Anda di halaman 1dari 9

1

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroba patogen yang masuk ke dalam tubuh akan selalu dipantau
keberadaannya oleh sistem imun selular maupun humoral dengan mekanisme
immunologic surveillance (Paul, 2008). Jika peran yang ditunjukkan oleh fungsi
dan jumlah sel imunokompeten semakin baik, maka immunologic surveillance
yang dilakukan juga semakin optimal. Pada keadaan dimana fungsi dan jumlah sel
imunokompeten tidak seimbang, upaya terapi melalui pemberian imunomodulator
menjadi sangat vital (Zhang, 2012).
Imunomodulator adalah bahan atau obat yang dapat mengembalikan
ketidakseimbangan sistem imun. Cara kerja imunomodulator adalah 1)
mengembalikan fungsi sistem imun yang terganggu (imunorestorasi), 2) memper
baiki fungsi sistem imun (imunostimulasi), 3) menekan respon imun
(imunosupresi). Imunomodulator banyak digunakan pada penyakit
imunodefisiensi, infeksi kronis dan kanker (Wagner, 2011). Pemberian
imunomodulator kadang terhambat oleh berbagai faktor, terutama oleh mahalnya
harga imunomodulator yang tersedia di pasar obat berpaten, yang kebanyakan
diimpor dari luar negeri. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan imunomodulator
alternatif yang lebih murah sehingga faktor biaya dapat ditekan (Kusmardi, 2007).
Dadih merupakan susu fermentasi khas Indonesia yang berasal dari Sumatera
Barat. Dadih dibuat dari susu kerbau yang diolah secara sederhana, yaitu susu
kerbau disimpan dalam ruas bambu selama 2-3 hari sehingga terjadi fermentasi
secara spontan. Dadih memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi produk
pangan fungsional agar dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Berdasarkan
penelitian Balai Penelitian Ternak di Sumatera Barat, dalam dadih terdapat bakteri
probiotik yang sebagian besar merupakan bakteri Lactobacillus sp (Sunarlim,
2009).
Lactobacillus atau disebut juga bakteri asam laktat (BAL) memiliki berbagai
komponen penting yang bisa dijadikan sebagai imunomodulator. Bakteri yang
banyak terkadung dalam dadih ini dapat memberikan efek baik bagi kesehatan
apabila dikonsumsi dengan jumlah tertentu. Bakteri probiotik berperan dalam
menjaga keseimbangan mikroba indigenuous di saluran pencernaan dan mengatur
ekosistem saluran pencernaan (Hemarajata, 2012).
2

Menurut penelitian Fadhli (2009) di Kota Bukittinggi, pengetahuan
masyarakat asli Kota Bukittinggi maupun pendatang dari luar tentang dadih
sangatlah kurang, dan hanya sedikit yang suka mengkonsumsi dadih. Hal tersebut
dikarenakan promosi yang dilakukan masih kurang serta produsen yang belum
kreatif dalam mengolah dadih menjadi produk lain. Padahal dadih berpotensi
untuk dijadikan sebagai pangan probiotik dan sebagai alternatif imunomodulator
untuk menjaga kesehatan tubuh. Dadih dapat lebih dikenal dan disukai masyarakat
apabila dikembangkan menjadi produk lain yang lebih menarik.
Olahan lain dari dadih yang sudah dikembangkan adalah dalam bentuk es
krim. Produk es krim dadih akan lebih disukai masyarakat karena memiliki rasa
dan bentuk yang lebih menarik. Disamping rasanya yang enak, es krim dadih tetap
sehat untuk dikonsumsi, karena bakteri Lactobacillus pada dadih dapat
berkembang dalam es krim dengan menggunakan metode pengolahan tertentu.
(Ambri, 2009).
Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
manfaat dadih dalam bentuk es krim sebagai imunomodulator, dengan melakukan
analisis eksperimental pada mencit putih galur Balb/C.

1.1 Perumusan Masalah
Bagaimanakah potensi es krim dadih sebagai imunomodulator berdasarkan
kemampuan fagositosis makrofag?.

1.2 Tujuan Penelitian
1. Mengkaji pengaruh pemberian dadih terhadap aktivitas makrofag.
2. Mengkaji pengaruh dadih dalam bentuk es krim terhadap aktivitas makrofag.
3. Membandingkan potensi dadih dan dadih dalam bentuk es krim berdasarkan
aktivitas fagositosis makrofag.

1.3 Urgensi Penelitian
Dari penelusuran pustaka tidak ditemukan penelitian serupa yang pernah
dilakukan. Penelitian ini dapat menjelaskan sejauh mana potensi es krim dadih
sebagai imunomodulator alternatif.

3

1.4 Luaran yang diharapkan
1. Artikel ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal kampus secara online.
2. Produk Es Krim Dadih yang bermutu baik sebagai imunomodulator.

1.5 Manfaat Penelitian
1. Dapat dijadikan sebagai dasar teori untuk meningkatkan khasanah ilmu
pengetahuan masyarakat tentang manfaat es krim dadih.
2. Dapat dijadikan sebagai dasar teori dalam pengembangan produk olahan dadih
dalam bentuk es krim bagi produsen.
3. Dapat dijadikan sebagai rujukan untuk penelitian lebih lanjut mengenai
manfaat dadih dalam bentuk olahan lainnya.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Imunomodulator
Imunomodulator adalah substansi yang dapat mempengaruhi sistem imun.
Secara umum ada dua kategori imunomodulator berdasarkan efeknya yaitu
imunosuppressan and imunostimulator. Imunomodulator memiliki kemampuan
untuk meningkatkan respon imun atau perlindungan terhadap patogen dan tumor.
Imunostimulator adalah bahan yang dapat meningkatkan kerja komponan-
komponen sistem imun, sedangkan imunosupressan bekerja sebaliknya, yaitu
menurunkan kerja sistem imun (Alamgir, 2010).
Sistem imun terdiri atas imunitas nonspesifik dan spesifik. Kedua sistem
imun bekerja sama dalam melindungi tubuh terhadap serangan zat asing dari luar
maupun dalam tubuh sendiri. Penyembuhan infeksi akan lebih cepat bila fungsi
sistem imun tubuh ditingkatkan. Beberapa bahan tanaman dapat merangsang
fungsi berbagai komponen sistem imun nonspesifik (fagosit, sel NK) dan sistem
imun spesifik (proliferasi sel T, sel B yang memproduksi antibodi) serta produksi
sitokin sehingga dapat digunakan dalam klinik sebagai ajuvan untuk
meningkatkan penyembuhan berbagai penyakit infeksi. Sejumlah gangguan
seperti immunodefisiensi, penyakit autoimun, kanker dan infeksi virus dapat
diobati dengan obat-obatan imunostimulan. Imunomodulator juga dijadikan
ajuvan untuk modalitas terapi, yang menjadi pendekatan baru dalam pengobatan
penyakit menular pada dekade mendatang (Patil et al, 2012).
4

2.2 Dadih
Dadih merupakan susu
fermentasi asli dari daerah Sumatera.
Dadih yang berkualitas baik adalah
berwarna putih, konsistensi
menyerupai yoghurt dan mempunyai
aroma khas susu asam. Komposisi
nutrisi dadih yaitu memiliki kadar air
(82,10%), protein (6,99%), lemak
(8,08%), keasaman (130,5oD) dan pH
4,99 (Usmiati, 2011).
Dadih dapat diproduksi menjadi berbagai olahan pangan. Dadih dapat
diolah menjadi jelly dengan berbagai cita rasa, minuman segar seperti yakult atau
campuran es krim, makanan siap saji bertekstur padat seperti keju, mentega dan
dapat digunakan untuk berbagai jenis makanan seperti lauk, isi roti lapis dan
campuran berbagai jenis roti (Usmiati, 2011).

2.3 Dadih sebagai Imunomodulator
Berdasarkan penelitian Balai Penelitian Ternak di Sumatera Barat, dalam
dadih terdapat bakteri Lactobacillus sp. Bakteri Lactobacillus yang termasuk
salah satu probiotik dapat berinteraksi dengan epitel mukosa dan mengaktifkan
sistem imun mukosa. Mikroba yang telah berikatan dengan reseptor akan
memberikan sinyal kepada Antigen Presenting Cell untuk mengekspresikan
reseptor permukaan, mensekresikan sitokin dan kemokin.
Induksi sinyal pada epitel oleh Lactobacillus usus, dapat memodulasi fungsi
barrier dan sel T efektor, meregulasi sinyal inflamasi. meningkatkan imunitas
humoral dan interaksi sel dendrit dan makrofag dengan epitel. Beberapa faktor
pada Lactobacillus yang telah diidentifikasi berpengaruh pada respon imun secara
in vitro dan in vivo mencakup karbohidrat, enzim yang memodifikasi struktur
lipotheicoid acid dan metabolit lainnya. Selain itu strain Lactobacillus juga
memiliki endotoksik lipopolisakarida, peptidoglikan, lipotheichoic acid yang
berguna sebagai imunomodulator (Wells, 2011)

Gambar 1. Dadih
5

BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental pada 30 ekor mencit
dengan Randomized Post-test Only Control Group Design.













3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran dan Laboratorium Biologi
FMIPA Universitas Andalas. Penelitian dilakukan selama 4 bulan secara intensif.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit galur Balb/C.
Sampel yang diambil adalah 6 kelompok mencit, berdasarkan rumus Federrer,
maka tiap kelompok terdiri dari 4 ekor dan jumlah sampelnya 24 ekor. Untuk
menghindari drop out, ditambah satu ekor untuk tiap kelompok sehingga total
sampel menjadi 30 ekor. Sebagai kriteria inklusi yakni mencit berumur 6-8
minggu, berat badan 20-25 g serta berkondisi sehat. Sebagai kriteria eksklusi
yakni mencit yang sakit, atau beratnya turun 10% selama adaptasi, atau mati saat
percobaan.
30 ekor mencit
Randomisasi mencit ke dalam 6 kelompok
Kelompok I
(kontrol positif)
Adaptasi selama tujuh hari
isolasi makrofag intraperioneal dari mencit pada hari ke-8 dan 15 setelah perlakuan
Kelompok II
(kontrol negatif)
Kelompok III
(Dadih 56 mg)
Kelompok IV
(Dadih 112 mg)
Kelompok V
(EKD 56 mg)
Kelompok VI
(EKD 1112 mg)
Uji kemampuan fagositosis makrofag
6

3.4 Instrumen Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan es krim adalah, mini ice cream
maker, timbangan analitik, termometer, blender, mixer, refrigerator dan peralatan
masak. Sedangkan alat yang digunakan untuk analisis adalah autoklaf, inkubator
CO2, sentrifus, mikropipet, seperangkat alat-alat gelas yang telah disterilkan, alat
bedah, mikroskop cahaya dan haemositometer.
3.5 Bahan Penelitian
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan es krim adalah susu segar
dan Dadih dari Bukittinggi, Sumatera Barat. Bahan tambahan untuk es krim antara
lain susu skim, mentega putih, sukrosa dan kuning telur. Untuk uji kemampuan
fagositosis makrofag menggunakan partikel lateks, media kultur makrofag
menggunakan RPMI komplet. Untuk pemeliharaan mencit berupa makanan
standar .
3.6 Cara Kerja
3.6.1. Pembuatan Es Krim Dadih (EKD)
Proses pembuatan es krim dadih (modifikasi Hekmat and McMahon,
1992) meliputi sebagai berikut: penimbangan berat masing-masing bahan yang
akan digunakan, mentega putih 10% (b/v), susu skim 11% (b/v), kuning telur
0,1% (b/v), sukrosa 15% (b/v), dan Na-CMC 0,3% (b/v)
1. Penimbangan secara aseptis dadih yang akan digunakan sebanyak 5% (b/v)
2. Pencampuran semua bahan kering seperti gula pasir, susu skim, Na-CMC
sampai rata, kemudian bahan kering yang tercampur rata dicampur dengan
susu sapi segar dan kuning telur.
3. Setelah bahan tercampur rata, masukkan mentega putih, panaskan sampai
mentega mencair, campur merata sampai terbentuk adonan campuran es krim
4. Kemudian dilakukan pasteurisasi adonan sampai mencapai suhu 80
0
C selama 3
detik, kemudian kompor dimatikan
5. Adonan dihomogenisasi selama 5 menit menggunakan mixer kecepatan
sedang, kemudian adonan didinginkan sampai mencapai suhu 37
0
C
6. Setelah susu adonan 37
0
C dimasukan dadih secara aseptis dan dilanjutkan
proses homogenisasi selama 2 menit untuk meratakan dadih yang mengumpal
dengan mixer kecepatan rendah
7

7. Kemudian campuran es krim diinkubasi pada suhu 37
0
C selama 10 jam.
8. Kemudian dilakukan aging pada suhu 10
o
C selama 72 jam
9. Dilanjutkan dengan pembuihan dengan Mini ice cream maker selama 30 menit
10. Pembekuan dan pengerasan dilakukan dalam freezer selama 24 jam
3.6.2. Perlakuan tiap kelompok hewan coba
Semua kelompok hewan coba diadaptasikan terlebih dahulu selama 7 hari.
Kemudian dikelompokkan secara acak menjadi 6 kelompok dan masing-masing
kelompok terdiri dari 5 ekor mencit. Semua pemberian dilakukan per oral setiap
hari selama 2 minggu. Kelompok I sebagai kontrol positif, mencit diberikan PHA.
Kelompok II sebagai kontrol negatif, mencit diberikan aquades. Kelompok III
diberikan dadih dengan dosis 56 mg/20gBB. Kelompok IV diberikan dadih
dengan dosis 112 mg/20gBB. Kelompok V diberikan EKD dengan dosis 56
mg/20gBB. Kelompok VI diberikan EKD dengan dosis 112 mg/20gBB.
3.6.3. Isolasi makrofag
Dilakukan isolasi makrofag intraperioneal dari Balb/C pada hari ke-8 dan 15
setelah perlakuan. Makrofag intraperitoneal menggambarkan respon sistemik,
didapatkan melalui bilasan peritoneal. Sel ditempatkan dalam RPMI komplet dan
konsentrasi sel dihitung sehingga didapatkan kepadatan 2.5 x 10
6
sel/ml. Sel
diinkubasikan di dalam inkubator CO2, suhu 37C (Lewis, 1995).
3.6.4. Uji kemampuan fagositosis makrofag
Kemampuan fagositosis makrofag didasarkan pada kemampuan makrofag
untuk mamfagosit partikel lateks Dalam setiap sumuran terdapat makrofag dan
lateks dengan perbandingan 1 : 25. Penilaian kemampuan fagositosis dilakukan
terhadap persentase makrofag yang memfagosit dan jumlah lateks yang difagosit
untuk setiap makrofag. Perhitungan dilakukan dalam 300 makrofag untuk setiap
coverslip (Neldon et al., 1995).
3.7 Analisis Data
Untuk mengetahui adanya perbedaan pengaruh EKD dari berbagai dosis
terhadap aktivitas dan kapasitas fagositosis sel makrofag digunakan uji One Way
ANOVA yang dilanjutkan dengan uji BNT (Tukey HSD). Pengolahan data
dilakukan dengan menggunakan SPSS 15,0 for windows.
8

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1. Anggaran Biaya

No. Jenis Pengeluaran Biaya (Rp.)
1 Peralatan penunjang 2.990.000
2 Bahan habis pakai 4.135.000
3 Perjalanan 1.500.000
4 Lain-lain 950.000
Total biaya yang diajukan Rp. 9.575.000

4.2. Jadwal Kegiatan




Kegiatan
Minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
I. Persiapan

I.1 Persiapan laboratorium

I.2 Pembelian alat dan bahan

II. Pelaksanaan

II.1 Persiapan pengolahan bahan

II.2 Pembuatan es krim dadih

II.3 Adaptasi hewan coba

II.4 Perlakuan pada hewan coba

II.5 Evaluasi kelompok kontrol
dan kelompok perlakuan

III. Pengumpulan & Analisis
Data

III.1 Evaluasi hasil

III.2 Pengumpulan data

III.3 Analisa dan pengolahan data

III.4 Penyusunan laporan penelitian

9

DAFTAR PUSTAKA
Alamgir, M., and Uddin, SJ. 2010. Recent Advances on The Ethnomedicinal Plants as
Immunomodulatory Agents. Ethnomedicine, A Source of Complementary
Therapeutics: 227-244 Debprasad Chattopadhyay.

Ambri, Khairul. 2009. Studi Pertumbuhan Bakteri Asam Laktat (BAL) dari Dadih
Dalam Es Krim sebagai Pangan Prebiotik. Jurnal Teknologi Pertanian.Vol.
10, No. 1. http://jtp.ub.ac.id. Diunduh pada 22 Oktober 2013.
Fadhli, Husnul. 2009. Strategi Promosi Dadih di Kota Bukittinggi.
http://repository.unand.ac.id. Diunduh pada 21 Oktober 2013.

Hemarajata, Peera. 2012. Effects of Probiotics on Gut Microbiota : Mechanisms of
Intestinal Immunomodulation and Neuromodulation. TherAdvGastroenterol
(2013) 6(1) 39 5.

Kusmardi. 2007. Efek Imunomodulator Ekstrak Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.)
terhadap Aktivitas dan Kapasitas Fagositosis Makrofag. Makara Kesehatan.
Vol. 11, No. 2, Desember 2007: 50-53. http://journal.ui.ac.id. Diunduh pada
23 Oktober 2013.

Paul, William E. 2008. Fundamental Immunology 6th Edition. United States of
America: Lippincott Williams & Wilkins.
Patil, U.S et al. 2012. Immunomodulators: A Pharmacological Review. International
Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences Vol 4, Suppl 1, 2012

Sunarlim, Roswita. 2009. Potensi Lactobacillus sp Asal dari Dadih sebagai Starter
pada Pembuatan Susu Fermentasi Khas Indonesia. Buletin Teknologi
Pascapanen Pertanian. Vol. 5, 2009. http://pascapanen.litbang.deptan.go.id.
Diunduh pada 21 Oktober 2013.

Usmiati, Sri., W. Broto, & H. Setiyanto. 2011. Karakteristik Dadih Susu Sapi yang
Menggunakan Starter Bakteri Probiotik. JITV 16(2): 140-152.
http://medpub.litbang.deptan.go.id. Diunduh pada 21 okt 2013.

Wells, Jerry M. 2011. Immunomodulatory Mechanisms of Lactobacilli. 2011, 10 (Suppl
1): S17 Wells Microbial Cell Factories
Wagner, Marc C.E. 2011. The Therapeutic Potential of Adenosine Triphosphate as an
Immune Modulator in the Treatment of HIV/AIDS: A Combination
Approach with HAART. Curr. HIV Research, 2011, 9, 209-222. Bentham
Science Publishers Ltd.

Zhang, Baochun et al. 2012. Immune Surveillance and Therapy of Lymphomas Driven
by Epstein-Barr -Virus Protein LMP1 in a Mouse Model. Cell. 2012, 2, 17;
148(4): 739751 Elsevier Inc

Anda mungkin juga menyukai