yang diperoleh dari berbagai pihak dapat
dipaparkan sebagai berikut.
Dalam Perda Provinsi DIY No. 7 tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Satuan
Polisi Pamong Praja Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
disebutkan bahwa kedudukan Inspektorat adalah unsur
pengawas penyelenggaraan pemerintahan daerah. Inspektorat
mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
urusan pemerintahan di daerah Provinsi, pelaksanaan pembinaan
atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dan
pelaksanaan urusan Pemerintahan di Daerah Kabupaten/Kota.
Inspektorat mempunyai fungsi : 1) perencanaan program
pengawasan; 2) perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan;
3) pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas
pengawasan; 4) pengawasan terhadap pelaksanaan urusan
pemerintahan daerah; 5) pembinaan atas penyelenggaraan
pemerintahan daerah Kabupaten/Kota, dan pelaksanaan urusan
pemerintahan di daerah Kabupaten/Kota; 6) penyelenggaraan
kegiatan ketatausahaan.
36

Penyusunan kedudukan Inspektorat dapat dirujuk ke
dalam beberapa peraturan perundang-undangan sebagai berikut.
Dalam PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah, pada pasal 5 ayat (1), dinyatakan bahwa inspektorat
merupakan unsur pengawas penyelenggaraan pemerintahan
daerah. Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, pada Umum, dinyatakan bahwa
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, kepala daerah
dibantu oleh perangkat daerah yang terdiri dari unsur pengawas
yang diwadahi dalam bentuk inspektorat. Dalam Permendagri
No. 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan
Organisasi Perangkat Daerah, pada huruf A. Pendahuluan,
dinyatakan bahwa dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah,
kepala daerah dibantu oleh perangkat daerah yang
diformulasikan berdasarkan prinsip-prinsip manajemen yang
terdiri atas unsur pimpinan, unsur staf, unsur pengawas, unsur
perencana, unsur pelaksana, unsur pendukung dan unsur
pelayanan.
Penyusunan tugas Inspektorat dapat dirujuk ke dalam
beberapa peraturan perundang-undangan sebagai berikut. Dalam
PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,
pada pasal 5 ayat (2), dinyatakan bahwa Inspektorat
mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
urusan pemerintahan di daerah provinsi, pelaksanaan pembinaan
atas penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota dan
pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah kabupaten/kota.
Penyusunan fungsi Inspektorat dapat dirujuk ke dalam
beberapa peraturan perundang-undangan sebagai berikut. Dalam
PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,
37

pada pasal 5 ayat (3), dinyatakan bahwa Inspektorat dalam
melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi perencanaan
program pengawasan; perumusan kebijakan dan fasilitasi
pengawasan; dan pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan
penilaian tugas pengawasan. Dalam PP No. 41 Tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal 5 ayat (2),
dinyatakan bahwa Inspektorat mempunyai tugas melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di
daerah provinsi, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan
pemerintahan daerah kabupaten/kota dan pelaksanaan urusan
pemerintahan di daerah kabupaten/kota. Dalam Permendagri
No. 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan
Organisasi Perangkat Daerah, pada B.2.c, dinyatakan bahwa
Tugas dan fungsi masing-masing perangkat daerah ditetapkan
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah dengan ruang lingkup dan
kewenangan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun
2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota, serta potensi dan karakteristik daerah
masing-masing. Inspektorat sebagai unsur pengawas
penyelenggaraan pemerintahan, baik di provinsi maupun di
kabupaten dan kota. Dalam rangka akuntabilitas dan objektifitas
hasil pengawasan, maka Inspektur dalam pelaksanaan tugasnya
bertanggung jawab langsung kepada Gubernur, sedangkan
kepada Sekretaris Daerah merupakan pertanggung jawaban
administratif dalam hal keuangan dan kepegawaian.


38

4. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Dari hasil data yang diperoleh dari berbagai pihak dapat
dipaparkan sebagai berikut.
Dalam Perda Provinsi DIY No. 7 tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Satuan
Polisi Pamong Praja Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
disebutkan bahwa kedudukan Bappeda adalah unsur perencana
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Bappeda mempunyai
tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah dan
statistik. Bappeda mempunyai fungsi : 1) perumusan kebijakan
teknis perencanaan; 2) pengoordinasian penyusunan
perencanaan pembangunan; 3) pembinaan dan pelaksanaan
tugas di bidang perencanaan pembangunan daerah; 4)
penyelenggaraan pengendalian program pembangunan di
daerah; 5) penyelenggaraan statistik dan pelayanan informasi
perencanaan; 6) penyelenggaraan kegiatan ketatausahaan; 7)
penyiapan bahan laporan pertanggungjawaban Gubernur,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah; 8)
pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh gubernur sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Penyusunan kedudukan Bappeda dapat dirujuk ke dalam
beberapa peraturan perundang-undangan sebagai berikut. Dalam
PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,
pada pasal 6 ayat (1), dinyatakan bahwa badan perencanaan
pembangunan daerah merupakan unsur perencana
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dalam Penjelasan atas
39

PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,
pada Umum, dinyatakan bahwa dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah, kepala daerah dibantu oleh perangkat
daerah yang terdiri dari unsur perencana yang diwadahi dalam
bentuk badan.
Permasalahan yang terjadi justeru dari 7 Biro yang
dibentuk ternyata terjadi tumpang tindih kewenangan, misalnya:
BAPPEDA menurut PP 6/2008 jo. PP 39/2006 memiliki
kewenangan perencanaan pembangunan. Akan tetapi setelah
ditetapkan Perda Prop DIY 5/2009 kewenangan BAPPEDA
tumpang tindih dengan kewenangan Biro Administrasi
Pembangunan Bagian Dekonsentrasi, dimana menurut Perda
5/2009 Bagian Dekonsentrasi memiliki kewenangan melakukan
perencanaan anggaran dari dana dekonsentrasi. Perda 5/2009
dibuat mendasarkan pada Permendagri 57/2007 jo PP 7/2008
mengenai pengelolaan dana dekonsentrasi, ditetapkan bahwa
Gubernur harus menunjuk satu SKPD yang akan
menyelenggarakan dekonsentrasi (wawancara dengan Biro
Hukum Setda Provinsi DIY, 28 September 2010).
Penyusunan tugas Bappeda dapat dirujuk ke dalam
beberapa peraturan perundang-undangan sebagai berikut. Dalam
PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,
pada pasal 6 ayat (2), dinyatakan bahwa badan perencanaan
pembangunan daerah mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang
perencanaan pembangunan daerah.
Penyusunan fungsi Bappeda dapat dirujuk ke dalam
beberapa peraturan perundang-undangan sebagai berikut. Dalam
PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,
40

pada pasal 6 ayat (3), dinyatakan bahwa Badan perencanaan
pembangunan daerah dalam melaksanakan tugas
menyelenggarakan fungsi: perumusan kebijakan teknis
perencanaan; pengoordinasian penyusunan perencanaan
pembangunan; pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang
perencanaan pembangunan daerah; dan pelaksanaan tugas lain
yang diberikan oleh gubernur sesuai dengan tugas dan
fungsinya. Dalam Permendagri No. 57 Tahun 2007 tentang
Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah, pada
B.2.d, dinyatakan bahwa Tugas dan fungsi masing-masing
perangkat daerah ditetapkan sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah dengan ruang lingkup dan kewenangan
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota, serta potensi dan karakteristik daerah masing-
masing. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, sebagai
unsur perencana penyelenggaraan pemerintahan melaksanakan
tugas perumusan kebijakan perencanaan daerah, koordinasi
penyusunan rencana yang memuat visi, misi, tujuan, strategi,
kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan masing-masing
satuan kerja perangkat daerah.


5. Dinas Daerah

Dari hasil data yang diperoleh dari berbagai pihak dapat
dipaparkan sebagai berikut.
41

Melalui Perda Provinsi DIY No. 6 tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah dibentuk 13
macam Dinas Daerah. Dalam perda itu dinas yang
disebutkankan pertama kali adalah Dinas Pertanian. Dalam
perda itu disebutkan bahwa kedudukan Dinas Pertanian adalah
unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang pertanian. Dinas
Pertanian mempunyai tugas melaksanakan urusan Pemerintah
Daerah di bidang pertanian, kewenangan dekonsentrasi dan
tugas pembantuan yang diberikan oleh Pemerintah. Dinas
Pertanian mempunyai fungsi : 1) penyusunan program dan
pengendalian di bidang pertanian; 2) perumusan kebijakan
teknis dibidang pertanian; 3) pelaksanaan, pengembangan,
pengolahan dan pemasaran tanaman pangan, hortikultura,
peternakan; 4) pelaksanaan koordinasi perijinan di bidang
pertanian; 5) pelaksanaan pelayanan umum sesuai dengan
kewenangannya; 6) pemberian fasilitasi penyelenggaraan bidang
pertanian Kabupaten/Kota; 7) penyelenggaraan kegiatan di
bidang pertanian lintas Kabupaten/Kota; 8) pemberdayaan
sumberdaya pertanian dan mitra kerja di bidang pertanian; 9)
pelaksanaan kegiatan ketatausahaan; 10) pelaksanaan tugas lain
yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan fungsi dan
tugasnya.
Penyusunan kedudukan Dinas Daerah dapat dirujuk ke
dalam beberapa peraturan perundang-undangan sebagai berikut.
Dalam PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah, pada pasal 7 ayat (1), dinyatakan bahwa dinas daerah
merupakan unsur pelaksana otonomi daerah. Dalam Penjelasan
atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
42

Daerah, pada Umum, dinyatakan bahwa dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah, kepala daerah dibantu
oleh perangkat daerah yang terdiri dari unsur pelaksana urusan
daerah yang diwadahi dalam dinas daerah. Dalam Permendagri
No. 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan
Organisasi Perangkat Daerah, pada huruf A. Pendahuluan,
dinyatakan bahwa dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah,
kepala daerah dibantu oleh perangkat daerah yang
diformulasikan berdasarkan prinsip-prinsip manajemen yang
terdiri atas unsur pimpinan, unsur staf. , unsur pengawas, unsur
perencana, unsur pelaksana, unsur pendukung dan unsur
pelayanan.
Penyusunan tugas Dinas Daerah dapat dirujuk ke dalam
beberapa peraturan perundang-undangan sebagai berikut. Dalam
PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,
pada pasal 7 ayat (2), dinyatakan bahwa dinas daerah
mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
Penyusunan fungsi Dinas Daerah dapat dirujuk ke dalam
beberapa peraturan perundang-undangan sebagai berikut. Dalam
PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,
pada pasal 7 ayat (3), dinyatakan bahwa dinas daerah dalam
melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi: perumusan
kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;
penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum
sesuai dengan lingkup tugasnya; pembinaan dan pelaksanaan
tugas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan pelaksanaan tugas
lain yang diberikan oleh gubernur sesuai dengan tugas dan
fungsinya. Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007
43

tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal 7 ayat (6),
dinyatakan bahwa kegiatan teknis operasional yang
dilaksanakan unit pelaksana teknis dinas adalah tugas untuk
melaksanakan kegiatan teknis yang secara langsung
berhubungan dengan pelayanan masyarakat sedangkan teknis
penunjang adalah melaksanakan kegiatan untuk mendukung
pelaksanaan tugas organisasi induknya. Dalam Permendagri No.
57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi
Perangkat Daerah, pada B.2.e, dinyatakan bahwa Tugas dan
fungsi masing-masing perangkat daerah ditetapkan sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah dengan ruang lingkup dan
kewenangan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun
2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota, serta potensi dan karakteristik daerah
masing-masing. Dinas Daerah, sebagai unsur pelaksana otonomi
daerah pada hakekatnya menyelenggarakan urusan otonomi
daerah baik yang bersifat wajib maupun pilihan, sesuai dengan
pembagian urusan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 38 Tahun 2007


6. Lembaga Teknis Daerah

a) Badan

Dari hasil data yang diperoleh dari berbagai pihak dapat
dipaparkan sebagai berikut.
44

Melalui Perda Provinsi DIY No. 7 tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Satuan
Polisi Pamong Praja Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah
dibentuk 8 Badan. Dalam perda itu disebut pertama kali adalah
Badan Kepegawaian Daerah (BKD). Dalam perda itu disebutkan
bahwa kedudukan BKD adalah unsur pendukung tugas kepala
daerah di bidang kepegawaian. BKD mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di
bidang kepegawaian. BKD mempunyai fungsi : 1) perumusan
kebijakan teknis di bidang kepegawaian; 2) pemberian
dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang
kepegawaian; 3) pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang
kepegawaian; 4) pemberian fasilitasi penyelenggaraan
kepegawaian Pemerintah Kabupaten/Kota; 5) penyelenggaraan
kegiatan ketatausahaan; 6) pelaksanaan tugas lain yang
diberikan oleh gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Penyusunan kedudukan Badan dapat dirujuk ke dalam
beberapa peraturan perundang-undangan sebagai berikut Dalam
PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,
pada pasal 8 ayat (1), dinyatakan bahwa lembaga teknis daerah
merupakan unsur pendukung tugas kepala daerah. Dalam
Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah, pada Umum, dinyatakan bahwa dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah, kepala daerah dibantu
oleh perangkat daerah yang terdiri dari unsur pendukung tugas
kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
daerah yang bersifat spesifik, diwadahi dalam lembaga teknis
daerah. Dalam Permendagri No. 57 Tahun 2007 tentang
45

Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah, pada
huruf A. Pendahuluan, dinyatakan bahwa dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah, kepala daerah dibantu
oleh perangkat daerah yang diformulasikan berdasarkan prinsip-
prinsip manajemen yang terdiri atas unsur pimpinan, unsur staf.
, unsur pengawas, unsur perencana, unsur pelaksana, unsur
pendukung dan unsur pelayanan.
Penyusunan tugas Badan dapat dirujuk ke dalam
beberapa peraturan perundang-undangan sebagai berikut Dalam
PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,
pada pasal 8 ayat (2), dinyatakan bahwa lembaga teknis daerah
mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan daerah yang bersifat spesifik.
Penyusunan fungsi Badan dapat dirujuk ke dalam
beberapa peraturan perundang-undangan sebagai berikut. Dalam
PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,
pada pasal 8 ayat (3), dinyatakan bahwa lembaga teknis daerah
dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi:
perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;
pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah
sesuai dengan lingkup tugasnya; pembinaan dan pelaksanaan
tugas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan pelaksanaan tugas
lain yang diberikan oleh gubernur sesuai dengan tugas dan
fungsinya. Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal 7 ayat (6),
dinyatakan bahwa kegiatan teknis operasional yang
dilaksanakan unit pelaksana teknis badan adalah tugas untuk
melaksanakan kegiatan teknis yang secara langsung
berhubungan dengan pelayanan masyarakat sedangkan teknis
46

penunjang adalah melaksanakan kegiatan untuk mendukung
pelaksanaan tugas organisasi induknya. Dalam Permendagri No.
57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi
Perangkat Daerah, pada B.2.f, dinyatakan bahwa Tugas dan
fungsi masing-masing perangkat daerah ditetapkan sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah dengan ruang lingkup dan
kewenangan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun
2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota, serta potensi dan karakteristik daerah
masing-masing. Lembaga Teknis Daerah, sebagai unsur
pendukung yang sifatnya lebih teknis. Lembaga teknis daerah
dapat berbentuk badan, kantor dan rumah sakit, penentuan
Badan atau Kantor sesuai dengan analisis beban kerja.


b) Rumah Sakit

Dari hasil data yang diperoleh dari berbagai pihak dapat
dipaparkan sebagai berikut.
Melalui Perda Provinsi DIY No. 7 tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Satuan
Polisi Pamong Praja Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah
dibentuk Rumah Sakit. Dalam perda itu disebut Rumah Sakit
Grhasia. Dalam perda itu disebutkan bahwa kedudukan Rumah
Sakit Grhasia adalah unsur pendukung tugas kepala daerah di
bidang pelayanan kesehatan khusus yang diselenggarakan
47

Pemerintah Daerah. Rumah Sakit Grhasia mempunyai tugas
menyelenggarakan pelayanan kesehatan, khususnya kesehatan
jiwa. Rumah Sakit Grhasia mempunyai fungsi : 1) penyusunan
program pelayanan di bidang kesehatan khususnya kesehatan
jiwa; 2) pelayanan, pencegahan, pemulihan, dan rehabilitasi
kesehatan jiwa; 3) penyelenggaraan usaha kesehatan jiwa
masyarakat; 4) penyelenggaraan pelayanan rujukan; 5)
penyelenggaraan rehabilitasi medis korban narkotika,
psikotropika dan zat adiktif (napza); 6) penyelenggaraan
pelayanan spesialis lain yang berkaitan dengan kesehatan jiwa;
7) penyelenggaraan penelitian, pendidikan dan pelatihan tenaga
di bidang kesehatan jiwa; 8) pemberdayaan sumberdaya dan
mitra kerja di bidang kesehatan khususnya kesehatan jiwa; 9)
penyelenggaraan kegiatan ketatausahaan; 10) pelaksanaan tugas
lain yang diberikan oleh gubernur sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Penyusunan kedudukan Rumah Sakit dapat dirujuk ke
dalam beberapa peraturan perundang-undangan sebagai berikut.
Dalam PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah, pada pasal 8 ayat (1), dinyatakan bahwa lembaga
teknis daerah merupakan unsur pendukung tugas kepala daerah.
Dalam Permendagri No. 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk
Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah, pada huruf A.
Pendahuluan, dinyatakan bahwa dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah, kepala daerah dibantu oleh perangkat
daerah yang diformulasikan berdasarkan prinsip-prinsip
manajemen yang terdiri atas unsur pimpinan, unsur staf. , unsur
pengawas, unsur perencana, unsur pelaksana, unsur pendukung
dan unsur pelayanan. Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun
48

2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada Umum,
dinyatakan bahwa dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah,
kepala daerah dibantu oleh perangkat daerah yang terdiri dari
unsur pendukung tugas kepala daerah dalam penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik, diwadahi
dalam lembaga teknis daerah.
Penyusunan tugas Rumah Sakit dapat dirujuk ke dalam
beberapa peraturan perundang-undangan sebagai berikut. Dalam
PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,
pada pasal 8 ayat (2), dinyatakan bahwa lembaga teknis daerah
mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan daerah yang bersifat spesifik.
Penyusunan fungsi Rumah Sakit dapat dirujuk ke dalam
beberapa peraturan perundang-undangan sebagai berikut. Dalam
PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,
pada pasal 8 ayat (3), dinyatakan bahwa lembaga teknis daerah
dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi:
perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;
pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah
sesuai dengan lingkup tugasnya; pembinaan dan pelaksanaan
tugas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan pelaksanaan tugas
lain yang diberikan oleh gubernur sesuai dengan tugas dan
fungsinya. Dalam Permendagri No. 57 Tahun 2007 tentang
Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah, pada
B.2.f, dinyatakan bahwa Tugas dan fungsi masing-masing
perangkat daerah ditetapkan sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah dengan ruang lingkup dan kewenangan
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang
49

Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota, serta potensi dan karakteristik daerah masing-
masing. Lembaga Teknis Daerah, sebagai unsur pendukung
yang sifatnya lebih teknis. Lembaga teknis daerah dapat
berbentuk badan, kantor dan rumah sakit, penentuan Badan atau
Kantor sesuai dengan analisis beban kerja.



B. Besaran Organisasi

1. Sekretariat Daerah

Dari hasil data yang diperoleh dari para informan dapat
dipaparkan sebagai berikut.
Dalam Perda Provinsi DIY No. 5 tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat
DPRD Provinsi DIY disebutkan bahwa Sekretariat Daerah
terdiri dari 3 asisten, yakni: 1) Asisten Pemerintahan dan
Kesejahteraan Rakyat; 2) Asisten Perekonomian dan
Pembangunan; dan 3) Asisten Administrasi Umum.
Menurut hasil wawancara, PP 41/2007 memberikan
peluang dalam kelembagaan yaitu pola maksimal dan pola
minimal; maka hal ini dapat menjadi dasar dalam
pengembangan kelembagaan di daerah. Selanjutnya kriteria
pengembangan diatur lebih lanjut dalam PP 38/2006 ttg
kewenangan lembaga daerah. Selama ini penentuan SKPD oleh
Biro Organisasi seharusnya sudah didasarkan pada beberapa
50

kriteria, antara lain: (a) beban kerja; (b) volume kerja; (c) analisa
jabatan; (d) resiko kerja. Kriteria yang digunakan untuk
menentukan SKPD jenis dan macam mempertimbangkan asas
keadilan. PP 41/2007 menurut daerah membelenggu kreasi
dalam pengembangan kelembagaan daerah. Studi kebutuhan
masyarakat terkait dengan kebutuhan masyarakat untuk
memenuhi pelayanan masyarakat juga harusnya menjadi
pertimbangan (wawancara dengan Biro Hukum Setda Provinsi
DIY, 28 September 2010).
Pertimbangan pembentukan kelembagaan, adalah dasar
kewenangan daerah PP 38/2007 yaitu dalam Pasal 12 ada
ketentuan harus di-Perda-kan. Dasar pembentukan kelembagaan
di DIY diambil berdasarkan kewenangan yang diatur dalam
Perda 7/2007, ditambah dengan Rincian tambahan kewenangan
dalam Peraturan Gubernur 13/2010. Kewenangan Prop DIY ada
3 yaitu: 26 urusan wajib (Dinas); 8 urusan pilihan; dan urusan
sisa. Sifat ketentuan otonomi daerah adalah asimetris artinya
penterjemahan kewenangan antara propinsi yang satu dengan
yang lain tidak sama. Misalnya: hak ulayat dan wilayah
perbatasan tidak ada dalam kewenangan Prop DIY (wawancara
dengan Biro Tata Pemerintahan, Kamis, 14 Oktober 2010).
Pembentukan SOTK dalam prosesnya telah mengacu
pada Perda 5/2008. Biro Tata Pemerintahan telah
mengembangkan lembaga secara vertikal, yaitu dengan
membentuk Bagian Pertanahan sebagai bagian yang berdiri
sendiri, dengan pertimbangan frekuensi pekerjaan, volume
pekerjaan; dan kebutuhan pekerjaan yang sangat besar
(wawancara dengan Biro Tata Pemerintahan, Kamis, 14 Oktober
2010).
51

Perubahan Sub-Bagian pertanahan menjadi Bagian
Pertanahan disebabkan karena banyaknya kegiatan, yaitu
fasilitasi pelayanan masyarakat dalam hal menyelesaikan
sengketa atau konflik masyarakat. Kewenangan subbag sangat
terbatas, sehingga akan memperlambat pelayanan umum.
Khusus propinsi DIY permasalahan yang muncul ada 2, yaitu
sultan ground dan TKD (pemerintahan desa) (wawancara
dengan Biro Tata Pemerintahan, Kamis, 14 Oktober 2010).
Penyusunan besaran organisasi Sekretariat Daerah dapat
dirujuk ke dalam beberapa peraturan perundang-undangan
sebagai berikut. Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada Umum, dan dalam
Permendagri No. 57 Tahun 2007, pada pasal 1 dan huruf A
Pendahuluan, dinyatakan bahwa dasar utama penyusunan
perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, yang
terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Penyelenggaraan
urusan pemerintahan yang bersifat wajib, diselenggarakan oleh
seluruh provinsi, kabupaten, dan kota, sedangkan
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat pilihan
hanya dapat diselenggarakan oleh daerah yang memiliki potensi
unggulan dan kekhasan daerah, yang dapat dikembangkan
dalam rangka pengembangan otonomi daerah. Dalam PP No. 41
Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal
19 ayat (1), dinyatakan bahwa besaran organisasi perangkat
daerah ditetapkan berdasarkan variabel: jumlah penduduk; luas
wilayah; dan jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD). Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, pada Umum, dan dalam
52

Permendagri No. 57 Tahun 2007, pada pasal 1, dinyatakan
bahwa besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya
mempertimbangkan faktor keuangan, luas wilayah kerja dan
kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk. Dalam
Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah, pada Umum, dinyatakan bahwa ditetapkan
pembobotan masing-masing variabel yaitu 40% (empat puluh
persen) untuk variabel jumlah penduduk, 35% (tiga puluh lima
persen) untuk variabel luas wilayah dan 25% (dua puluh lima
persen) untuk variabel jumlah APBD, serta menetapkan variabel
tersebut dalam beberapa kelas interval. Dalam Penjelasan atas
PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,
pada Umum, dan dalam Permendagri No. 57 Tahun 2007, pada
pasal 1, dinyatakan bahwa besaran organisasi perangkat daerah
sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kebutuhan
daerah. Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, pada Umum, dan dalam
Permendagri No. 57 Tahun 2007, pada pasal 1, dinyatakan
bahwa besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya
mempertimbangkan faktor potensi dan karakteristik daerah yang
bertalian dengan urusan yang akan ditangani. Dalam Penjelasan
atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah, pada Umum, dan dalam Permendagri No. 57 Tahun
2007, pada pasal 1, dinyatakan bahwa besaran organisasi
perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan
faktor cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus
diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas. Dalam Penjelasan atas
PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,
pada Umum, dan dalam Permendagri No. 57 Tahun 2007, pada
53

pasal 1, dinyatakan bahwa besaran organisasi perangkat daerah
sekurang-kurangnya mempertimbangkan sarana dan prasarana
penunjang tugas. Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada Umum, dan dalam
Permendagri No. 57 Tahun 2007, pada huruf A, dinyatakan
bahwa dalam implementasi penataan kelembagaan perangkat
daerah menerapkan prinsip-prinsip organisasi, antara lain visi
dan misi yang jelas. Dalam PP No. 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal 20 ayat (1) huruf a,
dinyatakan bahwa besaran organisasi perangkat daerah dengan
nilai kurang dari 40 (empat puluh) terdiri dari: sekretariat
daerah, terdiri dari paling banyak 3 (tiga) asisten. Dalam PP No.
41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada
pasal 20 ayat (2) huruf a, dinyatakan bahwa besaran organisasi
perangkat daerah dengan nilai antara 40 (empat puluh) sampai
dengan 70 (tujuh puluh) terdiri dari: sekretariat daerah, terdiri
dari paling banyak 3 (tiga) asisten. Dalam PP No. 41 Tahun
2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal 20 ayat
(3) huruf a, dinyatakan bahwa besaran organisasi perangkat
daerah dengan nilai lebih dari 70 (tujuh puluh) terdiri dari:
sekretariat daerah, terdiri dari paling banyak 4 (empat) asisten.



2. Sekretariat DPRD

Dari hasil data yang diperoleh dari para informan dapat
dipaparkan sebagai berikut.
54

Dalam Perda Provinsi DIY No. 5 tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat
DPRD Provinsi DIY disebutkan bahwa Sekretariat Daerah
terdiri dari: 1) Pimpinan : Sekretaris DPRD; 2) Pembantu
Pimpinan : Bagian-Bagian; 3) Pelaksana : Subbagian-subbagian;
dan 4) Kelompok Jabatan Fungsional.
Menurut hasil wawancara, PP 41/2007 memberikan
peluang dalam kelembagaan yaitu pola maksimal dan pola
minimal; maka hal ini dapat menjadi dasar dalam
pengembangan kelembagaan di daerah. Selanjutnya kriteria
pengembangan diatur lebih lanjut dalam PP 38/2006 ttg
kewenangan lembaga daerah. Selama ini penentuan SKPD oleh
Biro Organisasi seharusnya sudah didasarkan pada beberapa
kriteria, antara lain: (a) beban kerja; (b) volume kerja; (c) analisa
jabatan; (d) resiko kerja. Kriteria yang digunakan untuk
menentukan SKPD jenis dan macam mempertimbangkan asas
keadilan. PP 41/2007 menurut daerah membelenggu kreasi
dalam pengembangan kelembagaan daerah. Studi kebutuhan
masyarakat terkait dengan kebutuhan masyarakat untuk
memenuhi pelayanan masyarakat juga harusnya menjadi
pertimbangan (wawancara dengan Biro Hukum Setda Provinsi
DIY, 28 September 2010).
Pertimbangan pembentukan kelembagaan, adalah dasar
kewenangan daerah PP 38/2007 yaitu dalam Pasal 12 ada
ketentuan harus di-Perda-kan. Dasar pembentukan kelembagaan
di DIY diambil berdasarkan kewenangan yang diatur dalam
Perda 7/2007, ditambah dengan Rincian tambahan kewenangan
dalam Peraturan Gubernur 13/2010. Kewenangan Prop DIY ada
3 yaitu: 26 urusan wajib (Dinas); 8 urusan pilihan; dan urusan
55

sisa. Sifat ketentuan otonomi daerah adalah asimetris artinya
penterjemahan kewenangan antara propinsi yang satu dengan
yang lain tidak sama. Misalnya: hak ulayat dan wilayah
perbatasan tidak ada dalam kewenangan Prop DIY (wawancara
dengan Biro Tata Pemerintahan, Kamis, 14 Oktober 2010).
Penyusunan besaran organisasi Sekretariat DPRD dapat
dirujuk ke dalam beberapa peraturan perundang-undangan
sebagai berikut. Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada Umum, dan dalam
Permendagri No. 57 Tahun 2007, pada pasal 1 dan huruf A
Pendahuluan, dinyatakan bahwa dasar utama penyusunan
perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, yang
terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Penyelenggaraan
urusan pemerintahan yang bersifat wajib, diselenggarakan oleh
seluruh provinsi, kabupaten, dan kota, sedangkan
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat pilihan
hanya dapat diselenggarakan oleh daerah yang memiliki potensi
unggulan dan kekhasan daerah, yang dapat dikembangkan
dalam rangka pengembangan otonomi daerah. Dalam PP No. 41
Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal
19 ayat (1), dinyatakan bahwa besaran organisasi perangkat
daerah ditetapkan berdasarkan variabel: jumlah penduduk; luas
wilayah; dan jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD). Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, pada Umum, dan dalam
Permendagri No. 57 Tahun 2007, pada pasal 1, dinyatakan
bahwa besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya
mempertimbangkan faktor keuangan, luas wilayah kerja dan
56

kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk. Dalam
Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah, pada Umum, dinyatakan bahwa ditetapkan
pembobotan masing-masing variabel yaitu 40% (empat puluh
persen) untuk variabel jumlah penduduk, 35% (tiga puluh lima
persen) untuk variabel luas wilayah dan 25% (dua puluh lima
persen) untuk variabel jumlah APBD, serta menetapkan variabel
tersebut dalam beberapa kelas interval. Dalam Penjelasan atas
PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,
pada Umum, dan dalam Permendagri No. 57 Tahun 2007, pada
pasal 1, dinyatakan bahwa besaran organisasi perangkat daerah
sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kebutuhan
daerah. Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, pada Umum, dan dalam
Permendagri No. 57 Tahun 2007, pada pasal 1, dinyatakan
bahwa besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya
mempertimbangkan faktor potensi dan karakteristik daerah yang
bertalian dengan urusan yang akan ditangani. Dalam Penjelasan
atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah, pada Umum, dan dalam Permendagri No. 57 Tahun
2007, pada pasal 1, dinyatakan bahwa besaran organisasi
perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan
faktor cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus
diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas. Dalam Penjelasan atas
PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,
pada Umum, dan dalam Permendagri No. 57 Tahun 2007, pada
pasal 1, dinyatakan bahwa besaran organisasi perangkat daerah
sekurang-kurangnya mempertimbangkan sarana dan prasarana
penunjang tugas. Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007
57

tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada Umum, dan dalam
Permendagri No. 57 Tahun 2007, pada huruf A, dinyatakan
bahwa dalam implementasi penataan kelembagaan perangkat
daerah menerapkan prinsip-prinsip organisasi, antara lain visi
dan misi yang jelas. Dalam PP No. 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal 20 ayat (1) huruf b,
dinyatakan bahwa besaran organisasi perangkat daerah dengan
nilai kurang dari 40 (empat puluh) hanya disebut: sekretariat
DPRD. Dalam PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah, pada pasal 20 ayat (2) huruf b, dinyatakan
bahwa besaran organisasi perangkat daerah dengan nilai antara
40 (empat puluh) sampai dengan 70 (tujuh puluh) hanya disebut:
sekretariat DPRD. Dalam PP No. 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal 20 ayat (3) huruf b,
dinyatakan bahwa besaran organisasi perangkat daerah dengan
nilai lebih dari 70 (tujuh puluh) terdiri dari hanya disebut:
sekretariat DPRD.


3. Dinas Daerah

Dari hasil data yang diperoleh dari berbagai pihak dapat
dipaparkan sebagai berikut.
Melalui Perda Provinsi DIY No. 6 tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah dibentuk 13
macam Dinas Daerah. Dalam perda itu urutan Dinas Daerah itu
adalah sebagai berikut: 1) Dinas Pertanian; 2) Dinas Kelautan
dan Perikanan; 3) Dinas Kehutanan dan Perkebunan; 4) Dinas
58

Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga; 5) Dinas Kebudayaan; 6)
Dinas Pariwisata; 7) Dinas Sosial; 8) Dinas Kesehatan; 9) Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi; 10) Dinas Pekerjaan Umum,
Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral; 11) Dinas
Perhubungan, Komunikasi dan Informatika; 12) Dinas
Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah; 13) Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan
Aset.
Menurut hasil wawancara, PP 41/2007 memberikan
peluang dalam kelembagaan yaitu pola maksimal dan pola
minimal; maka hal ini dapat menjadi dasar dalam
pengembangan kelembagaan di daerah. Selanjutnya kriteria
pengembangan diatur lebih lanjut dalam PP 38/2006 ttg
kewenangan lembaga daerah. Selama ini penentuan SKPD oleh
Biro Organisasi seharusnya sudah didasarkan pada beberapa
kriteria, antara lain: (a) beban kerja; (b) volume kerja; (c) analisa
jabatan; (d) resiko kerja. Kriteria yang digunakan untuk
menentukan SKPD jenis dan macam mempertimbangkan asas
keadilan. PP 41/2007 menurut daerah membelenggu kreasi
dalam pengembangan kelembagaan daerah. Studi kebutuhan
masyarakat terkait dengan kebutuhan masyarakat untuk
memenuhi pelayanan masyarakat juga harusnya menjadi
pertimbangan (wawancara dengan Biro Hukum Setda Provinsi
DIY, 28 September 2010).
Pertimbangan pembentukan kelembagaan, adalah dasar
kewenangan daerah PP 38/2007 yaitu dalam Pasal 12 ada
ketentuan harus di-Perda-kan. Dasar pembentukan kelembagaan
di DIY diambil berdasarkan kewenangan yang diatur dalam
Perda 7/2007, ditambah dengan Rincian tambahan kewenangan
59

dalam Peraturan Gubernur 13/2010. Kewenangan Prop DIY ada
3 yaitu: 26 urusan wajib (Dinas); 8 urusan pilihan; dan urusan
sisa. Sifat ketentuan otonomi daerah adalah asimetris artinya
penterjemahan kewenangan antara propinsi yang satu dengan
yang lain tidak sama. Misalnya: hak ulayat dan wilayah
perbatasan tidak ada dalam kewenangan Prop DIY (wawancara
dengan Biro Tata Pemerintahan, Kamis, 14 Oktober 2010).
Antara teori dan praktek selalu tidak klop. Peraturan
sering membuat bingung di dalam pelaksanaannya, dikarenakan
tidak cocok dengan teori yang ada. Misalnya dalam bidang
keuangan, seharusnya dilembagakan dengan Dinas, bukan
Badan. Akantetapi peraturan pemerintah memerintahkan dengan
Badan. Kesulitan yang dihadapi adalah menentukan lembaga
teknis-lembaga teknisnya (wawancara dengan Kabag
Kelembagaan Biro Organisasi Setda Provinsi DIY, Selasa, 7
September 2010).
DPRD selalu mengedepankan prinsip efisien dalam
menata kelembagaan SOPD, akan tetapi pemerintah daerah
berpandangan bahwa efisiensi harus dibarengi dengan
efektifitas, agar ke depan pelaksanaan program pembangunan
daerah yang harus diampu oleh masing SOPD dapat
dilaksanakan dengan baik. DPRD sangat akomodatif dan
proaktif di dalam memberikan masukan terkait dengan penataan
kelembagaan SOPD, misalnya: pada saat Pemda membentuk
BPBD, maka DPRD dengan menggunakan hak inisiatifnya
menyusun Sistem penanggulangan bencana daerah (SPBD).
Pengarusutamaan tersebut sudah diakomodir, idealnya adalah
sebagai lembaga mandri, akantetapi mengingat terbatasnya
kuota Prop.DIY, maka harus menyesuaikan dengan
60

perkembangan peraturan dan kebutuhan masyarakat. Peraturan
dan kebutuhan masyarakat menjadi dua hal yang penting
sebagai pertimbangan dalam penataan kelembagaan SOPD,
sehingga akan terlembaga kelembagaan daerah yang ideal.
Perumpunan dilakukan dengan mempertimbangkan bidang-
bidang sejenis atau hampir sama, misalnya penggabungan antara
bidang pendidikan, bidang kepemudaan, bidang oralhraga, ke
dalam Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga
(wawancara dengan Kabag Kelembagaan Biro Organisasi Setda
Provinsi DIY, Selasa, 7 September 2010).
Kuota yang dimiliki Prop.DIY hanya 30%, ini
merupakan angka yang sangat kecil, sehingga membuat SOPD
Prop.DIY sangat terbatas, dan solusi atas permasalahan ini
adalah diadakan perumumpunan SOPD berdasarkan bidang-
bidang yang sejenis (wawancara dengan Kabag Kelembagaan
Biro Organisasi Setda Provinsi DIY, Selasa, 7 September 2010).
Penyusunan besaran organisasi Dinas Daerah dapat
dirujuk ke dalam beberapa peraturan perundang-undangan
sebagai berikut. Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada Umum, dan dalam
Permendagri No. 57 Tahun 2007, pada pasal 1 dan huruf A
Pendahuluan, dinyatakan bahwa dasar utama penyusunan
perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, yang
terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Penyelenggaraan
urusan pemerintahan yang bersifat wajib, diselenggarakan oleh
seluruh provinsi, kabupaten, dan kota, sedangkan
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat pilihan
hanya dapat diselenggarakan oleh daerah yang memiliki potensi
61

unggulan dan kekhasan daerah, yang dapat dikembangkan
dalam rangka pengembangan otonomi daerah. Dalam PP No. 41
Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal
19 ayat (1), dinyatakan bahwa besaran organisasi perangkat
daerah ditetapkan berdasarkan variabel: jumlah penduduk; luas
wilayah; dan jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD). Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, pada Umum, dan dalam
Permendagri No. 57 Tahun 2007, pada pasal 1, dinyatakan
bahwa besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya
mempertimbangkan faktor keuangan, luas wilayah kerja dan
kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk. Dalam
Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah, pada Umum, dinyatakan bahwa ditetapkan
pembobotan masing-masing variabel yaitu 40% (empat puluh
persen) untuk variabel jumlah penduduk, 35% (tiga puluh lima
persen) untuk variabel luas wilayah dan 25% (dua puluh lima
persen) untuk variabel jumlah APBD, serta menetapkan variabel
tersebut dalam beberapa kelas interval. Dalam Penjelasan atas
PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,
pada Umum, dan dalam Permendagri No. 57 Tahun 2007, pada
pasal 1, dinyatakan bahwa besaran organisasi perangkat daerah
sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kebutuhan
daerah. Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, pada Umum, dan dalam
Permendagri No. 57 Tahun 2007, pada pasal 1, dinyatakan
bahwa besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya
mempertimbangkan faktor potensi dan karakteristik daerah yang
bertalian dengan urusan yang akan ditangani. Dalam Penjelasan
62

atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah, pada Umum, dan dalam Permendagri No. 57 Tahun
2007, pada pasal 1, dinyatakan bahwa besaran organisasi
perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan
faktor cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus
diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas. Dalam Penjelasan atas
PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,
pada Umum, dan dalam Permendagri No. 57 Tahun 2007, pada
pasal 1, dinyatakan bahwa besaran organisasi perangkat daerah
sekurang-kurangnya mempertimbangkan sarana dan prasarana
penunjang tugas. Dalam PP No. 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal 20 ayat (1) huruf c,
dinyatakan bahwa besaran organisasi perangkat daerah dengan
nilai kurang dari 40 (empat puluh) terdiri dari: dinas paling
banyak 12 (dua belas). Dalam PP No. 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal 20 ayat (2) huruf c,
dinyatakan bahwa besaran organisasi perangkat daerah dengan
nilai antara 40 (empat puluh) sampai dengan 70 (tujuh puluh)
terdiri dari: dinas paling banyak 15 (lima belas). Dalam PP No.
41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada
pasal 20 ayat (3) huruf c, dinyatakan bahwa Besaran organisasi
perangkat daerah dengan nilai lebih dari 70 (tujuh puluh) terdiri
dari dinas paling banyak 18 (delapan belas). Dalam PP No. 41
Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal
22 ayat (3) dan (4) dinyatakan bahwa dalam hal beberapa urusan
yang ditangani oleh satu perangkat daerah, maka
penggabungannya sesuai dengan perumpunan urusan
pemerintahan yang dikelompokkan dalam bentuk dinas dan
lembaga teknis daerah. Perumpunan urusan yang diwadahi
63

dalam bentuk dinas terdiri dari: bidang pendidikan, pemuda dan
olahraga; bidang kesehatan; bidang sosial, tenaga kerja dan
transmigrasi; bidang perhubungan, komunikasi dan informatika;
bidang kependudukan dan catatan sipil; bidang kebudayaan dan
pariwisata; bidang pekerjaan umum yang meliputi bina marga,
pengairan, cipta karya dan tata ruang; bidang perekonomian
yang meliputi koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah,
industri dan perdagangan; bidang pelayanan pertanahan; bidang
pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan, perikanan
darat, kelautan dan perikanan, perkebunan dan kehutanan;
bidang pertambangan dan energi; dan bidang pendapatan,
pengelolaan keuangan dan aset. Dalam Penjelasan atas PP No.
41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada
Umum, dinyatakan bahwa perangkat daerah yang menangani
fungsi keuangan, mengingat tugas dan fungsinya merupakan
amanat peraturan perundang-undangan, maka perangkat daerah
tersebut tidak mengurangi jumlah perangkat daerah yang
ditetapkan dalam peraturan pemerintah (PP 41/2007). Dalam
Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah, pada Umum, dan dalam Permendagri No. 57
Tahun 2007, pada huruf A, dinyatakan bahwa dalam
implementasi penataan kelembagaan perangkat daerah
menerapkan prinsip-prinsip organisasi, antara lain visi dan misi
yang jelas.


4. Lembaga Teknis Daerah (Badan dan Rumah Sakit)

64

Dari hasil data yang diperoleh dari berbagai pihak dapat
dipaparkan sebagai berikut.
Melalui Perda Provinsi DIY No. 7 tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Satuan
Polisi Pamong Praja Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah
dibentuk 8 Badan dan Rumah Sakit Grhasia. Dalam perda itu
secara berurutan disebut nama-nama Badan sebagai berikut: 1)
Badan Kepegawaian Daerah; 2) Badan Pendidikan dan
Pelatihan; 3) Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah; 4) Badan
Lingkungan Hidup; 5) Badan Kesatuan Bangsa dan
Perlindungan Masyarakat; 6) Badan Ketahanan Pangan dan
Penyuluhan; 7) Badan Kerjasama dan Penanaman Modal; 8)
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat; dan 9)
Rumah Sakit Grhasia.
Menurut hasil wawancara, PP 41/2007 memberikan
peluang dalam kelembagaan yaitu pola maksimal dan pola
minimal; maka hal ini dapat menjadi dasar dalam
pengembangan kelembagaan di daerah. Selanjutnya kriteria
pengembangan diatur lebih lanjut dalam PP 38/2006 ttg
kewenangan lembaga daerah. Selama ini penentuan SKPD oleh
Biro Organisasi seharusnya sudah didasarkan pada beberapa
kriteria, antara lain: (a) beban kerja; (b) volume kerja; (c) analisa
jabatan; (d) resiko kerja. Kriteria yang digunakan untuk
menentukan SKPD jenis dan macam mempertimbangkan asas
keadilan. PP 41/2007 menurut daerah membelenggu kreasi
dalam pengembangan kelembagaan daerah. Studi kebutuhan
masyarakat terkait dengan kebutuhan masyarakat untuk
memenuhi pelayanan masyarakat juga harusnya menjadi
65

pertimbangan (wawancara dengan Biro Hukum Setda Provinsi
DIY, 28 September 2010).
Pertimbangan pembentukan kelembagaan, adalah dasar
kewenangan daerah PP 38/2007 yaitu dalam Pasal 12 ada
ketentuan harus di-Perda-kan. Dasar pembentukan kelembagaan
di DIY diambil berdasarkan kewenangan yang diatur dalam
Perda 7/2007, ditambah dengan Rincian tambahan kewenangan
dalam Peraturan Gubernur 13/2010. Kewenangan Prop DIY ada
3 yaitu: 26 urusan wajib (Dinas); 8 urusan pilihan; dan urusan
sisa. Sifat ketentuan otonomi daerah adalah asimetris artinya
penterjemahan kewenangan antara propinsi yang satu dengan
yang lain tidak sama. Misalnya: hak ulayat dan wilayah
perbatasan tidak ada dalam kewenangan Prop DIY (wawancara
dengan Biro Tata Pemerintahan, Kamis, 14 Oktober 2010).
Antara teori dan praktek selalu tidak klop. Peraturan
sering membuat bingung di dalam pelaksanaannya, dikarenakan
tidak cocok dengan teori yang ada. Misalnya dalam bidang
keuangan, seharusnya dilembagakan dengan Dinas, bukan
Badan. Akantetapi peraturan pemerintah memerintahkan dengan
Badan. Kesulitan yang dihadapi adalah menentukan lembaga
teknis-lembaga teknisnya (wawancara dengan Kabag
Kelembagaan Biro Organisasi Setda Provinsi DIY, Selasa, 7
September 2010).
DPRD selalu mengedepankan prinsip efisien dalam
menata kelembagaan SOPD, akan tetapi pemerintah daerah
berpandangan bahwa efisiensi harus dibarengi dengan
efektifitas, agar ke depan pelaksanaan program pembangunan
daerah yang harus diampu oleh masing SOPD dapat
dilaksanakan dengan baik. DPRD sangat akomodatif dan
66

proaktif di dalam memberikan masukan terkait dengan penataan
kelembagaan SOPD, misalnya: pada saat Pemda membentuk
BPBD, maka DPRD dengan menggunakan hak inisiatifnya
menyusun Sistem penanggulangan bencana daerah (SPBD).
Pengarusutamaan tersebut sudah diakomodir, idealnya adalah
sebagai lembaga mandri, akantetapi mengingat terbatasnya
kuota Prop.DIY, maka harus menyesuaikan dengan
perkembangan peraturan dan kebutuhan masyarakat. Peraturan
dan kebutuhan masyarakat menjadi dua hal yang penting
sebagai pertimbangan dalam penataan kelembagaan SOPD,
sehingga akan terlembaga kelembagaan daerah yang ideal.
Perumpunan dilakukan dengan mempertimbangkan bidang-
bidang sejenis atau hampir sama, misalnya penggabungan antara
bidang pendidikan, bidang kepemudaan, bidang oralhraga, ke
dalam Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga
(wawancara dengan Kabag Kelembagaan Biro Organisasi Setda
Provinsi DIY, Selasa, 7 September 2010).
Berdasarkan Prolegda, maka Propinsi DIY di tahun 2010
membentuk BPBD (badan penanggunlangan bencana daerah).
Istimewa untuk Propinsi DIY hanya nama, perlakuan
Pem.Pusat thd Prop. DIY sama seperti dengan daerah lain,
karena Prop.DIY belum mempunyai undang-undang
keistimewaan, sehingga dianggap bukan daerah istimewa.
Sehingga sampai sekarang belum ada lembaga khusus untuk
mengaktualisasikan keistimewaan DIY (wawancara dengan
Kabag Kelembagaan Biro Organisasi Setda Provinsi DIY,
Selasa, 7 September 2010).
Penyusunan besaran organisasi Lembaga Teknis Daerah
dapat dirujuk ke dalam beberapa peraturan perundang-undangan
67

sebagai berikut.Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada Umum, dan dalam
Permendagri No. 57 Tahun 2007, pada pasal 1 dan huruf A
Pendahuluan, dinyatakan bahwa dasar utama penyusunan
perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, yang
terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Penyelenggaraan
urusan pemerintahan yang bersifat wajib, diselenggarakan oleh
seluruh provinsi, kabupaten, dan kota, sedangkan
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat pilihan
hanya dapat diselenggarakan oleh daerah yang memiliki potensi
unggulan dan kekhasan daerah, yang dapat dikembangkan
dalam rangka pengembangan otonomi daerah. Dalam PP No. 41
Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal
19 ayat (1), dinyatakan bahwa besaran organisasi perangkat
daerah ditetapkan berdasarkan variabel: jumlah penduduk; luas
wilayah; dan jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD). Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, pada Umum, dan dalam
Permendagri No. 57 Tahun 2007, pada pasal 1, dinyatakan
bahwa besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya
mempertimbangkan faktor keuangan, luas wilayah kerja dan
kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk. Dalam
Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah, pada Umum, dinyatakan bahwa ditetapkan
pembobotan masing-masing variabel yaitu 40% (empat puluh
persen) untuk variabel jumlah penduduk, 35% (tiga puluh lima
persen) untuk variabel luas wilayah dan 25% (dua puluh lima
persen) untuk variabel jumlah APBD, serta menetapkan variabel
68

tersebut dalam beberapa kelas interval. Dalam Penjelasan atas
PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,
pada Umum, dan dalam Permendagri No. 57 Tahun 2007, pada
pasal 1, dinyatakan bahwa besaran organisasi perangkat daerah
sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kebutuhan
daerah. Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, pada Umum, dan dalam
Permendagri No. 57 Tahun 2007, pada pasal 1, dinyatakan
bahwa besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya
mempertimbangkan faktor potensi dan karakteristik daerah yang
bertalian dengan urusan yang akan ditangani. Dalam Penjelasan
atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah, pada Umum, dan dalam Permendagri No. 57 Tahun
2007, pada pasal 1, dinyatakan bahwa besaran organisasi
perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan
faktor cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus
diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas. Dalam Penjelasan atas
PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,
pada Umum, dan dalam Permendagri No. 57 Tahun 2007, pada
pasal 1, dinyatakan bahwa besaran organisasi perangkat daerah
sekurang-kurangnya mempertimbangkan sarana dan prasarana
penunjang tugas. Dalam PP No. 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal 20 ayat (1) huruf d,
dinyatakan bahwa besaran organisasi perangkat daerah dengan
nilai kurang dari 40 (empat puluh) terdiri dari: lembaga teknis
daerah paling banyak 8 (delapan). Dalam PP No. 41 Tahun
2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal 20 ayat
(2) huruf d, dinyatakan bahwa besaran organisasi perangkat
daerah dengan nilai antara 40 (empat puluh) sampai dengan
69

70 (tujuh puluh) terdiri dari: lembaga teknis daerah paling
banyak 10 (sepuluh). Dalam PP No. 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal 20 ayat (3) huruf d,
dinyatakan bahwa besaran organisasi perangkat daerah dengan
nilai lebih dari 70 (tujuh puluh) terdiri dari lembaga teknis
daerah paling banyak 12 (dua belas). Dalam PP No. 41 Tahun
2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal 22 ayat
(3) dan (5) dinyatakan bahwa dalam hal beberapa urusan yang
ditangani oleh satu perangkat daerah, maka penggabungannya
sesuai dengan perumpunan urusan pemerintahan yang
dikelompokkan dalam bentuk dinas dan lembaga teknis daerah.
Perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk badan, kantor,
inspektorat, dan rumah sakit, terdiri dari: bidang perencanaan
pembangunan dan statistik; bidang penelitian dan
pengembangan; bidang kesatuan bangsa, politik dan
perlindungan masyarakat bidang lingkungan hidup; bidang
ketahanan pangan; bidang penanaman modal; bidang
perpustakaan, arsip, dan dokumentasi; bidang pemberdayaan
masyarakat dan pemerintahan desa; bidang pemberdayaan
perempuan dan keluarga berencana; bidang kepegawaian,
pendidikan dan pelatihan; bidang pengawasan; dan bidang
pelayanan kesehatan. Dalam PP No. 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal 46 dinyatakan bahwa
pemerintah daerah yang membentuk perangkat daerah sebagai
badan layanan umum berpedoman pada peraturan perundang-
undangan. Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, pada Umum, dinyatakan bahwa
perangkat daerah yang menangani fungsi kepegawaian,
mengingat tugas dan fungsinya merupakan amanat peraturan
70

perundang-undangan, maka perangkat daerah tersebut tidak
mengurangi jumlah perangkat daerah yang ditetapkan dalam
peraturan pemerintah (PP 41/2007). Dalam Penjelasan atas PP
No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada
Umum, dan dalam Permendagri No. 57 Tahun 2007, pada huruf
A, dinyatakan bahwa dalam implementasi penataan
kelembagaan perangkat daerah menerapkan prinsip-prinsip
organisasi, antara lain visi dan misi yang jelas. Dalam
Permendagri No. 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis
Penataan Organisasi Perangkat Daerah, pada B.2.f, dinyatakan
bahwa Tugas dan fungsi masing-masing perangkat daerah
ditetapkan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41
Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah dengan ruang
lingkup dan kewenangan berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, serta potensi dan
karakteristik daerah masing-masing. Lembaga Teknis Daerah,
sebagai unsur pendukung yang sifatnya lebih teknis. Lembaga
teknis daerah dapat berbentuk badan, kantor dan rumah sakit,
penentuan Badan atau Kantor sesuai dengan analisis beban
kerja.


C. Susunan Organisasi

1. Sekretariat Daerah

71

Dari hasil data yang diperoleh dari berbagai pihak dapat
dipaparkan sebagai berikut.
Dalam Perda Provinsi DIY No. 5 tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat
DPRD Provinsi DIY disebutkan bahwa susunan organisasi
Sekretariat Daerah terdiri dari:
1. Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, terdiri dari:
1.1. Biro Tata Pemerintahan, terdiri dari :
a) Bagian Pemerintahan Umum, terdiri dari :
1) Subbagian Tata Praja;
2) Subbagian Pengembangan Wilayah;
3) Subbagian Tata Usaha.
b) Bagian Otonomi, terdiri dari:
1) Subbagian Penyelenggaraan;
2) Subbagian Fasilitasi Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa;
3) Subbagian Pengembangan Otonomi Daerah.
c) Bagian Kependudukan, terdiri dari:
1) Subbagian Bina Administrasi Kependudukan;
2) Subbagian Pendataan dan Informasi
Kependudukan;
3) Subbagian Catatan Sipil.
d) Bagian Pertanahan, terdiri dari:
1) Subbagian Administrasi Pertanahan;
2) Subbagian Pengendalian;
3) Subbagian Pengurusan Pertanahan.
e) Kelompok Jabatan Fungsional

1.2. Biro Hukum, terdiri dari :
72

a) Bagian Perundang-undangan, terdiri dari :
1) Subbagian Peraturan Daerah;
2) Subbagian peraturan Gubernur;
3) Subbagian Evaluasi dan Pengkajian Produk
Hukum;
b) Bagian Pengawasan Produk Hukum Kabupaten/Kota,
terdiri dari :
1) Subbagian Pembinaan dan Evaluasi Rancangan
Produk Hukum;
2) Subbagian Klarifikasi Produk Hukum.
c) Bagian Dokumentasi dan Jaringan Dokumentasi
Informasi, terdiri dari:
1) Subbagian Pengkajian Hukum;
2) Subbagian Dokumentasi Hukum;
3) Subbagian Tata Usaha.
d) Bagian Bantuan dan Layanan Hukum, terdiri dari:
1) Subbagian Sengketa Hukum;
2) Subbagian Supremasi Hukum;
3) Subbagian Layanan Hukum.
e) Kelompok Jabatan Fungsional
1.3. Biro Administrasi Kesejahteraan Rakyat dan
Kemasyarakatan, terdiri dari :
a) Bagian Analisa Kebijakan Kesejahteraan Rakyat,
terdiri dari :
1) Subbagian Pendidikan;
2) Subbagian Kesehatan;
3) Subbagian Sosial dan Tenaga Kerja.
b) Bagian Analisa Kebijakan Keluarga Berencana dan
Pemberdayaan Masyarakat, terdiri dari :
73

1) Subbagian Bina Keluarga Berencana dan Keluarga
Sejahtera;
2) Subbagian Bina Pemberdayaan Perempuan;
3) Subbagian Bina Pemberdayaan Masyarakat.
c) Bagian Bina Mental dan Spiritual, terdiri dari :
1) Subbagian Pengembangan Budi Pekerti dan
Kedisiplinan;
2) Subbagian Fasilitasi Kehidupan Beragama;
3) Subbagian Tata Usaha.
2. Asisten Perekonomian dan Pembangunan, terdiri dari :
2.1. Biro Administrasi Perekonomian dan Sumberdaya Alam,
terdiri dari :
a) Bagian Analisa Kebijakan Produktivitas, terdiri dari :
1) Subbagian Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah;
2) Subbagian Perindustrian dan Perdagangan;
b) Bagian Bina Kapasitas, terdiri dari :
1) Subbagian Analisa Potensi Daerah;
2) Subbagian Badan Usaha Daerah;
3) Subbagian Tata Usaha.
c) Bagian Bina Sumberdaya Alam, terdiri dari :
1) Subbagian Pertanian dan Ketahanan Pangan;
2) Subbagian Kehutanan, Perkebunan, Kelautan dan
Perikanan;
3) Subbagian Lingkungan Hidup.
d) Kelompok Jabatan Fungsional
2.2. Biro Administrasi Pembangunan, terdiri dari :
a) Bagian Analisa Kebijakan Pembangunan, terdiri dari:
1) Subbagian Pekerjaan Umum, Energi dan
Sumberdaya Mineral;
74

2) Subbagian Kebudayaan dan Pariwisata;
3) Subbagian Perhubungan.
b) Bagian Dekonsentrasi, terdiri dari :
1) Subbagian Analisa Dekonsentrasi;
2) Subbagian Monitoring, Evaluasi dan Verifikasi
Dekonsentrasi.
c) Bagian Penelitian dan Pengembangan, terdiri dari:
1) Subbagian Penelitian;
2) Subbagian Pengembangan;
3) Subbagian Tata Usaha.
d) Kelompok Jabatan Fungsional
3. Asisten Administrasi Umum, terdiri dari :
3.1. Biro Organisasi, terdiri dari :
a) Bagian Kelembagaan, terdiri dari :
1) Subbagian Analisis dan Pengembangan;
2) Subbagian Pembinaan dan Pengendalian
Kabupaten/Kota;
3) Subbagian Budaya dan Kapasitas.
b) Bagian Analisa dan Formasi Jabatan, terdiri dari:
1) Subbagian Analisa Jabatan;
2) Subbagian Pengembangan Kinerja Jabatan;
3) Subbagian Tata Usaha.
c) Bagian Tatalaksana, terdiri dari:
1) Subbagian Sistem dan Prosedur;
2) Subbagian Standarisasi;
3) Subbagian Tatalaksana Pelayanan Umum.
d) Kelompok Jabatan Fungsional
3.2. Biro Umum, Hubungan Masyarakat dan Protokol, terdiri
dari :
75

a) Bagian Administrasi, terdiri dari :
1) Subbagian Arsip;
2) Subbagian Tata Usaha Biro;
3) Subbagian Keuangan.
b) Bagian Pelayanan, terdiri dari:
1) Subbagian Rumah Tangga dan Sarana Prasarana;
2) Subbagian Kendaraan;
3) Subbagian Sandi dan Telekomunikasi.
c) Bagian Protokol, terdiri dari :
1) Subbagian Upacara;
2) Subbagian Tamu;
3) Subbagian Tata Usaha Pimpinan.
d) Bagian Hubungan Masyarakat, terdiri dari :
1. Subbagian Publikasi, Dokumentasi dan Media
Massa;
2. Subbagian Hubungan Antar Lembaga.
e) Kelompok Jabatan Fungsional

Menurut hasil wawancara, PP 41/2007 memberikan
peluang dalam kelembagaan yaitu pola maksimal dan pola
minimal; maka hal ini dapat menjadi dasar dalam
pengembangan kelembagaan di daerah. Selanjutnya kriteria
pengembangan diatur lebih lanjut dalam PP 38/2006 ttg
kewenangan lembaga daerah. Selama ini penentuan SKPD oleh
Biro Organisasi seharusnya sudah didasarkan pada beberapa
kriteria, antara lain: (a) beban kerja; (b) volume kerja; (c) analisa
jabatan; (d) resiko kerja. Kriteria yang digunakan untuk
menentukan SKPD jenis dan macam mempertimbangkan asas
keadilan. PP 41/2007 menurut daerah membelenggu kreasi
76

dalam pengembangan kelembagaan daerah. Studi kebutuhan
masyarakat terkait dengan kebutuhan masyarakat untuk
memenuhi pelayanan masyarakat juga harusnya menjadi
pertimbangan (wawancara dengan Biro Hukum Setda Provinsi
DIY, 28 September 2010).
Perubahan Sub-Bagian pertanahan menjadi Bagian
Pertanahan disebabkan karena banyaknya kegiatan, yaitu
fasilitasi pelayanan masyarakat dalam hal menyelesaikan
sengketa atau konflik masyarakat. Kewenangan subbag sangat
terbatas, sehingga akan memperlambat pelayanan umum.
Khusus propinsi DIY permasalahan yang muncul ada 2, yaitu
sultan ground dan TKD (pemerintahan desa). Bagian
kependudukan mengacu pada Perda 1/2004.
Sebelumnyamerupakan bagian dekonsentrasi, maka berdasarkan
Perda 5/2008 menjadi 1 bagian tersendiri. Proses pembentukan
mendasarkan pada ketentuan UU 23/2006 jo UU 52/2009. UU
23/2006; adaministrasi kependudukan tidak disebutkan dengan
jelas numenklatur kelembagaannya, melainkan hanya
disebutkan di daerah harus ada penyelenggara administrasi
kepemdudukan dalam rangka membantu Gubernur dan ada
instansi administrasi induk. Di tingkat propinsi tidak jelas
disebutkan numenklatur kelembagaannya: apakah dinas atau
sekretariat propinsi. UU 52/2009; menyebutkan harus ada
lembaga BKKBD, sedangkan Prop DIY belum punya. Masalah
kependudukan belum tertangani secara baik, karena yang ada
hanya lembaga yang mengurusi administrasi kependudukan.
Ketentuan UU 52/2009 mengamanatkan propinsi harus
mendirikan BKKBD 1 tahun sejak UU 52/2009 diundangkan.
Inti urusan kependudukan ada 3: (1) admnistrasi kependudukan;
77

(2) catatan sipil; dan (3) kebijakan mobilisasi atau sebaran
kependudukan. Dalam masalah kelembagaan kewenangan
kependudukan dilaksanakan berdasarkan Perda 5/2008 dan
dilaksanakan dengan Peraturan Gubernur 37/2008. Rincian
Tupoksi masing-masing diatur lebih lanjut SK. Gubernur
44.1/2009 (wawancara dengan Biro Tata Pemerintahan, Kamis,
14 Oktober 2010).
Penyusunan susunan organisasi Sekretariat Daerah dapat
dirujuk ke dalam beberapa peraturan perundang-undangan
sebagai berikut. Dalam PP No. 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal 24 ayat (1) dinyatakan
bahwa sekretariat daerah terdiri dari asisten, dan masing-masing
asisten terdiri dari paling banyak 3 (tiga) biro, dan masing-
masing biro terdiri dari paling banyak 4 (empat) bagian, dan
masing-masing bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
subbagian. Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada Umum, dinyatakan
bahwa dalam implementasi penataan kelembagaan perangkat
daerah menerapkan prinsip-prinsip organisasi, antara lain visi
dan misi yang jelas. Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun
2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal 33,
dinyatakan bahwa untuk menentukan jumlah susunan organisasi
masing-masing perangkat daerah dilakukan berdasarkan analisis
jabatan. Dalam Permendagri No. 57 Tahun 2007 tentang
Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah, pada
pasal 2, dinyatakan bahwa penataan organisasi perangkat
daerah dilakukan melalui analisis jabatan dan analisis beban
kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan
78

(Permendagri No. 4 Tahun 2005 tentang Analisis Jabatan dan
Permendagri No. 12 Tahun 2008 tentang Analisis Beban Kerja).


2. Sekretariat DPRD

Dari hasil data yang diperoleh dari berbagai pihak dapat
dipaparkan sebagai berikut.
Dalam Perda Provinsi DIY No. 5 tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat
DPRD Provinsi DIY disebutkan bahwa susunan organisasi
Sekretariat DPRD terdiri dari:
a. Bagian Legislasi dan Pengkajian, terdiri dari:
1. Subbagian Legislasi;
2. Subbagian Pengkajian dan Pengembangan;
3. Subbagian Perpustakaan, Data dan Teknologi
Informasi.
b. Bagian Persidangan, terdiri dari:
1. Subbagian Risalah dan Rapat;
2. Subbagian Pelayanan Alat Kelengkapan Dewan;
3. Subbagian Dokumentasi.
c. Bagian Umum, terdiri dari:
1. Subbagian Tata Usaha dan Kepegawaian;
2. Subbagian Rumah Tangga;
3. Subbagian Humas dan Protokol.
d. Bagian Penyusunan Program dan Keuangan, terdiri dari:
1. Subbagian Penyusunan Program;
2. Subbagian Keuangan;
3. Subbagian Monitoring dan Evaluasi.
79

e. Kelompok Jabatan Fungsional.

Menurut hasil wawancara, PP 41/2007 memberikan
peluang dalam kelembagaan yaitu pola maksimal dan pola
minimal; maka hal ini dapat menjadi dasar dalam
pengembangan kelembagaan di daerah. Selanjutnya kriteria
pengembangan diatur lebih lanjut dalam PP 38/2006 ttg
kewenangan lembaga daerah. Selama ini penentuan SKPD oleh
Biro Organisasi seharusnya sudah didasarkan pada beberapa
kriteria, antara lain: (a) beban kerja; (b) volume kerja; (c) analisa
jabatan; (d) resiko kerja. Kriteria yang digunakan untuk
menentukan SKPD jenis dan macam mempertimbangkan asas
keadilan. PP 41/2007 menurut daerah membelenggu kreasi
dalam pengembangan kelembagaan daerah. Studi kebutuhan
masyarakat terkait dengan kebutuhan masyarakat untuk
memenuhi pelayanan masyarakat juga harusnya menjadi
pertimbangan (wawancara dengan Biro Hukum Setda Provinsi
DIY, 28 September 2010).
Penyusunan susunan organisasi Sekretariat DPRD dapat
dirujuk ke dalam beberapa peraturan perundang-undangan
sebagai berikut. Dalam PP No. 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal 24 ayat (2) dinyatakan
bahwa sekretariat DPRD terdiri dari paling banyak 4 (empat)
bagian, dan masing-masing bagian terdiri dari paling banyak 3
(tiga) subbagian. Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada Umum, dinyatakan
bahwa dalam implementasi penataan kelembagaan perangkat
daerah menerapkan prinsip-prinsip organisasi, antara lain visi
dan misi yang jelas. Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun
80

2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal 33,
dinyatakan bahwa untuk menentukan jumlah susunan organisasi
masing-masing perangkat daerah dilakukan berdasarkan analisis
jabatan. Dalam Permendagri No. 57 Tahun 2007 tentang
Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah, pada
pasal 2, dinyatakan bahwa penataan organisasi perangkat
daerah dilakukan melalui analisis jabatan dan analisis beban
kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan
(Permendagri No. 4 Tahun 2005 tentang Analisis Jabatan dan
Permendagri No. 12 Tahun 2008 tentang Analisis Beban Kerja).


3. Inspektorat

Dari hasil data yang diperoleh dari berbagai pihak dapat
dipaparkan sebagai berikut.
Dalam Perda Provinsi DIY No. 7 tahun 2008 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong
Praja Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta disebutkan bahwa
susunan organisasi Inspektorat terdiri dari:
a. Sekretariat, terdiri dari:
1. Subbagian Program dan Keuangan;
2. Subbagian Umum;
3. Subbagian Data, Teknologi Informasi, Monitoring
dan Evaluasi.
b. Inspektur Pembantu Bidang Pemerintahan;
c. Inspektur Pembantu Bidang Perekonomian;
d. Inspektur Pembantu Bidang Kesejahteraan Rakyat;
81

e. Inspektur Pembantu Bidang Sarana dan Prasarana;
f. Kelompok Jabatan Fungsional.

Menurut hasil wawancara, PP 41/2007 memberikan
peluang dalam kelembagaan yaitu pola maksimal dan pola
minimal; maka hal ini dapat menjadi dasar dalam
pengembangan kelembagaan di daerah. Selanjutnya kriteria
pengembangan diatur lebih lanjut dalam PP 38/2006 ttg
kewenangan lembaga daerah. Selama ini penentuan SKPD oleh
Biro Organisasi seharusnya sudah didasarkan pada beberapa
kriteria, antara lain: (a) beban kerja; (b) volume kerja; (c) analisa
jabatan; (d) resiko kerja. Kriteria yang digunakan untuk
menentukan SKPD jenis dan macam mempertimbangkan asas
keadilan. PP 41/2007 menurut daerah membelenggu kreasi
dalam pengembangan kelembagaan daerah. Studi kebutuhan
masyarakat terkait dengan kebutuhan masyarakat untuk
memenuhi pelayanan masyarakat juga harusnya menjadi
pertimbangan (wawancara dengan Biro Hukum Setda Provinsi
DIY, 28 September 2010).
Penyusunan susunan organisasi Inspektorat dapat dirujuk
ke dalam beberapa peraturan perundang-undangan sebagai
berikut. Dalam PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah, pada pasal 26 ayat (1) dinyatakan bahwa
inspektorat terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4
(empat) inspektur pembantu, sekretariat terdiri dari 3 (tiga)
subbagian, serta kelompok jabatan fungsional. Dalam
Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah, pada Umum, dinyatakan bahwa dalam
implementasi penataan kelembagaan perangkat daerah
82

menerapkan prinsip-prinsip organisasi, antara lain visi dan misi
yang jelas. Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal 33, dinyatakan
bahwa untuk menentukan jumlah susunan organisasi masing-
masing perangkat daerah dilakukan berdasarkan analisis jabatan.
Dalam Permendagri No. 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk
Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal 2,
dinyatakan bahwa penataan organisasi perangkat daerah
dilakukan melalui analisis jabatan dan analisis beban kerja
sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Permendagri No.
4 Tahun 2005 tentang Analisis Jabatan dan Permendagri No. 12
Tahun 2008 tentang Analisis Beban Kerja).


4. Bappeda

Dari hasil data yang diperoleh dari berbagai pihak dapat
dipaparkan sebagai berikut.
Dalam Perda Provinsi DIY No. 7 tahun 2008 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong
Praja Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta disebutkan bahwa
susunan organisasi Bappeda terdiri dari:
a. Sekretariat, terdiri dari :
1. Subbagian Program, Data dan Teknologi Informasi;
2. Subbagian Keuangan;
3. Subbagian Umum;
b. Bidang Pemerintahan, terdiri dari:
1. Subbidang Aparatur, Hukum dan Politik;
83

2. Subbidang Administrasi Publik dan Keuangan.
c. Bidang Perekonomian, terdiri dari:
1. Subbidang Pertanian dan Kelautan;
2. Subbidang Dunia Usaha.
d. Bidang Kesejahteraan Rakyat, terdiri dari:
1. Subbidang Pengembangan Sumber Daya Manusia;
2. Subbidang Pengembangan Kesejahteraan Rakyat.
e. Bidang Sarana dan Prasarana, terdiri dari:
1. Subbidang Perhubungan, Tataruang, Permukiman dan
ESDM;
2. Subbidang Sumberdaya Air dan Lingkungan Hidup.
f. Bidang Pengendalian, terdiri dari:
1. Subbidang Monitoring dan Evaluasi;
2. Subbidang Kinerja Program.
g. Bidang Perencanaan dan Statistik, terdiri dari:
1. Subbidang Perencanaan;
2. Subbidang Statistik.
h. UPTLTD;
i. Kelompok Jabatan Fungsional.

Menurut hasil wawancara, PP 41/2007 memberikan
peluang dalam kelembagaan yaitu pola maksimal dan pola
minimal; maka hal ini dapat menjadi dasar dalam
pengembangan kelembagaan di daerah. Selanjutnya kriteria
pengembangan diatur lebih lanjut dalam PP 38/2006 ttg
kewenangan lembaga daerah. Selama ini penentuan SKPD oleh
Biro Organisasi seharusnya sudah didasarkan pada beberapa
kriteria, antara lain: (a) beban kerja; (b) volume kerja; (c) analisa
jabatan; (d) resiko kerja. Kriteria yang digunakan untuk
84

menentukan SKPD jenis dan macam mempertimbangkan asas
keadilan. PP 41/2007 menurut daerah membelenggu kreasi
dalam pengembangan kelembagaan daerah. Studi kebutuhan
masyarakat terkait dengan kebutuhan masyarakat untuk
memenuhi pelayanan masyarakat juga harusnya menjadi
pertimbangan (wawancara dengan Biro Hukum Setda Provinsi
DIY, 28 September 2010).
Penyusunan susunan organisasi Bappeda dapat dirujuk
ke dalam beberapa peraturan perundang-undangan sebagai
berikut. Dalam PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah, pada pasal 26 ayat (2) dinyatakan bahwa
badan terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4
(empat) bidang, sekretariat terdiri dari 3 (tiga) subbagian, dan
masing-masing bidang terdiri dari 2 (dua) subbidang atau
kelompok jabatan fungsional. Dalam Penjelasan atas PP No. 41
Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada Umum,
dinyatakan bahwa dalam implementasi penataan kelembagaan
perangkat daerah menerapkan prinsip-prinsip organisasi, antara
lain visi dan misi yang jelas. Dalam Penjelasan atas PP No. 41
Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal
33, dinyatakan bahwa untuk menentukan jumlah susunan
organisasi masing-masing perangkat daerah dilakukan
berdasarkan analisis jabatan. Dalam Permendagri No. 57 Tahun
2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat
Daerah, pada pasal 2, dinyatakan bahwa penataan organisasi
perangkat daerah dilakukan melalui analisis jabatan dan analisis
beban kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan
(Permendagri No. 4 Tahun 2005 tentang Analisis Jabatan dan
Permendagri No. 12 Tahun 2008 tentang Analisis Beban Kerja).
85



5. Dinas Daerah

Dari hasil data yang diperoleh dari berbagai pihak dapat
dipaparkan sebagai berikut.
Melalui Perda Provinsi DIY No. 6 tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah dibentuk 13
macam Dinas Daerah. Dalam perda itu yang pertama kali
disebut adalah Dinas Pertanian. Susunan organisasi Dinas
Pertanian adalah sebagai berikut :
a. Sekretariat, terdiri dari :
1. Subbagian Umum;
2. Subbagian Kepegawaian dan Keuangan;
3. Subbagian Program dan Informasi.
b. Bidang Tanaman Pangan, terdiri dari :
1. Seksi Sarana Prasarana Tanaman Pangan;
2. Seksi Produksi Tanaman Pangan;
3. Seksi Pengelolaan Lahan dan Air Tanaman Pangan.
c. Bidang Tanaman Hortikultura, terdiri dari :
1. Seksi Sarana Prasarana Tanaman Hortikultura;
2. Seksi Produksi Tanaman Hortikultura;
3. Seksi Pengelolaan Lahan dan Air Tanaman
Hortikultura.
d. Bidang Peternakan, terdiri dari :
1. Seksi Sarana Prasarana Produksi Peternakan;
2. Seksi Produksi Ternak;
3. Seksi Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner.
86

e. Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian,
terdiri dari :
1. Seksi Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil
Pertanian;
2. Seksi Pemasaran Hasil dan Pembiayaan Pertanian;
3. Seksi Mutu dan Standarisasi Hasil Pertanian.
f. U P T D.
g. Kelompok Jabatan Fungsional.

Menurut hasil wawancara, PP 41/2007 memberikan
peluang dalam kelembagaan yaitu pola maksimal dan pola
minimal; maka hal ini dapat menjadi dasar dalam
pengembangan kelembagaan di daerah. Selanjutnya kriteria
pengembangan diatur lebih lanjut dalam PP 38/2006 ttg
kewenangan lembaga daerah. Selama ini penentuan SKPD oleh
Biro Organisasi seharusnya sudah didasarkan pada beberapa
kriteria, antara lain: (a) beban kerja; (b) volume kerja; (c) analisa
jabatan; (d) resiko kerja. Kriteria yang digunakan untuk
menentukan SKPD jenis dan macam mempertimbangkan asas
keadilan. PP 41/2007 menurut daerah membelenggu kreasi
dalam pengembangan kelembagaan daerah. Studi kebutuhan
masyarakat terkait dengan kebutuhan masyarakat untuk
memenuhi pelayanan masyarakat juga harusnya menjadi
pertimbangan (wawancara dengan Biro Hukum Setda Provinsi
DIY, 28 September 2010).
Antara teori dan praktek selalu tidak klop. Peraturan
sering membuat bingung di dalam pelaksanaannya, dikarenakan
tidak cocok dengan teori yang ada. Misalnya dalam bidang
keuangan, seharusnya dilembagakan dengan Dinas, bukan
87

Badan. Akantetapi peraturan pemerintah memerintahkan dengan
Badan. Kesulitan yang dihadapi adalah menentukan lembaga
teknis-lembaga teknisnya (wawancara dengan Kabag
Kelembagaan Biro Organisasi Setda Provinsi DIY, Selasa, 7
September 2010).
Penyusunan susunan organisasi Dinas Daerah dapat
dirujuk ke dalam beberapa peraturan perundang-undangan
sebagai berikut. Dalam PP No. 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal 25 ayat (1) dinyatakan
bahwa dinas terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4
(empat) bidang, sekretariat terdiri dari 3 (tiga) subbagian, dan
masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) seksi.
Dalam PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah, pada pasal 7 ayat (6), dinyatakan bahwa pada dinas
daerah dapat dibentuk unit pelaksana teknis dinas untuk
melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau
kegiatan teknis penunjang yang mempunyai wilayah kerja satu
atau beberapa daerah kabupaten/kota. Dalam PP No. 41 Tahun
2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal 25 ayat
(2) dan (3) dinyatakan bahwa Unit pelaksana teknis pada dinas
terdiri dari 1 (satu) subbagian tata usaha dan kelompok jabatan
fungsional. Unit pelaksana teknis dinas yang belum terdapat
jabatan fungsional dapat dibentuk paling banyak 2 (dua) seksi.
Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, pada Umum, dinyatakan bahwa
dalam implementasi penataan kelembagaan perangkat daerah
menerapkan prinsip-prinsip organisasi, antara lain visi dan misi
yang jelas. Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal 33, dinyatakan
88

bahwa untuk menentukan jumlah susunan organisasi masing-
masing perangkat daerah dilakukan berdasarkan analisis jabatan.
Dalam Permendagri No. 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk
Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal 2,
dinyatakan bahwa penataan organisasi perangkat daerah
dilakukan melalui analisis jabatan dan analisis beban kerja
sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Permendagri No.
4 Tahun 2005 tentang Analisis Jabatan dan Permendagri No. 12
Tahun 2008 tentang Analisis Beban Kerja).


6. Lembaga Teknis Daerah

a) Badan

Dari hasil data yang diperoleh dari berbagai pihak dapat
dipaparkan sebagai berikut.
Melalui Perda Provinsi DIY No. 7 tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Satuan
Polisi Pamong Praja Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah
dibentuk 8 Badan dan Rumah Sakit Grhasia. Dalam perda itu
disebut pertama kali adalah Badan Kepegawaian Daerah (BKD).
Susunan organisasi BKD adalah sebagai berikut:
a. Sekretariat, terdiri dari:
1. Subbagian Program, Data dan Teknologi Informasi;
2. Subbagian Keuangan;
3. Subbagian Umum.
b. Bidang Pengembangan Pegawai, terdiri dari:
89

1. Subbidang Perencanaan dan Pengadaan;
2. Subbidang Pengembangan Karir.
c. Bidang Mutasi, terdiri dari:
1. Subbidang Mutasi Jabatan;
2. Subbidang Kepangkatan dan Pensiun;
d. Bidang Kedudukan Hukum dan Kesejahteraan, terdiri
dari:
1. Subbidang Kedudukan Hukum Pegawai;
2. Subbidang Kesejahteraan Pegawai;
e. Bidang Tata Usaha Kepegawaian, terdiri dari:
1. Subbidang Dokumentasi;
2. Subbidang Sistem Informasi Manajemen
Kepegawaian.
f. UPTLTD;
g. Kelompok Jabatan Fungsional.

Menurut hasil wawancara, PP 41/2007 memberikan
peluang dalam kelembagaan yaitu pola maksimal dan pola
minimal; maka hal ini dapat menjadi dasar dalam
pengembangan kelembagaan di daerah. Selanjutnya kriteria
pengembangan diatur lebih lanjut dalam PP 38/2006 ttg
kewenangan lembaga daerah. Selama ini penentuan SKPD oleh
Biro Organisasi seharusnya sudah didasarkan pada beberapa
kriteria, antara lain: (a) beban kerja; (b) volume kerja; (c) analisa
jabatan; (d) resiko kerja. Kriteria yang digunakan untuk
menentukan SKPD jenis dan macam mempertimbangkan asas
keadilan. PP 41/2007 menurut daerah membelenggu kreasi
dalam pengembangan kelembagaan daerah. Studi kebutuhan
masyarakat terkait dengan kebutuhan masyarakat untuk
90

memenuhi pelayanan masyarakat juga harusnya menjadi
pertimbangan (wawancara dengan Biro Hukum Setda Provinsi
DIY, 28 September 2010).
Antara teori dan praktek selalu tidak klop. Peraturan
sering membuat bingung di dalam pelaksanaannya, dikarenakan
tidak cocok dengan teori yang ada. Misalnya dalam bidang
keuangan, seharusnya dilembagakan dengan Dinas, bukan
Badan. Akantetapi peraturan pemerintah memerintahkan dengan
Badan. Kesulitan yang dihadapi adalah menentukan lembaga
teknis-lembaga teknisnya (wawancara dengan Kabag
Kelembagaan Biro Organisasi Setda Provinsi DIY, Selasa, 7
September 2010).
Penyusunan susunan organisasi Badan dapat dirujuk ke
dalam beberapa peraturan perundang-undangan sebagai berikut.
Dalam PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah, pada pasal 26 ayat (2) dinyatakan bahwa badan terdiri
dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat) bidang,
sekretariat terdiri dari 3 (tiga) subbagian, dan masing-masing
bidang terdiri dari 2 (dua) subbidang atau kelompok jabatan
fungsional. Dalam PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah, pada pasal 8 ayat (7), dinyatakan bahwa
Pada badan dapat dibentuk unit pelaksana teknis tertentu untuk
melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan
teknis penunjang yang mempunyai wilayah kerja satu atau
beberapa daerah kabupaten/kota. Dalam PP No. 41 Tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal 26 ayat (4)
dan (5) dinyatakan bahwa unit pelaksana teknis pada badan
terdiri dari 1 (satu) subbagian tata usaha dan kelompok jabatan
fungsional. Unit pelaksana teknis badan yang belum terdapat
91

jabatan fungsional dapat dibentuk paling banyak 2 (dua) seksi.
Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, pada Umum, dinyatakan bahwa
dalam implementasi penataan kelembagaan perangkat daerah
menerapkan prinsip-prinsip organisasi, antara lain visi dan misi
yang jelas. Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal 33, dinyatakan
bahwa untuk menentukan jumlah susunan organisasi masing-
masing perangkat daerah dilakukan berdasarkan analisis jabatan.
Dalam Permendagri No. 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk
Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal 2,
dinyatakan bahwa penataan organisasi perangkat daerah
dilakukan melalui analisis jabatan dan analisis beban kerja
sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Permendagri No.
4 Tahun 2005 tentang Analisis Jabatan dan Permendagri No. 12
Tahun 2008 tentang Analisis Beban Kerja).

b) Rumah Sakit

Dari hasil data yang diperoleh dari berbagai pihak dapat
dipaparkan sebagai berikut.
Melalui Perda Provinsi DIY No. 7 tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Satuan
Polisi Pamong Praja Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah
dibentuk 8 Badan dan Rumah Sakit Grhasia. susunan organisasi
Rumah Sakit Grhasia adalah sebagai berikut:
a. Sekretariat, terdiri dari:
1. Subbagian Program, Data dan Teknologi Informasi;
92

2. Subbagian Keuangan;
3. Subbagian Umum;
b. Bidang Pelayanan Medik, terdiri dari:
1. Subbidang Fasilitasi Pelayanan Medis;
2. Subbidang Pengembangan Mutu Pelayanan Medik;
3. Subbidang Data dan Informasi Medik.
c. Bidang Keperawatan, terdiri dari:
1. Subbidang Fasilitasi Keperawatan;
2. Subbidang Pengembangan Mutu dan Pelayanan
Keperawatan.
d. Bidang Penunjang dan Sarana, terdiri dari:
1. Subbidang Sarana Penunjang Medik;
2. Subbidang Sarana Penunjang Non Medik;
3. Subbidang Penelitian dan Pengembangan.
e. Kelompok Jabatan Fungsional.

Menurut hasil wawancara, PP 41/2007 memberikan
peluang dalam kelembagaan yaitu pola maksimal dan pola
minimal; maka hal ini dapat menjadi dasar dalam
pengembangan kelembagaan di daerah. Selanjutnya kriteria
pengembangan diatur lebih lanjut dalam PP 38/2006 ttg
kewenangan lembaga daerah. Selama ini penentuan SKPD oleh
Biro Organisasi seharusnya sudah didasarkan pada beberapa
kriteria, antara lain: (a) beban kerja; (b) volume kerja; (c) analisa
jabatan; (d) resiko kerja. Kriteria yang digunakan untuk
menentukan SKPD jenis dan macam mempertimbangkan asas
keadilan. PP 41/2007 menurut daerah membelenggu kreasi
dalam pengembangan kelembagaan daerah. Studi kebutuhan
masyarakat terkait dengan kebutuhan masyarakat untuk
93

memenuhi pelayanan masyarakat juga harusnya menjadi
pertimbangan (wawancara dengan Biro Hukum Setda Provinsi
DIY, 28 September 2010).
Penyusunan susunan organisasi Rumah Sakit dapat
dirujuk ke dalam beberapa peraturan perundang-undangan
sebagai berikut. Dalam PP No. 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal 27 ayat (1) sampai
dengan (6) dinyatakan bahwa rumah sakit umum daerah kelas A
terdiri dari paling banyak 4 (empat) wakil direktur dan masing-
masing wakil direktur terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
bagian/bidang dan masing-masing bidang membawahkan
kelompok jabatan fungsional atau terdiri dari 2 (dua) seksi. Pada
wakil direktur yang membidangi administrasi umum terdiri dari
paling banyak 4 (empat) bagian dan bagian terdiri dari paling
banyak 3 (tiga) subbagian. Rumah sakit umum daerah kelas B
terdiri dari paling banyak 3 (tiga) wakil direktur, dan masing-
masing wakil direktur terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
bagian/bidang, masing-masing bagian terdiri dari paling banyak
3 (tiga) subbagian dan masing-masing bidang membawahkan
kelompok jabatan fungsional atau terdiri dari paling banyak 2
(dua) seksi. Rumah sakit umum daerah kelas C terdiri dari 1
(satu) bagian dan paling banyak 3 (tiga) bidang, bagian terdiri
dari paling banyak 3 (tiga) subbagian dan masing-masing bidang
membawahkan kelompok jabatan fungsional atau terdiri dari
paling banyak 2 (dua) seksi. Rumah sakit khusus daerah kelas A
terdiri dari 2 (dua) wakil direktur, masing-masing wakil
direktur terdiri dari paling banyak 3 (tiga) bagian/bidang,
masing-masing bagian terdiri dari 2 (dua) subbagian, dan
masing-masing bidang membawahkan kelompok jabatan
94

fungsional atau terdiri dari 2 (dua) seksi. Rumah sakit khusus
daerah kelas B terdiri dari 1 (satu) subbagian tata usaha dan
paling banyak 3 (tiga) seksi. Dalam Penjelasan atas PP No. 41
Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada Umum,
dinyatakan bahwa dalam implementasi penataan kelembagaan
perangkat daerah menerapkan prinsip-prinsip organisasi, antara
lain visi dan misi yang jelas. Dalam Penjelasan atas PP No. 41
Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal
33, dinyatakan bahwa untuk menentukan jumlah susunan
organisasi masing-masing perangkat daerah dilakukan
berdasarkan analisis jabatan. Dalam Permendagri No. 57 Tahun
2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat
Daerah, pada pasal 2, dinyatakan bahwa penataan organisasi
perangkat daerah dilakukan melalui analisis jabatan dan analisis
beban kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan
(Permendagri No. 4 Tahun 2005 tentang Analisis Jabatan dan
Permendagri No. 12 Tahun 2008 tentang Analisis Beban Kerja).


D. Lembaga Lain

1. Satuan Polisi Pamong Praja

Dari hasil data yang diperoleh dari berbagai pihak dapat
dipaparkan sebagai berikut.
Perda Provinsi DIY No. 7 tahun 2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong
Praja Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengatur mengenai
95

Satuan Polisi Pamong Praja. Satuan Polisi Pamong Praja adalah
perangkat pemerintah daerah dalam memelihara dan
menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum serta
menegakkan Peraturan Daerah dan Paraturan Kepala Daerah.
Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai tugas memelihara dan
menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum<
menegakkan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah.
Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai fungsi : 1) penyusunan
program dan pelaksanaan ketentraman dan ketertiban umum,
penegakkan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah; 2)
Pelaksanaan kebijakan pemeliharaan dan panyelenggaraan
ketentraman dan ketertiban umum didaaerah; 3) Palaksanaan
kebijakan penegakkan Peratuan Pemerintah Daerah dan
Peraturan Kepala Daerah; 4) Pelasanaan koordinasi
pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban
umum serta penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala
Daerah dengan aparat kepolisian negara, Penyidik Pegawai
Negeri Sipil (PPNS) dan atau aparatur lainnya; 5) Pengawasan
dan pembinaan terhadap masyarakat agar mematuhi dan menaati
Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah; 6) Pelaksanaan
pengamanan aset dan pengawalan Gubernur, Wakil Gubernur
dan tamu daerah; 7) Fasilitasi dan koordinasi penyelanggaraan
ketentraman dan ketertiban umum Pemerintah kabupaten/Kota;
8) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh gubernur sesuai
dangan tugas dan fungsinya. Susunan Organisasi Satuan Polisi
Pamong Praja, terdiri dari:
a. Subbagian Tata Usaha;
b. Seksi Pengawalan dan Pengamanan;
c. Seksi Penegakkan Perundang-undangan Daerah;
96

d. Seksi Pengendalian dan Operasional;
e. Kelompok Jabatan Fungional.

Menurut hasil wawancara, PP 41/2007 memberikan
peluang dalam kelembagaan yaitu pola maksimal dan pola
minimal; maka hal ini dapat menjadi dasar dalam
pengembangan kelembagaan di daerah. Selanjutnya kriteria
pengembangan diatur lebih lanjut dalam PP 38/2006 ttg
kewenangan lembaga daerah. Selama ini penentuan SKPD oleh
Biro Organisasi seharusnya sudah didasarkan pada beberapa
kriteria, antara lain: (a) beban kerja; (b) volume kerja; (c) analisa
jabatan; (d) resiko kerja. Kriteria yang digunakan untuk
menentukan SKPD jenis dan macam mempertimbangkan asas
keadilan. PP 41/2007 menurut daerah membelenggu kreasi
dalam pengembangan kelembagaan daerah. Studi kebutuhan
masyarakat terkait dengan kebutuhan masyarakat untuk
memenuhi pelayanan masyarakat juga harusnya menjadi
pertimbangan (wawancara dengan Biro Hukum Setda Provinsi
DIY, 28 September 2010).
Penyusunan Satuan Polisi Pamong Praja dapat dirujuk ke
dalam beberapa peraturan perundang-undangan sebagai berikut.
Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, pada Umum, dinyatakan bahwa
pembentukan lembaga lain dalam rangka melaksanakan
kebijakan Pemerintah, sebagai bagian dari perangkat daerah,
seperti sekretariat badan narkoba provinsi, kabupaten dan kota,
sekretariat komisi penyiaran. Dalam Penjelasan atas PP No. 41
Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal
45 ayat (1), dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan tugas
97

dan fungsi sebagai pelaksanaan peraturan perundang-undangan
adalah tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan selain
tugas dan fungsi perangkat daerah tetapi harus dilaksanakan
oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan perundang-
undangan, misalnya sekretariat komisi penyiaran, sekretariat
badan narkoba. Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada Umum, dinyatakan
bahwa pembentukan lembaga lain untuk mewadahi penanganan
tugas-tugas pemerintahan umum yang harus dilaksanakan oleh
pemerintah daerah, namun untuk pengendaliannya,
pembentukannya harus dengan persetujuan pemerintah atas usul
kepala daerah. Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada pasal 45 ayat (1),
dinyatakan bahwa Yang dimaksud dengan tugas pemerintahan
umum lainnya adalah penyelenggaraan tugas pemerintahan
yang perlu ditangani oleh pemerintah daerah sesuai dengan
karakteristik daerah, misalnya penanganan perbatasan, kerja
sama antardaerah. Dalam Permendagri No. 57 Tahun 2007
tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah,
pada B.1.b.4), dinyatakan bahwa organisasi dan tatakerja
Lembaga Lain harus mendapat persetujuan pemerintah.


E. Evaluasi Kelembagaan

Dari data wawancara didapatkan informasi bahwa sejauh
ini evaluasi kelembagaan belum dilakukan dengan baik.
Evaluasi kelembagaan ini menyangkut baik evaluasi terhadap
SOPD di provinsi sendiri maupun di kabupaten/kota. Terkait
98

dengan pengawasan Ranperda Kabupaten/Kota tentang Struktur
Organisasi Pemda Kabupaten/Kota, maka berdasarkan PP
41/2007. Terkait dengan Evaluasi Kelembagaan, realitasnya
terdapat kebijakan yang berbeda antara Mendagri dan Menpan.
Hal ini menyebabkan kreasi daerah dibatasi oleh peraturan
pusat. Misalnya: kreasi peningkatan pendapatan daerah dari
sektor pajak dan retribusi daerah, dalam pengaturannya lebih
lanjut di dalam perda dibatasi oleh UU 28/2009. misalnya:
Kabupaten Sleman akan mengembangkan SOTK atau lembaga
daerah (perda ttg kelembagaan desa) yang tidak sesuai dengan
PP 41/2007. ketidaksesuaian ini menyebabkan proses fasilitasi
menjadi berat, karena dalam kenyataannya ada keinginan Kab.
Sleman yang tidak bisa direkomendasikan untuk diatur lebih
lanjut di dalam perda. Pedoman yang digunakan oleh Biro
Hukum dalam memberikan fasilitasi terhadap produk hukum
kabupaten/kota di Prop. DIY adalah Pergub no. 69/2009 ttg
Mekanisme Pengawasan Produk Hukum Kabupaten dan Kota.
Pertimbangan-pertimbangan fasilitasi antara lain: (a) PP
41/2007; (b) kepentingan umum = menjadi kebutuhan
masyarakat ataukah tidak; dan (c) urusan pilihan (wawancara
dengan Biro Hukum Setda Provinsi DIY, 28 September 2010).
Biasanya permasalahan timbul pada saat implementasi,
yaitu dalam hal hubungan kerja dan koordinasi dengan lembaga
terkait baik dalam garis vertikal maupun horisontal.
Permasalahan yang muncul dapat disebabkan oleh faktor SDM
maupun faktor ketidaksesuaian desain penataan kelembagaan
SOPD dengan kebutuhan lapangan, misalnya dalam hal
melakukan perumpunan. Permasalahan pertama diatasi dengan
memberikan pemahaman dan memberikan diklat bagi SDM.
99

Permasalahan kedua diatasi dengan melakukan evaluasi per
tahun thd struktur organisasi SOPD, untuk selanjutnya
dilakukan perubahan dan penetapan perubahannya (wawancara
dengan Kabag Kelembagaan Biro Organisasi Setda Provinsi
DIY, Selasa, 7 September 2010).
Koordinasi antar biro organisasi dan bagian organisasi
kabupaten/kota dalam Forum Organisasi dilakukan setiap bulan.
Kegiatan lebih difokuskan untuk pendayagunaan aparatur
daerah. Fasilitasi dilakukan sesuai mekanisme dan prosedur
yang telah ditetapkan di dalam PP No. 41/2007. Misalnya
fasilitasi terhadap Raperda OPD Kab. Bantul, walaupun kab.
Bantul menolak hasil fasilitasi akan tetapi fasilitasi telah
dilakukan dan sampai sekarang belum ada hasilnya. Fasilitasi
Propinsi terhadap daerah kabupaten atau kota dilakukan sesuai
dengan ketentuan untuk mengklarifikasi dalam penerapan
koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplikasi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan. Propinsi DIY
mengalami kesulitan pada saat menetapkan penataan
kelembagaan dan fasilitasi dikarenakan belum memiliki
pedoman yang komprehensif yang memadukan antara unsur
normatif dan unsur sosiologis (kebutuhan daerah). Seringkali
fasilitasi Propinsi dipertanyakan keberadaannya, dikarenakan
fasilitasi yang dilakukan bersifat sangat normatif. Pedoman
penyusunan dan evaluasi kelembagaan daerah sangat penting
untuk segera disusun, supaya ke depan pedoman dapat
digunakan untuk melakukan penataan dan fasilitasi. Pedoman
dapat disusun berdasarkan pada Peraturan dan kebutuhan
masyarakat (menjadi dua hal yang penting sebagai pertimbangan
dalam penataan kelembagaan SOPD), sehingga akan terlembaga
100

kelembagaan daerah yang ideal (wawancara dengan Kabag
Kelembagaan Biro Organisasi Setda Provinsi DIY, Selasa, 7
September 2010).
Evaluasi kelembagaan dapat dirujuk ke dalam beberapa
peraturan perundangan sebagai berikut. Dalam Penjelasan atas
PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,
pada Umum, dalam Permendagri No. 57 Tahun 2007 tentang
Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah, pada
huruf A Pendahuluan, dinyatakan bahwa organisasi perangkat
daerah yang diarahkan untuk terciptanya organisasi yang efisien
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah masing-
masing.
Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, pada Umum, dalam Permendagri
No. 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan
Organisasi Perangkat Daerah, pada huruf A Pendahuluan,
dinyatakan bahwa organisasi perangkat daerah yang diarahkan
untuk terciptanya organisasi yang efektif sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan daerah masing-masing.
Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, pada Umum, dalam Permendagri
No. 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan
Organisasi Perangkat Daerah, pada huruf A Pendahuluan,
dinyatakan bahwa organisasi perangkat daerah yang diarahkan
untuk terciptanya organisasi yang rasional sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan daerah masing-masing.
Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, pada Umum, dan dalam
Permendagri No. 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis
101

Penataan Organisasi Perangkat Daerah, pada huruf A
Pendahuluan, dinyatakan bahwa adanya koordinasi. Dalam
Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah, pada pasal 39 ayat (1), dinyatakan bahwa
yang dimaksud dengan koordinasi adalah peran serta para
pemangku kepentingan dalam menata organisasi perangkat
daerah sesuai dengan lingkup kewenangannya, baik lintas sektor
maupun antarstrata pemerintahan. Dalam Permendagri No. 57
Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi
Perangkat Daerah, pada huruf A Pendahuluan, dinyatakan
bahwa melalui pengendalian ini, masing-masing pemerintah
daerah taat asas dan taat norma dalam penataan kelembagaan
perangkat daerah, yang dilaksanakan melalui fasilitasi.
Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, pada Umum, dan dalam
Permendagri No. 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis
Penataan Organisasi Perangkat Daerah, pada huruf A
Pendahuluan, dinyatakan bahwa adanya integrasi. Dalam
Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah, pada pasal 39 ayat (1), dinyatakan bahwa
yang dimaksud dengan integrasi adalah penyelenggaraan
fungsi-fungsi pemerintahan daerah yang dilaksanakan secara
terpadu dalam suatu organisasi perangkat daerah. Permendagri
No. 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan
Organisasi Perangkat Daerah, pada huruf A Pendahuluan,
dinyatakan bahwa melalui pengendalian ini, masing-masing
pemerintah daerah taat asas dan taat norma dalam penataan
kelembagaan perangkat daerah, yang dilaksanakan melalui
fasilitasi.
102

Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, pada Umum, dan dalam
Permendagri No. 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis
Penataan Organisasi Perangkat Daerah, pada huruf A
Pendahuluan, dinyatakan bahwa adanya sinkronisasi . Dalam
Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah, pada pasal 39 ayat (1), dinyatakan bahwa
yang dimaksud dengan sinkronisasi adalah konsistensi dalam
penataan organisasi perangkat daerah sesuai dengan norma,
prinsip, dan standar yang berlaku. Permendagri No. 57 Tahun
2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat
Daerah, pada huruf A Pendahuluan, dinyatakan bahwa melalui
pengendalian ini, masing-masing pemerintah daerah taat asas
dan taat norma dalam penataan kelembagaan perangkat daerah,
yang dilaksanakan melalui fasilitasi.
Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, pada Umum, dan dalam
Permendagri No. 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis
Penataan Organisasi Perangkat Daerah, pada huruf A
Pendahuluan, dinyatakan bahwa adanya simplifikasi. Dalam
Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah, pada pasal 39 ayat (1), dinyatakan bahwa
yang dimaksud dengan simplifikasi adalah penyederhanaan
penataan organisasi perangkat daerah yang efisien, efektif,
rasional, dan proporsional. Permendagri No. 57 Tahun 2007
tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah,
pada huruf A Pendahuluan, dinyatakan bahwa melalui
pengendalian ini, masing-masing pemerintah daerah taat asas
103

dan taat norma dalam penataan kelembagaan perangkat daerah,
yang dilaksanakan melalui fasilitasi.
Dalam Penjelasan atas PP No. 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, pada Umum, dan dalam
Permendagri No. 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis
Penataan Organisasi Perangkat Daerah, pada huruf A
Pendahuluan, dinyatakan bahwa adanya komunikasi
kelembagaan antara pusat dan daerah. Permendagri No. 57
Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi
Perangkat Daerah, pada huruf A Pendahuluan, dinyatakan
bahwa melalui pengendalian ini, masing-masing pemerintah
daerah taat asas dan taat norma dalam penataan kelembagaan
perangkat daerah, yang dilaksanakan melalui fasilitasi.
















104


BAB IV
PEDOMAN PENYUSUNAN
SATUAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH

A. Kedudukan, Tugas dan Fungsi

Kedudukan, tugas dan fungsi masing-masing SOPD telah
ditentukan oleh Pemerintah.

A.1. Sekretariat Daerah

Kedudukan Sekretariat Daerah disusun dengan kriteria:
sebagai unsur staf administrasi pimpinan.
Tugas Sekretariat Daerah disusun dengan kriteria:
membantu gubernur melaksanakan tugas administratif
manajerial, staf, dan pemerintahan umum.
Fungsi Sekretariat Daerah disusun dengan kriteria:
a. fungsi manajerial, yakni: penyusunan kebijakan
pemerintahan daerah; pengkoordinasian pelaksanaan tugas
dinas daerah dan lembaga teknis daerah; pemantauan dan
evaluasi pelaksanaan kebijakan pemerintahan daerah; dan
pembinaan administrasi dan aparatur pemerintahan daerah;
b. fungsi staf, seperti bidang hukum dan perundang-undangan,
organisasi dan tatalaksana, hubungan masyarakat, protokol,
dan pelayanan administratif;
c. fungsi pemerintahan umum lainnya antara lain bidang
penanganan perbatasan dan administrasi kerja sama luar
negeri, yang termasuk sebagai bagian dari urusan
105

pemerintahan, dan tidak termasuk fungsi dinas maupun
lembaga teknis daerah.

A.2. Sekretariat DPRD

Kedudukan Sekretariat DPRD disusun dengan kriteria:
sebagai unsur staf pelayanan.
Tugas Sekretariat DPRD disusun dengan kriteria:
membantu DPRD menyelenggarakan administrasi dan dukungan
lainnya.
Fungsi Sekretariat DPRD disusun dengan kriteria:
a. fungsi penyelenggaraan administrasi kesekretariatan DPRD;
b. fungsi penyelenggaraan administrasi keuangan DPRD;
c. fungsi penyelenggaraan rapatrapat DPRD;
d. fungsi penyediaan dan pengoordinasian tenaga ahli yang
diperlukan oleh DPRD.

A.3. Inspektorat

Kedudukan Inspektorat disusun dengan kriteria: sebagai
unsur pengawas.
Tugas Inspektorat disusun dengan kriteria: membantu
gubernur melakukan pengawasan dan pembinaan
penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Fungsi Inspektorat disusun dengan kriteria:
a. fungsi perencanaan program pengawasan;
b. fungsi perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan;
c. fungsi pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian
tugas pengawasan;
106

d. fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan urusan
pemerintahan di daerah provinsi;
e. fungsi pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah
kabupaten/kota;
f. fungsi pembinaan atas pelaksanaan urusan pemerintahan di
daerah kabupaten/kota.

A.4. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

Kedudukan Bappeda disusun dengan kriteria: sebagai
unsur perencana.

Tugas Bappeda disusun dengan kriteria: membantu
gubernur melaksanakan perencanaan pembangunan daerah.

Fungsi Bappeda disusun dengan kriteria:
a. fungsi perumusan kebijakan teknis perencanaan;
b. fungsi pengkoordinasian penyusunan perencanaan
pembangunan;
c. fungsi koordinasi penyusunan rencana yang memuat visi,
misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan masing-masing satuan kerja perangkat daerah;
d. fungsi pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang
perencanaan pembangunan daerah.

A.5. Dinas Daerah

Kedudukan Dinas Daerah disusun dengan kriteria:
sebagai unsur pelaksana urusan daerah.
107


Tugas Dinas Daerah disusun dengan kriteria: membantu
gubernur melaksanakan urusan pemerintahan daerah
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Fungsi Dinas Daerah disusun dengan kriteria:
a. fungsi perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup
tugasnya;
b. fungsi penyelenggaraan urusan pemerintahan sesuai dengan
ruang lingkup dan kewenangan berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
c. fungsi penyelenggaraan pelayanan umum sesuai dengan
lingkup tugasnya;
d. fungsi pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan
lingkup tugasnya;
e. fungsi pelaksanaan kegiatan teknis yang secara langsung
berhubungan dengan pelayanan masyarakat oleh unit
pelaksana teknis dinas;
f. fungsi pelaksanaan kegiatan teknis penunjang untuk
mendukung pelaksanaan tugas organisasi induknya oleh unit
pelaksana teknis dinas.






108

A.6. Lembaga Teknis Daerah

A.6.1. Badan

Kedudukan Badan disusun dengan kriteria: sebagai
unsur pendukung tugas kepala daerah.

Tugas Badan disusun dengan kriteria: membantu gubernur
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah
yang bersifat spesifik.

Fungsi Badan disusun dengan kriteria:
a. fungsi perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup
tugasnya;
b. fungsi pemberian dukungan atas penyelenggaraan
pemerintahan daerah sesuai dengan lingkup tugasnya;
c. fungsi pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan
lingkup tugasnya;
d. fungsi pelaksanaan kegiatan teknis yang secara langsung
berhubungan dengan pelayanan masyarakat oleh unit
pelaksana teknis badan;
e. fungsi pelaksanaan kegiatan teknis penunjang untuk
mendukung pelaksanaan tugas organisasi induknya oleh unit
pelaksana teknis badan.

A.6.2. Kantor

Kedudukan Kantor disusun dengan kriteria: sebagai
unsur pendukung tugas kepala daerah.
109


Tugas Kantor disusun dengan kriteria: membantu
gubernur melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
daerah yang bersifat spesifik.

Fungsi Kantor disusun dengan kriteria:
a. fungsi perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup
tugasnya;
b. fungsi pemberian dukungan atas penyelenggaraan
pemerintahan daerah sesuai dengan lingkup tugasnya;
c. fungsi pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan
lingkup tugasnya.

A.6.3. Rumah Sakit

Kedudukan Rumah Sakit disusun dengan kriteria:
sebagai unsur pendukung tugas kepala daerah.

Tugas Rumah Sakit disusun dengan kriteria: membantu
gubernur melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
daerah yang bersifat spesifik.

Fungsi Rumah Sakit disusun dengan kriteria:
a. fungsi perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup
tugasnya;
b. fungsi pemberian dukungan atas penyelenggaraan
pemerintahan daerah sesuai dengan lingkup tugasnya;
c. fungsi pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan
lingkup tugasnya.
110


B. Besaran dan Susunan Organisasi

B.1. Sekretariat Daerah

Besaran dan susunan organisasi Sekretariat Daerah
disusun dengan kriteria:
a. Faktor cakupan tugas dan fungsi yang meliputi sasaran tugas
dan fungsi yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya
tugas dan fungsi;
b. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah;
c. Urusan pemerintahan yang bersifat pilihan yang hanya dapat
diselenggarakan oleh daerah yang memiliki potensi unggulan
dan kekhasan daerah, yang dapat dikembangkan dalam
rangka pengembangan otonomi daerah;
d. Faktor potensi dan karakteristik daerah yang bertalian dengan
urusan yang akan ditangani;
e. Visi dan misi daerah;
f. Vaktor kebutuhan daerah;
g. Sarana dan prasarana penunjang tugas;
h. Besaran organisasi Sekretariat Daerah dibatasi dengan
perhitungan variabel: jumlah penduduk; luas wilayah; dan
jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Besaran organisasi perangkat daerah dengan nilai kurang dari
40 (empat puluh) terdiri dari: sekretariat daerah, terdiri dari
paling banyak 3 (tiga) asisten. Besaran organisasi perangkat
daerah dengan nilai antara 40 (empat puluh) sampai dengan
70 (tujuh puluh) terdiri dari: sekretariat daerah, terdiri dari
paling banyak 3 (tiga) asisten. Besaran organisasi perangkat
111

daerah dengan nilai lebih dari 70 (tujuh puluh) terdiri dari:
sekretariat daerah, terdiri dari paling banyak 4 (empat)
asisten;
i. Susunan organisasi Sekretariat Daerah terdiri dari asisten,
dan masing-masing asisten terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
biro, dan masing-masing biro terdiri dari paling banyak 4
(empat) bagian, dan masing-masing bagian terdiri dari paling
banyak 3 (tiga) subbagian.

Langkah-langkah penyusunan besaran dan susunan
organisasi Sekretariat Daerah adalah sebagai berikut:

(1) Melakukan analisis jabatan.
Mengenai analisis jabatan dapat dilihat dalam
Permendagri No. 4 Tahun 2005.
Dari analisis jabatan dihasilkan informasi berupa
identifikasi perincian fungsi/urusan/pekerjaan.
Identifikasi perincian fungsi/urusan/pekerjaan bersumber
dari urusan wajib, urusan berdasar peraturan
perundangan, urusan pilihan, urusan kekhasan daerah,
urusan sisa, urusan lain-lain.








112


Form 1: Perincian fungsi/urusan/pekerjaan

No Jenis
Fungsi/Urusan/ Pekerjaan
Fungsi/Urusan/ Pekerjaan
1 Urusan Wajib (1)
(2)
(3)




2 Urusan Berdasar Peraturan
Perundangan
(1)
(2)
(3)




3 Urusan Pilihan (1)
(2)
(3)




4 Urusan Kekhasan Daerah (1)
(2)
(3)




5 Urusan Sisa (1)
(2)
(3)




6 Urusan Lain-lain (1)
(2)
(3)







(2) Melakukan analisis kebutuhan pemangku kepentingan
(need assessment of stakeholders).
Analisis ini dilakukan dengan cara mengadakan survei
kepada stakeholders (instansi-instansi pemerintah
provinsi, DPRD provinsi, perguruan tinggi, organisasi-
113

organisasi sosial dan politik, dan organisasi-organisasi
kemasyarakatan).
Analisis ini didasarkan pada hasil analisis jabatan (Form
1)
Dari analisis ini dihasilkan informasi berupa urutan
prioritas fungsi/urusan/pekerjaan berdasarkan
kepentingan publik.

Form 2: Instrumen analisis kebutuhan pemangku kepentingan


No

Fungsi/Urusan/Pekerja
an
Penilaian Stakholders
Sangat
Tidak
Penting
Tidak
Penting
Agak
Penting
Penting Sangat
Penting
(1)
(2)
(3)


















Setelah data survei stakeholders ini terkumpul, kemudian
diolah secara statistik, dan dihasilkan urutan prioritas
fungsi/urusan/pekerjaan berdasarkan kepentingan publik.





114


Form 3: Urutan prioritas fungsi/urusan/pekerjaan berdasarkan kepentingan publik

No Urutan Prioritas Fungsi/Urusan/Pekerjaan Berdasarkan Kepentingan
Publik
1
2
3




















(3) Melakukan analisis beban kerja.
Mengenai analisis beban kerja dapat dilihat dalam
Permendagri No. 12 Tahun 2008.
Jumlah fungsi/urusan/pekerjaan berdasar urutan
prioritas menurut kepentingan publik (Form 3)
merupakan volume kerja.
Jumlah ideal Subbagian, Bagian, Biro, dan Asisten
ditentukan dari beban kerja ideal bagi masing-masing
unit kerja itu. Beban kerja adalah besaran/jumlah
fungsi/urusan/pekerjaan bagi suatu unit kerja yang
merupakan hasil kali antara volume kerja dengan norma
waktu.

Dari analisis ini dihasilkan jumlah besaran dan susunan
organisasi yang ideal.

115

Form 4: Besaran dan susunan organisasi yang ideal yang didasarkan pada urutan
prioritas fungsi/urusan/pekerjaan berdasarkan kepentingan publik





No Urutan Prioritas
Fungsi/Urusan/Pe
kerjaan
Berdasarkan
Kepentingan
Publik
Kategorisas
i
Fungsi/Uru
san/Pekerja
an ke dalam
Subbagian-
subbagian
Kategorisasi
Fungsi/Urusa
n/Pekerjaan
ke dalam
Bagian-
bagian
Kategorisasi
Fungsi/Urusa
n/Pekerjaan
ke dalam
Biro-biro
Kategorisas
i
Fungsi/Uru
san/Pekerja
an ke dalam
Asisten-
asisten
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

























(4) Mempertimbangkan aturan pembatasan besaran dan
susunan organisasi dari Pemerintah.
Besaran organisasi Sekretariat Daerah dibatasi dengan
perhitungan variabel: jumlah penduduk; luas wilayah;
dan jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD). Besaran organisasi perangkat daerah dengan
116

nilai kurang dari 40 (empat puluh) terdiri dari: sekretariat
daerah, terdiri dari paling banyak 3 (tiga) asisten.
Besaran organisasi perangkat daerah dengan nilai antara
40 (empat puluh) sampai dengan 70 (tujuh puluh) terdiri
dari: sekretariat daerah, terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
asisten. Besaran organisasi perangkat daerah dengan
nilai lebih dari 70 (tujuh puluh) terdiri dari: sekretariat
daerah, terdiri dari paling banyak 4 (empat) asisten.
Susunan organisasi Sekretariat Daerah terdiri dari
asisten, dan masing-masing asisten terdiri dari paling
banyak 3 (tiga) biro, dan masing-masing biro terdiri dari
paling banyak 4 (empat) bagian, dan masing-masing
bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) subbagian.

(5) Apabila jumlah besaran dan susunan organisasi yang
ideal melebihi jumlah besaran dan susunan organisasi
sebagaimana telah ditentukan oleh Pemerintah, maka
dilakukan penyesuaian.
Penyesuaian dilakukan dengan cara mengelompokkan
fungsi/urusan/pekerjaan yang telah diurutkan menurut
perspektif kepentingan publik di atas ke dalam kelompok
fungsi/urusan/pekerjaan yang sejenis.

(6) Menetapkan usulan final besaran dan susunan organisasi
Sekretariat Daerah.




117



Form 5: Usulan final besaran dan susunan organisasi Sekretariat Daerah

SOPD Besaran
Organisasi
Susunan Organisasi
Asisten Biro Bagian Subbagian
Sekretariat
Daerah





















B.2. Sekretariat DPRD

Besaran dan susunan organisasi Sekretariat DPRD
disusun dengan kriteria:
a. Faktor cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus
diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas;
b. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah;
c. Urusan pemerintahan yang bersifat pilihan yang hanya dapat
diselenggarakan oleh daerah yang memiliki potensi unggulan
dan kekhasan daerah, yang dapat dikembangkan dalam
rangka pengembangan otonomi daerah;
d. Faktor potensi dan karakteristik daerah yang bertalian dengan
urusan yang akan ditangani;
e. Faktor kebutuhan daerah;
f. Visi dan misi daerah;
118

g. Sarana dan prasarana penunjang tugas;
j. Besaran organisasi Sekretariat DPRD didasarkan pada
perhitungan variabel: jumlah penduduk; luas wilayah; dan
jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Besaran organisasi perangkat daerah dengan nilai kurang dari
40 (empat puluh) hanya disebut sekretariat DPRD. Besaran
organisasi perangkat daerah dengan nilai antara 40 (empat
puluh) sampai dengan 70 (tujuh puluh) hanya disebut
sekretariat DPRD. Besaran organisasi perangkat daerah
dengan nilai lebih dari 70 (tujuh puluh) hanya disebut
sekretariat DPRD;
k. Susunan organisasi Sekretariat DPRD yang ditentukan oleh
Pemerintah terdiri dari paling banyak 4 (empat) bagian, dan
masing-masing bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
subbagian.

Langkah-langkah penyusunan besaran dan susunan
organisasi Sekretariat DPRD adalah sebagai berikut:

(1) Melakukan analisis jabatan.
Mengenai analisis jabatan dapat dilihat dalam
Permendagri No. 4 Tahun 2005.
Dari analisis jabatan dihasilkan informasi berupa
identifikasi perincian fungsi/urusan/pekerjaan.
Identifikasi perincian fungsi/urusan/pekerjaan bersumber
dari urusan wajib, urusan berdasar peraturan
perundangan, urusan pilihan, urusan kekhasan daerah,
urusan sisa, urusan lain-lain.

119


Form 6: Perincian fungsi/urusan/pekerjaan

No Jenis
Fungsi/Urusan/ Pekerjaan
Fungsi/Urusan/ Pekerjaan
1 Urusan Wajib (1)
(2)
(3)




2 Urusan Berdasar Peraturan
Perundangan
(1)
(2)
(3)




3 Urusan Pilihan (1)
(2)
(3)




4 Urusan Kekhasan Daerah (1)
(2)
(3)




5 Urusan Sisa (1)
(2)
(3)




6 Urusan Lain-lain (1)
(2)
(3)






(2) Melakukan analisis kebutuhan pemangku kepentingan
(need assessment of stakeholders).
Analisis ini dilakukan dengan cara mengadakan survei
kepada stakeholders (instansi-instansi pemerintah
provinsi, DPRD provinsi, perguruan tinggi, organisasi-
120

organisasi sosial dan politik, dan organisasi-organisasi
kemasyarakatan).
Analisis ini didasarkan pada hasil analisis jabatan (Form
6)
Dari analisis ini dihasilkan informasi berupa urutan
prioritas fungsi/urusan/pekerjaan berdasarkan
kepentingan publik.

Form 7: Instrumen analisis kebutuhan pemangku kepentingan


No

Fungsi/Urusan/Peke
rjaan
Penilaian Stakholders
Sangat
Tidak
Penting
Tidak
Penting
Agak
Penting
Penting Sangat
Penting
(1)
(2)
(3)

















Setelah data survei stakeholders ini terkumpul, kemudian
diolah secara statistik, dan dihasilkan urutan prioritas
fungsi/urusan/pekerjaan berdasarkan kepentingan publik.






121

Form 8: Urutan prioritas fungsi/urusan/pekerjaan berdasarkan kepentingan publik

No Urutan Prioritas Fungsi/Urusan/Pekerjaan Berdasarkan Kepentingan
Publik
1
2
3




















(3) Melakukan analisis beban kerja.
Mengenai analisis beban kerja dapat dilihat dalam
Permendagri No. 12 Tahun 2008.
Jumlah fungsi/urusan/pekerjaan berdasar urutan
prioritas menurut kepentingan publik (Form 8)
merupakan volume kerja.
Jumlah ideal Subbagian dan Bagian ditentukan dari
beban kerja ideal bagi masing-masing unit kerja itu.
Beban kerja adalah besaran/jumlah
fungsi/urusan/pekerjaan bagi suatu unit kerja yang
merupakan hasil kali antara volume kerja dengan norma
waktu.
Besaran organisasi Sekretariat DPRD tidak ada (tidak
ditentukan oleh Pemerintah).
Dari analisis ini dihasilkan jumlah susunan organisasi
yang ideal.
122


Form 9: susunan organisasi yang ideal yang didasarkan pada urutan prioritas
fungsi/urusan/pekerjaan berdasarkan kepentingan publik

No Urutan Prioritas
Fungsi/Urusan/Pekerjaan
Berdasarkan Kepentingan
Publik
Kategorisasi
Fungsi/Urusan/Pekerjaan
ke dalam Subbagian-
subbagian
Kategorisasi
Fungsi/Urusan/Pekerjaan
ke dalam Bagian-bagian
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10











(4) Mempertimbangkan aturan pembatasan susunan
organisasi dari Pemerintah.
Susunan organisasi Sekretariat DPRD yang ditentukan
oleh Pemerintah terdiri dari paling banyak 4 (empat)
bagian, dan masing-masing bagian terdiri dari paling
banyak 3 (tiga) subbagian.
(5) Apabila jumlah susunan organisasi yang ideal melebihi
jumlah besaran dan susunan organisasi sebagaimana
telah ditentukan oleh Pemerintah, maka dilakukan
penyesuaian.
Penyesuaian dilakukan dengan cara mengelompokkan
fungsi/urusan/pekerjaan yang telah diurutkan menurut
perspektif kepentingan publik di atas ke dalam kelompok
fungsi/urusan/pekerjaan yang sejenis.

123

(6) Menetapkan usulan final besaran dan susunan organisasi
Sekretariat DPRD.

Form 10: Usulan final susunan organisasi Sekretariat DPRD

SOPD Susunan Organisasi
Bagian Subbagian
Sekretariat
DPRD























B.3. Dinas Daerah

Besaran dan susunan organisasi Dinas Daerah disusun
dengan kriteria:
a. Faktor cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus
diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas;
b. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah;
c. Perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas, yang
terdiri dari: bidang pendidikan, pemuda dan olahraga; bidang
kesehatan; bidang sosial, tenaga kerja dan transmigrasi;
bidang perhubungan, komunikasi dan informatika; bidang
kependudukan dan catatan sipil; bidang kebudayaan dan
pariwisata; bidang pekerjaan umum yang meliputi bina
124

marga, pengairan, cipta karya dan tata ruang; bidang
perekonomian yang meliputi koperasi dan usaha mikro, kecil
dan menengah, industri dan perdagangan; bidang pelayanan
pertanahan; bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan,
peternakan, perikanan darat, kelautan dan perikanan,
perkebunan dan kehutanan; bidang pertambangan dan energi;
dan bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset;
d. Urusan pemerintahan yang bersifat pilihan yang hanya dapat
diselenggarakan oleh daerah yang memiliki potensi unggulan
dan kekhasan daerah, yang dapat dikembangkan dalam
rangka pengembangan otonomi daerah;
h. Faktor kebutuhan daerah;
i. Faktor potensi dan karakteristik daerah yang bertalian dengan
urusan yang akan ditangani;
j. Sarana dan prasarana penunjang tugas;
k. Visi dan misi daerah;
l. Besaran organisasi Dinas Daerah didasarkan pada
perhitungan variabel: jumlah penduduk; luas wilayah; dan
jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Besaran organisasi perangkat daerah dengan nilai kurang dari
40 (empat puluh) terdiri dari: dinas paling banyak 12 (dua
belas). Besaran organisasi perangkat daerah dengan nilai
antara 40 (empat puluh) sampai dengan 70 (tujuh puluh)
terdiri dari: dinas paling banyak 15 (lima belas). Besaran
organisasi perangkat daerah dengan nilai lebih dari 70 (tujuh
puluh) terdiri dari dinas paling banyak 18 (delapan belas);
m. Susunan organisasi Dinas Daerah yang ditentukan oleh
Pemerintah terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak
4 (empat) bidang, sekretariat terdiri dari 3 (tiga) subbagian,
125

dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
seksi;
n. unit pelaksana teknis dinas dapat dibentuk untuk
melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan
sebagian kegiatan teknis penunjang yang mempunyai wilayah
kerja satu atau beberapa daerah kabupaten/kota; susunan
organisasi unit pelaksana teknis pada dinas terdiri dari 1
(satu) subbagian tata usaha dan kelompok jabatan fungsional.
Unit pelaksana teknis dinas yang belum terdapat jabatan
fungsional dapat dibentuk paling banyak 2 (dua) seksi
o. perangkat daerah yang menangani fungsi keuangan,
mengingat tugas dan fungsinya merupakan amanat peraturan
perundang-undangan, maka perangkat daerah tersebut tidak
mengurangi jumlah perangkat daerah yang ditetapkan dalam
peraturan pemerintah;

Langkah-langkah penyusunan besaran dan susunan
organisasi Dinas Daerah adalah sebagai berikut:

(1) Melakukan analisis jabatan.
Mengenai analisis jabatan dapat dilihat dalam
Permendagri No. 4 Tahun 2005.
Dari analisis jabatan dihasilkan informasi berupa
identifikasi perincian fungsi/urusan/pekerjaan.
Identifikasi perincian fungsi/urusan/pekerjaan bersumber
dari urusan wajib, urusan pilihan, urusan kekhasan
daerah, urusan lain-lain.


126


Form 11: Perincian fungsi/urusan/pekerjaan

No Jenis
Fungsi/Urusan/ Pekerjaan
Fungsi/Urusan/ Pekerjaan
1 Urusan Wajib (1)
(2)
(3)




2 Urusan Pilihan (1)
(2)
(3)




3 Urusan Kekhasan Daerah (1)
(2)
(3)




4 Urusan Lain-lain (1)
(2)
(3)






(2) Melakukan analisis kebutuhan pemangku kepentingan
(need assessment of stakeholders).
Analisis ini dilakukan dengan cara mengadakan survei
kepada stakeholders (instansi-instansi pemerintah
provinsi, DPRD provinsi, perguruan tinggi, organisasi-
organisasi sosial dan politik, dan organisasi-organisasi
kemasyarakatan).
Analisis ini didasarkan pada hasil analisis jabatan (Form
11)
Dari analisis ini dihasilkan informasi berupa urutan
prioritas fungsi/urusan/pekerjaan berdasarkan
kepentingan publik.

127

Form 12: Instrumen analisis kebutuhan pemangku kepentingan


No

Fungsi/Urusan/Peke
rjaan
Penilaian Stakholders
Sangat
Tidak
Penting
Tidak
Penting
Agak
Penting
Penting Sangat
Penting
(1)
(2)
(3)
















Setelah data survei stakeholders ini terkumpul, kemudian
diolah secara statistik, dan dihasilkan urutan prioritas
fungsi/urusan/pekerjaan berdasarkan kepentingan publik.

Form 13: Urutan prioritas fungsi/urusan/pekerjaan berdasarkan kepentingan publik

No Urutan Prioritas Fungsi/Urusan/Pekerjaan Berdasarkan Kepentingan
Publik
1
2
3





















128


(3) Melakukan analisis beban kerja.
Mengenai analisis beban kerja dapat dilihat dalam
Permendagri No. 12 Tahun 2008.
Jumlah fungsi/urusan/pekerjaan berdasar urutan
prioritas menurut kepentingan publik (Form 13)
merupakan volume kerja.
Jumlah ideal Subbagian, Bagian, Biro, dan Asisten
ditentukan dari beban kerja ideal bagi masing-masing
unit kerja itu. Beban kerja adalah besaran/jumlah
fungsi/urusan/pekerjaan bagi suatu unit kerja yang
merupakan hasil kali antara volume kerja dengan norma
waktu.

Dari analisis ini dihasilkan jumlah besaran dan susunan
organisasi yang ideal.

Form 14: Besaran dan susunan organisasi yang ideal yang didasarkan pada urutan
prioritas fungsi/urusan/pekerjaan berdasarkan kepentingan publik


No Urutan Prioritas
Fungsi/Urusan/Pekerj
aan Berdasarkan
Kepentingan Publik
Kategorisas
i
Fungsi/Uru
san/Pekerja
an ke dalam
Subbagian-
subbagian
TU
Katego
risasi
Fungsi/
Urusan
/Pekerj
aan ke
dalam
Seksi-
seksi
Kategorisas
i
Fungsi/Uru
san/Pekerja
an ke dalam
Bidang-
bidang
Kategorisas
i
Fungsi/Uru
san/Pekerja
an ke dalam
Dinas-dinas
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10






129




(4) Mempertimbangkan aturan pembatasan besaran dan
susunan organisasi dari Pemerintah.
Besaran organisasi Dinas Daerah didasarkan pada
perhitungan variabel: jumlah penduduk; luas wilayah;
dan jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD). Besaran organisasi perangkat daerah dengan
nilai kurang dari 40 (empat puluh) terdiri dari: dinas
paling banyak 12 (dua belas). Besaran organisasi
perangkat daerah dengan nilai antara 40 (empat puluh)
sampai dengan 70 (tujuh puluh) terdiri dari: dinas
paling banyak 15 (lima belas). Besaran organisasi
perangkat daerah dengan nilai lebih dari 70 (tujuh puluh)
terdiri dari dinas paling banyak 18 (delapan belas);
Susunan organisasi Dinas Daerah yang ditentukan oleh
Pemerintah terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling
banyak 4 (empat) bidang, sekretariat terdiri dari 3 (tiga)
subbagian, dan masing-masing bidang terdiri dari paling
banyak 3 (tiga) seksi;

(5) Apabila jumlah besaran dan susunan organisasi yang
ideal melebihi jumlah besaran dan susunan organisasi
sebagaimana telah ditentukan oleh Pemerintah, maka
dilakukan penyesuaian.
Penyesuaian dilakukan dengan cara mengelompokkan
fungsi/urusan/pekerjaan yang telah diurutkan menurut
perspektif kepentingan publik di atas ke dalam kelompok
fungsi/urusan/pekerjaan yang sejenis.

130

(6) Menetapkan usulan final besaran dan susunan organisasi
Dinas Daerah.

Form 15: Usulan final besaran dan susunan organisasi Dinas Daerah

SOPD Besaran
Organisasi
Susunan Organisasi
Dinas Bidang Seksi Subbagian TU
Sekretariat
Daerah



















B.4. Lembaga Teknis Daerah (Badan, Kantor, Rumah Sakit)

Besaran dan susunan organisasi Badan/Kantor/Rumah
Sakit disusun dengan kriteria:
a. Faktor cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus
diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas;
b. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah;
c. Urusan pemerintahan yang bersifat pilihan yang hanya dapat
diselenggarakan oleh daerah yang memiliki potensi unggulan
dan kekhasan daerah, yang dapat dikembangkan dalam
rangka pengembangan otonomi daerah;
d. Perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk badan,
kantor, inspektorat, dan rumah sakit, terdiri dari: bidang
perencanaan pembangunan dan statistik; bidang penelitian
dan pengembangan; bidang kesatuan bangsa, politik dan
131

perlindungan masyarakat bidang lingkungan hidup; bidang
ketahanan pangan; bidang penanaman modal; bidang
perpustakaan, arsip, dan dokumentasi; bidang pemberdayaan
masyarakat dan pemerintahan desa; bidang pemberdayaan
perempuan dan keluarga berencana; bidang kepegawaian,
pendidikan dan pelatihan; bidang pengawasan; dan bidang
pelayanan kesehatan;
e. Faktor kebutuhan daerah;
f. Faktor potensi dan karakteristik daerah yang bertalian dengan
urusan yang akan ditangani;
g. Sarana dan prasarana penunjang tugas;
h. Visi dan misi daerah;
i. Besaran organisasi LTD ditentukan berdasarkan perhitungan
variabel: jumlah penduduk; luas wilayah; dan jumlah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Besaran
organisasi perangkat daerah dengan nilai kurang dari 40
(empat puluh) terdiri dari: lembaga teknis daerah paling
banyak 8 (delapan). Besaran organisasi perangkat daerah
dengan nilai antara 40 (empat puluh) sampai dengan 70
(tujuh puluh) terdiri dari: lembaga teknis daerah paling
banyak 10 (sepuluh). Besaran organisasi perangkat daerah
dengan nilai lebih dari 70 (tujuh puluh) terdiri dari lembaga
teknis daerah paling banyak 12 (dua belas);
j. Susunan organisasi badan yang ditentukan oleh Pemerintah
terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat)
bidang, sekretariat terdiri dari 3 (tiga) subbagian, dan masing-
masing bidang terdiri dari 2 (dua) subbidang atau kelompok
jabatan fungsional;
132

k. Unit pelaksana teknis badan dapat dibentuk untuk
melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan
sebagian kegiatan teknis penunjang yang mempunyai wilayah
kerja satu atau beberapa daerah kabupaten/kota; unit
pelaksana teknis pada badan terdiri dari 1 (satu) subbagian
tata usaha dan kelompok jabatan fungsional. Unit pelaksana
teknis badan yang belum terdapat jabatan fungsional dapat
dibentuk paling banyak 2 (dua) seksi;
l. Susunan organisasi kantor yang ditentukan oleh Pemerintah
terdiri dari 1 (satu) subbagian tata usaha dan paling banyak 3
(tiga) seksi;
m. Susunan organisasi rumah sakit umum daerah kelas A terdiri
dari paling banyak 4 (empat) wakil direktur dan masing-
masing wakil direktur terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
bagian/bidang dan masing-masing bidang membawahkan
kelompok jabatan fungsional atau terdiri dari 2 (dua) seksi.
Pada wakil direktur yang membidangi administrasi umum
terdiri dari paling banyak 4 (empat) bagian dan bagian terdiri
dari paling banyak 3 (tiga) subbagian. Rumah sakit umum
daerah kelas B terdiri dari paling banyak 3 (tiga) wakil
direktur, dan masing-masing wakil direktur terdiri dari paling
banyak 3 (tiga) bagian/bidang, masing-masing bagian terdiri
dari paling banyak 3 (tiga) subbagian dan masing-masing
bidang membawahkan kelompok jabatan fungsional atau
terdiri dari paling banyak 2 (dua) seksi. Rumah sakit umum
daerah kelas C terdiri dari 1 (satu) bagian dan paling banyak
3 (tiga) bidang, bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
subbagian dan masing-masing bidang membawahkan
kelompok jabatan fungsional atau terdiri dari paling banyak 2
133

(dua) seksi. Rumah sakit khusus daerah kelas A terdiri dari
2 (dua) wakil direktur, masing-masing wakil direktur terdiri
dari paling banyak 3 (tiga) bagian/bidang, masing-masing
bagian terdiri dari 2 (dua) subbagian, dan masing-masing
bidang membawahkan kelompok jabatan fungsional atau
terdiri dari 2 (dua) seksi. Rumah sakit khusus daerah kelas B
terdiri dari 1 (satu) subbagian tata usaha dan paling banyak
3 (tiga) seksi.
n. Perangkat daerah yang menangani fungsi kepegawaian,
keuangan, dan rumah sakit, mengingat tugas dan fungsinya
merupakan amanat peraturan perundang-undangan, maka
perangkat daerah tersebut tidak mengurangi jumlah perangkat
daerah yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah;
o. Penentuan Badan atau Kantor sesuai dengan analisis beban
kerja.


Langkah-langkah penyusunan besaran dan susunan
organisasi LTD adalah sebagai berikut:

(1) Melakukan analisis jabatan.
Mengenai analisis jabatan dapat dilihat dalam
Permendagri No. 4 Tahun 2005.
Dari analisis jabatan dihasilkan informasi berupa
identifikasi perincian fungsi/urusan/pekerjaan.
Identifikasi perincian fungsi/urusan/pekerjaan bersumber
dari urusan wajib, urusan pilihan, urusan kekhasan
daerah, urusan lain-lain.

134



Form 16: Perincian fungsi/urusan/pekerjaan

No Jenis
Fungsi/Urusan/ Pekerjaan
Fungsi/Urusan/ Pekerjaan
1 Urusan Wajib (1)
(2)
(3)




2 Urusan Pilihan (1)
(2)
(3)




3 Urusan Kekhasan Daerah (1)
(2)
(3)




4 Urusan Lain-lain (1)
(2)
(3)






(2) Melakukan analisis kebutuhan pemangku kepentingan
(need assessment of stakeholders).
Analisis ini dilakukan dengan cara mengadakan survei
kepada stakeholders (instansi-instansi pemerintah
provinsi, DPRD provinsi, perguruan tinggi, organisasi-
organisasi sosial dan politik, dan organisasi-organisasi
kemasyarakatan).
Analisis ini didasarkan pada hasil analisis jabatan (Form
16)
135

Dari analisis ini dihasilkan informasi berupa urutan
prioritas fungsi/urusan/pekerjaan berdasarkan
kepentingan publik.

Form 17: Instrumen analisis kebutuhan pemangku kepentingan


No

Fungsi/Urusan/Pekerjaan
Penilaian Stakholders
Sangat
Tidak
Penting
Tidak
Penting
Agak
Penting
Penting Sangat
Penting
(1)
(2)
(3)
















Setelah data survei stakeholders ini terkumpul, kemudian
diolah secara statistik, dan dihasilkan urutan prioritas
fungsi/urusan/pekerjaan berdasarkan kepentingan publik.

Form 18: Urutan prioritas fungsi/urusan/pekerjaan berdasarkan kepentingan publik

No Urutan Prioritas Fungsi/Urusan/Pekerjaan Berdasarkan Kepentingan
Publik
1
2
3














136



(3) Melakukan analisis beban kerja.
Mengenai analisis beban kerja dapat dilihat dalam
Permendagri No. 12 Tahun 2008.
Jumlah fungsi/urusan/pekerjaan berdasar urutan
prioritas menurut kepentingan publik (Form 18)
merupakan volume kerja.

Badan
Jumlah ideal Subbagian, Subbidang, Bidang pada Badan
ditentukan dari beban kerja ideal bagi masing-masing
unit kerja itu. Beban kerja adalah besaran/jumlah
fungsi/urusan/pekerjaan bagi suatu unit kerja yang
merupakan hasil kali antara volume kerja dengan norma
waktu.
Dari analisis ini dihasilkan jumlah besaran dan susunan
organisasi yang ideal.

Form 19: Besaran dan susunan organisasi yang ideal yang didasarkan pada urutan
prioritas fungsi/urusan/pekerjaan berdasarkan kepentingan publik

No Urutan Prioritas
Fungsi/Urusan/Pekerj
aan Berdasarkan
Kepentingan Publik
Kategorisas
i
Fungsi/Uru
san/Pekerja
an ke dalam
Subbagian-
subbagian
Kategorisas
i
Fungsi/Uru
san/Pekerja
an ke dalam
Subbidang-
subbidang
Kategoris
asi
Fungsi/U
rusan/Pek
erjaan ke
dalam
Bidang-
bidang
Kategoris
asi
Fungsi/U
rusan/Pek
erjaan ke
dalam
Badan-
badan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10



137

Kantor
Jumlah ideal Subbagian TU dan Seksi pada Kantor
ditentukan dari beban kerja ideal bagi masing-masing
unit kerja itu. Beban kerja adalah besaran/jumlah
fungsi/urusan/pekerjaan bagi suatu unit kerja yang
merupakan hasil kali antara volume kerja dengan norma
waktu.
Dari analisis ini dihasilkan jumlah besaran dan susunan
organisasi yang ideal.

Form 20: Besaran dan susunan organisasi yang ideal yang didasarkan pada urutan
prioritas fungsi/urusan/pekerjaan berdasarkan kepentingan publik

No Urutan Prioritas
Fungsi/Urusan/Pekerjaan
Berdasarkan
Kepentingan Publik
Kategorisasi
Fungsi/Urusan/
Pekerjaan ke
dalam
Subbagian-
subbagian TU
Kategorisasi
Fungsi/Urusan/
Pekerjaan ke
dalam Seksi-
seksi
Kategorisasi
Fungsi/Urusan/Pe
kerjaan ke dalam
Kantor-kantor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10






Rumah Sakit
p. Susunan organisasi rumah sakit umum daerah kelas A terdiri
dari paling banyak 4 (empat) wakil direktur dan masing-
masing wakil direktur terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
bagian/bidang dan masing-masing bidang membawahkan
kelompok jabatan fungsional atau terdiri dari 2 (dua) seksi.
Pada wakil direktur yang membidangi administrasi umum
terdiri dari paling banyak 4 (empat) bagian dan bagian terdiri
138

dari paling banyak 3 (tiga) subbagian. Rumah sakit umum
daerah kelas B terdiri dari paling banyak 3 (tiga) wakil
direktur, dan masing-masing wakil direktur terdiri dari paling
banyak 3 (tiga) bagian/bidang, masing-masing bagian terdiri
dari paling banyak 3 (tiga) subbagian dan masing-masing
bidang membawahkan kelompok jabatan fungsional atau
terdiri dari paling banyak 2 (dua) seksi. Rumah sakit umum
daerah kelas C terdiri dari 1 (satu) bagian dan paling banyak
3 (tiga) bidang, bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
subbagian dan masing-masing bidang membawahkan
kelompok jabatan fungsional atau terdiri dari paling banyak 2
(dua) seksi. Rumah sakit khusus daerah kelas A terdiri dari
2 (dua) wakil direktur, masing-masing wakil direktur terdiri
dari paling banyak 3 (tiga) bagian/bidang, masing-masing
bagian terdiri dari 2 (dua) subbagian, dan masing-masing
bidang membawahkan kelompok jabatan fungsional atau
terdiri dari 2 (dua) seksi. Rumah sakit khusus daerah kelas B
terdiri dari 1 (satu) subbagian tata usaha dan paling banyak
3 (tiga) seksi.

Jumlah ideal Seksi, Subbagian, Bagian/Bidang, Wakil
Direktur pada Rumah Sakit ditentukan dari beban kerja
ideal bagi masing-masing unit kerja itu. Beban kerja
adalah besaran/jumlah fungsi/urusan/pekerjaan bagi
suatu unit kerja yang merupakan hasil kali antara volume
kerja dengan norma waktu.
Dari analisis ini dihasilkan jumlah besaran dan susunan
organisasi yang ideal.

139

Form 21: Besaran dan susunan organisasi yang ideal yang didasarkan pada urutan
prioritas fungsi/urusan/pekerjaan berdasarkan kepentingan publik


No Urutan Prioritas
Fungsi/Urusan/Pekerja
an Berdasarkan
Kepentingan Publik
Katego
risasi
Fungsi/
Urusan
/Pekerj
aan ke
dalam
Seksi-
seksi
Kategorisas
i
Fungsi/Uru
san/Pekerja
an ke dalam
Subbagian-
subbagian
Kategoris
asi
Fungsi/U
rusan/Pek
erjaan ke
dalam
Bagian/B
idang-
bagian/bi
dang
Kategoris
asi
Fungsi/U
rusan/Pek
erjaan ke
dalam
Wakil
Direktur-
wakil
direktur
Kategoris
asi
Fungsi/U
rusan/Pek
erjaan ke
dalam
Rumah
sakit
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10









(4) Mempertimbangkan aturan pembatasan besaran dan
susunan organisasi dari Pemerintah.
Besaran organisasi LTD ditentukan berdasarkan
perhitungan variabel: jumlah penduduk; luas wilayah;
dan jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD). Besaran organisasi perangkat daerah dengan
nilai kurang dari 40 (empat puluh) terdiri dari: lembaga
teknis daerah paling banyak 8 (delapan). Besaran
organisasi perangkat daerah dengan nilai antara 40
(empat puluh) sampai dengan 70 (tujuh puluh) terdiri
dari: lembaga teknis daerah paling banyak 10 (sepuluh).
Besaran organisasi perangkat daerah dengan nilai lebih
140

dari 70 (tujuh puluh) terdiri dari lembaga teknis daerah
paling banyak 12 (dua belas);
Susunan organisasi badan yang ditentukan oleh
Pemerintah terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling
banyak 4 (empat) bidang, sekretariat terdiri dari 3 (tiga)
subbagian, dan masing-masing bidang terdiri dari 2 (dua)
subbidang atau kelompok jabatan fungsional;
Susunan organisasi kantor yang ditentukan oleh
Pemerintah terdiri dari 1 (satu) subbagian tata usaha dan
paling banyak 3 (tiga) seksi;
Susunan organisasi rumah sakit umum daerah kelas A
terdiri dari paling banyak 4 (empat) wakil direktur dan
masing-masing wakil direktur terdiri dari paling banyak
3 (tiga) bagian/bidang dan masing-masing bidang
membawahkan kelompok jabatan fungsional atau terdiri
dari 2 (dua) seksi. Pada wakil direktur yang membidangi
administrasi umum terdiri dari paling banyak 4 (empat)
bagian dan bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
subbagian. Rumah sakit umum daerah kelas B terdiri
dari paling banyak 3 (tiga) wakil direktur, dan masing-
masing wakil direktur terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
bagian/bidang, masing-masing bagian terdiri dari paling
banyak 3 (tiga) subbagian dan masing-masing bidang
membawahkan kelompok jabatan fungsional atau terdiri
dari paling banyak 2 (dua) seksi. Rumah sakit umum
daerah kelas C terdiri dari 1 (satu) bagian dan paling
banyak 3 (tiga) bidang, bagian terdiri dari paling banyak
3 (tiga) subbagian dan masing-masing bidang
membawahkan kelompok jabatan fungsional atau terdiri
141

dari paling banyak 2 (dua) seksi. Rumah sakit khusus
daerah kelas A terdiri dari 2 (dua) wakil direktur,
masing-masing wakil direktur terdiri dari paling banyak
3 (tiga) bagian/bidang, masing-masing bagian terdiri dari
2 (dua) subbagian, dan masing-masing bidang
membawahkan kelompok jabatan fungsional atau terdiri
dari 2 (dua) seksi. Rumah sakit khusus daerah kelas B
terdiri dari 1 (satu) subbagian tata usaha dan paling
banyak 3 (tiga) seksi.

(5) Apabila jumlah besaran dan susunan organisasi yang
ideal melebihi jumlah besaran dan susunan organisasi
sebagaimana telah ditentukan oleh Pemerintah, maka
dilakukan penyesuaian.
Penyesuaian dilakukan dengan cara mengelompokkan
fungsi/urusan/pekerjaan yang telah diurutkan menurut
perspektif kepentingan publik di atas ke dalam kelompok
fungsi/urusan/pekerjaan yang sejenis.

(6) Menetapkan usulan final besaran dan susunan organisasi
LTD.

Form 22: Usulan final besaran dan susunan organisasi Badan

SOPD Besaran
Organisasi
Susunan Organisasi
Macam Badan Bidang Subbidang Subbagian
Badan










142




Form 23: Usulan final besaran dan susunan organisasi Kantor

SOPD Besaran Organisasi Susunan Organisasi
Macam Kantor Seksi Subbagian TU
Kantor


















Form 24: Usulan final besaran dan susunan organisasi Rumah Sakit

SOPD Besaran
Organisasi
Susunan Organisasi
Macam
Rumah sakit
Wakil
Direktur
Bagian/Bidang Subbagian Seksi
Rumah
Sakit

























143

B.5. Lembaga Lain

Besaran dan susunan organisasi lembaga lain disusun
dengan kriteria:
a. sebagai bagian dari perangkat daerah;
b. melaksanakan kebijakan Pemerintah;
c. melaksanakan peraturan perundang-undangan;
d. menangani tugas-tugas pemerintahan umum yang harus
dilaksanakan oleh pemerintah daerah, dengan persetujuan
pemerintah atas usul kepala daerah;
e. perangkat daerah yang menangani fungsi kepegawaian,
keuangan, dan rumah sakit, mengingat tugas dan fungsinya
merupakan amanat peraturan perundang-undangan, maka
perangkat daerah tersebut tidak mengurangi jumlah perangkat
daerah yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah;

B.5.1. Inspektorat
Langkah-langkah penyusunan besaran dan susunan
organisasi Sekretariat DPRD adalah sebagai berikut:

(1) Melakukan analisis jabatan.
Mengenai analisis jabatan dapat dilihat dalam
Permendagri No. 4 Tahun 2005.
Dari analisis jabatan dihasilkan informasi berupa
identifikasi perincian fungsi/urusan/pekerjaan.
Identifikasi perincian fungsi/urusan/pekerjaan bersumber
dari urusan wajib, urusan berdasar peraturan
perundangan, urusan pilihan, urusan kekhasan daerah,
urusan sisa, urusan lain-lain.
144


Form 25: Perincian fungsi/urusan/pekerjaan

No Jenis
Fungsi/Urusan/ Pekerjaan
Fungsi/Urusan/ Pekerjaan
1 Urusan Wajib (1)
(2)
(3)




2 Urusan Berdasar Peraturan
Perundangan
(1)
(2)
(3)




3 Urusan Pilihan (1)
(2)
(3)




4 Urusan Kekhasan Daerah (1)
(2)
(3)




5 Urusan Sisa (1)
(2)
(3)




6 Urusan Lain-lain (1)
(2)
(3)






(2) Melakukan analisis kebutuhan pemangku kepentingan
(need assessment of stakeholders).
Analisis ini dilakukan dengan cara mengadakan survei
kepada stakeholders (instansi-instansi pemerintah
provinsi, DPRD provinsi, perguruan tinggi, organisasi-
145

organisasi sosial dan politik, dan organisasi-organisasi
kemasyarakatan).
Analisis ini didasarkan pada hasil analisis jabatan (Form
25)
Dari analisis ini dihasilkan informasi berupa urutan
prioritas fungsi/urusan/pekerjaan berdasarkan
kepentingan publik.

Form 26: Instrumen analisis kebutuhan pemangku kepentingan


No

Fungsi/Urusan/Pekerjaan
Penilaian Stakholders
Sangat
Tidak
Penting
Tidak
Penting
Agak
Penting
Penting Sangat
Penting
(1)
(2)
(3)
















Setelah data survei stakeholders ini terkumpul, kemudian
diolah secara statistik, dan dihasilkan urutan prioritas
fungsi/urusan/pekerjaan berdasarkan kepentingan publik.







146


Form 27: Urutan prioritas fungsi/urusan/pekerjaan berdasarkan kepentingan publik

No Urutan Prioritas Fungsi/Urusan/Pekerjaan Berdasarkan Kepentingan
Publik
1
2
3




















(3) Melakukan analisis beban kerja.
Mengenai analisis beban kerja dapat dilihat dalam
Permendagri No. 12 Tahun 2008.
Jumlah fungsi/urusan/pekerjaan berdasar urutan
prioritas menurut kepentingan publik (Form 27)
merupakan volume kerja.
Jumlah ideal Subbagian Sekretariat dan Inspektur
Pembantu ditentukan dari beban kerja ideal bagi masing-
masing unit kerja itu. Beban kerja adalah besaran/jumlah
fungsi/urusan/pekerjaan bagi suatu unit kerja yang
merupakan hasil kali antara volume kerja dengan norma
waktu.
Dari analisis ini dihasilkan jumlah susunan organisasi
yang ideal.

147

Form 28: susunan organisasi yang ideal yang didasarkan pada urutan prioritas
fungsi/urusan/pekerjaan berdasarkan kepentingan publik

No Urutan Prioritas
Fungsi/Urusan/Pekerjaan
Berdasarkan Kepentingan
Publik
Kategorisasi
Fungsi/Urusan/Pekerjaan
ke dalam Subbagian-
subbagian Sekretairat
Kategorisasi
Fungsi/Urusan/Pekerja
an ke dalam Inspektur
Pembantu
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10










(4) Mempertimbangkan aturan pembatasan susunan
organisasi dari Pemerintah.
Susunan organisasi Inspektorat yang ditentukan oleh
Pemerintah terdiri dari Inspektorat terdiri dari 1 (satu)
sekretariat dan paling banyak 4 (empat) inspektur
pembantu, sekretariat terdiri dari 3 (tiga) subbagian, serta
kelompok jabatan fungsional.
(5) Apabila jumlah susunan organisasi yang ideal melebihi
jumlah besaran dan susunan organisasi sebagaimana
telah ditentukan oleh Pemerintah, maka dilakukan
penyesuaian.
Penyesuaian dilakukan dengan cara mengelompokkan
fungsi/urusan/pekerjaan yang telah diurutkan menurut
perspektif kepentingan publik di atas ke dalam kelompok
fungsi/urusan/pekerjaan yang sejenis.

148

(6) Menetapkan usulan final besaran dan susunan organisasi
Inspektorat.

Form 29: Usulan final susunan organisasi Inspektorat

SOPD Susunan Organisasi
Inspektur Pembantu Subbagian Sekretariat
Inspektorat





















B.5.2. Bappeda

Langkah-langkah penyusunan besaran dan susunan
organisasi Bappeda adalah sebagai berikut:

(1) Melakukan analisis jabatan.
Mengenai analisis jabatan dapat dilihat dalam
Permendagri No. 4 Tahun 2005.
Dari analisis jabatan dihasilkan informasi berupa
identifikasi perincian fungsi/urusan/pekerjaan.
Identifikasi perincian fungsi/urusan/pekerjaan bersumber
dari urusan wajib, urusan pilihan, urusan kekhasan
daerah, urusan lain-lain.

149

Form 30: Perincian fungsi/urusan/pekerjaan

No Jenis
Fungsi/Urusan/ Pekerjaan
Fungsi/Urusan/ Pekerjaan
1 Urusan Wajib (1)
(2)
(3)




2 Urusan Pilihan (1)
(2)
(3)




3 Urusan Kekhasan Daerah (1)
(2)
(3)




4 Urusan Lain-lain (1)
(2)
(3)






(2) Melakukan analisis kebutuhan pemangku kepentingan
(need assessment of stakeholders).
Analisis ini dilakukan dengan cara mengadakan survei
kepada stakeholders (instansi-instansi pemerintah
provinsi, DPRD provinsi, perguruan tinggi, organisasi-
organisasi sosial dan politik, dan organisasi-organisasi
kemasyarakatan).
Analisis ini didasarkan pada hasil analisis jabatan (Form
30)
Dari analisis ini dihasilkan informasi berupa urutan
prioritas fungsi/urusan/pekerjaan berdasarkan
kepentingan publik.


150


Form 31: Instrumen analisis kebutuhan pemangku kepentingan


No

Fungsi/Urusan/Pekerjaan
Penilaian Stakholders
Sangat
Tidak
Penting
Tidak
Penting
Agak
Penting
Penting Sangat
Penting
(1)
(2)
(3)
















Setelah data survei stakeholders ini terkumpul, kemudian
diolah secara statistik, dan dihasilkan urutan prioritas
fungsi/urusan/pekerjaan berdasarkan kepentingan publik.

Form 32: Urutan prioritas fungsi/urusan/pekerjaan berdasarkan kepentingan publik

No Urutan Prioritas Fungsi/Urusan/Pekerjaan Berdasarkan Kepentingan
Publik
1
2
3




















151

(3) Melakukan analisis beban kerja.
Mengenai analisis beban kerja dapat dilihat dalam
Permendagri No. 12 Tahun 2008.
Jumlah fungsi/urusan/pekerjaan berdasar urutan
prioritas menurut kepentingan publik (Form 32)
merupakan volume kerja.

Jumlah ideal Subbagian, Subbidang, Bidang pada Badan
ditentukan dari beban kerja ideal bagi masing-masing
unit kerja itu. Beban kerja adalah besaran/jumlah
fungsi/urusan/pekerjaan bagi suatu unit kerja yang
merupakan hasil kali antara volume kerja dengan norma
waktu.
Dari analisis ini dihasilkan jumlah besaran dan susunan
organisasi yang ideal.

Form 33: Besaran dan susunan organisasi yang ideal yang didasarkan pada urutan
prioritas fungsi/urusan/pekerjaan berdasarkan kepentingan publik


No Urutan Prioritas
Fungsi/Urusan/Pekerj
aan Berdasarkan
Kepentingan Publik
Kategorisas
i
Fungsi/Uru
san/Pekerja
an ke dalam
Subbagian-
subbagian
Kategorisas
i
Fungsi/Uru
san/Pekerja
an ke dalam
Subbidang-
subbidang
Kategorisasi
Fungsi/Urusa
n/Pekerjaan
ke dalam
Bidang-
bidang
Kategorisas
i
Fungsi/Uru
san/Pekerja
an ke dalam
Badan-
badan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10







152

(4) Mempertimbangkan aturan pembatasan besaran dan
susunan organisasi dari Pemerintah.
Besaran organisasi LTD ditentukan berdasarkan
perhitungan variabel: jumlah penduduk; luas wilayah;
dan jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD). Besaran organisasi perangkat daerah dengan
nilai kurang dari 40 (empat puluh) terdiri dari: lembaga
teknis daerah paling banyak 8 (delapan). Besaran
organisasi perangkat daerah dengan nilai antara 40
(empat puluh) sampai dengan 70 (tujuh puluh) terdiri
dari: lembaga teknis daerah paling banyak 10 (sepuluh).
Besaran organisasi perangkat daerah dengan nilai lebih
dari 70 (tujuh puluh) terdiri dari lembaga teknis daerah
paling banyak 12 (dua belas);
Susunan organisasi badan yang ditentukan oleh
Pemerintah terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling
banyak 4 (empat) bidang, sekretariat terdiri dari 3 (tiga)
subbagian, dan masing-masing bidang terdiri dari 2 (dua)
subbidang atau kelompok jabatan fungsional;

(5) Apabila jumlah besaran dan susunan organisasi yang
ideal melebihi jumlah besaran dan susunan organisasi
sebagaimana telah ditentukan oleh Pemerintah, maka
dilakukan penyesuaian.
Penyesuaian dilakukan dengan cara mengelompokkan
fungsi/urusan/pekerjaan yang telah diurutkan menurut
perspektif kepentingan publik di atas ke dalam kelompok
fungsi/urusan/pekerjaan yang sejenis.

153

(6) Menetapkan usulan final besaran dan susunan organisasi
Badan.

Form 34: Usulan final besaran dan susunan organisasi Badan

SOPD Besaran
Organisasi
Susunan Organisasi
Macam Badan Bidang Subbidang Subbagian
Badan








































154

BAB V
PEDOMAN EVALUASI
SATUAN ORGANISASI PERANGKAT
DAERAH

Evaluasi SOPD dilakukan dengan kriteria dan langkah-
langkah sebagai berikut:


A. Efisiensi dan Efektivitas

Dalam Permendagri No. 12 tahun 2008 ditentukan bahwa
efisiensi dan efektivitas unit organisasi dalam SOPD
diformulasikan dari rasio antara beban kerja unit organisasi
dengan jumlah pegawai/jabatan dalam unit organisasi yang
dikali dengan jam kerja efektif per tahun.




















Beban Kerja Unit
EU = --------------------------------------------------------------------
Jumlah Pegawai Unit X Jam Kerja Efektif Per Tahun


Kolom (3)
Kolom (5) = -----------------------------------
Kolom (4) X 13000
155





Form 35: Teknik Penilaian Efisiensi dan Efektivitas Unit Kerja

No
Nama
Unit Organisasi
Jumlah Beban
Kerja Unit
Jml
Kebutuhan
Peg
Efisiensi
dan
Efektivitas
Unit
Organisasi
Ket
1 2 3 4 5 6













































JUMLAH








156

B. Integrasi

Dalam Penjelasan Pasal 39 PP No. 41 Tahun 2007,
dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan integrasi adalah
penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan daerah yang
dilaksanakan secara terpadu dalam suatu organisasi
perangkat daerah.
Hal ini berarti perlu melakukan evaluasi untuk mengetahui
apakah dalam realitas empiris ada fungsi/urusan/pekerjaan
yang bersifat tumpang tindih antara satu unit organisasi
dengan unit organisasi lainnya.

Form 36: Teknik uji integrasi fungsi/urusan/pekerjaan antar unit organisasi

No Fungsi/Urusan/
Pekerjaan
Unit Organisasi


1






2
































157

C. Sinkronisasi

Dalam Penjelasan Pasal 39 PP No. 41 Tahun 2007,
dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan sinkronisasi
adalah konsistensi dalam penataan organisasi perangkat
daerah sesuai dengan norma, prinsip, dan standar yang
berlaku.
Hal ini berarti perlu melakukan evaluasi untuk mengetahui
apakah dalam realitas empiris ada fungsi/urusan/pekerjaan
unit organisasi yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang lebih atas.

Form 37: Teknik uji sinkronisasi fungsi/urusan/pekerjaan unit organisasi

No Fungsi/Urusan/
Pekerjaan
Peraturan Perundang-undangan


1







2

































158


BAB VI
PENUTUP

Kedudukan Sekretariat Daerah disusun dengan kriteria:
sebagai unsur staf pimpinan. Tugas Sekretariat Daerah disusun
dengan kriteria: membantu gubernur melaksanakan tugas
manajerial. Fungsi Sekretariat Daerah disusun dengan kriteria:
fungsi manajerial, yakni: penyusunan kebijakan pemerintahan
daerah; pengoordinasian pelaksanaan tugas dinas daerah dan
lembaga teknis daerah; pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
kebijakan pemerintahan daerah; dan pembinaan administrasi dan
aparatur pemerintahan daerah; fungsi staf, seperti bidang hukum
dan perundang-undangan, organisasi dan tatalaksana, hubungan
masyarakat, protokol, dan pelayanan administratif; fungsi
pemerintahan umum lainnya antara lain bidang penanganan
perbatasan dan administrasi kerja sama luar negeri, yang
termasuk sebagai bagian dari urusan pemerintahan, dan tidak
termasuk fungsi dinas maupun lembaga teknis daerah.
Kedudukan Sekretariat DPRD disusun dengan kriteria:
sebagai unsur staf pelayanan. Tugas Sekretariat DPRD disusun
dengan kriteria: membantu DPRD menyelenggarakan
administrasi dan dukungan lainnya. Fungsi Sekretariat DPRD
disusun dengan kriteria: fungsi penyelenggaraan administrasi
kesekretariatan DPRD; fungsi penyelenggaraan administrasi
keuangan DPRD; fungsi penyelenggaraan rapatrapat DPRD;
fungsi penyediaan dan pengoordinasian tenaga ahli yang
diperlukan oleh DPRD.
159

Kedudukan Inspektorat disusun dengan kriteria: sebagai
unsur pengawas. Tugas Inspektorat disusun dengan kriteria:
membantu gubernur melakukan pengawasan dan pembinaan
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Fungsi Inspektorat
disusun dengan kriteria: fungsi perencanaan program
pengawasan; fungsi perumusan kebijakan dan fasilitasi
pengawasan; fungsi pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan
penilaian tugas pengawasan; fungsi pengawasan terhadap
pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah provinsi; fungsi
pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah
kabupaten/kota; fungsi pembinaan atas pelaksanaan urusan
pemerintahan di daerah kabupaten/kota.
Kedudukan Bappeda disusun dengan kriteria: sebagai
unsur perencana. Tugas Bappeda disusun dengan kriteria:
membantu gubernur melaksanakan perencanaan pembangunan
daerah. Fungsi Bappeda disusun dengan kriteria: fungsi
perumusan kebijakan teknis perencanaan; fungsi
pengoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan; fungsi
koordinasi penyusunan rencana yang memuat visi, misi, tujuan,
strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan
masing-masing satuan kerja perangkat daerah; fungsi pembinaan
dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pembangunan
daerah.
Kedudukan Dinas Daerah disusun dengan kriteria:
sebagai unsur pelaksana urusan daerah. Tugas Dinas Daerah
disusun dengan kriteria: membantu gubernur melaksanakan
urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas
pembantuan. Fungsi Dinas Daerah disusun dengan kriteria:
fungsi perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup
160

tugasnya; fungsi penyelenggaraan urusan pemerintahan sesuai
dengan ruang lingkup dan kewenangan berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi,
dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; fungsi
penyelenggaraan pelayanan umum sesuai dengan lingkup
tugasnya; fungsi pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai
dengan lingkup tugasnya; fungsi pelaksanaan kegiatan teknis
yang secara langsung berhubungan dengan pelayanan
masyarakat oleh unit pelaksana teknis dinas; fungsi pelaksanaan
kegiatan teknis penunjang untuk mendukung pelaksanaan tugas
organisasi induknya oleh unit pelaksana teknis dinas.
Kedudukan Badan disusun dengan kriteria: sebagai
unsur pendukung tugas kepala daerah. Tugas Badan disusun
dengan kriteria: membantu gubernur melaksanakan penyusunan
dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik. Fungsi
Badan disusun dengan kriteria: fungsi perumusan kebijakan
teknis sesuai dengan lingkup tugasnya; fungsi pemberian
dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai
dengan lingkup tugasnya; fungsi pembinaan dan pelaksanaan
tugas sesuai dengan lingkup tugasnya; fungsi pelaksanaan
kegiatan teknis yang secara langsung berhubungan dengan
pelayanan masyarakat oleh unit pelaksana teknis badan; fungsi
pelaksanaan kegiatan teknis penunjang untuk mendukung
pelaksanaan tugas organisasi induknya oleh unit pelaksana
teknis badan.
Kedudukan Kantor disusun dengan kriteria: sebagai
unsur pendukung tugas kepala daerah. Tugas Kantor disusun
dengan kriteria: membantu gubernur melaksanakan penyusunan
161

dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik. Fungsi
Kantor disusun dengan kriteria: fungsi perumusan kebijakan
teknis sesuai dengan lingkup tugasnya; fungsi pemberian
dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai
dengan lingkup tugasnya; fungsi pembinaan dan pelaksanaan
tugas sesuai dengan lingkup tugasnya.
Kedudukan Rumah Sakit disusun dengan kriteria:
sebagai unsur pendukung tugas kepala daerah. Tugas Rumah
Sakit disusun dengan kriteria: membantu gubernur
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah
yang bersifat spesifik. Fungsi Rumah Sakit disusun dengan
kriteria: fungsi perumusan kebijakan teknis sesuai dengan
lingkup tugasnya; fungsi pemberian dukungan atas
penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan lingkup
tugasnya; fungsi pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai
dengan lingkup tugasnya.
Besaran organisasi Sekretariat Daerah disusun dengan
kriteria: urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah;
urusan pemerintahan yang bersifat pilihan yang hanya dapat
diselenggarakan oleh daerah yang memiliki potensi unggulan
dan kekhasan daerah, yang dapat dikembangkan dalam rangka
pengembangan otonomi daerah; faktor kebutuhan daerah; faktor
potensi dan karakteristik daerah yang bertalian dengan urusan
yang akan ditangani; faktor cakupan tugas yang meliputi sasaran
tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas; sarana
dan prasarana penunjang tugas; visi dan misi daerah;
perhitungan variabel: jumlah penduduk; luas wilayah; dan
jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Besaran organisasi perangkat daerah dengan nilai kurang dari 40
162

(empat puluh) terdiri dari: sekretariat daerah, terdiri dari paling
banyak 3 (tiga) asisten. Besaran organisasi perangkat daerah
dengan nilai antara 40 (empat puluh) sampai dengan 70 (tujuh
puluh) terdiri dari: sekretariat daerah, terdiri dari paling banyak
3 (tiga) asisten. Besaran organisasi perangkat daerah dengan
nilai lebih dari 70 (tujuh puluh) terdiri dari: sekretariat daerah,
terdiri dari paling banyak 4 (empat) asisten.
Besaran organisasi Sekretariat DPRD disusun dengan
kriteria: urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah;
urusan pemerintahan yang bersifat pilihan yang hanya dapat
diselenggarakan oleh daerah yang memiliki potensi unggulan
dan kekhasan daerah, yang dapat dikembangkan dalam rangka
pengembangan otonomi daerah; faktor kebutuhan daerah; faktor
potensi dan karakteristik daerah yang bertalian dengan urusan
yang akan ditangani; faktor cakupan tugas yang meliputi sasaran
tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas; sarana
dan prasarana penunjang tugas; visi dan misi daerah;
perhitungan variabel: jumlah penduduk; luas wilayah; dan
jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Besaran organisasi perangkat daerah dengan nilai kurang dari 40
(empat puluh) hanya disebut sekretariat DPRD. Besaran
organisasi perangkat daerah dengan nilai antara 40 (empat
puluh) sampai dengan 70 (tujuh puluh) hanya disebut
sekretariat DPRD. Besaran organisasi perangkat daerah
dengan nilai lebih dari 70 (tujuh puluh) hanya disebut
sekretariat DPRD.
Besaran organisasi Dinas Daerah disusun dengan
kriteria: urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah;
urusan pemerintahan yang bersifat pilihan yang hanya dapat
163

diselenggarakan oleh daerah yang memiliki potensi unggulan
dan kekhasan daerah, yang dapat dikembangkan dalam rangka
pengembangan otonomi daerah; perumpunan urusan yang
diwadahi dalam bentuk dinas, yang terdiri dari: bidang
pendidikan, pemuda dan olahraga; bidang kesehatan; bidang
sosial, tenaga kerja dan transmigrasi; bidang perhubungan,
komunikasi dan informatika; bidang kependudukan dan catatan
sipil; bidang kebudayaan dan pariwisata; bidang pekerjaan
umum yang meliputi bina marga, pengairan, cipta karya dan tata
ruang; bidang perekonomian yang meliputi koperasi dan usaha
mikro, kecil dan menengah, industri dan perdagangan; bidang
pelayanan pertanahan; bidang pertanian yang meliputi tanaman
pangan, peternakan, perikanan darat, kelautan dan perikanan,
perkebunan dan kehutanan; bidang pertambangan dan energi;
dan bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset; faktor
kebutuhan daerah; faktor potensi dan karakteristik daerah yang
bertalian dengan urusan yang akan ditangani; faktor cakupan
tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis
dan banyaknya tugas; sarana dan prasarana penunjang tugas;
visi dan misi daerah; perhitungan variabel: jumlah penduduk;
luas wilayah; dan jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD). Besaran organisasi perangkat daerah dengan
nilai kurang dari 40 (empat puluh) terdiri dari: dinas paling
banyak 12 (dua belas). Besaran organisasi perangkat daerah
dengan nilai antara 40 (empat puluh) sampai dengan 70 (tujuh
puluh) terdiri dari: dinas paling banyak 15 (lima belas). Besaran
organisasi perangkat daerah dengan nilai lebih dari 70 (tujuh
puluh) terdiri dari dinas paling banyak 18 (delapan belas);
perangkat daerah yang menangani fungsi keuangan, mengingat
164

tugas dan fungsinya merupakan amanat peraturan perundang-
undangan, maka perangkat daerah tersebut tidak mengurangi
jumlah perangkat daerah yang ditetapkan dalam peraturan
pemerintah.
Besaran organisasi Badan/Kantor/Rumah Sakit disusun
dengan kriteria: urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah; urusan pemerintahan yang bersifat pilihan yang hanya
dapat diselenggarakan oleh daerah yang memiliki potensi
unggulan dan kekhasan daerah, yang dapat dikembangkan
dalam rangka pengembangan otonomi daerah; perumpunan
urusan yang diwadahi dalam bentuk badan, kantor, inspektorat,
dan rumah sakit, terdiri dari: bidang perencanaan pembangunan
dan statistik; bidang penelitian dan pengembangan; bidang
kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat bidang
lingkungan hidup; bidang ketahanan pangan; bidang penanaman
modal; bidang perpustakaan, arsip, dan dokumentasi; bidang
pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa; bidang
pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana; bidang
kepegawaian, pendidikan dan pelatihan; bidang pengawasan;
dan bidang pelayanan kesehatan; faktor kebutuhan daerah;
faktor potensi dan karakteristik daerah yang bertalian dengan
urusan yang akan ditangani; faktor cakupan tugas yang meliputi
sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya
tugas; sarana dan prasarana penunjang tugas; visi dan misi
daerah; perhitungan variabel: jumlah penduduk; luas wilayah;
dan jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Besaran organisasi perangkat daerah dengan nilai kurang dari 40
(empat puluh) terdiri dari: lembaga teknis daerah paling banyak
8 (delapan). Besaran organisasi perangkat daerah dengan nilai
165

antara 40 (empat puluh) sampai dengan 70 (tujuh puluh) terdiri
dari: lembaga teknis daerah paling banyak 10 (sepuluh). Besaran
organisasi perangkat daerah dengan nilai lebih dari 70 (tujuh
puluh) terdiri dari lembaga teknis daerah paling banyak 12 (dua
belas); perangkat daerah yang menangani fungsi kepegawaian,
keuangan, dan rumah sakit, mengingat tugas dan fungsinya
merupakan amanat peraturan perundang-undangan, maka
perangkat daerah tersebut tidak mengurangi jumlah perangkat
daerah yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah; penentuan
Badan atau Kantor sesuai dengan analisis beban kerja.
Susunan organisasi Sekretariat Daerah disusun dengan
kriteria: visi dan misi daerah; analisis jabatan (Permendagri No.
4 Tahun 2005); analisis beban kerja (Permendagri No. 12
Tahun 2008); sekretariat daerah terdiri dari asisten, dan masing-
masing asisten terdiri dari paling banyak 3 (tiga) biro, dan
masing-masing biro terdiri dari paling banyak 4 (empat) bagian,
dan masing-masing bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
subbagian.
Susunan organisasi Sekretariat DPRD disusun dengan
kriteria: visi dan misi daerah; analisis jabatan (Permendagri No.
4 Tahun 2005); analisis beban kerja (Permendagri No. 12
Tahun 2008); sekretariat DPRD terdiri dari paling banyak 4
(empat) bagian, dan masing-masing bagian terdiri dari paling
banyak 3 (tiga) subbagian.
Susunan organisasi Inspektorat disusun dengan kriteria:
visi dan misi daerah; analisis jabatan (Permendagri No. 4 Tahun
2005); analisis beban kerja (Permendagri No. 12 Tahun 2008);
inspektorat terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4
166

(empat) inspektur pembantu, sekretariat terdiri dari 3 (tiga)
subbagian, serta kelompok jabatan fungsional.
Susunan organisasi Bappeda disusun dengan kriteria:
visi dan misi daerah; analisis jabatan (Permendagri No. 4 Tahun
2005); analisis beban kerja (Permendagri No. 12 Tahun 2008);
badan terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4
(empat) bidang, sekretariat terdiri dari 3 (tiga) subbagian, dan
masing-masing bidang terdiri dari 2 (dua) subbidang atau
kelompok jabatan fungsional.
Susunan organisasi Dinas Daerah disusun dengan
kriteria: visi dan misi daerah; analisis jabatan (Permendagri No.
4 Tahun 2005); analisis beban kerja (Permendagri No. 12 Tahun
2008); dinas terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4
(empat) bidang, sekretariat terdiri dari 3 (tiga) subbagian, dan
masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) seksi;
dapat dibentuk unit pelaksana teknis dinas untuk melaksanakan
sebagian kegiatan teknis operasional; dapat dibentuk unit
pelaksana teknis dinas untuk melaksanakan sebagian kegiatan
teknis penunjang yang mempunyai wilayah kerja satu atau
beberapa daerah kabupaten/kota; unit pelaksana teknis pada
dinas terdiri dari 1 (satu) subbagian tata usaha dan kelompok
jabatan fungsional. Unit pelaksana teknis dinas yang belum
terdapat jabatan fungsional dapat dibentuk paling banyak 2
(dua) seksi;
Susunan organisasi Badan disusun dengan kriteria: visi
dan misi daerah; analisis jabatan (Permendagri No. 4 Tahun
2005); analisis beban kerja (Permendagri No. 12 Tahun 2008);
badan terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4
(empat) bidang, sekretariat terdiri dari 3 (tiga) subbagian, dan
167

masing-masing bidang terdiri dari 2 (dua) subbidang atau
kelompok jabatan fungsional; dapat dibentuk unit pelaksana
teknis badan untuk melaksanakan sebagian kegiatan teknis
operasional; dapat dibentuk unit pelaksana teknis badan untuk
melaksanakan sebagian kegiatan teknis penunjang yang
mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa daerah
kabupaten/kota; unit pelaksana teknis pada badan terdiri dari 1
(satu) subbagian tata usaha dan kelompok jabatan fungsional.
Unit pelaksana teknis badan yang belum terdapat jabatan
fungsional dapat dibentuk paling banyak 2 (dua) seksi.
Susunan organisasi Kantor disusun dengan kriteria: visi
dan misi daerah; analisis jabatan (Permendagri No. 4 Tahun
2005); analisis beban kerja (Permendagri No. 12 Tahun 2008);
kantor terdiri dari 1 (satu) subbagian tata usaha dan paling
banyak 3 (tiga) seksi.
Susunan organisasi Rumah Sakit disusun dengan
kriteria: visi dan misi daerah; analisis jabatan (Permendagri No.
4 Tahun 2005); analisis beban kerja (Permendagri No. 12
Tahun 2008); rumah sakit umum daerah kelas A terdiri dari
paling banyak 4 (empat) wakil direktur dan masing-masing
wakil direktur terdiri dari paling banyak 3 (tiga) bagian/bidang
dan masing-masing bidang membawahkan kelompok jabatan
fungsional atau terdiri dari 2 (dua) seksi. Pada wakil direktur
yang membidangi administrasi umum terdiri dari paling banyak
4 (empat) bagian dan bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
subbagian. Rumah sakit umum daerah kelas B terdiri dari paling
banyak 3 (tiga) wakil direktur, dan masing-masing wakil
direktur terdiri dari paling banyak 3 (tiga) bagian/bidang,
masing-masing bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga)
168

subbagian dan masing-masing bidang membawahkan kelompok
jabatan fungsional atau terdiri dari paling banyak 2 (dua) seksi.
Rumah sakit umum daerah kelas C terdiri dari 1 (satu) bagian
dan paling banyak 3 (tiga) bidang, bagian terdiri dari paling
banyak 3 (tiga) subbagian dan masing-masing bidang
membawahkan kelompok jabatan fungsional atau terdiri dari
paling banyak 2 (dua) seksi. Rumah sakit khusus daerah kelas A
terdiri dari 2 (dua) wakil direktur, masing-masing wakil
direktur terdiri dari paling banyak 3 (tiga) bagian/bidang,
masing-masing bagian terdiri dari 2 (dua) subbagian, dan
masing-masing bidang membawahkan kelompok jabatan
fungsional atau terdiri dari 2 (dua) seksi. Rumah sakit khusus
daerah kelas B terdiri dari 1 (satu) subbagian tata usaha dan
paling banyak 3 (tiga) seksi.
Lembaga Lain disusun dengan kriteria: sebagai bagian
dari perangkat daerah; melaksanakan kebijakan Pemerintah;
melaksanakan peraturan perundang-undangan; menangani
tugas-tugas pemerintahan umum yang harus dilaksanakan oleh
pemerintah daerah, dengan persetujuan pemerintah atas usul
kepala daerah.
Evaluasi SOPD dilakukan dengan kriteria sebagai
berikut: efisiensi, efektivitas, rasionalitas, koordinasi, integrasi,
sinkronisasi, simplifikasi, dan komunikasi.







169

DAFTAR PUSTAKA

Ashkenas, Ron, Dave Ulrich, Todd Jick, dan Kerr Steve, The
Boundaryless Organization, breaking the chain of
organization structure, Jossey-Bass Publisher,
San Francisco, CA., 1995.

Ballard, Michael J. and Mildred E. Warner, Taking the High
Road: Local Government Restructuring and the
Quest for Quality, Cornell University Ithaca, New
York, 2000; diunduh dalam
http://government.cce.cornell.edu/doc/
pdf/TakingTheHighRoad.pdf tanggal 1 April
2009.

Bel, Germa, Robert Hebdon, and Mildred Warner, Local
Government Reform: Privatization and Its
Alternatives, Local Government Studies, 2007
33 (4); dikutip melalui
http://www.informaworld.com/smpp/content~
content=a780700212~db=all~order=page tanggal
1 April 2009.

Bennis, Warren, Organization of the Future, dalam Walter
E. Natemayer (ed.), Personnel Administration,
International Personnel Management,
Washington, DC., 1967.

Burns, T., & G.M. Stalker, The Management of Innovation,
London, Tavistock, 1961.

Cepiku, Denita, Managerial implications of local
government networks: evidence from the Lazio
Region, XII International Research Society for
Public Management (IRSPM), Queensland
University of Technology, 26th-28th March
2008, diunduh dalam
http://www.irspm2008.bus.qut.edu.au/papers/
documents/pdf/Cepiku%20-
%20Managerial%20implications%20of%
20local%20government%20
networks,%20evidence%20from%20the%20
Lazio%20Region%20-%20IRSPM%20-
%202008.pdf tanggal 1 April 2009.
170

Chisholm, M., Structural Reform of British Local
Government: Rhetoric and reality, Manchester:
Manchester University Press, 2000a; M.
Chisholm, Lessons from the re-structuring of
local government in the 1990s, 2000b; Journal
of Local Government Law, 3:6, 112-16; M.
Chisholm, Regional government in England:
another reorganization of local government?
Journal of Local Government Law 5, 2002, 71-
76; dikutip dalam McKinlay Douglas Limited,
Local Government Structure and Efficiency: A
report prepared for Local Government New
Zealand, 2006; diunduh melalui
http://www.lgnz.co.nz/library/files/store_
015/LocalGovernmentStructureandEfficiency
Report.pdf tanggal 1 April 2009.

Denhardt, Janet V. and Robert B. Denhardt, The New Public
Service: Serving, not Steering, M.E. Sharpe,
Armonk, New York, 2003.

Denhart, Robert B., Theories of Public Organization,
California, Brooks/Cole Publishing Company,
1984, h.29-30.

Dollery, B. & L. Crase, Is Bigger Local Government Better?
An Evaluation of the Economic Case for
Australian Municipal Amalgamation
Programmes, No. 2004-4 working paper series in
economics, University of New England, School
of Economics, 2004; B. Dollery, & L. Crase,
Alternative Approaches to Structural Reform in
Regional and Rural Australian Local
Government, paper delivered to the North
Queensland branch conference of the Institute of
Public Works Engineering Australia, 2005;
dikutip dalam McKinlay Douglas Limited, Local
Government Structure and Efficiency: A report
prepared for Local Government New Zealand,
2006; diunduh melalui
http://www.lgnz.co.nz/library/files/
store_015/LocalGovernmentStructureand
EfficiencyReport. pdf tanggal 1 April 2009.
171

Fayol, Henry, General and Industrial Management, Pitman,
1949; first published in French in 1916.

Galbraith, Jay R., Designing Complex Organizations,
Addison-Wesley, 1973.

Gifford and Elizabeth Pinchot, The End of Bureaucracy &
the Rise of the Intelligent Organization, Berret-
Koehler Publishers, Inc., San Francisco, CA.,
1993.

Gulick, Luther H., and Lyndall F. Urwick (eds.), Papers on
the Science of Administration, Columbia
University Press, 1937.

Hatch, Mary Jo, Organization Theory: Modern, Symbolic,
and Postmodern Perspectives, Oxford University
Press, 1997

Haynes, Robert J., Organization Theory and Local
Government, London, George Allen & Unwin,
1980.

Heckscher, Charles, Defining the Post-Bureaucratic Type,
dalam Charles Heckscher and Anne Donnellon
(edt.), The Postbureaucratic Organization, new
perspective on organizational change, Sage
Publication, thousand Oaks, CA., 1994, p.14-62.
Heckscher, Charles, and Anne Donnellon (edt.), The
Postbureaucratic Organization, new perspective
on organizational change, Sage Publication,
thousand Oaks, CA., 1994.

Indiana Commission on Local Government Reform,
Streamlining Local Government: Weve Got to
Stop Governing Like This, Indiana University,
2007; diunduh dalam
http://indianalocalgovreform.iu.edu/assets/docs/R
eport_12-10-07.pdf
Jones, Gareth R., Organizational Theory: Text and Cases,
Addison-Wesley Publishing Company Inc. USA,
1995.

172

Kickert, Walter J.M., Erik-Hans Klijn and Joop F.M.
Koppenjan (eds.), Managing Complex Networks:
strategies for the public sector, Sage
Publications, London, Thousand Oaks, New
Delhi, 1997.

Lawrence, Paul R., and Jay W. Lorsch, Organization and
Environment, Irwin, 1967.

Leach, Steve, John Stewart, and Kieron Waish, The
Changing Organization and Management of
Local Government, Macmillan Press Ltd.,
Houndmills, Basingstoke, Hampshire, and
London, 1994.

Limerick, David dan Bert Cunnington, Managing the New
Organization: a blueprint for networks and
strategic alliances, Australia, Business &
Professional Publishing, 1993.

Lucas JR, Henry C., T-Form Organization, using technology
to design organizations for the 21
st
century,
Jossey-Bass Publishers, San Francisco, CA.,
1996.

March, James G., and Herbert A. Simon, Organizations, New
York, John Wiley and Sons, 1958.

McKinlay Douglas Limited, Local Government Structure
and Efficiency: A report prepared for Local
Government New Zealand, 2006; diunduh
melalui http://www.lgnz.co.nz/library/files/
store_015/LocalGovernment
StructureandEfficiencyReport. pdf tanggal 1
April 2009.

Mintzberg, Henry, The Structuring of Organizations: a
Synthesis of the Research, Prentice-Hall, Inc.,
Englewood Cliff, N.J., 1979.
Mooney, James D., The Principles of Organization, edisi
revisi, Harper & Brothers Publishers, New York,
1947.

173

Nath Dhungel, Dwarika, Organizational Restructuring for
Administrative Reform: The Nepalese
Experience, Asian Review of Public
Administration, Vol. VIII, No. 1 (July-December
1996); diunduh melalui
http://www.eropa.org.ph/activities/ARPA_vol9b.
php tanggal 1 April 2009.
Oakerson, R., Governing Local Public Economies: Creating
the Civic Metropolis, ICS Press, Akland,
California; dikutip dalam McKinlay Douglas
Limited, Local Government Structure and
Efficiency: A report prepared for Local
Government New Zealand, 2006; diunduh
melalui
http://www.lgnz.co.nz/library/files/store_015/Loc
alGovernmentStructureandEfficiencyReport.pdf
tanggal 1 April 2009.

Ocampo, Romeo B., Models of Public Administration
Reform: New Public Management (NPM),
Asian Review of Public Administration; diunduh
dalam
http://unpan1.un.org/intradoc/groups/public/docu
ments/EROPA/UNPAN001431.pdf tanggal 1
April 2009.
Osborne, David, and Peter Plastrik, Banishing Bureaucracy,
the five strategies for reinventing government,
Addison-Wesley Publishing Companyeading
MA., 1997.

Osborne, David, dan Ted Gaebler, Reinventing Government:
How the Entrepreneurial Spirit Is Transforming
the Public Sector, Reading, MA: Addison-
Wesley, 1992.

Pratt, Dick, Reforming Reform: Bringing Realism and
Urgency to Improving Asia and Pacific Public
Institutions, Paper Prepared for: Network of
Asia and Pacific Schools and Institutes of Public
Affairs and Governance Manila, Philippines
December 5 7 2007; diunduh dalam
http://www.intanbk.intan.
my/napsipag/frame2/manila/Pratt%20-
174

%20Reforming%20Reform%20.pdf tanggal 1
April 2009.
Pribadi, Ulung, Restrukturisasi Organisasi Pemerintah
Daerah, Disertasi, UGM, 2009, tidak diterbitkan.

Pugh, Derek S., D.J. Hickson, C.R. Hinnings, and C. Turner,
Dimensions of Organization Structure,
Administrative Science Quarterly, 1968, p. 65-
105.

Rourke, Francis E., American Exeptionalism: Government
Without Bureaucracy, dalam Larry B. Hill (ed.),
The State of Public Bureaucracy, ME Sharpe,
Inc., Armonk, N.Y., 1992.

Schick, Alan, Why Most Developing Countries Should Not
Try New Zealands Reform, World Bank
Research Observer 13 (1), 1998, p. 123-131.

Taylor, Frederick W., Scientific Management, Harper and
Row, 1947; first published in 1911.

Thoha, Miftah, Birokrasi dan Politik di Indonesia, Rajawali
Pers, Jakarta, 2003.

United Nations Development Programme, Participatory
Local Governance, Local Initiative Facility for
Urban Environment, Management Development
and Governance Division, UNDP, New York,
NY., 1997; juga Local Government in Asia and
the Pacific: a comparative analysis of fifteen
countries, dalam
http://www.unescap.org/huset/lgstudy/compariso
n1.htm, 10/19/2005;
http://www.indo.ausaid.gov.au/aboutausaid.html,
10/19/2005;
http://www.asiafoundation.org/Locasions/Indones
ia.html, 10/19/2005;
http://www.adb.org/Governance/gov_snlg.asp,
10/19/2005.

Warner, Mildred E. and Robert Hebdon, Local Government
Restructuring: Privatization and Its Alternatives,
Journal of Policy Analysis and Management, Vol.
175

20, No. 2, 315-336, 2001, diunduh melalui
http://government.cce.cornell.
edu/doc/pdf/LGS%20overview%20final.pdf
tanggal 1 April 2009.

Weber, Max, From Max Weber: Essays in Sociology,
dalam Jay M. Shafritz and J. Steven Ott, Classics
of Organization Theory, fourth edition,
Wadsworth Publishing Company, an
International Thomson Publishing Company,
USA, 1996, h.80-81.

Weber, Max, dalam H.H. Gerth and C.W. Mills (eds.), From
Max Weber: Essays in Sociology, Oxford
University Press, 1958.

Woodward, Joan, Industrial Organization: Theory and
Practice, Oxford University Press, 1965.

Anda mungkin juga menyukai