Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN TUTORIAL

Penyakit Degeneratif Rongga Mulut


Diajukan Untuk Memenuhi salah Satu Tugas Tutorial
Blok Penyakit Dentomaksilofasial II
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember




Pembimbing :
drg. Peni Pujiastuti, M.Kes


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2014
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK

Tutor : drg. Peni Pujiastuti, M.Kes
Ketua : Mochammad Fahmi (131610101026)
Sciber Meja : Lusi Hesti Pratiwisari (131610101058)
Sciber Papan : Aditya Pristyhari (131610101034)

Anggota :
1. Afifannisa Dienda R (131610101013)
2. Canggih Patriot Bangsa (131610101032)
3. Duati Mayangsari (131610101039)
4. Galuh Cita Sari R (131610101041)
5. Farah Rifdha A (131610101046)
6. Rachel (131610101049)
7. Fatimatuz Zahro (131610101051)
8. Cholida Rachmatia (131610101056)
9. Primawati Dyah R (131610101077)








KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah NYA
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul Penyakit
Degeneratif Rongga Mulut. Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi
tutorial kelompok V pada skenario pertama.
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. drg. Peni Pujiastuti, M.Kes selaku tutor yang telah membimbing jalannya
diskusi tutorial kelompok V Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
dan member masukan yang membantu bagi pengembangan ilmu yang
telah didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan demi perbaikan perbaikan di masa yang akan dating demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita
semua.

Jember, 30 Agustus 2014


Tim Penyusun




SKENARIO
PENYAKIT DEGENERATIF RONGGA MULUT

Seorang wanita berusia 65 tahun mengeluh sejak 1 tahun yang lalu
mulutnya terasa kering, beberapa goyang, kadang kadang gigi terasa ngilu bila
minum air dingin dan persendian rahangnya terasa sakit bila digunakan untuk
mengunyah. Hasil pemeriksaan intraoral menunjukkan tidak ada gigi yang
berlubang dan keparahan inflamasi gingivanya tipe mild gingivitis. Terdapat
resesi gingival rata rata sebesar 2 mm hampir di semua gigi. Gigi 15, 26, 36, 37,
45 dan 46 goyang

2. Temporomandibular joint tidak bias digerakkan


maksimal,sudah terasa sakit untuk membuka mulut sebesar 9 mm dan pergerakan
ke lateral sebesar 7 mm. palpasi di area TMJ kanan dan kiri terasa sakit.
Pemeriksaan radiografis menunjukkan gambaran kehilangan lamina dura di area
apical dan furkasi gigi, pelabaran periodontal ligament space, resorpsi tulang
alveolar tipe angular. Kondisi umum penderita baik dan tidak terdapat adanya
kelainan sistemik.










- STEP 1 (Klarifikasi kata sulit)
1. Resesi
Penurunan ketinggian gingiva
Keadaan turunnya / pengikisan massa gingival
Pengurangan jarak dari apical gigi ke gingival
Pengurangan volume gingival akibat pengikisan yang disebabkan
oleh banyak faktor
2. Mild Gingivitis
Pengklasifikasian gingivitis / penyakit gingival yang diklasifikasikan
berdasarkan hasil probing, jaraknya sekitar 2 mm 3 mm
- STEP 2 (Rumusan Masalah)
1. Apa etiologi dari kasus ini?
2. Adakah factor predisposisi yang mempengaruhi terjadinya penyakit
tersebut?
3. Bagaimana pathogenesis dari penyakit dalam kasus ini?
4. Bagaimana kolerasi gangguan pada TMJ dengan inflamasi gingival/
gingivitis?
5. Apa yang menyebabkan gigi terasa ngilu saat minum air dingin?
6. Apa yang menyebabkan kehilangan lamina dura?
7. Adakah hubungan antara resorpsi tulang alveolar dengan resesi gingival?
8. Mengapa saat membuka mulut terasa sakit dan saat dipalpasi terasa sakit?

- STEP 3 (Klarifikasi Masalah)
1. Etiologi dari kasus pada scenario 1
Usia
Semakin bertambahnya usia maka fungsi organ tubuh semakin
menurun disebabkan oleh penurunan kemampuan sel beregenerasi,
penurunan fungsi tersebut di dukung oleh penurunan hormone
esterogen dimana ketika jumlah esterogen ini sedikit maka produksi
osteoblas menurun dan osteoklas meningkat sehingga proses terjadi
penurunan proses remodeling tulang yang menimbulkan suatu
ketidakseimbangan antara remodeling dan resorpsi tulang. Penurunan
fungsi ini juga terjadi jaringan lunak rongga mulut, seiring dengan
menuanya seseorang produksi saliva juga menurun disebabkan oleh
berkurangnya kemampuan sel kelenjar saliva untuk memproduksi
saliva.
2. Factor predisposisi yang mempengaruhi
Genetic : diduga factor genetic mempengaruhi kemampuan
adapasi sel atau terjadinya penyakit degenasi ini.
Trauma : adanya trauma secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi terjadinya adaptasi sel atau jaringan,
sehingga bila sel atau jaringan tidak mampu
beradaptasi dapat menyebabkan munculnya
penyakit penyakit seperti diskenario
Resesi gingiva : adanya resesi gingival semakin mempermudah
bakteri pathogen menginvasi jaringan disekitarnya,
hal ini semakin memperbesar terjadinya inflamasi
dan infeksi.
Makoklusi : maloklusi menyebabkan beban oklusi yang berat
yang terjadi terus menerus sehingga menyebabkan
kelelahan TMJ pada saat proses mastikasi. Proses
mastikasi yang tidak baik saat usai muda juga
menyebabkan terjadinya penyakit degenerative
sehingga saat tua terjadi penurunan proses
regenerasi tubuh tidak dapat mengimbangi keadaan
tersebut.








3. Patogenesis












Pada saat menua terjadi kemampuan penyerapan nutrisi disalam tubuh
hal ini dikarenakan oleh tidak sempurnanya proses regenerasi jaringan.
Akibatnya nutrisi yang masuk kelama tubuh akan menurun. Selain itu
berkurangnya nutrisi juga disebabkan oleh berkurangnya jumlah
papilla pada lidah sehingga sensari rasa berkurang dan menyebabkan
kurangnya nafsu makan pada orang tua. Akibatnya asupan vitamin D
didalam tubuh berkurang, dimana vitamin D merupakan agen pengikat
kalsium didalam darah. Dengan berkurangnya kadar kalsium didalam
tubuh kita makan proses resorpsi tulang juga akan semakin cepat.
Berkurangnya kemampuan meregenasi sel juga memnyebabkan
timbulnya keluhan keluhan pada jaringan lunak rongga mulut seperti
gusi berdarah, gingivitis, pelebaran periodontal space dan kehilangan
lamina dura seperti yang terjadi pada kasus ini, namun tidak semua
orang tua mengalami keluhan tersebut, apabila pola hidupnya baik
maka keluhan tersebut bias diminimalisir.



Penuaan
regenerasi sel menurun
menurun
Osteoklas meningkat
Kerapuhan tulang
Kalsium menurun
Esterogen menurun
Produksi kelenjar
saliva menurun
Jumlah synovial
menurun
TMJ susah
digerakkan
Kelainan TMJ
Xerostomia
4. Hubungan TMJ tidak dapat digerakkan dengan gingivitis
Tidak ada hubungan antara gingivitis dengan keluhan TMJ yang tidak
dapat digerakkan.
Ada hubungan antara TMJ yang tidak dapat digerakkan dengan
gingivitis, hal ini disebabkan oleh bakteri pathogen dari gingivitis yang
menginvasi daerah TMJ sehingga menyebabkan inflamasi didaerah
TMJ yang menyebabkan rasa sakit tersebut. Selain itu adanya
gingivitis juga menyebabkan penurunan margin gingival yang
memungkinkan terjadi kegoyangan gigi, kita ketahui ketika oklusi
TMJ akan menempatkan dirinya senyaman mungkin jadi apabila gigi
tersebut tidak pada mestinya dan TMJ teru menerus meletakkan
dirinya bukan pada posisi normal akan menyebabkan rasa sakit
tersebut.
5. Alasan mengapa gigi terasa ngilu
Adanya resesi gingival menyebabkan rangsangan langsung terhadap
sementum, dimana didaerah apical merupakan daerah yang sangat
peka terhadap rangsangan, hal ini yang menyebabkan sensitivitas gigi
meningkat ditandai gigi terasa ngilu saat terkena dingin.
6. Kehilangan lamina dura
Kehilangan lamina dura berhubungan dengan proses tidak
sempurnanya regenerasi sel dan kurangnya nutrisi didalam tubuh
sehingga terjadi peningkatan kecepatan penurunan lamina dura yang
semakin lama lamina dura tersebut akan hilang.
7. Hubungan resorpsi tulang alveolar dengan TMJ yang sakit
Adanya gigi yang goyang mempengaruhi proses oklusi yang
menyebabkan TMJ tidak pada posisi normalnya sehingga saat
mastikasi musculus pterigoideus bekerja maksimal, hal ini juga
disebabkan oleh beban oklusi yang semakin berat apabila keaadan ini
berlangsung terus menerus menyebabkan discus artikularis mengalami
pengapuran. Keadaan ini diperparah dengan berkurangnya synovial
memberikan dampak gesekan yang keras antar sendi sehingga terjadi
atrisi pada condyl atau tulang yang saling berhubungan keadaan ini
yang menyebabkan keluhan nyeri pada TMJ, pada proses menua akan
terjadi penurunan hormone esterogen seiring dengan proses menopause
sehingga produksi osteoblas tidak dapat mengimbangi produksi
osteoklas hal ini menyebabkan resorpsi tulang alveolar yang pada
akhirnya ketika alveolar terresorpsi besar besaran akan menyebabkan
kegoyangan pada gigi yang berakhir pada gigi tersebut tanggal.
8. Alasan mengapa saat dipalpasi daerah depan telinga sakit
berkurangnya synovial memberikan dampak gesekan yang keras antar
sendi sehingga terjadi atrisi pada condyl atau tulang yang saling
berhubungan keadaan ini yang menyebabkan keluhan nyeri pada TMJ.

- STEP 4 (Mapping)



















Jaringan Lunak
Mild Gingivitis
Xerostomia
Resesi gingival
Pelebaran
periodontal
space
Resorpsi
alveolar
Gigi goyang
Kehilangan
lamina dura
TMJ tidak dapt
digerakkan
PENYAKIT DEGENERASI RONGGA MULUT
Penuaan
Usia
Hormon
Jaringan Keras
Degenerasi
- STEP 5 (Learning Objective)
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan etiologi dan factor
predisposisi dari penyakit degenerasi rongga mulut.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan macam macam
penyakit degenerative.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pathogenesis dari
penyakit degenerasi rongga mulut.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan gambaran klinis dan
radiografis dari penyakit degenerasi rongga mulut.
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pemeriksaan penunjang
yang diperlukan untuk penyakit degenerasi rongga mulut.

- STEP 7 (Klarifikasi LO berdasarkan Referensi)
1. Etiologi dan factor predisposisi penyakit degenerasi
a. Etiologi
Factor utama dari penyakit degenerasi adalah usia. Setelah orang
memasuki masa lansia umumnyamulai dihinggapi adanya kondisi fisik
yang bersifat patologis berganda, misalnya tenaga berkurang, energy
menurun, kulit mulai keriput, gigi makin rontok, tulang mulai rapuh sdb.
Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia
mengalami penurunan yang berlipat ganda. Hal ini semua menimbulkan
gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun social.
Beberapa perubahan fisiologis yang terjadu ketika memasuki masa
lansia adalah :
Perubahan pada panca indera terutama rasa
Sekresi salva berkurang mengakibatkan pengeringan rongga mulut.
Papil papil pada permukaan lidah mengalami atropi sehingga terjadi
penurunan sensitivitas terhadap rasa terutama rasa manis dan asin.
Keadaan ini akan mempengaruhi nafsu makan dan dengan demikian
asupan gizi akan terpengaruh. Keadaan ini mulai pada usia 70 tahun.
Perubahan indera penciuman, penglihatan dan pendengaran juga
mengalami penurunan fungsi dengan bertambahnya usia.
Esophagus
Lapisan otot polos esophagus dan sfrungter gastro esophageal mulai
melemah yang akan menyebabkan gangguan kontraksi dan refluk
gastrointestinal spontan sehingga terjadi kesulitan menelan dan makan
menjadi tidak nyaman.
Lambung
Pengosongan lambung lebih lambat, sehingga orang akan makan lebih
sedikit karena lambung terasa penuh, terjadilah anorexia. Penyerapan
zat gizi berkurang dan produksi asam lambung menjadi lebih sedikit
untuk mencerna makanan. Diatast umur 60 tahun, sekresi HCl dan
pepsin berkurang, akibatnya absorpsi protein, vitamin dan zat besi
menjadi berkurang dan adanya kolonisasi bakteri sehingga terjadi
penurunan factor intrinsic yang juga membatasi absorbs vitamin B12.
Penurunan sekresi asam lambung dan enzyme pancreas, fungsi empedu
akan menurun menghambat pencernaan lemak dan protein, sehingga
terjadi malabsorbsi lemak.
Tulang
Kepadatan tulang akan menurun, dengan bertambahnya usia
kehilangan massa yulang terjadi secara perlahan pada pria dan wanita
dimulai pada usia 35 tahun yaitu usia dimana massa tulang puncak
tercapai, dampaknya tulang akan mudah rapuh dan patah, mengalami
cedera dan trauma yang kecil saja dapat menyebabkan fraktur.
Otot
Penurunan berat badan sebagai akibat hilangnya jaringan otot dan
jaringan lemak tubuh. Presentasi lemak tubuh meningkat pada usia 40
tahun dan berkurang pada usia 70 tahun. Penurunan massa otot, organ
tubuh, tulang serta metabolism dalam sel sel otot berkurang sesuai
dengan usia. Penurunan kekuatan otot mengakibatkan orang sering
merasa letih dan merasa lemah, daya tahan tubuh menurun karena
terjadi atrofi. Berkurangnya protein tubuh akan menambah lemak
tubuh. Perubahan metamolisme lemak ditandai dengan naikknya kadar
kolesterol total dan irigliserida.
Ginjal
Fungsi ginjal menurun sekitar 55%, antara usia 35-80 tahun. Banyak
fungsi yang mengalami kemunduran contohnya LFG, eksresi dan
reabsorbsi oleh ginjal. Reaksi asam basa terhadap perubahan
metabolism melambat. Pembuangan sisa metabolism dan elektrolit
yang seharusnya dilakukan ginjal menjadi beban tersendiri.
Kelenjar endokrin
Terjadi perubahan dalam kecepatan dan jumlah sekresi, respon
terhadap stimulasi kelenjar endokrin, pada usia diatas 60 tahun terjadi
penurunan sekresi testosterone, esterogen dan progesterone.
- Hubungan dengan hormon esterogen
Hormon estrogen merupakan salah satu hormon steroid,
yang dihasilkan oleh sel teka interna folikel ovarium, korpus
luteum, plasenta dan sedikit dihasilkan oleh korteks adrenal.
Kekurangan hormon estrogen akan menyebabkan
meningkatnya kadar PTH, sehingga akan meningkatkan
resorbsi tulang, sehingga terjadi penurunan massa tulang.
Tulang merupakan target hormon estrogen, yang memiliki
reseptor dan . Secara seluler, mekanisme kerja hormon
estrogen pada tulang dimulai dari interaksi antara reseptor
estrogen pada tulang dan kadar hormon yang bersirkulasi
dalam tubuh, sedangkan respons yang timbul merupakan hasil
interaksi keduanya.
Estrogen merupakan inhibitor resorbsi kalsium di tulang
yang potensial karena keberadaannya dapat menunjang sekresi
dan meningkatkan produksi kalsitonin serta menurunkan
sekresi hormon paratiroid. Estrogen juga dapat meningkatkan
kadar 1,25 dihidroksikalsiferol sehingga akan meningkatkan
penyerapan kalsium di dalam usus. Penurunan produksi
estrogen juga menggagalkan osteoblas mendeposit jaringan
matriks. Estrogen bertanggung jawab pada fase pertumbuhan
dan menutup perkembangan epifisis pada tulang panjang masa
pubertas. Defisiensi estrogen akan menyebabkan terjadinya
osteoklastogenesis yang meningkat dan berlanjut dengan
kehilangan tulang.
- Hubungan dengan hormon testosteron
Pada laki-laki usia lanjut terdapat keadaan dimana dia
mengalami andropause. Andropause ini kurang lebih sama
seperti menopause hanya andropause ini diistilahkan untuk
laki-laki sedangkan menopause untuk perempuan. Andropause
terjadi karena menurunnya produksi dari testosteron biasanya
pada usia sekitar 40 tahun. Fungsi dari testosteron itu sendiri
untuk menambah kekuatan tulang, ligamen, dan otot. Diduga
testosteron ini mirip fungsinya dengan estrogen.

- Hubungan dengan hormon paratiroid (PTH)
Remodelling tulang juga dipengaruhi oleh hormon paratiroid.
Suatu peningkatan kadar hormon paratiroid menyebabkan
kalsium dan fosfat yang ada di tulang diabsorpsi memasuki
dara sehingga kadar kalsium tulang berkurang. Selain itu,
peningkatan hormon paratiroid juga menyebabkan peningkatan
jumlah dan aktivitas osteoklas. Kondisi ini memperparah
proses resorbsi tulang.

- Hormon Kortisol
Hormon kortisol ini diproduksi pada saat dimana stress itu
terjadi. Hormon kortisol ini berpengaruh pada produksi dari
hormon estrogen. Akibatnya karena produksi hormon estrogen
menurun bisa menyebabkan kehilangan kepadatan tulang dan
gigi. Produksi estrogen yang menurun itu akan meningkatkan
kegiatan atau aktivitas dari osteoklas tanpa kendali
dibandingkan dengan aktivitas dari osteoblas maka dari itu
kerapuhan tulang (osteoporosis) kemungkinan besar terjadi.

Fungsi imunologik
Penurunan fungsi imunologik sesuai dengan umur yang berakibat
tingginya kemungkinan terjadinya infeksi dan keganasan.
Kemungkinan jika terjadi peningkatan pemasukan vitamin dan mineral
termasuk zinc dapat meniadakan reaksi ini.
b. Factor predisposisi
Sex
Rasio antara perempuan dan lakilaki yang mengalami gangguan
tempromandibula adalah 4:1. Diduga karena reseptor estrogen di
persendian temporomandibula pada wanita memodulasi fungsi
metabolik sehingga menyebabkan kelemahan dari ligamen. Selain itu,
diduga estrogen ini juga meningkatkan stimulasi nyeri.
Oklusi
Pada maloklusi dapat menyebabkan ketidakseimbangan
neuromuskular dan menyebabkan iskemik yang dapat menjadi
faktor predisposisi dari gangguan sendi temporomandibula. Akan
tetapi dari beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan, peran
oklusi dalam menimbulkan ganguan sendi temporomandibula masih
belum jelas.

Trauma
Pada makro trauma, tekanan yang terjadi secara langsung dapat
menyebabkan perubahan pada bagian discus articularis dan processus
condylaris secara langsung. Trauma besar yang tibatiba dapat
mengakibatkan perubahan struktural, seperti pukulan pada wajah atau
kecelakaan. Sedangkan pada mikro trauma, posisi discus articularis
dan processus condylaris dapat berubah secara perlahanlahan.
Trauma ringan tapi berulang dalam jangka waktu yang lama
seperti bruxism dan clenching dapat menyebabkan mikrotrauma pada
jaringan yang terlibat seperi gigi, sendi rahang, atau otot.
Stres emosional
Stres emosional dapat menyebabkan peningkatan aktifitas otot
pada posisi istirahat atau bruxism atau keduanya, yang dapat
menimbulkan kelelahan yang berakibat pada spasme otot. Spasme
otot yang terjadi nantinya akan menimbulkan kontraktur,
ketidakseimbangan oklusal dan degeneratif atritis. Stres emosional
juga dapat meningkatkan respon saraf simpatis yang menyebabkan
nyeri pada otot mastikasi.
Aktifitas parafungsional
Aktifitas parafungsional adalah semua aktifitas diluar fungsi
normal (seperti mengunyah, bicara, menelan) dan tidak mempunyai
tujuan fungsional. Contohnya adala h bruxism dan kebiasaan
kebiasaan lain seperti menggigit kuku, pensil, bibir, mengunyah
satu sisi, tongue thrust, dan bertopang dagu. Aktifitas yang paling
berat dan sering menimbulkan masalah adalah bruxism termasuk
clenching dan grinding. Bruxism adalah mengerat gigi atau
grinding terutama pada malam hari, sedangkan clenching adalah
mempertemukan gigi atas dan bawah dengan keras yang dapat
dilakukan pada siang ataupun malam hari. Pasien yang melakukan
clenching atau grinding pada saat tidur sering melaporkan adanya
rasa nyeri pada sendi rahang dan kelelahan pada otototot wajah saat
bangun tidur
Radikal bebas
Molekul-molekul terdiri dari atom dan elektron, dan elektron biasanya
berpasangan. Terdapat kondisi dimana terdapat molekul-molekul yang
mempunyai elektron yang tidak berpasangan, maka molekul-molekul
inilah yang dikenal sebagai radikal bebas. Elektron yang tidak
mempunyai pasangan akan mencari elektron lain untuk dijadikan
pasangan, maka radikal bebas ini akan menyerang molekul terdekat
untuk mendapatkan elektron. Dengan demikian ia menyebabkan
kehancuran molekul lain. Bila menimpa DNA, terutama pada
mitokondria di dalam sel-sel, radikal itu menyebabkan mutasi-mutasi
yang dapat memacu sel-sel berlaku secara menyimpang. Lama
kelamaan kerusakan karena radikal bebas ini membuat tubuh menua
dan mendapat berbagai penyakit

Antioksidan
Antioksidan adalah bahan kimia yang dapat memberikan sebuah
elektron yang diperlukan radikal bebas, tanpa menjadikan dirinya
berbahaya. Secara kimiawi antioksidan dirancang untuk menawarkan
radikal bebas yang merusak, menghentikan serangan radikal bebas
sehingga degenerasi dihambat atau proses penuaan diperlambat. Antara
antioksidan yang terdapat dalam makanan yang dapat menunda proses
penuaan mencakup Vitamin B, Vitamin E, Vitamin C, Beta Karoten,
Khromium, Selenium, Kalsium, Zinc, Magnesium, dan Koenzim Q-10.
Semuanya mempunyai cara kerja dan efek yang berbeda. Asam folat
(vitamin B) yang terdapat pada sayuran hijau (dolasin), sangat
berperan dalam proses anti tua, mencegah kemerosotan fungsi mental
dan menghentikan kanker, yang lebih penting lagi dapat
menyelamatkan kerusakan arteri yang memicu serangan jantung dan
stroke dengan merangsang enzim-enzim untuk metabolisme
homosistein sehingga dapat mencegah penyumbatan arteri. Vitamin E
merupakan vitamin larut terhadap lemak yang berfungsi dalam
menghambat aterosklerosis. Vitamin E mempunyai peran dalam
menghambat aterosklerosis dengan memangkas oksidasi kolesterol
LDL. Dengan demikian dapat mencegah timbulnya kerusakan arteri
dan timbulnya penyakit jantung. Vitamin C pula merupakan salah satu
bentuk vaksinasi melawan kanker, terutama kanker lambung,
esofagus, rongga mulut dan kemungkinan mulut rahim, rektum dan
payudara. Selain itu, Vitamin C juga dapat membantu menyelamatkan
arteri dengan mendorong naiknya kolesterol HDL sehingga
menghambat penyumbatan arteri, mencegah penyakit asma dan
bronchitis kronis serta mencegah katarak. Umumnya untuk rongga
mulut, vitamin C melawan penyakit periodontal yaitu gingiva mudah
berdarah dan sariawan
2. Macam macam penyakit degenerasi pada rongga mulut
Degenerasi merupakan kemunduran sel oleh karena padanya terjadi
gangguan metabolisme sehingga tertimbun (akumulasi) bahan-bahan
metabolit, yang normal tidak tampak dalam jumlah sedikit, sehingga sel
menjadi bengkak dan sakit.
Degenerasi dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu pembengkakan
sel dan perubahan perlemakan. Pembengkakan sel timbul jika sel timbul
jika sel tidak dapat mengatur keseimbangan ion dan cairan yang
menyebabkan hidrasi sel. Sedangkan perubahan perlemakan
bermanifestasi sebagai vakuola-vakuola lemak di dalam sitoplasma dan
terjadi karena hipoksia atau bahan toksik. Perubahan perlemakan dijumpai
pada sel yang tergantung pada metabolisme lemak seperti sel hepatosit dan
sel miokard.
Macam-macam proses degenerasi (tergantung macam bahan yang
terganggu metabolismenya)
- Degenerasi Lemak
Degenerasi Lemak Ialah timbunan lemak yang abnormal dalam sel
yang sakit, dapat terjadi pada hepar, jantung, ginjal dan pulpa.
Infiltrasi Lemak / jaringan lemak ini bisa disebut juga stroma/fatty
infiltration, ialah timbunan lemak diantara jaringan ikat (jantung,
pancreas) pada penderita obesitas, tidak menyebabkan gangguan fungsi
Gambaran HPA

- Degenerasi hidrofik
Degenerasi hidropik merupakan jejas yang reversible dengan
penimbuna intraselular yang lebih parah jika dibandingkan degenerasi
albumin. Etiologinya dianggap sama dengan pembengkakan sel, hanya
intensitas rangsang patologik lebih berat dan jangka waktu terpapar
rangsangan patologik tersebut lebih lama.
Krakteristik dengan penumpukan air lanjut dalam sel. Hal ini dapat
disebabkan oleh kerusakan mitokondria yang nyata, terhentinya produksi
ATP dan kegagalan dari pompa natrium, yang menyebabkan
peningkatan tekanan osmotic dalam sel. Perubahan dalam permeabilitas
membran sel terhadap zat lain dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan toksik.
Selain itu dapat disebkan oleh gangguan air dan elektrolit yang berat,
khususnya kehilangan kalium. Bahan-bahan fisiko-kimiawi, contohnya
luka baker, terseduh, kloroform dan karbon tetraklorida. Keadaaan efektif
dan setelah cloudy swelling, jika berlangsung lama. Degenerasi hidropik
ini biasanya terdapat pada sel hepar dan tubulus kontortus ginjal.
Gambaran makroskopis organ yang mengalami degenerasi hidrofik
menjadi lebih besar dan lebih berat daripada normal dan juga tampak lebih
pucat. Gambaran mikroskopik menunjukkan sel membengkak
menyebabkan desakan pada kapiler-kapiler organ seperti kapiler pada
sinusoid hati. Bila pada penimbunan air dalam sel berlanjut karena jejas
terhadap sel semakin berat, akan timbul vakuola-vakuola kecil dan
nampak cerah dalam sitoplasmik. Sehingga nampak vakuola-vakuola kecil
sampai besar pada sitoplasma
Gambaran HPA





a. Jaringan lunak rongga mulut
Sepanjang kehidupan manusia, terdapat berbagai macam penyakit
mulut yang dapat diderita oleh manusia. Penyakit mulut yang biasanya
seiring menyertai proses menua adalah kanker rongga mulut, angular
cheilitis dan lichen planus.
Kanker rongga mulut (KRM)
KRM merupakan antara salah satu kanker dengan prevalensi yang
tertinggi di seluruh dunia dan merupakan 1 dari 10 kanker yang
menyebabkan kematian. Kanker sel squama merupakan kanker yang
terbanyak dilaporkan pada kasus KRM. Pada keseluruhan pasien mati
karena kanker, sekitar 2% dari lelaki dan 1% dari wanita yang mati
karena KRM. Di Perancis, insiden yang menyangkut KRM sekitar 17,9
kasus dari 100 000 populasi penduduknya. Diperkirakan 95% dari
kanker sel squama berlaku pada manusia berumur 40 tahun dan ke
atas, kebanyakannya adalah pasien berumur 60 tahun.
Angular Cheilitis
Angular cheilitis adalah lesi yang disebabkan oleh Candidadan
Staphylococcus aureus(infeksi fungi) dan defisiensi vitamin B,
gambarannya klinisnya adalah kulit yang menggelupas disertai fissur
pada sudut mulut. Keadaan ini juga dipengaruhi oleh dimensional
vertikal rongga mulut yang menurun, disebabkan oleh kehilangan gigi
dan gigi yang hilang tersebut tidak diganti dengan gigi palsu/ prothesa.
Sudut mulut yang berlipat menyebabkan saliva serta bakteri-bakteri
bertumpuk pada sudut mulut dan menyebabkan infeksi mudah terjadi.
Lichen planus
Etiologi dari lichen planus belum diketahui. Namun beberapa tahun ini
terdapat banyak penemuan yang menyatakan bahwa sistem imun
memainkan peranan penting dalam perkembangan penyakit ini.
Gambaran histopatologis yang ditemui menunjukkan keterlibatan T
lymphocytes dan macrophages serta degenerasi dari sel basal yang
dikenali dengan liquefaction degeneration. Imun sistem terlibat karena
efek dari sitotoksik T lymphocytes bertindak melawan antigen yang
terdapat pada lapisan sel basal sehingga menyebabkan lichen planus.
Autoreaktifitas dari T lymphocytes mungkin penyebab utama
berkembangnya lichen planus karena tidak dapat membedakan antigen
luar dan sel-sel tubuh.Rata-rata pasien yang mempunyai lichen planus
berumur 55 tahun dan ke atas. Lesi lichen planus dapat berwarna putih
dan dengan adanya atrofi epithelium, dapat terjadi pada kulit dan
mukosa rongga mulut. Komponen dari lesi terdiri dari beberapa tekstur
: retikular, papular, mirip plak, bulosa (jarang), eritematous, dan
ulseratif. Untuk memastikan diagnosa klinikal dari lichen planus,
tekstur retikular atau papular harus ada. Tekstur selain dari retikular
dan papular adalah tekstur tambahan untuk memastikan diagnosanya.
Perubahan pada bibir
Menurut Penna dkk (cit. Al-Drees) menyatakan bahwa terdapat
penurunan massa dari otot bibir yaitu m. Orbicularis oris pada manula
dengan menggunakan analisa secara histomorphometric. Senyuman
manula kelihatan lebih lebar secara transversal dan mengecil secara
vertikal. Ini menunjukkan bahwa memang berlaku penurunan massa
dari otot Orbicularis oris pada bibir sehingga kemampuan otot ketika
manula senyum semakin berkurang.
Perubahan pada lidah

Pada orang tua membran mukosa menjadi atropi, epitel lebih tipis dan
kurang berdiferensiasi disertai peningkatan jaringan kolagen.
Permukaan punggung lidah cenderung menjadi lebih licin dan papila
mengalami atropi dan sering terbentuk disura yang dalam dan ekstensif
(Bates dkk, 1984).
Sensasi rasa dalam mulut akan berkurang sesuai dengan usia. Jumlah
putik kecap tidak berkurang secara bermakna tetapi ambangnya
meningkat terhadap rasa asin dan pahit. Tidak ada perubahan terhadap
rasa manis dan asam

b. Jaringan keras rongga mulut
Gigi
Dengan bertambahnya usia email akan berwarna gelap dentin akan
menjadi rapuh pada akar gigi yang disebut translucent dentin.
Pengecilan ruang pulpa sehingga sulit diidentifikasi dan terkadang
terjadi hipersementosis atau menyatunya tulang dengan akar gigi.
Volume pulpa berkurang, pada usia 75 tahun ruang pulpa menhilang
secara total. Atrisi pada gigi akibat cara menyikat gigi yang salah
menjadikan rasa ngilu pada gigi yang disebabkan email yang
terkelupas


Kelainan Sendi
a. Osteoarthrosis
Merupakan disfungsi sendi karena terjadi suatu gangguan
berupa arthralgia, mialgia, dan licking. Hal ini biasanya dipicu oleh
adanya maloklusi, kebiasaan buruk atau faktor psikologis.
Merupakan kelainan disfungsi sendi karena gangguan berupa
arthralgia, myalgia dan klicking yang berhubungan dengan proses
penuaan. Hal ini biasanya dipicu oleh adanya maloklusi, kebiasaan
buruk, atau faktor psikologis. Beban yang besar serta berulang-ulang
pada sendi dapat menimbulkan remodeling tulang pada daerah
subkondral yang dapat dideteksi secara radiograf dengan adanya
peningkatan kepadatan tulang. Pada usia tua dapat mengalami
osteoarthrosis disebabkan beban yang normal tetapi dengan kapasitas
fungsional yang berkurang (umur, idiopatik). Sedangkan pada usia
muda, sendi yang normal dapat mengalami osteoarthrosis karena beban
yang berat dan berulang kali serta melebihi kapasitas fungsional.

b. Osteoarthritis
Merupakan suatu radang yang non infeksi pada permukaan
sendi, bersifat destruksi perlahan disertai rasa nyeri yang terus
menerus. Apabila radang mengenai membran sinovial disebut sinivitis
arthritis, jika melibatkan kapsul sendi disebut Kapsulitis arthritis, dan
bila disertai kelainan-kelainan sistemik seperti penyakit gout, rematoid
atau sindrom reiter disebut dengan Poliarthidites.
Peningkatan usia menyebabkan adanya perubahan dan
penurunan fungsi kondrosit yang menimbulkan perubahan pada
komposisi tulang rawan sendi yang mengarah pada perkembangan
osteoarthritis karena kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk
proteoglikan dan kolagen pada tulang rawan sendi. Pada penderita
osteoarthritis, sintesis proteoglikan dan kolagen meningkat tajam,
namun substansi ini juga dihancurkan dengan kecepatan yang lebih
tinggi, sehingga pembentukan tulang tidak mengimbangi
kebutuhannya.
Pada kasus ini krepitus menunjukan adanya penyakit sendi
yang bersifat degeneratif. Krepitus terjadi ketika disc articularis
mengalami degenerasi sehingga terjadi gesekan antara processus
condyloideus dengan fossa glenoidalis maka dari itulah bunyi krepitus
terjadi. Penyakit ini dapat disertai keluhan rasa sakit di area pre-
aulikuler maupun tidak. Otot pengunyahan tidak terlibat dalam hal ini.










Gambaran radiografis Osteoatritis







Gambaran HPA

c. Osteokondritis
Yaitu suatu kelainan non neoplastik pada daerah TMJ, akibat suatu
metaplastik dari jaringan synovial menjadi jaringan tulang rawan
(chondroid), dan sebagian lagi bertransformasi menjadi tulang. Secara
radiografis terlihat kelainan berupa fragmen radiopak di dalam rongga
synovial. Faktor penyebab umumnya suatu inflamasi yang
menyebabkan degenerasi, dan ketika terjadi regenerasi fibroblas
bermetaplasia menjadi chondrocytes dan jaringan chondral
bermetaplasia menjadi tulang.
d Osteoporosis

Menurut WHO pada International Consensus Development
Conference,di Roma, Itali, 1992 Osteoporosis adalah penyakit dengan
sifat -sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai perubahan
mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang
pada akhirnya menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang
dengan risiko terjadinya patah tulang (Suryati, 2006)
Gambaran Radiografi





3. Patogenesis penyakit degenerasi rongga mulut
1. Pathogenesis Osteoporosis
Hormon estrogen merupakan salah satu hormon steroid, yang
dihasilkan oleh sel teka interna folikel ovarium, korpus luteum,
plasenta dan sedikit dihasilkan oleh korteks adrenal. Kekurangan
hormon estrogen akan menyebabkan meningkatnya kadar PTH. Suatu
peningkatan kadar hormon paratiroid (PTH) menyebabkan kalsium dan
fosfat yang ada di tulang diabsorpsi memasuki darah sehingga kadar
kalsium tulang berkurang. Selain itu, peningkatan hormon paratiroid
juga menyebabkan peningkatan jumlah dan aktivitas osteoklas,
sehingga akan meningkatkan resorbsi tulang, sehingga terjadi
penurunan massa tulang.

2. Pathogenesis Osteoatritis
- Patogenesis Osteoatritis
Stage I : Gangguan atau perubahan matriks kartilago. Awalnya
konsentrasi kolagen tipe II tidak berubah, tapi jaring-jaring
kolagen dapat rusak dan derajat agregasi proteoglikan
menurun. Sifat proteoglikan berperan menghasilkan
kekenyalan pada substansi seperti tulang rawan, sehingga
substansi tersebut dapat mengalami gangguan kompresi dan
reekspansi.

Gbr 3.Osteoartritis
Sumber: Altman,2001

Stage II : Respon kondrosit terhadap gangguan atau perubahan
matriks. Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk
proteoglikan dan kolagen rawan sendi. Ketika kondrosit
mendeteksi gangguan atau perubahan matriks, kondrosit
berespon dengan meningkatkan sintesis dan degradasi matriks,
serta berproliferasi. Respon ini dapat menggantikan jaringan
yang rusak, mempertahankan jaringan, atau meningkatkan
volume kartilago. Respon ini dapat berlangsung selama
bertahun-tahun.
Stage III : Penurunan respon kondrosit. Kegagalan respon
kondrosit untuk menggantikan atau mempertahankan jaringan
mengakibatkan kerusakan tulang rawan sendidisertai dan
diperparah oleh penurunan respon kondrosit. Penyebab
penurunan respon ini diperkirakan akibat kerusakan mekanis
pada jaringan, dengan kerusakan kondrosit dan downregulasi
respon kondrosit terhadap sitokin anabolik.
- Pada penderita osteoartritis, akan terjadi beberapa perubahan,
diantaranya :
1. Degadrasi tulang rawan
Pada awalnya, tulang rawan lebih tebal daripada ukuran
normalnya, namun seiring dengan perkembangan OA,
permukaan sendi akan menipis dan tulang rwan rawan
melunak. Kelanjutan permukaannya terputus dan terbentuk
celah vertikal (fibrilasi). Dapat juga terbentuk ulkus
kartilago dalam yang meluas ke tulang.
2. Pembentukan osteofit
Bersamaan dengan timbulnya degenerasi tulang rawan,
timbul reparasi. Reparasi ini justru memunculkan adanya
osteofit.
3. Sinovitis
Merupakan peradangan dari sinovium dan terjadi akibat dari
proses sekunder degenerasi. Sinovitis meningkatkan cairan
sendi.












KESIMPULAN
Degenerasi merupakan kemunduran sel oleh karena padanya terjadi
gangguan metabolisme sehingga tertimbun (akumulasi) bahan-bahan metabolit,
yang normal tidak tampak dalam jumlah sedikit, sehingga sel menjadi bengkak
dan sakit. Degenerasi pada jaringan keras rongga mulut Alveolar Bone dapat
berupa osteoporosis. Degenerasi pada jaringan lunak rongga mulut dapat terjadi
pada : Kelenjar Saliva, Lidah,Mukosa Rongga Mulut. Degenerasi pada
Komponen Musculoskeletal yaitu : Degenerasi pada Tulang, Degenerasi pada
Komponen TMJ yang terdiri dari : Perubahan pada jar tulang rawan sendi,
Perubahan jaringan synovial, Perubahan pada ligamentum sendi.















DAFTAR PUSTAKA

Grossman LI. 1998. Endodontic Practice.Philadelphia, London: Lea and Febiger.
Walton. 1996. Prinsip dan Praktik Endodonsi. Edisi ke-2. Jakarta: EGC.
Chapman, Michael W et al. 2001. Chapmans Orthopaedic Surgery 3rd edition.
Chapter 107: Osteotomies of The Knee For Osteoarthritis. Lippincott Williams &
Wilkins. USA
Isbagio, Harry. 2000. CDK: Struktur Rawan Sendi dan Perubahannya pada
Osteoartritis. Cermin Dunia Kedokteran

Anda mungkin juga menyukai