Anda di halaman 1dari 29

Alief Nur Afrizal

125060400111080

SOAL 3
HIDROGRAF SATUAN SINTETIK
3.1 Latar Belakang
Dalam perencanaan di bidang sumber daya air, seringkali diperlukan data
debit banjir rencana yang realistis. Banjir rencana dengan periode ulang tertentu
dapat dihitung dan data debit banjir atau data hujan. Apabila data debit banjir
tersedia cukup panjang (>20 tahun), debit banjir dapat langsung dihitung dengan
metode analisis probabilitas. Sedang apabila data yang tersedia hanya berupa data
hujan dan karakteristik DAS, salah satu metoda yang disarankan adalah
menghitung debit banjir dari data hujan maksimum harian rencana dengan
superposisi hidrograf satuan (Harto, 1993).
Banyak konsep hidrograf satuan yang digunakan untuk melakukan
transformasi dari hujan menjadi debit aliran. Data yang diperlukan untuk
menurunkan hidrograf satuan terukur di DAS yang ditinjau adalah data hujan
otomatis dan pencatatan debit di titik pengamatan tertentu. Namun jika data hujan
yang diperlukan untuk menyusun hidrograf satuan terukur tidak tersedia
digunakan analisis hidrograf banjir sintetis.
Metoda hidrograf satuan sintetis yang saat ini umum digunakan di
Indonesia antara lain adalah metoda Snyder, SCS, Nakayasu, GAMA-1, HSS
dan Limantara. Metoda Snyder, SCS, Nakayasu dikembangkan diluar negeri,
sedang metoda perhitungan hidrograf satuan sintetis yang pertama dikembangkan
di Indonesia adalah metoda HSS Gama-1 yang dikembangkan di Universitas
Gajah Mada (Harto, 1993). Selanjutnya dikembangkan metode HSS di
Institut Teknologi 10 November (Lasidi et.al, 2003) dan HSS Limantara di
Universitas Brawijaya (Lily, 2008).
Setiap metoda hidrograf memiliki parameter dan karakteristik masing-
masing sehingga setiap metoda tidak bisa terapkan di setiap daerah di dunia.
Dalam soal 3 ini membahas suatu prosedur umum perhitungan hidrograf
satuan sintetis (HSS) untuk perhitungan hidrograf banjir. Adapun metoda
hidrograf yang digunakan yaitu metoda Snyder, Nakayasu, dan GAMA-1.
Prosedur yang dibahas ini bersifat umum karena pada prinsipnya dapat digunakan
untuk membentuk berbagai bentuk dasar hidrograf satuan sintetis.


3.2 Identifikasi Masalah
Di daerah di mana data hidrologi tidak tersedia untuk menurunkan hidrograf
satuan, maka dibuat hidrograf satuan sintetis yang didasarkan pada karakteristik
fisik dari DAS. Beberapa metode yang digunakan adalah metoda Snyder, SCS,
Nakayasu, GAMA-1, HSS dan Limantara. Namun dalam pembahasan kali ini
hanya menghitung dengan metoda Snyder, Nakayasu, dan GAMA-1. Perhitungan
ketiga metode tersebut kemungkinan menghasilkan hasil yang berbeda, hal ini
dikarenakan masing-masing metode mempunyai parameter dan karakteristik yang
berbeda pula.

3.3 Rumusan Masalah
1. Berapa hasil perhitungan hidrograf satuan metoda Snyder?
2. Berapa hasil perhitungan hidrograf satuan metoda Nakayasu?
3. Berapa hasil perhitungan hidrograf satuan metoda GAMA-1?
4. Bagaimana perbandingan dari hasil perhitungan metoda Snyder, Nakayasu,
dan GAMA-1?

3.4 Batasan Masalah
Dalam pembahasan kali ini, penyusun hanya membatasi pada perhitungan
hidrograf satuan metoda Snyder, Nakayasu, dan GAMA-1 serta membandingkan
hasil perhitungan dari ketiga metoda tersebut.

3.5 Tujuan
1. Mengetahui hasil perhitungan hidrograf satuan metoda Snyder
2. Mengetahui hasil perhitungan hidrograf satuan metoda Nakayasu
3. Mengetahui hasil perhitungan hidrograf satuan metoda GAMA-1
4. Mengetahui perbandingan dari hasil perhitungan metoda Snyder,
Nakayasu, dan GAMA-1




3.6 Manfaat
Pembaca dapat mengetahui dan menerapkan perhitungan hidrograf satuan
sintetis di daerah di mana data hidrologi tidak tersedia untuk menurunkan
hidrograf satuan.

3.7 Kajian Pustaka
3.7.1 Hidrograf Satuan
Teori klasik hidrograf satuan berasal dari hubungan antara hujan efektif
dengan limpasan langsung. Hubungan tersebut merupakan salah satu komponen
model watershed yang umum. Teori hidrograf satuan merupakan penerapan
pertama teori sistem linier dalam hidrologi (Soemarto, 1987).
Sherman pada tahun 1932 (dalam Bambang Triatmodjo, 2006)
mengenalkan konsep hidrograf satuan, yang banyak digunakan untuk melakukan
transformasi dari hujan menjadi debit aliran. Hidrograf satuan didefinisikan
sebagai hidrograf limpasan langsung (tanpa aliran dasar) yang tercatat diujung
hilir DAS yang ditimbulkan oleh hujan efektif sebesar 1mm yang terjadi secara
merata di permukaan DAS dengan intensitas tetap dalam suatu durasi tertentu.


Gambar 3.1 Hidrograf (Sumber: Sri Harto 1993)



Gambar 3.2 Prinsip Hidrograf Satuan (Sumber: Triatmodjo 2006)

3.7.2 Hidrograf Satuan Sintetis
Di daerah di mana data hidrologi tidak tersedia untuk menurunkan
hidrograf satuan, maka dibuat hidrograf satuan sintetis yang didasarkan pada
karakteristik fisik dari DAS. Berikut ini diberikan beberapa metode yang biasa
digunakan.

3.7.2.1 Metode Snyder
Gupta pada tahun 1989 (dalam Triatmodjo 2006) empat parameter yaitu
waktu kelambatan, aliran puncak, waktu dasar, dan durasi standar dari hujan
efektif untuk hidrograf satuan dikaitkan dengan geometri fisik dari DAS dengan
hubungan berikut.
T
p
= C
t
(L L
c
)
0,3
(3.1)
Q
p
= C
P
A / t
p
(3.2)

T = 3 + (t
P
/ 8) (3.3)

T
D
= t
P
/ 5,5 (3.4)

Apabila durasi hujan efektif t
r
tidak sama dengan durasi standar t
D
, maka:

T
p
R = t
p
+ 0,25 (t
r
- t
D
) (3.5)

Q
p
R = Q
p
t
p
/ t
p
R (3.6)

dengan:
t
D
: durasi standar dari hujan efektif (jam)
t
r
: durasi hujan efektif (jam)
t
p
: waktu dari titik berat durasi hujan efektif t
D
ke puncakhidrograf
satuan (jam)
t
p
R : waktu dari titik berat durasi hujan t
r
ke puncak hidrograf satuan
(jam)
T : waktu dasar hidrograf satuan (hari)
Q
p
: debit puncak untuk durasi t
D

Q
p
R : debit puncak untuk durasi t
r

L : panjang sungai utama terhadap titik kontrol yang ditinjau (km)
L
c
: jaraj antara titik kontrol ke titik yang terdekat dengan titik berat
DAS (km)
A : luas DAS (km
2
)
C
t
: koefisien yang tergantung kemiringan DAS, yang bervariasi dari
1,4 sampai 1,7
C
p
: koefisien yang tergantung pada karakteristik DAS, yang
bervariasi antara 0,15 sampai 0,19

Dengan menggunakan rumus-rumus tersebut di atas dapat digambarkan
hidrograf satuan. Untuk memudahkan penggambaran, berikut ini diberikan
beberapa rumus:
W
50
=

(3.7)

W
75
=

(3.8)

Dengan W
50
dan

W
75
adalah lebar unit hidrograf pada debit 50% dan 75%
dari debit puncak, yang dinyatakan dalam jam. Sebagai acuan, lebar W
50
dan W
75
dibuat dengan perbandingan 1:2; dengan sisi pendek di sebelah kiri dari hidrograf
satuan (Trianmodjo, 2006)



Gambar 3.3 Bentuk Umum HSS Snyder (sumber:Chow, et al, 1988),
(Bedient-Huber, 1992)




3.7.2.2 Metode GAMA I


Gambar 3.4 Hidrograf satuan sintetik GAMA I
(sumber: Triatmodjo 2006)

Hidrograf satuan sintetis Gama I dikembangkan oleh Sri Harto (1993)
berdasar perilaku hidrlogis 30 DAS di Pulau Jawa. Meskipun diturunkan dari data
DAS di Pulau Jawa, ternyata hidrograf satuan sintetis Gama I berfungsi baik
untuk berbagai daerah lain di Indonesia.
HSS Gama I terdiri dari tiga bagian pokok yaitu sisi naik (rising limb),
puncak (crest) dan sisi turun/resesi (recession limb). Gambar 3.4 menunjukkan
HSS Gama I. Dalam gambar tersebut tampak ada patahan dalam sisi resesi. Hal
ini disebabkan sisi resesi mengikuti persamaan eksponensial yang tidak
memungkinkan debit sama dengan nol. Meskipun pengaruhnya sangat kecil
namun harus diperhitungkan mengingat bahwa volume hidrograf satuan harus
tetap satu.
HSS Gama I terdiri dari empat variabel pokok, yaitu naik (time of rise -
TR), debit puncak (Q
p
), waktu dasar (TB),dan sisi resesi yang ditentukan oleh nilai
koefisien tampungan (K) yang mengikuti persamaan berikut:

Q
1
= Q
p
e
(t-tp)/K
(3.9)

dengan:
Q
1
: debit pada jam ke t (m
3/
d)
Q
p
: debit puncak (m
3
/d)
t : waktu dari saat terjadinya debit puncak (jam)
K : koefisien tampungan

Selanjutnya hidrograf satuan dijabarkan dengan empat variabel pokok,
yaitu waktu naik (Tr), debit puncak (Qp), waktu dasar (Tb) dan koefisien
tampungan (k) persamaan tersebut:

1. Waktu puncak HSS Gama I (TR)

TR = 0.43 (
SF
L
. 100
)
3
+ 1.0665 SIM + 1.2775 (3.10)

2. Waktu dasar (TB)

TB = 27.4132 Tr
0.1457
S
-0.0986
SN
0.7344
RUA
0.2574
(3.11)

3. Debit puncak banjir (QP)

QP = 0.1836 A
0.5886
Tr
-0.4008
JN
0.2381
(3.12)

4. Koefisien resesi

K/C = 0.5617 A
0.1798
S
-0.1446
SF
-1.0897
D
0.0452
(3.14)

5. Aliran dasar

QB = 0,4715 A
0,6444
D
0,943
(3.15)


dengan:
A : luas DAS (km
2
)
L : panjang sungai utama (km)
S : kemiringan dasar sungai
SF : faktor sumber, perbandingan antara jumlah panjang sungai
tingkat satu dengan jumlah panjang sungai semua tingkat
SN : frekuensi sumber, perbandingan antara jumlah pangsa sungai
tingkat satu dengan jumlah pangsa sungai semua tingkat
WF : faktor lebar, perbandingan antara lebar DAS yang diukur di titik
sungai yang berjarak 0,75 L dengan lebar DAS yang diukur di
sungai yang berjarak 0,25 L dari stasiun hidrometri.
JN : jumlah pertemuan sungai
SIM : faktor simetri, hasi kali antara faktor lebar (WF) dengan luas DAS
sebelah hulu (RUA)
RUA : luas DAS sebelah hulu, perbandingan antara luas DAS yang
diukur di hulu garis yang ditarik tegak lurus garis hubung antara
stasiun hidrometri dengan titik yang paling dekat dengan titik berat
DAS, melalui titik tersebut
D : kerapatan jaringan kuras, jumlah panjang sungai semua tingkat
tiap satian luas DAS

Gambar 3.5 Sketsa Penetapan WF (sumber: Triatmodjo 2006)

Gambar 3.6 Sketsa Penetapan RUA (sumber: Triatmodjo 2006)

Persamaan tambahan yang terkait dengan HSS Gama I adalah indeks
infiltrasi atau indeks. Besarnya indeks dapat dihitung dengan persamaan
berikut:

= 10,4903 3,859 . 10
-6
A
2
+ 1,6985 . 10
-13
(

)
4
(3.16)

dengan:
indeks : indeks infiltrasi (mm/jam)
A : luas DAS (km
2
)
SN : frekuensi sumber

3.7.2.3. Metode Nakayasu
Hidrograf satuan sintetis Nakayasu dikembangkan berdasarkan beberapa
sungai di Jepang (Soemarto, 1987). Penggunaan metode ini memerlukan beberapa
karakteristik parameter daerah alirannya, seperti :
a) Tenggang waktu dari permukaan hujan sampai puncak hidrograf (time of
peak)
b) Tenggang waktu dari titik berat hujan sampai titik berat hidrograf (time lag)
c) Tenggang waktu hidrograf (time base of hydrograph)
d) Luas daerah aliran sungai
e) Panjang alur sungai utama terpanjang (length of the longest channel)
Bentuk persamaan HSS Nakayasu adalah


) 3 , 0 ( 6 , 3
.
3 , 0
T Tp
Ro CA
Qp

(3.17)
dengan :
Qp = debit puncak banjir (m
3
/dt)
Ro = hujan satuan (mm)
Tp = tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)
T
0,3
= waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari puncak sampai
30% dari debit puncak (jam)
CA = luas daerah pengaliran sampai outlet (km
2
)

Untuk menentukan Tp dan T
0,3
digunakan pendekatan rumus sebagai berikut :
Tp = tg + 0,8 tr (3.18)
T
0,3
= tg (3.19)
Tr = 0,5 tg sampai tg (3.20)
tg adalah time lag yaitu waktu antara hujan sampai debit puncak banjir
(jam). tg dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :
sungai dengan panjang alur L > 15 km : tg =0,4 + 0,058 L
sungai dengan panjang alur L < 15 km : tg = 0,21 L
0,7

Perhitungan T
0,3
menggunakan ketentuan:
= 2 pada daerah pengaliran biasa
= 1,5 pada bagian naik hidrograf lambat, dan turun cepat
= 3 pada bagian naik hidrograf cepat, dan turun lambat

Pada waku naik : 0 < t < Tp
Qa = (t/Tp)
2,4
(3.21)
dimana Qa adalah limpasan sebelum mencapai debit puncak (m
3
/dt)
Pada kurva turun (decreasing limb)
a. selang nilai : 0 t (Tp + T
0,3
)

Qd
1
=

3 , 0
3 , 0 .
T
Tp t
Qp

(3.22)

b. selang nilai : (Tp + T
0,3
) t (Tp + T
0,3
+ 1,5 T
0,3
)

Qd
2
=

3 , 0
3 , 0
5 , 1
5 , 0
3 , 0 .
T
T Tp t
Qp

(3.23)

c. selang nilai : t > (Tp + T
0,3
+ 1,5 T
0,3
)

Qd
3
=

3 , 0
3 , 0
2
5 , 1
3 , 0 .
T
T Tp t
Qp

(3.24)



Gambar 3.7 Hidrograf satuan sintetik Nakayasu (sumber: Triatmodjo
2006)



3.8 Analisa Perhitungan
3.8.1 Hujan Netto Jam-Jaman

Tabel 3.1 Distribusi Hujan Netto Jam-jaman

Hujan Jam-jaman ( mm )
No
Jam
ke Rasio

2 5 10 25 50 100 200 1000

1 1 0,550 81,047 97,723 108,764 122,715 133,064 143,336 153,572 177,281
2 2 0,143 21,066 25,400 28,270 31,896 34,586 37,256 39,917 46,079
3 3 0,100 14,777 17,818 19,831 22,374 24,261 26,134 28,001 32,323
4 4 0,080 11,764 14,185 15,787 17,812 19,314 20,805 22,291 25,733
5 5 0,067 9,934 11,978 13,332 15,042 16,310 17,569 18,824 21,730
6 6 0,059 8,684 10,471 11,654 13,148 14,257 15,358 16,454 18,995
HUJAN
RANCANGAN
(mm) 226,573 273,192 304,058 343,057 371,989 400,707 429,321 495,601
KOEFISIEN
PENGALIRAN 0,650 0,650 0,650 0,650 0,650 0,650 0,650 0,650
HUJAN
EFEKTIF (mm) 147,272 177,575 197,638 222,987 241,793 260,460 279,059 322,141
Sumber: Hasil Perhitungan


Gambar 3.8 Grafik Hujan Netto Jam-Jaman
0.000
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
160.000
180.000
200.000
1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000
Kala Ulang 2
Tahun
Kala Ulang 5
Tahun
Kala Ulang 10
Tahun
Kala Ulang 25
Tahun
Kala Ulang 50
Tahun
Kala Ulang 100
Tahun
Kala Ulang 200
Tahun
Kala Ulang 1000
Tahun
h
u
j
a
n

j
a
m
-
j
a
m
a
n

(
m
m
)

3.8.2 Metode Nakayasu
Perhitungan Unit Hidrograf Metode Nakayasu
Parameter HSS Nakayasu
1 Luas DAS ( A ) = 550 km
2

2 Panjang Sungai Utama ( L ) = 50 km
3 Parameter Alfa ( a ) = 3
4 Koefisien Pengaliran ( C ) = 0,65
5 Ro

= 1 mm
Parameter Bentuk Hidrograf
Menghitung waktu antara hujan samapi debit puncak banjir
(tg)


tg = 0.4 + 0.058 L = 3,30 jam
Menghitung waktu untuk mencapai puncak (Tp)


tr = 0.75*tg = 2,48 jam


Tp = tg + (0,8 * tr) = 5,28 jam

= 5 jam
Menghitung besarnya T0,3


T0,3 = a * tg = 9,90 jam

= 10 jam

1,5 * T0,3

= 14,85 jam

= 15 jam

2 * T0,3

= 19,80 jam
Menghitung debit maksimum hidrograf satuan



Qp = (CA * Ro) / (3,6 * ((0,3 * Tp) +
T0,3) = 13,30
m
3
/dt
Perhitungan besarnya (Qb)


D

= 0,90



Qb (0,4751 A0,6444 D0,943) = 25,09 m
3
/dt







Tabel 3.2. Lengkung Hidrograf Nakayasu
Karakteristik Notasi Persamaan
Awal Akhir
Notasi Nilai Notasi Nilai
Lengkung Naik Qa Qp . (t/Tp)
2,4
0 0 Tp 5
Lengkung Turun
Tahap 1 Qd1 Qp . 0,3^[(t-Tp)/T
0,3
] Tp 5
Tp +
T
0,3
15
Lengkung Turun
Tahap 2 Qd2
Qp . 0,3^[(t-
Tp+0,5T0,3)/1,5T
0,3
]
Tp +
T
0,3
15
Tp +
T
0,3
+
1,5T
0,3
30
Lengkung Turun
Tahap 3 Qd3 Qp . 0,3^[(t-Tp+1,5T
0,3
)/2T
0,3
]
Tp +
T
0,3
+
1,5T
0,3
30 ~ ~
Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 3.3. Ordinat Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu

T (jam) Q (m
3
/dt/mm) Keterangan


0,00 0,000
Qa


1,00 0,245


2,00 1,295


3,00 3,426


4,00 6,833


5,00 13,304 Qp Tp

6,00 12,188


7,00 10,793
Qd
1



8,00 9,557


9,00 8,462


10,00 7,493


11,00 6,635


12,00 5,875


13,00 5,203


14,00 4,607


15,00 4,079


16,00 3,734
Qd2


17,00 3,444


18,00 3,175


19,00 2,928


20,00 2,700


21,00 2,490

lanjutan tabel 3.3

22,00 2,296



23,00 2,117


24,00 1,952


25,00 1,800


26,00 1,660


27,00 1,531


28,00 1,412


29,00 1,302


30,00 1,200


31,00 1,129
Qd
3



32,00 1,062


33,00 0,999


34,00 0,941


35,00 0,885


36,00 0,833


37,00 0,784


38,00 0,737


39,00 0,694


40,00 0,653


41,00 0,614


42,00 0,578


43,00 0,544


44,00 0,512


45,00 0,482


46,00 0,453


47,00 0,427


48,00 0,401


49,00 0,378


50,00 0,356


Sumber : Hasil Perhitungan


























0.000
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48
Q

(
m

/
d
t
/
m
m
)

T (jam)
Gambar 3.9 Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu
Qp= 13,304 m
3
/detik/mm
Tp= 5 jam
3.8.3 Metode Snyder
Perhitungan Unit Hidrograf Metode Snyder

Parameter HSS Snyder

1 Luas DAS CA 550,00 km
2

2 Panjang sungai utama L 50,00 km
3 Panjang sungai dari bagian hilir ke titik berat Lc 22,50 km
4 Koefisien n

0,30

5 Koefisien Ct

1,80

6 Koefisien Cp

1,15

7 D

0,90


Parameter bentuk hidrograf

Menghitung waktu dari titik berat hujan ke debit puncak (tp)

tp = Ct * ((L * Lc)
n
= 14,81 jam

Menghitung curah hujan efektif (te)

te = tp / 5,5 = 2,69 jam

Menghitung waktu untuk mencapai puncak (Tp)

tr =6jam,

Jika te>tr

tp' = tp + 0,25(te-tr) = 13,99 jam
Tp = tp' + 0,5 = 14,49 jam

= 14 jam
Jika te<tr

Tp = tp + 0,5tr = 17,81 jam

= 18 jam
Jika te=tr

Tp = tp = 14,81 jam

= 15 jam

Menghitung debit maksimum hidrograf satuan (Qp)

qp = 0,278 (Cp/tp) = 0,018 m
3
/dt/km
2

Qp = qp . A = 9,872 m
3
/dt

Perhitungan absis (nilai x)

x = t / tp = lihat tabel

Penghitungan koefisien l dan a

l = Qp.Tp/(A.h) = 0,32

a = 1,32I
2
+ 0,15I + 0,045 = 0,23



Perhitungan besarnya ordinat y

y = 10
-(1-x)^2/x)
= lihat tabel

Perhitungan besarnya Qt

Qt = Qp . Y = lihat tabel

Perhitungan besarnya Qb

Qb = 0,4751 A
0,6444
D
0,943
= 25,091 m
3
/dt


Tabel 3.13. Ordinat Hidograf Satuan Sintetik Snyder
t
x y
Qt
Keterangan
(jam) (m
3
/dt/mm)
0,00 0,00 0,00 0,000
1,00 0,06 0,00 0,002
2,00 0,11 0,03 0,248
3,00 0,17 0,12 1,145
4,00 0,22 0,25 2,422
5,00 0,28 0,38 3,753
6,00 0,34 0,50 4,976
7,00 0,39 0,61 6,036
8,00 0,45 0,70 6,925
9,00 0,51 0,78 7,656
10,00 0,56 0,84 8,247
11,00 0,62 0,88 8,718
12,00 0,67 0,92 9,086
13,00 0,73 0,95 9,367
14,00 0,79 0,97 9,574
15,00 0,84 0,98 9,720
16,00 0,90 0,99 9,812
17,00 0,95 1,00 9,860
18,00 1,01 1,00 9,872 Qp
19,00 1,07 1,00 9,850
Qt
20,00 1,12 0,99 9,802
21,00 1,18 0,99 9,732
22,00 1,24 0,98 9,643
23,00 1,29 0,97 9,537
24,00 1,35 0,95 9,418
25,00 1,40 0,94 9,289
Lanjutan tabel 3.13
26,00 1,46 0,93 9,150

27,00 1,52 0,91 9,003
28,00 1,57 0,90 8,850
29,00 1,63 0,88 8,693
30,00 1,68 0,86 8,532
31,00 1,74 0,85 8,368
32,00 1,80 0,83 8,202
33,00 1,85 0,81 8,035
34,00 1,91 0,80 7,867
35,00 1,96 0,78 7,699
36,00 2,02 0,76 7,531
37,00 2,08 0,75 7,364
38,00 2,13 0,73 7,198
39,00 2,19 0,71 7,033
40,00 2,25 0,70 6,870
41,00 2,30 0,68 6,708
42,00 2,36 0,66 6,549
43,00 2,41 0,65 6,392
44,00 2,47 0,63 6,237
45,00 2,53 0,62 6,085
46,00 2,58 0,60 5,935
47,00 2,64 0,59 5,788
48,00 2,69 0,57 5,643
Qt
49,00 2,75 0,56 5,501
50,00 2,81 0,54 5,362
51,00 2,86 0,53 5,225
52,00 2,92 0,52 5,091
53,00 2,98 0,50 4,960
54,00 3,03 0,49 4,832
55,00 3,09 0,48 4,707
56,00 3,14 0,46 4,584
57,00 3,20 0,45 4,464
58,00 3,26 0,44 4,347
59,00 3,31 0,43 4,232
60,00 3,37 0,42 4,120
61,00 3,42 0,41 4,011
62,00 3,48 0,40 3,904
63,00 3,54 0,38 3,800
64,00 3,59 0,37 3,698
Lanjutan tabel 3.13
65,00 3,65 0,36 3,599

66,00 3,71 0,35 3,502
67,00 3,76 0,35 3,407
68,00 3,82 0,34 3,315
69,00 3,87 0,33 3,225
70,00 3,93 0,32 3,138
71,00 3,99 0,31 3,053
72,00 4,04 0,30 2,969
73,00 4,10 0,29 2,888
Qt
74,00 4,15 0,28 2,809
75,00 4,21 0,28 2,732
76,00 4,27 0,27 2,657
77,00 4,32 0,26 2,584
78,00 4,38 0,25 2,513
79,00 4,44 0,25 2,444
80,00 4,49 0,24 2,377
81,00 4,55 0,23 2,311
82,00 4,60 0,23 2,247
83,00 4,66 0,22 2,185
84,00 4,72 0,22 2,124
85,00 4,77 0,21 2,065
86,00 4,83 0,20 2,008
87,00 4,88 0,20 1,952
88,00 4,94 0,19 1,898
89,00 5,00 0,19 1,845
90,00 5,05 0,18 1,793
91,00 5,11 0,18 1,743
92,00 5,17 0,17 1,695
93,00 5,22 0,17 1,647
94,00 5,28 0,16 1,601
95,00 5,33 0,16 1,556
96,00 5,39 0,15 1,513
97,00 5,45 0,15 1,470
98,00 5,50 0,14 1,429
Qt
99,00 5,56 0,14 1,389
100,00 5,61 0,14 1,350
101,00 5,67 0,13 1,312
102,00 5,73 0,13 1,275
103,00 5,78 0,13 1,239
104,00 5,84 0,12 1,204
Lanjutan tabel 3.13
105,00 5,89 0,12 1,170

106,00 5,95 0,12 1,137
107,00 6,01 0,11 1,105
108,00 6,06 0,11 1,074
109,00 6,12 0,11 1,043
110,00 6,18 0,10 1,014
111,00 6,23 0,10 0,985
112,00 6,29 0,10 0,957
113,00 6,34 0,09 0,930
114,00 6,40 0,09 0,904
115,00 6,46 0,09 0,878
116,00 6,51 0,09 0,853
117,00 6,57 0,08 0,829
118,00 6,62 0,08 0,806
119,00 6,68 0,08 0,783
120,00 6,74 0,08 0,761








0
2
4
6
8
10
12
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Q

(
m
3
/
d
t
/
m
m
)

T (jam)
Gambar 3.11. Hidrograf Satuan Sintetik Snyder
Tp= 18 jam
Qp= 9,872 m
3
/detik/mm
3.8.4 Metode GAMMA I

Perhitungan Unit Hidrograf Metode Gamma 1

Parameter HSS Gamma 1

1 Luas DAS (CA)= 550,00 km
2

2 Panjang sungai utama (L)= 50,00 km
3 Slope Sungai (S)= 0,004

4 SF = 0,85

5 SN = 0,75

6 WF = 1

7 RUA = 0,68

8 SIM (WF x RUA) = 0,68

9 D = 0,9

10 JN = 60


Parameter bentuk hidrograf

TR = 0,43[L/(100SF)]3+ 1,0665SIM + 1,2775

= 2,09

= 2 jam


TB = 27,4132Tr0,1475 S-0,0986 SN0,7344 RUA0,2574
= 38,62

= 39 jam


Menghitung debit maksimum hidrograf satuan (Qp)
Qp = 0,1836A0,5886 Tr-0,4008 JN0,2381

= 14,669 m
3
/dt/mm


Perhitungan besarnya Qt

K = 0,5617A0,1798 S-0,1446 SF-1,0897 D0,0452
= 4,63


Qt = Qp. e
-(t-tp/K)

= 11,819 m
3
/dt/mm


Perhitungan besarnya Qb

Qb = 0,4751 A0,6444 D0,943

= 25,091 m
3
/dt/mm






Tabel 2.23 Ordinat HSS Metode Gamma 1

t Q
Keterangan

(jam)
(m
3
/dt/mm)

0,00 0,000
1,00 7,018

2,00 14,669 Qp Tp
3,00 11,819
Qt

4,00 9,523

5,00 7,673

6,00 6,182

7,00 4,981

8,00 4,013

9,00 3,234

10,00 2,605

11,00 2,099

12,00 1,691

13,00 1,363

14,00 1,098

15,00 0,885

16,00 0,713

17,00 0,574

18,00 0,463

19,00 0,373

20,00 0,300

21,00 0,242

22,00 0,195

23,00 0,157

24,00 0,127
Qt

25,00 0,102

26,00 0,082

27,00 0,066

28,00 0,053

29,00 0,043

30,00 0,035

31,00 0,028

32,00 0,022

33,00 0,018

34,00 0,015

35,00 0,012

36,00 0,009

37,00 0,008

38,00 0,006

39,00 0,005

Sumber: Hasil Perhitungan



























0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00

Q

(

m
3
/
d
t
/
m
m
)

T ( jam )
Gambar 3.13 Hidrograf Satuan Sintetik Gamma I
Tp= 2 jam
Qp= 14,669 m
3
/detik/mm
Tabel 3.32 Rekapitulasi Perhitungan Debit Banjir Rancangan Metode
Nakayasu, Snyder dan Gamma I
Tr Debit Puncak (m3/detik)
Nakayasu Snyder Gama I maksimum minimum
2 th
1478,7923 1472,203 1395,74766 1478,792 1395,748
5 th
1777,9015 1769,956 1677,76989 1777,902 1677,770
10 th
1975,939 1967,096 1864,49414 1975,939 1864,494
25 th
2226,158 2216,181 2100,41909 2226,158 2100,419
50 th
2411,7868 2400,968 2275,44358 2411,787 2275,444
100 th
2596,0426 2584,389 2449,17349 2596,043 2449,173
200 th
2779,6311 2767,145 2622,27424 2779,631 2622,274
1000 th
3204,886 3190,472 3023,23594 3204,886 3023,236
Sumber: Hasil Perhitugan


3.9 Kesimpulan
Berikut adalah perhitungan distribusi hujan jam-jaman yang digunakan
menggunakan Metode Mononobe:
Tabel 3.33. Perhitungan Distribusi Hujan Jam-Jaman Dengan Metode
Mononobe

Hujan Jam-jaman ( mm )
No
Jam
ke
Rasio

2 5 10 25 50 100 200 1000

1 1 0,55 81,047 97,723 108,764 122,715 133,064 143,336 153,572 177,281
2 2 0,143 21,066 25,4 28,27 31,896 34,586 37,256 39,917 46,079
3 3 0,1 14,777 17,818 19,831 22,374 24,261 26,134 28,001 32,323
4 4 0,08 11,764 14,185 15,787 17,812 19,314 20,805 22,291 25,733
5 5 0,067 9,934 11,978 13,332 15,042 16,31 17,569 18,824 21,73
6 6 0,059 8,684 10,471 11,654 13,148 14,257 15,358 16,454 18,995
HUJAN
RANCANGAN (mm)
226,573 273,192 304,058 343,057 371,989 400,707 429,321 495,601
KOEFISIEN
PENGALIRAN
0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65
HUJAN EFEKTIF
(mm)
147,272 177,575 197,638 222,987 241,793 260,46 279,059 322,141
Sumber: Hasil Perhitungan

Tabel 3.34 Perbandingan Perhitungan Ordinat Banjir Rancangan Metode
Nakayasu, Snyder dan Gamma I
Keterangan Nakayasu Snyder Gamma I
Tp (jam) 5 18 2
Qp (m3/detik) 13,304 9,872 14,669
Sumber: Hasil Perhitungan

Komentar:
Dari tabel di atas, perhitungan ordinat banjir rancangan Metode Nakayasu,
Snyder dan Gamma memiliki nilai Tp dan Qp yang berbeda- beda. Ini dapat
terjadi karena setiap metode memiliki parameter yang berbeda pula.

Tabel 3.35. Perbandingan Perhitungan Debit Banjir Rancangan Metode
Nakayasu, Snyder dan Gamma I
Tr Debit Puncak (m
3
/detik)
(Kala Ulang) Nakayasu Snyder Gama I
Tp = 7 jam Tp = 19 jam Tp = 3 jam
2 th
1.478,792

1.472,203

1.395,748
5 th
1.777,902

1.769,956

1.677,770
10 th
1.975,939

1.967,096

1.864,494
25 th
2.226,158

2.216,181

2.100,419
50 th
2.411,787

2.400,968

2.275,444
100 th
2.596,043

2.584,389

2.449,173
200 th
2.779,631

2.767,145

2.622,274
1000 th
3.204,886

3.190,472

3.023,236
Sumber: Hasil Perhitungan

Komentar:
Dari tabel di atas, perhitungan debit banjir rancangan Metode Nakayasu,
Snyder dan Gamma memiliki nilai Tp dan Qp yang berbeda- beda. Ini dapat
terjadi karena setiap metode memiliki parameter yang berbeda pula. Dalam
perhitungan diatas didapat nilai Tp terbesar terdapat pada perhitungan metode
Snyder dan Qp terbesar terdapat pada perhitungan metode Nakayasu. Sedangkan
nilai Tp dan Qp yang terkecil adalah perhitungan metode Gamma I.
Kita tidak dapat menyimpulkan bahwa hasil perhitungan Tp dan Qp
terkecil adalah metode perhitungan banjir rancangan yang terbaik. Setiap DAS
memiliki karakteristik masing-masing. Setiap metode juga memiliki parameter
masing-masing. Oleh karena itu tiap metode tidak dapat digunakan untuk
menghitung semua DAS yang ada dengan berbagai karakteristiknya. Sehingga
semua metode banjir rancangan dianggap baik.


Daftar Bacaan:
Harto S, Br.1993. Analisis Hidrologi. Andi : Yogyakarta.
Montarcih, L. 2010. Hidrologi Teknik Dasar. Citra Malang : Malang.
Montarcih, L & Soetopo, W. 2010. Statistika Terapan. Citra Malang : Malang.
Seyhan, E. 1990. Dasar-dasar Hidrologi. Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta
Soemarto. 1999. Hidrologi Teknik. Tri Star Printing : Jakarta.
Triatmodjo, B. 2010. Hidrologi Terapan. Beta Offset : Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai