UNIT : 1
PENGUJIAN KOMPONEN ELEKTRONIS
Nama : Alifia Fitri Utami
No. Mahasiswa : 40901
Kelompok/Hari : 11/Senin
LABORATORIUM ELEKTONIKA DASAR
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO & TEKNOLOGI INFORMASI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
A. Pendahuluan
1. Tujuan
a. Mampu melakukan pengukuran terhadap komponen elektronis seperti resistor,
Potensio, LDR, transformator, NTC, PTC, dioda, transistor, kapasitor, da relay.
b. Mengetahui sifat-sifat komponen elektronis tersebut.
2. Landasan Teori
a. Resistor
Resistor adalah komponen elektronis (komponen pasif) yang digunakan untuk
menahan atau membatasi jumlah arus listrik yang mengalir pada suatu rangkaian.
Resistor umumnya terbuat dari bahan karbon yang didalamnya mengandung nilai
tertentu seusai dengan nilai hambatan yang diinginkan.
Kode warna resistor:
Hitam= 0 Hijau = 5
Coklat= 1 Biru = 6
Merah= 2 Nila/Ungu= 7
Kuning= 4 Putih = 9
Toleransi:
Coklat = 1%
Emas = 5%
Perak = 10%
Polos = 20%
b. Kapasitor
Kapasitor adalah komponen elektronis (komponen pasif) yang dapat menyimpan
muatan listrik. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal sejajar yang
dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik.
c. Dioda
Dioda termasuk komponen elektronika (komponen aktif) yang terbuat dari bahan
semikonduktor tipe-P dan tipe-N. Dioda memiliki dua kutub yaitu kutup
positif(anoda) dan kutub negatif (katoda). Dioda memiliki fungsi untuk mengalirkan
arus satu arah saja. Arus akan mengalir dari sisi P menuju sisi N.
P N
Anoda Katoda
d. Transistor
Transistor adalah komponen elektronis dari bahan semikonduktor yang dipakai
sebagai penguat, pemotong (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau
fungsi lainnya. Transistor juga merupakan komponen aktif yang menggunakan aliran
elektron sebagai prinsip kerjanya. Sebuah transistor memiliki tiga daerah doped yaitu
daerah emitter, daerah basis dan daerah kolektor. Transistor ada dua jenis yaitu NPN
dan PNP.
NPN PNP
e. Potensio
Potensio adalah resistor tiga terminal dengan sambungan geser yang membentuk
pembagi tegangan. Potensio biasanya digunakan untuk mengendalikan piranti
elektronis seperti pengendali suara pada penguat. Perubahan sudut pada potensio akan
mempengaruhi besarnya hambatan. Semaakin besar sudutnya, semakin besar nilai
hambatan potensio tersebut. Potensio dapat berfungsi sebagai resistor variabel atau
rheostat apabila hanya dua terminal yang digunakan.
f. Light Dependent Resistor (LDR)
LDR adalah salah satu jenis resistor yang nilai resistansinya berubah apabila
mengalami perubahan penerimaan cahaya. Besarnya nilai hambatan pada LDR
bergantung pada besar kecilnya cahaya yang diterima. Semakin kecil intensitas
cahaya yang diterima LDR, makin besar nilai hambatannya.
g. Transformator
Transformator atau Trafo adalah komponen elektronis yang berfungsi untuk
menaikkan atau menurunkan tegangan listrik. Transformator berperan dalam
menyalurkan tenaga atau daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau
sebaliknya, namun dengan frekuensi yang sama. Transformator merupakan piranti
listrik yang termasuk dalam golongan mesin listrik statis.
h. Thermistor NTC dan PTC
Thermistor adalah salah satu jenis resistor yang nilai resistansinya berubah apabila
mengalami perubahan penerimaan cahaya. Thermistor terdiri dari 2 jenis yaitu
Negative Temperature Coefficient (NTC) dan Positive Temperature Coefficient
(PTC).
i. Relay
Relay adalah saklar yang dioperasikan secara listrik dan merupakan komponen
elektromekanikal.
B. Alat dan Bahan
1. Multimeter Digital
2. Resistor
3. Potensio
4. Light Dependent Resistor (LDR)
5. Transformator
6. Negative Temperature Coefficient (NTC)
7. Positive Temperature Coefficient (PTC)
8. Dioda
9. Transistor PNP (SA 671)
10. Transistor NPN (2SC1061)
11. Kapasitor
12. Relay
13. Papan EEC470
C. Analisa Gambar Rangkaian
1. Pengujian Resistor dalam Rangkaian Seri
Pada rangkaian diatas, nilai resistansi pada masing-masing resistor saat diukur dengan
multimeter pada pengujian adalah:
R1= 1180
R2= 9850
R3= 2160
R4= 2167
R5= 2162
Untuk mendapatkan hambatan total atau hambatan pengganti dari rangkaian diatas
(rangkaian seri), digunakan rumus:
Rs=R1+R2+R3+.+Rn
Nilai hambatan total antara titik A sampai dengan titik B sama dengan nilai hambatan
atau resistansi dari resistor 1 (R1= 1180 ). Sedangkan untuk nilai hambatan total dari
titik B sampai titik C, nilainya sama dengan nilai hambatan dari resistor 2 (R2= 9850 ).
Untuk titik A sampai titik C, dapat dihitung nilai hambatan penggantinya dengan cara
menjumlahkan nilai R1 dengan R2. Dari rumus diatas, hasilnya adalah 11030 . Namun,
ketika diukur dengan multimeter, hasilnya adalah 11040 .
Titik C sampai titik D, nilai hambatan totalnya sama dengan nilai hambatan dari
resistor 3 (R3= 2160 ). Titik D sampai dengan titik E, nilai hambatan totalnya sama
dengan nilai hambatan dari resistor 4 (R4= 2167 ). Sedangkan untuk nilai hambatan
total dari titik A sampai titik F dapat dihitung dengan menjumlahkan nilai hambatan dari
resistor 1, resistor 2, resistor 3, resistor 4, dan resistor 5. Dari perhitungan tersebut,
didapatkan hasil 17519 .
Perbedaan antara hasil pengukuran dan hasil perhitungan bisa disebabkan oleh alat
ukur yang kurang cermat, atau kesalahan praktikan dalam pengamatan pada alat ukur,
atau bisa juga dikarenakan nilai resistansi dari masing-masing resistor yang sedikit
berubah (karena ada nilai toleransi) ketika dilakukan pengukuran.
2. Pengujian Resistor dalam Rangkaian Paralel
Untuk resistor yang dirangkai paralel, nilai hambatan total atau hambatan pengganti
dapat dihitung dengan rumus:
Nilai hambatan masing-masing resistor pada rangkaian diatas adalah:
R1= 1180
R2= 9850
R3= 2160
R4= 2162
R5= 2169
R6= 386
R7= 2159
R8= 21660
Nilai hambatan pengganti untuk titik A sampai titik B dapat dihitung dengan rumus
diatas, hasilnya adalah 763,363 . Sementara pada pengujian, nilai yang terbaca pada
multimeter adalah 763 .
Titik B sampai titik C, pada pengujian didapatkan hasil 2,9 , padahal nilai hambatan
pada resistor 2 adalah 9850 . Nilai yang sangat kecil dibanding nilai hambatan resistor 2
disebabkan karena resistor 2 dirangkai paralel dengan kawat yang memiliki nilai
hambatan sangat kecil, sehingga apabila dihitung dengan rumus diatas, nilai hambatan
pengganti untuk titik B sampai dengan titik C adalah 2,9 .
Sedangkan untuk titik A sampai dengan titik C, hambatan totalnya dapat dihitung
dengan menjumlahkan hambatan pengganti titik A-B dengan titik B-C karena titik-titik
tersebut terhubung secara seri. Sehingga dari perhitungan manual, didapatkan hasil 766,2
. Dari pengujian, nilai yang terbaca pada multimeter adalah 767 .
Untuk titik C sampai titik D, nilai hambatan penggantinya dapat dihitung dengan
memparalel resistor 3 dan resistor 5, menggunakan rumus hasilnya adalah 1082,2 .
Sedangkan dari pengujian, nilai yang terukur adalah 1083 .
Pada titik D sampai titik E, tidak ada resistor pada lintasan tersebut. Namun, saat
diukur dengan multimeter, ada nilai hambatan yang muncul yaitu 1,5 . Hal ini
disebabkan karena kawat penghubung pada lintasan tersebut juga memiliki nilai
hambatan, walaupun nilainya kecil.
Titik A sampai titik F, dapat dihitung dengan menjumlahkan secara seri hambatan
pengganti titk A-B, titik B-C, titik C-D, titik D-E, dan titik E-F. Dengan perhitungan
menggunakan rumus didapat hasil 2177,4 . Namun, ketika diukur dengan multimeter,
nilai yang terukur adalah 2177 .
Perbedaan nilai hambatan pada pengujian dan perhitungan tersebut, bisa disebabkan
karena tingkat ketelitian dan kecermatan alat ukur yang terbatas, kesalahan pengukuran,
atau nilai toleransi yang dimiliki oleh komponen dalam hal ini resistor.
3. Pengujian Kapasitor
Nilai kapasitansi pengganti atau kapasitansi total dari kapasitor yang dirangkai seri
dapat dihitung dengan rumus:
Dengan menggunakan rumus diatas, nilai kapasitansi dari titik A sampai dengan titik
C dapat dihitung, didapatkan hasil 90,3 nF. Hasil perhitungan tersebut sudah sesuai
dengan hasil pengujian, yaitu 90,3 nF.
Pada titik A sampai dengan titik E, dengan menggunakan rumus, nilai kapasitansi
total seharusnya adalah 9,04 nF. Hasil ini tidak sesuai dengan nilai yang muncul pada
multimeter saat pengujian, yaitu 0,19 nF. Hal ini bisa disebabkan karena faktor kualitas
komponen dan toleransinya, kesalahan pengukuran, penhitungan, pendataan, atau
kesalahan alat ukur.
Pengujian dari titik C sampai dengan titik F, dengan rumus diatas, nilai resistansi
totalnya adalah 9,61 nF. Namun, hasil yang ditunjukkan multimeter saat pengujian adalah
9,64 nF. Perbedaan ini bisa disebabkan karena tingkat ketelitian dan kecermatan alat ukur
yang terbatas, kesalahan dalam pengukuran, atau toleransi dari komponen tersebut.
4. Relay
Saat keadaan aktif namun tanpa beban seperti pada rangkaian diatas, sifat relay
menjadi berkebalikan dengan keadaan normal. Saklar benpindah dari NC ke NO. Relay
dihubungkan dengan sumber tegangan DC 5 volt, saat gaund dihubungkan dengan NO,
tegangannya terukur 5,04 volt. Sedangkan saat ground dihubungkan dengan NC tegangan
yang terukur hanya 0,03 volt. Lama kelamaan tegangan pada NC akan semakin
mendekati 0. Pada saat keadaan aktif dengan beban motor. Prinsipnya hampir sama
seperti sebelumnya, saklar NC berpindah ke NO. Relay dihubungkan dengan sumber
tengangan DC 5 volt. Saat gaund dihubungkan dengan NO, tegangannya terukur 5,03
volt, sedangkan saat ground dihubungkan dengan NC, tegangan yang terukur hanya 0,01
volt. Pada pengukuran arus pada motor, hasil yang terukur pada multimeter adalah 0,29
mA.
D. Hasil Pengujian
1. Pengujian Resistor
No. Kode Warna Nilai
Terbaca
Nilai
Terukur
Toleransi Nilai
Susut
1. Merah, merah, orange, emas 22000 21870 5% -130
2. Kuning, ungu, coklat, perak 470 462 10% -8
3. Merah, merah, coklat, perak 220 218,5 10% -1,5
4. Merah, merah, hitam, emas 22 22,6 5% 0,6
5. Merah, merah, merah, emas 2200 2166 5% -34
6. Kotak putih pendek Tertulis
5W47K
47300 20% 300
7. Kotak putih lebih panjang Tertulis
20W100
102,2 20% 2,2
2. Pengujian Resistor dalam Rangkaian Seri
R1= 1180
R2= 9850
R3= 2160
R4= 2167
R5= 2162
A-B B-C A-C C-D D-E A-F
1180 9850 11040 2160 2167 17520
3. Pengujian Resistor dalam Rangkaian Paralel
R1= 1180
R2= 9850
R3= 2160
R4= 2162
R5= 2169
R6= 386
R7= 2159
R8= 21660
A-B B-C A-C C-D D-E A-F
763 2,9 767 1083 1,5 2177
4. Pengujian Potensio
Pada posisi 45
= 35600
Pada posisi 90
10,21.10
6
2SC1061 Merah ke Basis
Merah ke Kolektor
Hitam ke Basis
Merah ke Emitor
Hitam ke Kolektor
Merah ke Emitor
12,97.10
6
13,55.10
6
2N3055 Merah ke Basis
Hitam ke Kolektor
Merah ke Basis
Hitam ke Emitor
Merah ke Kolektor
Hitam ke Emitor
6,66.10
6
8,10.10
6
10. Pengujian Kapasitor
Kapasitor 10K 100K 220K 1F
Terukur 10,16 nF 99,3 nF 220,1 nF 0,977 F
Pengujian kapasitor dalam rangkaian seri
C1= 99,3 nF A-C= 90,3 nF
C2= 1,006 F A-E= 0,19 nF
C3= 10,16 nF C-F= 9,64 nF
C4= 0,977 F
C5= 220,1 nF
11. Tambahan
a. Keadaan Normal
Titik A dengan NO=
Titik A dengan NC= 0,3
b. Keadaan Aktif (tanpa beban)
Gaund dengan NO= 5,04 Volt
Ground dengan NC= 0,03 Volt
c. Keadaan Aktif (dengan Beban Motor DC)
Gaund dengan NO= 5,03 Volt
Ground dengan NC= 0,01 Volt
Arus pada motor= 0,29 mA
E. Analisa Hasil Pengujian
1. Pengujian Resistor
Nilai yang terbaca dari kode warna gelang resistor adalah nilai ideal dari resistor
tersebut. Namun, pada kenyataanya, tidak semua nilai ideal tersebut sama dengan nilai
yang terukur saat resistor tersebut digunakan. Resistor memiliki nilai toleransi yang
memberikan nilai kerja resistansi minimal dan maksimal. Nilai toleransi tersebut
dikodekan pada gelang terakhir pada sebuah resistor dengan tanda persen. Yang artinya,
nilai resistansi dari resistor tersebut ada di antara nilai yang terbaca dikurangi toleransi
(resistansi minimal) dan nilai yang terbaca ditambah toleransi (resistansi maksimal).
Pada praktikum kali ini, nilai yang terukur tidak sama dengan nilai yang terbaca pada
gelang resistor. Namun, perbedaan tersebut masih dalam wilayah toleransi dari masing-
masing resistor. Nilai susut yang didapat dari nilai terbaca dikurangi dengan nilai terukur
memperlihatkan besarnya perbedaan antara kedua nilai tersebut. Tanda minus pada nilai
susut, oleh praktikan dimaksudkan untuk memberi tanda bahwa terjadi pengurangan dari
nilai yang terbaca dengan nilai terukur.
2. Pengujian Resistor dalam Rangkaian Seri
Pada rangkaian seri, untuk mendapatkan nilai hambatan total, hanya perlu
menjumlahkan nilai resistansi dari masing-masing resistor pada rangkaian yang ingin
diukur. Dapat digunakan rumus:
Rs=R1+R2+R3+.+Rn
Pada pengukuran resistor dalam rangkaian seri kali ini, seperti pada hasil pengujian,
besarnya hambatan total pada titik A sampai C adalah 11040 ketika diukur dengan
multimeter pada kedua titik tersebut. Namun, ketika dihitung secara matematis dengan
menambahkan besarnya nilai resistor-resistor yang ada diantara titik A dan titik C, yaitu
R1 dan R2, hasilnya adalah 11030 , hasil ini berbeda dengan hasil pengukuran.
Hal ini bisa disebabkan oleh alat ukur yang kurang cermat, atau kesalahan praktikan
dalam pengamatan pada alat ukur. Atau bisa juga dikarenakan nilai resistansi dari
masing-masing resistor yang sedikit berubah (karena ada nilai toleransi) ketika dilakukan
pengukuran.
Pada pengujian dari titik A sampai titik F, hasil yang terbaca dari multimeter adalah
17520 . Padahal ketika dihitung secara matematis dengan menambahkan besarnya nilai
resistor-resistor diantara titik A dan titik F, hasilnya adalah 17519. Hal ini bisa
disebabkan oleh alat ukur yang kurang cermat, kesalahan praktikan saat membaca alat
ukur, atau nilai resistansi pada resistor yang berubah ketika diukur. Namun, galat yang
sangat kecil ini bisa diabaikan dan tidak memberi pengaruh besar bagi rangkaian.
3. Pengujian Resistor dalam Rangkaian Paralel
Untuk mendapatkan hambatan pada rangkaian paralel resistor, dapat digunakan
rumus:
Nilai hambatan untuk titik A sampai titik B menurut hasil pengukuran adalah 763 .
Sedangkan bila dihitung secara matematis, hasilnya adalah 763,363 . Perbedaan ini
dikarenakan tingkat ketelitian multimeter yang terbatas.
Pada titik B sampai C, hambatan totalnya bisa dihitung dari nilai resistansi R2 dan
kawat penghubung, hasilnya adalah 2,9 . Nilai hambatan penggantinya menjadi kecil
karena nilai hambatan kawat yang sangat kecil, sehingga walaupun nilai resistansi R2
besar, bila diparalel dengan kawat akan menghasilkan nilai resistansi atau hambatan
pengganti yang kecil.
Titik A sampai titik C, nilai hambatan totalnya bisa dihitung dari nilai hambatan titik
A sampai titik B ditambah dengan hambatan pada titik B sampai C yang dirangkai
paralel. Dari hasil pengukuran dengan multimeter, hasilnya adalah 767 . Hasil ini cukup
dekat dengan hasil penghitungan matematis, yaitu 766,263 . Namun, karena tingkat
ketelitian alat yang terbatas, hasilnya tidak bisa sama persis dengan perhitungan
matematis. Kurang cermatnya alat ukur dan kesalahan pengamatan bisa juga menjadi
penyebab tidak sesuainya pengamatan dengan perhitungan.
Pada titik C sampai titik D, nilai hambatannya bila diukur dengan multimeter adalah
1083 . Sementara menurut perhitungan matematis, hasilnya adalah 1082,2 . Sama
seperti sebelumnya, galat ini terjadi bisa disebabkan karena tingkat ketelitian alat yang
terbatas, kurang cermatnya alat ukur atau kesalahan pengamatan.
Dari titik D sampai titik E tidak ada komponen resistor, namun saat diukur dengan
multimeter, ada hambatan pada lintasan tersebut. Hal ini disebabkan karena kawat
penghubung pada rangkaian juga memiliki hilai resistif yang besarnya 1,5 .
Sedangkan pada titik A sampai titik F, hasil pengukuran pada multimeter
menunjukkan hasil 2177 . Namun, bila dihitung secara matematis dengan
menjumlahkan hambatan dari titik A-B, B-C, C-D, D-E, dan E-F. Dari perhitungan
tersebut, didapatkan hasil 2177,4 . Galat tersebut bisa disebabkan oleh tingkat ketelitian
dan kecermatan alat yang terbatas, kesalahan pengamatan.
Selain faktor-faktor diatas, galat yang muncul bisa disebabkan karena faktor kualitas
komponen dan faktor toleransi yang dimiliki oleh komponen, dalam hal ini resistor.
4. Pengujian Potensio
Pada pengujian potensio, posisi sudut diubah-ubah pada setiap pengujian. Dari
pengujian tersebut, nampak bahwa perubahan sudut potensio akan mempengaruhi
besarnya nilai hambatan. Dari pengujian, didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa
semakin besar sudutnya, maka nilai hambatan potensio akan semakin besar. Pada sudut
45
Dari rumus diatas, untuk mengganti nilai kapasitansi dari titik A-C, didapatkan hasil
90,3 nF. Hasil perhitungan tersebut sudah sesuai dengan hasil pengujian, nilai yang
muncul dalam multimeter adalah 90,3 nF.
Sedangkan pada titik A-E, nilai kapasitansi total seharusnya adalah 9,04 nF. Hasil ini
tidak sesuai dengan nilai yang muncul pada multimeter saat pengujian, yaitu 0,19 nF. Hal
ini bisa disebabkan karena faktor kualitas komponen dan toleransinya, kesalahan
pengukuran, penhitungan, pendataan, atau kesalahan alat ukur.
Pada pengujian dari titik C-F, secara perhitungan matematis, nilai resistansi totalnya
adalah 9,61 nF. Namun, hasil yang ditunjukkan multimeter saat pengujian adalah 9,64 nF.
Perbedaan ini bisa disebabkan karena tingkat ketelitian dan kecermatan alat ukur yang
terbatas, kesalahan dalam pengukuran, atau toleransi dari komponen tersebut.
11. Tambahan
Pada pengujian tambahan ini, komponen yang diuji adalah relay. Relay diuji dalam
tiga keadaan. Yang pertama, pada keadaan normal. Pada keadaan normal, ketika titik A
dihubungkan dengan NO, hasil yang terukur pada multimeter adalah atau overload. NO
(normally open) adalah keadaan apabila kontak-kontak tertutup saat relay dicatu. Pada
keadaan normal, arus listrik tidak bisa mengalir, sehingga hambatannya menjadi sangat
besar dan tidak menunjukkan suatu nilai tertentu (overload.
Namun, ketika titik A dihubungkan dengan titik NC, hasil yang terukur pada
multimeter adalah 0,3 . NC (Normally Closed) sendiri adalah apabila kontak-kontak
terbuka saat relay dicatu. Pada keadaan normal, arus dapat mengalir, sehingga
hambatannya dapat terukur, yaitu 0,3 .
Pada keadaan kedua, yaitu keadaan aktif namun tanpa beban, sifat relay menjadi
berkebalikan dengan keadaan normal. Saklar benpindah dari NC ke NO. Relay
dihubungkan dengan sumber tegangan DC 5 volt, saat gaund dihubungkan dengan NO,
tegangannya terukur 5,04 volt. Sedangkan saat ground dihubungkan dengan NC tegangan
yang terukur hanya 0,03 volt.
Keadaan ketiga, yaitu keadaan aktif dengan beban motor. Relay dihubungkan dengan
sumber tengangan DC 5 volt. Saat gaund dihubungkan dengan NO, tegangannya terukur
5,03 volt, sedangkan saat ground dihubungkan dengan NC, tegangan yang terukur hanya
0,01 volt. Pada pengukuran arus pada motor, hasil yang terukur pada multimeter adalah
0,29 mA. Dari hasil ini, dapat dilihat bahwa dengan arus yang cukup kecil relay mampu
menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi.
F. Kesimpulan
1. Saat mengukur suatu komponen elektronis, terutama saat menggunakan multimeter, perlu
diperhatikan posisi pencolok dan skalanya agar tidak terjadi kekeliruan dalam
penghitungan.
2. Perbedaan hasil antara nilai yang terbaca pada komponen, teori, maupun perhitungan
matematis dengan keadaan real atau nilai yang terukur dalam pengujian bisa disebabkan
karena faktor kualitas komponen, tingkat ketelitian dan kecermatan alat ukur, kesalahan
pencatatan, pembacaan nilai, dan penghitungan dari praktikan, atau bisa juga karena nilai
toleransi pada komponen tersebut.
3. Nilai hambatan dari resistor bisa dilihat dari warna gelangnya. Masing-masing resistor
memiliki toleransi, sehingga nilai resistansinya bisa jadi tidak sama dengan nilai yang
terbaca.
4. Nilai hambatan total pada resistor yang dirangkai seri dan paralel tidak sama hasilnya.
Untuk rangkaian seri, digunakan rumus:
Rs=R1+R2+R3+.+Rn
Sedangkan untuk rangkaian seri, digunakan rumus:
5. Nilai resistansi pada potensio akan semakin besar apabila posisi sudutnya diperbesar.
6. Nilai resistansi Light Dependent Resistor (LDR) bergantung pada intensitas cahayanya.
Resistansinya akan semakin besar apabila intensitas cahaya yang diterima oleh LDR
semakin kecil.
7. Ada dua jenis transformator (trafo), yaitu trafo step up dan trafo step down. Pada
pengujian kali ini yang digunakan adalah trafo step down karena hambatan pada
kumparan primer lebih besar daripada hambatan pada kumparan sekunder.
8. Ada dua jenis thermistor, yaitu Negative Temperature Coefficient (NTC) dan Positive
Temperature Coefficient (PTC). Nilai resistansi NTC dalam temperatur tinggi akan lebih
rendah dari keadaan normal. Sedangkan nilai resistansi PTC dalam temperatur tinggi akan
lebih tinggi dari keadaan normal.
9. Dioda hanya bisa mengalirkan arus dari anoda ke katoda atau dalam keadaan foward bias.
10. Transistor NPN hanya akan mengalirkan arus dari emitor atau kolektor ke basis
sementara transistor PNP hanya akan mengalirkan arus dari basis ke emitor atau kolektor.
Transistor SA671 adalah transistor jenis PNP, transistor 2SC1061 adalah transistor jenis
NPN, sementara transistor 2N3055 adalah transistor jenis PNP.
11. Kapasitor yang dirangkai seri, nilai kapasitansi pengganti atau kapasitansi totalnya bisa
dihitung dengan rumus
12. Dengan arus yang rendah, relay mampu menghantarkan listrik dengan tegangan yang
lebih tinggi.
G. Lampiran
1. Laporan Sementara