Anda di halaman 1dari 22

TUGAS FISIKA

GELOMBANG




Nama : Novianna Miska Risky
Absen : 16
Kelas :XII IPA 3




2014
DISPERSI GELOMBANG
Dispersi gelombang adalah perubahan bentuk gelombang ketika gelombang merambat pada suatu
medium.Medium nyata yang gelombangnya merambat dapat disebut sebagai medium
nondispersi.Dalam medium nondispersi,gelombang mempertahankan bentuknya.
Contoh medium non disperse adalah udara sebagai medium perambatan dari gelombang bunyi.
Gelombang-gelombang cahaya yang terdapat dalam vakum adalah nondispersi secara sempurna.
Cahaya putih(polikromatik) yang dirambatkan pada prisma kaca mengalami dispersi sehingga membentuk
spektrum warna-warna pelangi.
Dispersi gelombang yang terjadi dalam prisma kaca terjadi karena kaca termasuk medium dispersi untuk
gelombang cahaya.

Dispersi cahaya adalah penguraian cahaya putih atas komponen komponen warna pelangi.Dalam percobaan
di laboratorium,penguraian cahaya tersebut menggunakan sebuah kotak sinar dan sebuah prisma kaca. Jika
sebuah sinar yang keluar dari kotak diarahkan ke salah satu bidang pembias prisma,maka sinar yang keluar
dari bidang prisma lainnya akan terpisah menjadi 7 warna pelangi.
Dalam kehidupan sehari hari,contoh penerapan dispersi adalah pembentukan pelangi.selain itu,dispersi juga
mempunyai pengertian sebagai berikut:
Dispersi adalah peristiwa penguraian cahaya polikromarik(putih) menjadi cahaya-cahaya monokromatik(me,
ji, ku, hi, bi, ni, u) pada prisma lewat pembiasan atau pembelokan.Hal itu membuktikan bahwa cahaya putih
terdiri atas harmonisasi berbagai cahaya warna dengan panjang gelombang yang berbeda-beda.

Pelangi adalah spektrum cahaya matahari yang diuraikan oleh butir-butir air.
Pelangi hanya dapat terlihat jika kita membelakangi matahari dan hujan terjadi di depan kita.Jika seberkas
sinar matahari mengenai butir-butir air yang besar,maka sinar itu akan dibiaskan oleh bagian depan permukaan
air.
Sinar akan memasuki butir air.Sebagian kecil sinar akan dipantulkan oleh bagian belakang butir
air.Selanjutnya sinar pantul ini mengenai permukaan depan dan di biaskan oleh permukaan depan. Karena
sinar pantul ini dibiaskan,maka sinar ini pun diuraikan atas spektrum-spektrum matahari.
Ketika cahaya merambat dalam suatu medium,maka kecepatan rambat gelombang umumnya bergantung pada
frekuensinya.
Dalam kaca misalnya,kecepatan rambat makin kecil bila panjang gelombangnya makin kecil.Cahaya warna
ungu merambat lebih lambat daripada cahaya warna merah.Jika cahaya putih jatuh pada bidang batas-batas
medium dengan sudut tertentu,maka gelombang yang masuk ke medium kedua mengalami
pembiasan.Besarnya sudut bias bergantung pada kecepatan rambat cahaya dalam medium tersebut.
Karena gelombang dengan frekuensi berbeda mempunyai v(kecepatan) yang berbeda,maka gelombang dengan
frekuensi berbeda akan memiliki sudut bias yang berbeda pula. Akibatnya,dalam medium kedua,berkas dengan
frekuensi yang berbeda bergerak dalam arah yang berbeda.Peristiwa tersebut dapat dikatakan sebagai
penguraian cahaya putih dari spektrum-spektrum yang memiliki frekuensi yang berbeda atau disebut dispersi.
Sebuah prisma atau kisi-kisi mempunyai kemampuan untuk menguraikan cahaya menjadi warna-warna
spektralnya.Indeks cahaya suatu bahan menentukan panjang gelombang cahaya yang dapat diuraikan
menjadikomponen-komponennya.Untuk cahaya ultra violet digunakan prisma dari Kristal,untuk cahaya putih
digunakan prisma dari kaca,dan untuk cahaya infrarot digunakan prisma dari garam batu.
Peristiwa dispersi ini terjadi karena perbedaan indeks bias tiap warna cahaya. Cahaya berwarna merah
mengalami deviasi terkecil sedangkan warna ungu mengalami deviasi terbesar.
RUMUS-RUMUS DISPERSI
Setiap warna mengalami pembiasan yang berbeda.Setiap warna mengalami deviasi dari
arah semula.Sudut yang dibentuk oleh sinar yang keluar dengan sinar datang dinamakan sudut devisiasi.

Selisih sudut devisiasi ungu dengan sudut devisiasi merah dinamakan sudut dispersi.untuk kondisi dimana
terjadi devisiasi menimum(D) dan sudut pembias kecil,maka berlaku hubungan sebagai berikut:
Devisiasi minimum=ungu(Du)
Devisiasi minimum=merah(Dm)
Sudut dispersi untuk kondisi ini adalah :

Susunan Prisma pandang lurus
Adalah susunan prisma yang menghilangkan devisiasi warna tertentu.
Misalnya untuk sinar warna kuning=Dk Dk = 0
Sudut dispersi
=u-m
=(nu nm)
Keterangan:
m=sudut deviasi merah
u=sudut deviasi ungu
nu=indeks bias untuk warna ungu
nm=indeks bias untuk warna merah
Catatan:
Untuk menghilangkan dispersi antara sinar ungu dan sinar merah kita gunakan susunan Prisma Akhromatik.
Ftot=F kerona Fflinta= 0
Untuk menghilangkan deviasi suatu warna,misalnya hijau,kita gunakan susunan prisma pandang lurus.
Dtot =Dkerona Dflinta = 0
Ketika Anda menyentakkan ujung tali naik-turun (setengah getaran), sebuah pulsa transversal merambat
melalui tali (tali sebagai medium). Sesungguhnya bentuk pulsa berubah ketika pulsa merambat sepanjang tali,
pulsa tersebar atau mengalami dispersi (perhatikan Gambar 1.16). Jadi, dispersi gelombang adalah perubahan
bentuk gelombang ketika gelombang merambat suatu medium.


Gambar 1.16.
Dalam suatu medium dispersi, bentuk gelombang Berubah begitu gelombang merambat
Kebanyakan medium nyata di mana gelombang merambat dapat kita dekati sebagai medium non dispersi.
Dalam medium non dispersi, gelombang dapat mempertahankan bentuknya. Sebagai contoh medium non
dispersi adalah udara sebagai medium perambatan dari gelombang bunyi..
Gelombang-gelombang cahaya dalam vakum adalah nondispersi secara sempurna. Untuk cahaya putih
(polikromatik) yang dilewatkan pada prisma kaca mengalami dispersi sehngga membentuk spektrum warna-
warna pelangi. Apakah yang bertanggungjawab terhadap dispersi gelombang cahaya ini? Tentu saja dispersi
gelombang terjadi dalam prisma kaca karena kaca termasuk medium dispersi untuk gelombang cahaya.


PEMANTULAN GELOMBANG
Pemantulan gelombang (Refleksi) terjadi pada saat sebuah gelombang yang merambat dalam
suatu media sampai di bidang batas medium tersebut dengan media lainnya. Contohnya,
gelombang cahaya yang merambat di dalam udara akan dipantulkan oleh bidang batas antara
udara dan air atau oleh bidang batas udara dan cermin/kaca. Selama gelombang cahaya itu
merambat dalam suatu medium, gelombang itu tidak akan mengalami peristiwa pemantulan.
Jadi, selama cahaya merambat di dalam air tidak akan mengalami pemantulan sampai gelombang
itu sampai pada batas pemisah antara air dengan medium lainnya, seperti udara.
Dengan demikian, pemantulan (refleksi) sebuah gelombangadalah bidang batas antara dua
medium yang berbeda. Contoh lainnya adalah pemantulan gelombang pada tali. Pada saat
gelombang tali sampai di ujung tali (batas antara tali dan medium lain), maka gelombang
tersebut akan dipantulkan kembali ke dalam tali itu.
Pada peristiwa pemantulan gelombang, ada dua kemungkinan yang dapat terjadi pada fase
gelombang pantul. Apabila gelombang itu merambat dalam medium yang kurang rapat dan
sampai pada batas medium yang lebih rapat, maka fase gelombang pantul akan berbeda 0,5
dengan fase gelombang datang. Dalam hal ini gelombang datang dikatakan mengalami
perubahan fase 0,5. Misalnya gelombang yang merambat di dalam udara akan mengalami
perubahan fase pada saat dipantulkan oleh permukaan air (batas antara air dan udara), sehingga
fase gelombang pantul berbeda 0,5 dengan fase gelombang datang.
Sebaliknya, apabila gelombang itu merambat di dalam medium yang lebih rapat dan sampai pada
bidang batas medium yang kurang rapat, maka fase gelombang pantul akan sama dengan fase
gelombang datang. Dalam hal ini gelombang datang dikatakan tidak mengalami perubahan fase.
Misalnya, cahaya yang merambat di dalam air tidak akan mengalami perubahan fase pada saat
terjadinya pemantulan oleh udara (bidang batas antara air dengan udara), sehingga fase
gelombang pantul sama dengan fase gelombang datang.
Jika masih bingun perhatikan penjelasan berikut tentang pemantulan gelombang.


Pemantulan gelombang transversal pada tali dengan
(a) ujung tali diikat dan
(b) ujung tali bebas.
Sebuah gelombang merambat pada tali, jika ujung tali diikat pada suatu penopang (Gambar a),
gelombang yang mencapai ujung tetap tersebut memberikan gaya ke atas pada penopang.
Penopang memberikan gaya yang sama tetapi berlawanan arah ke bawah pada tali. Gaya ke
bawah pada tali inilah yang membangkitkan gelombang pantulan yang terbalik. Pada Gambar b,
ujung yang bebas tidak ditahan oleh sebuh penopang. Gelombang cenderung melampaui batas.
Ujung yang melampaui batas memberikan tarikan ke atas pada tali dan inilah yang
membangkitan gelombang pantulan yang tidak terbalik.





Pemantulan Gelombang Permukaan Air
Refleksi (pemantulan) gelombang adalah peristiwa pengembalian seluruh atau sebagian dari
suatu gelombang jika gelombang tersebut bertemu dengan bidang batas antara dua medium. Pemantulan
gelombang biasanya terjadi ketika gelombang yang sedang berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain
menabrak suatu penghalang. Contohnya adalah gelombang pada air laut yang terpantul ketika menabrak
karang atau sisi kapal dan gelombang air yang terpantul dari sisi kolam renang atau bak mandi.
Bentuk gelombang yang dihasilkan oleh permukaan air akan berupa lingkaran-lingkaran. Mulai
dari lingkaran kecil, kemudian lingkaran kecil tersebut merambat menjauhi titik pusat llingkarannya
membentuk lingkaran-lingkaran yang lebih besar. Pada peristiwa pemantulan gelombang dikenal istilah
muka gelombang dan sinar gelombang. Muka gelombang didefinisikan sebagai kedudukan titik-titik yang
memiliki fase yang sama pada suatu gelombang. Jika pusat getaran gelombang itu merupakan sebuah
titik, muka gelombangnya akan berupa lingkaran-lingkaran. Jika sumber getarannya berupa garis lurus,
getaran-getaran yang dihasilkan akan merambat dengan bentuk muka gelombang lurus. Jarak antara dua
muka gelombang yang berdekatan sama dengan satu panjang gelombang () dan waktu yang dibutuhkan
untuk menempuh satu panjang gelombang disebut satu periode (T). Sedangkan sinar gelombang
merupakan arah rambatan gelambang dan arahnya selalu tegak lurus muka gelombang.

Gambar. Muka gelombang dan sinar gelombang.


Dalam pemantulan gelombang berlaku hukum pemantulan gelombang yaitu:
a) Sudut datang sama dengan sudut pantul gelombang.
b) Gelombang datang, gelombang pantul dan garis normal terletak dalam satu bidang datar.
Pada peristiwa pemantulan gelombang, bentuk gelombang yang dipantulkan dipengaruhi oleh
penghalangnya. Gelombang akan dipantulkan secara teratur dengan sudut datang sama dengan sudut
pantul pada permukaan yang datar. Sedangkan pada permukaan cembung atau cekung, gelombang akan
dipantulkan mengikuti bentuk tersebut.
Pemantulan gelombang lingkaran oleh bidang datar

Bagaimanakah jika yang mengenai bidang datar adalah muka gelombang lingkaran? Gambar
1.17 menunjukkan pemantulan gelombang lingkaran sewaktu mengenai batang datar yang
merintanginya. Gambar 1.18 adalah adalah analisis dari Gambar 1.17.

Sumber gelombang datang adalah titik O. Dengan menggunakan hukum pemantulan, yaitu sudut
datang =sudut pantul, kita peroleh bayangan O adalah I. Titik I merupakan sumber gelombang
pantul sehingga muka gelombang pantul adalah lingkaran-lingkaran yang berpusat di I, seperti
ditunjukkan pada gambar 1.18.




Gambar 1.17 Pemantulan
gelombang Lingkaran oleh bidang
datar
Gambar 1.18 Bayangan sumber gelombang
datang Oadalah I (sumber gelombang pantul)









PEMBIASAN GELOMBANG
Pembiasan atau refraksi adalah peristiwa pembelokan arah perambatan suatu gelombang. Hal ini
dapat terjadi jika gelombang tersebut melewati bidang batas dua medium yang memiliki indeks
bias yang berbeda. Indeks bias menyatakan kerapatan suatu medium. Misalnya cahaya
merambat dari udara ke air sehingga arah perambatannya akan mengalami pembelokan.

Pada gambar di bawah ini adalah seberkas cahaya yang jatuh pada permukaan batas dua medium
1 dan medium 2. Sebagian lagidipantulkan oleh permukaan dan sebagian lagi dibelokkan
(dibiaskan, direfraksikan) masuk ke dalam medium 2. Berkas gelombang datang digambarkan
dengan garis lurus, sinar datang sejajar dengan arah perambatan

Berkas datang pada gambar dianggap
gelombang datar dengan muka
gelombangnya tegak lurus dengan sinar
datang. Sudut datang
1
dan sudut
refleksi
1
dan sudut refraksi
2
diukur
dari garis normal bidang batas ke sinar
yang bersangkutan.
Berdasarkan Hukum Snellius tentang
pemantulan dan pembiasan:

1. Sinar yang dipantulkan dan dibiaskan terletak pada satu bidang yang dibentuk oleh sinar
datang dan garis normal didang batas di titik datang
2. Untuk pemantulan berlaku: sudut datang = sudut pantul

1
=
1

3. Sinar yang datang dari medium dengan indeks bias kecil ke indeks bias yang lebih besar
dibiaskan mendekati garis normal dan sebaliknya.
4. Untuk pembiasan berlaku: Perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias berharga
konstan

n
21
adalah konstanta yang disebut indeks bias relatif dari medium 2 terhadap medium 1.
Pernyataan 1 dan 2 dinamakan hukum pemantulan Snellius, sedangkan pernyataan 1, 3, dan 4
dinamakan hukum pembiasan Snellius. Hukum pembiasan dapat ditulis:

jika sudut datang dan sudut bias kecil sehingga sin (dalam radian) maka:

Sedangkan indeks bias mutlak suatu medium didefinisikan sebagai berikut:

Dengan c = laju cahaya di ruang hampa
v= laju cahaya dalam suatu medium







DIFRAKSI GELOMBANG
Di dalam suatu medium yang sama, gelombang merambat lurus. Oleh karena itu, gelombang
lurus akan merambat ke seluruh medium dalam bentuk gelombang lurus juga. Hal ini tidak
berlaku bila pada medium diberi penghalang atau rintangan berupa celah. Untuk ukuran celah
yang tepat, gelombang yang datang dapat melentur setelah melalui celah tersebut. Lenturan
gelombang yang disebabkan oleh adanya penghalang berupa celah dinamakan difraksi
gelombang.
Jika penghalang celah yang diberikan oleh lebar, maka difraksi tidak begitu jelas terlihat. Muka
gelombang yang melalui celah hanya melentur di bagian tepi celah, seperti ditunjukkan pada
gambar 1.22. Jika penghalang celah sempit, yaitu berukuran dekat dengan orde panjang
gelombang, maka difraksi gelombang sangat jelas. Celah bertindak sebagai sumber gelombang
berupa titik, dan muka gelombang yang melalui celah dipancarkan berbentuk lingkaran-
lingkaran dengan celah tersebut sebagai pusatnya seperti ditunjukkan pada gambar 1.23.

Gambar 1.22 Pada celah lebar, hanya muka
gelombang pada tepi celah saja melengkung
Gambar 1.23 Pada celah sempit, difraksi
gelombang tampak jelas.








INTERFERENSI GELOMBANG
Jika pada suatu tempat bertemu dua buah gelombang, maka resultan gelombang di tempat
tersebut sama dengan jumlah dari kedua gelombang tersebut. Peristwa ini di sebut
sebagai prinsip superposisi linear. Gelombang-gelombang yang terpadu akan mempengaruhi
medium. Nah, pengaruh yang ditimbulkan oleh gelombang-gelombang yang terpadu tersebut
disebutinterferensi gelombang.
Ketika mempelajari gelombang stasioner yang dihasilkan oleh superposisi antara gelombang
datang dan gelombang pantul oleh ujung bebas atau ujung tetap, Anda dapatkan bahwa pada
titik-titik tertentu, disebut perut, kedua gelombang salingmemperkuat (interferensi konstruktif),
dan dihasilkan amplitudo paling besar, yaitu dua kali amplitudo semuala. Sedangkan pada titik-
titik tertentu, disebut simpul, kedua gelombang saling
memperlemah atau meniadakan (interferensi destruktif), dan dihasilkan amplitudo nol.
Dengan menggunakan konsep fase, dapat kita katakan bahwa interferensi konstruktif (saling
menguatkan) terjadi bila kedua gelombang yang berpadu memiliki fase yang sama. Amplitudo
gelombang paduan sama dengan dua kali amplitudo tiap gelombang. Interferensi destruktif
(saling meniadakan) terjadi bila kedua gelombang yang berpadu berlawanan fase. Amplitudo
gelombang paduan sama dengan nol. Interferensi konstruktif dan destruktif mudah dipahami
dengan menggunakan ilustrasi pada Gambar 1.24.

Gambar 1.24. Interferensi Konstruktif
Interferensi merupakan perpaduan/interaksi dua atau lebih gelombang cahaya dapat
menghasilkan suatu pola yang teratur terang-gelap. Intererensi adalah hasil kerja sama dua
gelombang atau lebih yang bertemu pada satu titik di dalam ruang dan menimbulkan fenomena
fisikyang dapat diamati.
Agar interferensi yang stabil dan berkelanjutan dari gelombang cahaya dapat diamati, dua
kondisi berikut harus dipenuhi:
Sumber harus bisa mempertahankan suatu beda fasa yang tetap (sumber koheren).
Sumber harus monokromatis dan menghasilkan cahaya dengan panjang gelombang sama.
Jika sumbernya monokromatik, maka pola interferensi adalah hitam-putih.
Pola interferensi stabil, jika memiliki frekuensi sama.
Perbedaan frekuensi yang signifikan mengakibatkan beda fasa yang bergantung waktu, sehingga
I12 = 0.
Jika sumber memancarkan cahaya putih, maka komponen merah berinterferensi dengan merah,
biru dengan biru dan seterusnya.
Pola interferensi akan terlihat jelas, jika sumber memiliki amplitudo yang hampir sama atau
sama.
Daerah pusat dari pola terang atau gelap menunjukkan interferensi yang konstruktif atau
destruktif sempurna.
Interferensi terjadi pada cahaya yang terpolarisasi linier atau polarisasi lain, termasuk cahaya
natural / alami (Hukum Fresnel-Arago).
Ketika dua gelombang yang koheren menyinari/melalui dua celah sempit, maka akan teramati
pola interferensi terang dan gelap pada layar. Jarak tempuh cahaya yang melalui dua celah
sempit mempunyai perbedaan (beda lintasan), hal ini yang menghasilkan pola interferensi. Pola
interferensi terbagi dua, yaitu:
Interferensi Maksimum: gelombang saling memperkuat/konstruktif, menghasilkan garis
terang.
Interferensi Minimum: gelombang saling memperlemah/destruktif, menghasilkan garis gelap.

Interferensi Maksimum (Konstruktif):
Interferensi maksimum terjadi jika kedua gelombang memiliki fase yang sama (sefase), yaitu
jika selisih lintasannya sama dengan nol atau bilangan bulat kali panjang gelombang
d sin = m ; m = 0, 1, 2 .
Bilangan m disebut orde terang . Untuk m = 0 disebut terang pusat, m = 1 disebut terang ke-1
dst.
Karena jarak celah ke layar l jauh lebih besar dari jarak kedua celah d (l >> d), maka sudut
sangat kecil, sehingga sin = tan = p/l, dengan demikian :
pd/l = m
dengan p adalah jarak terang ke-m ke pusat terang.

Interferensi Minimum (Destruktif):
Interferensi minimum terjadi jika beda fase kedua gelombang 180 derajad, yaitu jika selisih
lintasannya sama dengan bilangan bulat kali setengah panjang gelombang
d sin = (m ); m = 1, 2, 3
Bilangan m disebut orde gelap. Tidak ada gelap ke 0. Untuk m = 1 disebut gelap ke-1 dst.
Mengingat sin = tan = p/l, maka:
pd/l = (m )
dengan p adalah jarak terang ke-m ke pusat terang.
Jarak antara dua garis terang yang berurutan sama dengan jarak dua garis gelap berurutan. Jika
jarak itu disebut p, maka :
p d = l

Interferensi Dua Berkas (Film Dielektrik)
Efek interferensi juga dapat diamati pada lembaran tipis material dielektrik dengan ketebalan
dalam rentang nanometer centimeter. Contoh : lapisan film di kacamata, kaca helm, dan lain-
lain.
Karena (AB) = (BC) = d/cos , maka :
= 2 nf d cos t
Interferensi maksimum terjadi jika beda fasenya = 2m, maka :
d cos t = (2m + 1) f/4 ; f = 0/nf
Interferensi minimun terjadi jika beda fasenya = (2m + 1), maka :
d cos t = 2m f/4 ; f = 0/nf

Interferensi pada Lapisan Sabun (Wedge Shaped Film)
Ketika cahaya dipantulkan dari buih sabun atau dari layar tipis dari minyak yang mengambang
dalam air terlihat bermacam-macam warna. Hal ini akibat pengaruh inteferensi antara dua
gelombang cahaya yang dipantulkan pada permukaan yang berlawanan dari lapisan tipis larutan
sabun atau minyak.

Interferensi Dua Gelombang
Interferensi konstruktif dan interferensi destruktif.
Aplitudo bergantung pada beda fasa, f.
Jika f= 0 dan amplitudo = 2A, disebut interferensi konstruktif.
Jika f = p maka amplitudo = 2A, dan kedua gelombang saling menghilangkan. Ini disebut
interferensi destruktif.

Interferensi juga terjadi pada gelombang bunyi, yang ditunjukka dengan pelayangan. Yaitu
interferensi dua gelombang dengan frekuensi berbeda namun hampir sama.










POLARISASI GELOMBANG
Pemantulan, pembiasan, difraksi, dan interferensi dapat terjadi pada gelombang tali (satu
dimensi), gelombang permukaan air (dua dimensi), gelombang bunyi dan gelombang cahaya
(tiga dimensi). Gelombang tali, gelombang permukaan air, dan gelombang cahaya adalah
gelombang transversal, sedangkan gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal. Nah, ada
satu sifat gelombang yang hanya dapat terjadi pada gelombang transversal, yaitu polarisasi. Jadi,
polarisasi gelombang tidak dapat terjadi pada gelombang longitudinal, misalnya pada gelombang
bunyi.
Fenomena polarisasi cahaya ditemukan oleh Erasmus Bhartolinus pada tahun 1969. Dalam
fenomena polarisasi cahaya, cahaya alami yang getarannya ke segala arah tetapi tegak lurus
terhadap arah merambatnya (gelombang transversal) ketika melewati filter polarisasi, getaran
horizontal diserap sedang getaran vertikal diserap sebagian (lihat Gambar 1.25). Cahaya alami
yang getarannya ke segala arah di sebut cahaya tak terpolarisasi, sedang cahaya yang melewati
polaroid hanya memiliki getaran pada satu arah saja, yaitu arah vertikal, disebut cahaya
terpolarisasi linear.

Gambar 1.25. Polarisasi cahaya pada polaroid
Sebagai gelombang transversal, cahaya dapat mengalami polarisasi. Polarisasi cahaya dapat
disebabkan oleh empat cara, yaitu refleksi (pemantulan), absorbsi (penyerapan), pembiasan
(refraksi) ganda dan hamburan.
1. Polarisasi karena refleksi
Pemantulan akan menghasilkan cahaya terpolarisasi jika sinar pantul dan sinar biasnya
membentuk sudut 90
o
. Arah getar sinar pantul yang terpolarisasi akan sejajar dengan bidang
pantul. Oleh karena itu sinar pantul tegak lurus sinar bias, berlaku i
p
+ r = 90 atau r = 90 i
p
.
Dengan demikian, berlaku pula


Jadi, diperoleh persamaan

Dengan n
2
adalah indeks bias medium tempat cahaya datang n
1
adalah medium tempat cahaya
terbiaskan, sedangkan i
p
adalah sudut pantul yang merupakan sudut terpolarisasi. Persamaan di
atas merupakan bentuk matematis dari Hukum Brewster.

Gambar 1. Polarisasi karena refleksi
2. Polarisasi karena absorbsi selektif

Gambar 2. Skema polarisasi selektif menggunakan filter polaroid. Hanya cahaya dengan
orientasi sejajar sumbu polarisasi polaroid yang diteruskan.
Polarisasi jenis ini dapat terjadi dengan bantuan kristal polaroid. Bahan polaroid bersifat
meneruskan cahaya dengan arah getar tertentu dan menyerap cahaya dengan arah getar yang lain.
Cahaya yang diteruskan adalah cahaya yang arah getarnya sejajar dengan sumbu polarisasi
polaroid.

Gambar 3. Dua buah polaroid, polaroid pertama disebut polarisator dan polaroid kedua disebut
analisator dengan sumbu transmisi membentuk sudut
Seberkas cahaya alami menuju ke polarisator. Di sini cahaya dipolarisasi secara vertikal yaitu
hanya komponen medan listrik E yang sejajar sumbu transmisi. Selanjutnya cahaya terpolarisasi
menuju analisator. Di analisator, semua komponen E yang tegak lurus sumbu transmisi analisator
diserap, hanya komponen E yang sejajar sumbu analisator diteruskan. Sehingga kuat medan
listrik yang diteruskan analisator menjadi:
E
2
= E cos
Jika cahaya alami tidak terpolarisasi yang jatuh pada polaroid pertama (polarisator) memiliki
intensitas I
0
, maka cahaya terpolarisasi yang melewati polarisator adalah:
I
1
= I
0

Cahaya dengan intensitas I
1
ini kemudian menuju analisator dan akan keluar dengan intensitas
menjadi:
I
2
= I
1
cos
2
= I
0
cos
2


3. Polarisasi karena pembiasan ganda
Jika berkas kaca dilewatkan pada kaca, kelajuan cahaya yang keluar akan sama ke segala arah.
Hal ini karena kaca bersifat homogen, indeks biasnya hanya memiliki satu nilai. Namun, pada
bahan-bahan kristal tertentu misalnya kalsit dan kuarsa, kelajuan cahaya di dalamnya tidak
seragam karena bahan-bahan itu memiliki dua nilai indeks bias (birefringence).
Cahaya yang melalui bahan dengan indeks bias ganda akan mengalami pembiasan dalam dua
arah yang berbeda. Sebagian berkas akan memenuhi hukum Snellius (disebut berkas sinar biasa),
sedangkan sebagian yang lain tidak memenuhi hukum Snellius (disebut berkas sinar istimewa).
4. Polarisasi karena hamburan
Jika cahaya dilewatkan pada suatu medium, partikel-partikel medium akan menyerap dan
memancarkan kembali sebagian cahaya itu. Penyerapan dan pemancaran kembali cahaya oleh
partikel-partikel medium ini dikenal sebagai fenomena hamburan.
Pada peristiwa hamburan, cahaya yang panjang gelombangnya lebih pendek cenderung
mengalami hamburan dengan intensitas yang besar. Hamburan ini dapat diamati pada warna biru
yang ada di langit kita.

Gambar 5. Warna biru langit akibat fenomena polarisasi karena hamburan
Sebelum sampai ke bumi, cahaya matahari telah melalui partikel-partikel udara di atmosfer
sehingga mengalami hamburan oleh partikel-partikel di atmosfer itu. Oleh karena cahaya biru
memiliki panjang gelombang lebih pendek daripada cahaya merah, maka cahaya itulah yang
lebih banyak dihamburkan dan warna itulah yang sampai ke mata kita.
Polarisasi adalah suatu peristiwa perubahan arah getar gelombang pada cahaya yang acak
menjadi satu arah getar; dari sumber lain mengatakan bahwaPolarisasi adalah peristiwa
penyerapan arah bidang getar dari gelombang.
Gejala polarisasi hanya dapat dialami oleh gelombang transversal saja, sedangkan gelombang
longitudinal tidak mengalami gejala polarisasi. Fakta bahwa cahaya dapat mengalami polarisasi
menunjukkan bahwa cahaya merupakan gelombang transversal.

Polarisasi Gelombang
Pada umumnya, gelombang cahaya mempunyai banyak arah getar. Suatu gelombang yang
mempunyai banyak arah getar disebut gelombang tak terpolarisasi, sedangkan gelombang yang
memilki satu arah getar disebut gelombang terpolarisasi.
Gejala polarisasi dapat digambarkan dengan gelombang yang terjadi pada tali yang dilewatkan
pada celah. Apabila tali digetarkan searah dengan celah maka gelombang pada tali dapat
melewati celah tersebut. Sebaliknya jika tali digetarkan dengan arah tegak lurus celah maka
gelombang pada tali tidak bisa melewati celah tersebut.
Sinar alami seperti sinar Matahari pada umumnya adalah sinar yang tak terpolarisasi. Cahaya
dapat mengalami polarisasi dengan berbagai cara, antara lain karena peristiwa pemantulan,
pembiasan, bias kembar, absorbsi selektif, dan hamburan.
1. Polarisasi karena Pemantulan
Cahaya yang datang ke cermin dengan sudut datang sebesar 57o, maka sinar yang terpantul akan
merupakan cahaya yang terpolarisasi. Cahaya yang berasal dari cermin I adalah cahaya
terpolarisasi akan dipantulkan ke cermin.
Apabila cermin II diputar sehingga arah bidang getar antara cermin I dan cermin II saling tegak
lurus, maka tidak akan ada cahaya yang dipantulkan oleh cermin II. Peristiwa ini menunjukkan
terjadinya peristiwa polarisasi. Cermin I disebut polarisator, sedangkan cermin II disebut
analisator. Polarisator akan menyebabkan sinar yang tak terpolarisasi menjadi sinar yang
terpolarisasi, sedangkan analisator akan menganalisis sinar tersebut merupakan sinar
terpolarisasi atau tidak.

Polarisasi Gelombang Karena Pemantulan
2. Polarisasi karena Pemantulan dan Pembiasan
Berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan para ilmuwan Fisika menunjukkan bahwa
polarisasi karena pemantulan dan pembiasan dapat terjadi apabila cahaya yang dipantulkan
dengan cahaya yang dibiaskan saling tegak lurus atau membentuk sudut 90o.
Di mana cahaya yang dipantulkan merupakan cahaya yang terpolarisasi sempurna, sedangkan
sinar bias merupakan sinar terpolarisasi sebagian. Sudut datang sinar yang dapat menimbulkan
cahaya yang dipantulkan dengan cahaya yang dibiaskan merupakan sinar yang terpolarisasi.
Sudut datang seperti ini dinamakan sudut polarisasi (ip) atau sudut Brewster. Pada saat sinar
pantul dan sinar bias saling tegak lurus (membentuk sudut 90o) akan berlaku ketentuan bahwa :
i + r = 90o atau r = 90o i
Dari hukum Snellius tentang pembiasan berlaku bahwa:

Rumus Sudut Pandang
3. Polarisasi karena Bias Kembar (Pembiasan Ganda)
Polarisasi karena bias kembar dapat terjadi apabila cahaya melewati suatu bahan yang
mempunyai indeks bias ganda atau lebih dari satu, misalnya pada kristal kalsit.
Cahaya yang lurus disebut cahaya biasa, yang memenuhi hukum Snellius dan cahaya ini tidak
terpolarisasi. Sedangkan cahaya yang dibelokkan disebut cahaya istimewa karena tidak
memenuhi hukum Snellius dan cahaya ini adalah cahaya yang terpolarisasi.

Polarisasi karena Bias Kembar (Pembiasan Ganda)
4. Polarisasi karena Absorbsi
Selektif Polaroid adalah suatu bahan yang dapat menyerap arah bidang getar gelombang cahaya
dan hanya melewatkan salah satu bidang getar. Seberkas sinar yang telah melewati polaroid
hanya akan memiliki satu bidang getar saja sehingga sinar yang telah melewati polaroid adalah
sinar yang terpolarisasi.
Peristiwa polarisasi ini disebut polarisasi karena absorbsi selektif. Polaroid banyak digunakan
dalam kehidupan sehari-hari, antara lain untuk pelindung pada kacamata dari sinar matahari
(kacamata sun glasses) dan polaroid untuk kamera.

Polarisasi karena Absorbsi Selektif
5. Polarisasi karena Hamburan
Polarisasi cahaya karena peristiwa hamburan dapat terjadi pada peristiwa terhamburnya cahaya
matahari oleh partikel-partikel debu di atmosfer yang menyelubungi Bumi. Cahaya matahari
yang terhambur oleh partikel debu dapat terpolarisasi. Itulah sebabnya pada hari yang cerah
langit kelihatan berwarna biru. Hal itu disebabkan oleh warna cahaya biru dihamburkan paling
efektif dibandingkan dengan cahaya-cahaya warna yang lainnya.

Polarisasi karena Hamburan
6. Pemutaran Bidang Polarisasi
Seberkas cahaya tak terpolarisasi melewati sebuah polarisator sehingga cahaya yang diteruskan
terpolarisasi. Cahaya terpolarisasi melewati zat optik aktif, misalnya larutan gula pasir, maka
arah polarisasinya dapat berputar.

Pemutaran Bidang Polarisasi

Anda mungkin juga menyukai