Anda di halaman 1dari 11

5 tahapan jadi DOKTER

25-01-2013 15:44

Spoiler for HT:


Jadi DOKTER, profesi ini mungkin merupakan profesi yg banyak di cita2kan orang... karena ingin
membantu orang lain, ingin menyalurkan sifat sosial, membahagiakan orang tua, ingin jadi kaya, atau
sekedar buat gaya2an... itulah beberapa alasan yg saya temui saat bertanya kepada beberapa teman
saya yg merupakan calon dokter.... namun ironisnya kebanyakan orang hanya mengetahui profesi
dokter dari hal-hal positifnya saja (red : hal enak2nya saja), padahal banyak hal SULIT yg harus
ditempuh oleh seorang mahasiswa kedokteran untuk dapat menjadi seorang dokter.

Nah, sebelum agan2 siswa, saudara agan, keponakan atau anak2 agan masuk ke fakultas kedokteran
(FK) sebaiknya agan harus tahu beberapa tahapan yg harus ditempuh seorang calon dokter sebelum
jadi DOKTER.... cekidoott...

Spoiler for Seleksi masuk FK:
1. Seleksi masuk FK

Proses seleksi masuk fakultas kedokteran tidak jauh berbeda dengan seleksi masuk ke fakultas
lainnya,, yang berbeda biasanya hanya passing grade dan biaya awal/uang pembangunan (ada
beragam istilahnya)...

Prosesnya sendiri ada yang melalui PBUD (penelusuran bibit unggul daerah), SNMPTN (seleksi
nasional masuk perguruan tinggi negeri), jalur khusus, dll.
Nah yang perlu DIKETAHUI bersama, masuk FK itu tidak selalu harus bayar mahal,, karena biaya
mahal itu hanya jika kita masuk FK melalui proses Jalur Khusus (kalau di tempat saya UNRI -
Universitas Riau istilahnya Bina Lingkungan). Jika melalui proses Jalur Khusus biaya awal yang
harus dibayar berkisar 60-200 juta. Namun jika melalui proses PBUD atau SNMPTN biaya awalnya
hanya berkisar 10-20 juta.

Spoiler for Kuliah Sarjana:

2. Kuliah Sarjana

Sistem perkuliahan di kedokteran saat ini menggunakan sistem KBK (Kurikulum Berbasis
Kompetensi), saat kuliah nantinya calon2 dokter akan mengikuti kuliah pakar, tutorial, skill lab,
praktikum, dan ujian.

Tutorial sendiri merupakan suatu metode belajar kelompok (10-15 mahasiswa) yang dibimbing oleh
seorang tutor (dosen).


Skill lab merupakan simulasi keterampilan medis yang biasanya dipraktekkan dengan bantuan alat
peraga (phantom) atau pasien simulasi. Contohnya skill mengambil darah, disini biasanya antara 2
orang mahasiswa kedokteran akan saling bertukar peran untuk mempelajari keterampilan ini. A
mengambil darah B, dan kemudian sebaliknya.


Praktikum merupakan pelaksanaan keterampilan biomedis misalnya histologi, mikrobiologi, dan anatomi. Nah untuk anatomi seorang mahasiswa kedokteran
harus mempelajari seorang Kadaver mayat yang diawetkan untuk dipelajari bentuk dan letak organ2 tubuhnya.
Kuliah sarjana kedokteran ini lamanya bervariasi, paling cepat 3,5 tahun.

Spoiler for Koas:

3. Profesi (Koas)

Setelah lulus sarjana (mendapat gelar S.Ked sarjana kedokteran), seorang calon dokter untuk
mendapatkan titel dokter (dr.) nya harus melaksanakan profesi atau istilahnya menjadi seorang koas
(istilah kerennya dokter muda). Proses ini merupakan proses yang tersulit dan paling berkesan bagi
seorang dokter. Proses ini dilaksanakan di rumah sakit pendidikan selama minimal 1,5 tahun (untuk
UNRI dilaksanakan di RSUD Arifin Achmad / RSUD AA). Tahap ini merupakan tahap
pengaplikasian ilmu kedokteran yg telah dimiliki selama kuliah kepada pasien sebenarnya. Jadi pada
tahap ini calon dokter sudah bertindak sebagai dokter namun masih di bawah pengawasan
pembimbingnya.

Nah pada tahap ini, pada beberapa bagian tertentu seorang dokter muda akan melaksanakan Jaga
Malam, misalnya di bagian IGD (gawat darurat) RSUD AA, jika kita mendapat giliran Jaga Malam,
maka artinya kita harus bertugas di Rumah Sakit selama 32 jam, karena harus masuk Shift pagi (Jam
7 - 14.00), ditambah shift jaga (jam 14.00 - 7.00), plus kegiatan pagi besoknya lagi (jam 7 - 14.00).
Kebayangkan gimana capeknya ??

Belum lagi saat menghadapi keluarga pasien yang cerewet, pasien yg memiliki sakit menular, serta
pasien yang sakratul maut,, jadi gak selalu enak untuk jadi dokter itu gan... hehe

Spoiler for UKDI:
4. Ujian Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI)

Setelah menyelesaikan profesi, seorang dokter muda tadi akan di yudisium sebagai tanda sah
mengenakan titel dokter (dr.), namun tidak sampai disitu, dokter tadi tidak bisa langsung bebas
melaksanakan praktek kedokterannya, terlebih dahulu dokter tersebut harus mengikuti UKDI atau
ujian kompetensi dokter indonesia,, ujian ini dilaksakan 4x setahun, dan serentak di seluruh indonesia,
jadi sebagai standarisasi bahwa semua dokter dari FK manapun memiliki kompetensi minimal yang
sama. Jadi UKDI ini ibarat UN (Ujian Nasional) nya lah kalau bagi anak SMA. UKDI ini terdiri dari
ujian teori (disebut CBT) yang berjumlah 200 soal dan ujian praktek (disebut OSCE) yang terdiri dari
12 station. Biaya mengikuti UKDI ini juga cukup besar gan, Rp 1 juta/ujian per orang.

Jika lulus UKDI, dokter tadi akan diperbolehkan mengurus STR surat tanda registrasi, sebagai
tanda dia sudah legal berpraktek di Indonesia. Nah jika belum lulus UKDI, dokter yg bersangkutan harus mengikuti lagi
UKDI ini 3 bulan kemudian, dan tentunya harus membayar lagi gan biaya administrasinya.
updated : UKDI agan berganti dengan EXIT EXAM, dimana pelaksanaan dan pembiayaannya
ditanggung oleh pihak kampus dan dilaksanakan pada tingkat akhir setelah selesai koas dan sebelum
yudisium dokter. Sehingga tidak ada lagi dokter yang nasibnya tidak jelas (sudah dokter tapi tidak
boleh praktek karena tidak lulus ujian kompetensi)

Spoiler for Internship:
5. Internship

Yang kelima ini merupakan program baru bagi dokter lulusan sistem KBK, jadi setelah mendapat
STR, walaupun sudah diperbolehkan melaksanakan praktek kedokteran dengan mandiri, tempat
melaksanakan prakteknya masih dibatasi. Kita belum diperbolehkan membuka praktek pribadi, dokter
internship hanya diperbolehkan melaksanakan praktek pada wahana tempat dia mendapat SIP (Surat
Izin Praktek) Intersnhip. Program ini wajib diikuti selama minimal 1 tahun. Wahana pelaksanaan
internship ini pun terbatas pada Rumah Sakit tipe C (kabupaten) dan Puskesmas se Indonesia. Jadi
dokter baru tadi harus bersedia diletakkan dimana saja di wilayah Indonesia.

Namun yg jadi perhatian adalah masalah insentifnya, berdasarkan Peraturannya dokter Internship
hanya mendapat bantuan hidup sebesar 1,2 juta/bulannya. Dan alhamdulillah, TS sendiri juga sudah melewati tahapan ke 5
ini gan ....

updated : gaji internship sekarang sudah naik gan, jadi 2,5 juta/bulan, semoga ke depan
tambah layak lagi


Nah itu dia gan beberapa tahapan yang harus dilewati seorang Dokter...
Melalui ini TS tidak bermaksud menakut2i agan yang mau menjadi Dokter, tapi cuma
sekedar memberi tahu bahwa jangan hanya beranggapan enaknya saja untuk menjadi
dokter, dan jangan juga menjadi dokter karena hanya ingin jadi kaya. Kalo mau kaya ya jadi
pengusaha aja gan. Karena Dokter merupakan pekerjaan sosial, yang lebih mendahulukan
harkat hidup insani daripada sebuah materi.

TS juga berpesan bagi agan2 yang memiliki ekonomi kurang mampu namun benar2 ingin
menjadi seorang Dokter, jangan takut masuk Fakultas Kedokteran, karena seperti yang saya
katakan di awal2 tadi bahwa Isu hanya orang kaya yang bisa masuk FK itu tidak
sepenuhnya benar, karena saya sendiri pun berasal dari keluarga yang sederhana,, sebagai
gambaran di saat saya kuliah di FK UNRI dulu biaya SPP hanya Rp 1,6 juta/semester. Dan
jika agan berprestasi banyak tawaran Beasiswa yang bisa agan dapatkan nanti saat kuliah.
Spoiler for UPDATE:
Ringkasnya gini gan, minimal waktu yang dibutuhkan buat seorang dokter agar dia bisa buka praktek
pribadi itu :::
- kuliah = 7 semester / 3,5 tahun
- koas = 3 semester / 1,5 tahun
- UKDI + ngurus administrasi = 4 bulan
- Dokter internship = 1 tahun
TOTAL WAKTU MINIMAL = 6 tahun 4 bulan

Quote:Original Posted By minigana


Spoiler for UPDATE 2 :
Update 2 >> karena ada beberapa agan yg minta dituliskan mengenai gambaran biaya di FK..

Sebenarnya ini tergantung agan kuliah di FK mana... kalau ane sendiri dulu di FK UNRI (Univ. Riau)
::
- uang pembangunan = 15 juta (tergantung jalur masuknya,, ane masuk lewat SPMB (*istilah dulu))
- uang SPP/semester = 1,6 juta (agan cuma bayar uang SPP aja setiap semesternya,, gak ada yg lain2
lagi)
- uang buku = sekitar 1 juta (tidak harus beli,, karena di FK sendiri ada perpustakaan ataupun ebook
kedokteran yg bisa kita download di Internet dengan gratis)
- jas praktikum & koas = 600 ribu
- alat2 kedokteran = min. 200 ribu (tergantung merek,, untuk merek biasa 200 ribu sudah cukup)
- laptop = 1,6 juta --- 10 juta (tergantung agan mau beli tipe apa,, bagi mahasiswa FK, laptop itu
merupakan peralatan yg paling penting krn banyak tugas yg harus dikerjakan)
- biaya hidup = tergantung agan masing2,, bagi agan yg mau merantau ke Riau, disini rata2 biaya
hidup yg dibutuhkan (kos+makan+dll) anggaran 1 juta/bulan.

Spoiler for UPDATE 3 :

Updated 3 >> ini ane baru dapat info gan, untuk tahun 2013 karena ada peraturan baru dari
Pemerintah mengenai uang kuliah.... sekarang kita memakai istilah UKT (uang kuliah tunggal)... jadi
mahasiswa cukup membayar biaya kuliah aja.... gak ada pungutan lain,, kyk uang pembangunan dll...
cuma efeknya SPP nya jadi naik.... untuk kedokteran UNRI jadi 13,5 juta/semester gan....
dan sistem UKT ini memakai 5 tingkat.... yang 13,5 juta/semester itu tingkat paling tingginya.... kalo
ekonomi ortunya kurang mampu bisa dikenakan tingkat yg lebih rendah... jadi seperti subsidi silang
gan..... CMIIW..

Kuliah ke-DOKTER-an (Tahapan pendidikan seorang dokter)
Menjadi dokter merupakan cita-cita kebanyakan orang, dan juga harapan kebanyakan orang tua.
Kenapa? karena dalam fikiran mereka dokter merupakan profesi mulia dengan kemanan finansial
serta strata sosial yang tinggi, maka tak heran banyak orang tua yang berlomba-lomba
menyekolahkan anaknya di Fakultas Kedokteran, bahkan tak sedikit yang sampai menggadaikan
rumah dan kebun nya agar si anak masuk ke FK meskipun sebenarnya si anak tidak menyukainya.

Oke, kali ini saya akan coba share proses kuliah untuk menjadi seorang dokter, masih saya kutip dari
buku "Dokter juga manusia" karay dr. Iqbal Mochtar.

Pendidikan dokter merupakan pendidikan jangka panjang, di kenal istilah long life study, karena
menjadi dokter dituntut belajar seumur hidup.

~Setelah menyelesaikan pendidikan SMU/SMA para pelajar diharuskan bersaing ketat untuk dapat ke
dalam fakultas kedokteran (PMDK/SNMPTN/UM/dsb), kebanyakan universitas menetapkan standar
kemampuan intelektual yg cemerlang serta kesehatan fisik dan mental yg baik.
~Setelah diterima di fakultas kedokteran, para mahasiswa akan menempuh pendidikan selama 4-5
tahun. Pada masa pendidikan ini dipenuhi jadwal kuliah dan laboratorium yang padat. Mahasiswa
dituntut memiliki daya hafal yang tinggi karena hampir seluruh mata kuliah membutuhkan
kemampuan menghapal, selain itu juga terdapat tugas-tugas. Tidak sedikit mahasiswa yang
menyelesaikan masa pendidikan ini dalam waktu 6-8 tahun. Apabila mereka telah menyelesaikan
tahap ini, maka akan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked).
~Untuk menjadi dokter penuh, sarjana kedokteran masih perlu menjalani kegiatan
kepanitraan klinik (coschaap) yang umumnya berkisar 2-4 tahun. Pada tahap ini mereka mulai
berhadapan langsung dengan pasien di RS berupa kontak langsung, memberikan pengobatan dan
tindakan pada pasien dengan persetujuan dokter senior atau dokter yang bertugas. Mereka akan
berotasi dari bagian satu ke bagian lainnya dan akan menjalani ujian ketat agar dinyatakan lulus dan
bisa melanjutkan ke bagian selanjutnya. Bila semua bagian telah dilalui barulah mereka mendapatkan
gelar dokter umum. Tapi disini mereka belum boleh menangani pasien di praktek pribadi atau bekerja
di RS.
~untuk mendapatkan surat izin praktek, maka para dokter umum ini wajib mengikuti Ujian
Kompetensi DokterIndonesia (UKDI), ujian ini sangat sulit karena mencakup klinis dan materi
seluruh perkuliahan. Tak sedikit yang harus mengikuti ujian berkali-kali agar lulus dan mendapatkan
STR (surat tanda registrasi) untuk bahan pengajuan membuat SIP.

Bila dihitung-hitung, total waktu yang dibutuhkan untuk menjalani sekolah dokter umum bervariasi
antara 6-10 tahun. Bila si mahasiswa pandai dan rajin serta ada dukungan lingkungan yg kondusif
maka ia bisa menyelesaikan tepat waktu 6 tahun, tapi bila sebaliknya maka waktu yang dibutuhkan
bisa mencapai 10 tahunan.

~Setelah menjadi dokter umum, para dokter di berikan opsi untuk mengikuti PTT sebagai sarana
untuk menerapkan ilmu dan keterampilan pada masyarakat. Dimana mereka akan ditempatkan di
puskesmas, RS, DepKes, dll. Masa bakti ini bervariasi antara 6 bulan - 3 tahun tergatung
jauhnya/kategori lokasi.
~Bagi dokter yang ingin melajutkan program spesialis, maka ia harus menjalai serangkaian tes masuk
sesuai bidang yang diminati. Masa pendidikan bervariasi antara 4-7 tahun.
~Beberapa dokter setelah menyelesaikan spesialis, mereka melanjutkan ke jenjang superspesialis. Dan
ini membutuhkan masa pendidikan selama 2-4 tahun. Dokter seperti ini nantinya akan mendapatkan
gelar konsultan, seperti dr. Anto SpPD, KGH. SpPD (spesialis penyakit dalam) sedangkan KGH
(Konsultan ginjal hipertensi), artinya dokter ini telah melewati dokter spesialis penyakit dalam dengan
keahlian superspesialis dibidang penyakit ginjal dan hipertensi.

Jadi bila seorang anak menyelesaikan SMA saat usia 18 tahun dan langsung masuk Fakultas
Kedokteran, maka ia dapat menjadi dokter di usia 25-29 tahun, menyelesaikan masa PTT pada usia
28-32 tahun, dan bila melanjutkan spesialis maka akan selesai di usia 32-39 tahun.
Setelah menjadi dokter spesialis dalam usia muda, ia belum tentu dapat berproduksi maksimal
(menghasilkan materi). Dokter spesialis membutuhkan waktu 3-5 tahun untuk dikenal masyarakatdan
memiliki banyak pasien. Sehingga baru pada usia 35-42 tahun lah seorang dokter spesialis dapat
'menghasilkan'. Setelah menempuh jenjang pendidikan formal seperti diatas, maka dokter dituntut
untuk mengikuti pendidikan non formal untuk mengasah keterampilannya seperti seminar medis,
pertemuan ilmiah, dan CME.

Jadi bagi para orang tua yang menginginkan anaknya bersekolah di Fakultas Kedokteran, fikirkan
semua faktor-faktor diatas dan samakan dengan antusias si anak. Karena akan sangat disayang bila
ternyata si anak tidak berminat, akan sulit sekali baginya untuk survive selama masa pendidikan.
Selain itu persiapkan diri untuk sabar menunggu kesuksesan si anak.

Ini hanya perhitungan berdasarkan waktu, untuk perhitungan berdasarkan masing-masing universitas
menetapkan biaya pendidikan yang berbeda. Silahkan hubungi unversitas terkait untuk estimasi biaya
yang dibutuhkan.

Dokter yang baik adalah...
Melanjutkan tentang dokter juga manusia biasa dan tuntut-tuntutan masyarakat terhadap dokter.

Dokter yang baik, masih adakah?

Sebenarnya ukuran dokter yang baik itu relatif dan subjektif. Tiap orang memiliki persepsi tersendiri
tentang dokter yang baik. Subjektivitas ukuran ini disebabkan adanya latar belakang yang berbeda
pada tiap individe berdasarkan latr belakang pendidikan, kehidupan soosial, dan ekonomi, sehingga
cara mereka memandang hidup (termasuk kriteria dokter baik) tentu berbeda.

Walaupun setiap individu mwmiliki persepsi yang berbeda, pada tingkat kolektif ternyata masyarakat
memiliki harapan yang sama dari dokter dan bagaimana seharusnya dokter dalam melakukan
pekerjaan.

Ada 4 aspek utama yang harus dimiliki dokter agar dianggap dokter baik, yaitu

1. Memiliki sense kemanusiaan.
Dokter yang baik adalah dokter yang menghargai dan merawat pasiennya secara manusiawi dan tidak
menganggap mereka sebagai objek endapatkan keuntungan pribadi.
2. Memiliki pengetahuan dan keterampilan medis yang baik.
Dokter yang baik harus memiliki pengetahuan dan keterampilan medis yang terstandarisasi
dan update. Dia harus selalu banyak membaca serta memperluas cakrawala pengetahuan dan
keterampilannya, karena dengan cara ini dia dapat memberikan pelayanan berkualitas kepada pasien.
3. Melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan medis. Dokter yang baik adalah dokter yang
memberikan kesempatan pada pasien untuk berkomentar tentang penyakitnya. Dia juga akan
menginformasikan tentang tindakan yang akan dia lakukan dan kemungkinan efek samping yg
ditimbulkan.
4. Memiliki waktu untuk perawatan pasien.
Dokter yang baik akan memberikan waktu yang cukup untuk pasiennya, dengan kata lain mereka
tidak akan menumpuk pasien dan memeriksa secara maraton.

Yup itulah kriteria umum dokter yang baik menurut masyarakat, selebihnya mungkin bisa saja
bersifat subjektif tergantung pengalaman si masyarakat sendiri...

Always give the best and positive thinking :)

Dokter juga manusia biasa
Ceritanya, hari ini ketika sedang berkelanan mengamati meja resepsionis di klinik, saya melihat
sebuah buku yang berjudul "Dokter juga Manusia" karya dr. Iqbal Mochtar. Setelah saya baca, isinya
bagus sekali, maka saya pun berniat merangkum bagian2 yang menurut saya layak dishare
di blog kesayangan ini, kenapa saya share? karena saya seorang dokter.

Dan sebagai pendahuluan, inilah hasil rangkuman saya, beberapa ada perubahan sesuai gaya bahasa
saya :)

Dahulu kala, profesi dokter dianggap sebagai profesi yang amat luhur dan mulia. Profesi yang di
dalamnya tergenggam tugas besar, yaitu menyelamatkan manusia dan kemanusiaannya lewat tugas
suci kesehatan.

Namun saat ini, semua telah berubah. Tindakan dokter yang dulu dianggap 'sabda' yang harus dipatuhi
mulai mengalami degradasi. Perlahan tapi pasti tindakan dokter mulai banyak diragukan; keputusan
medis mereka mulai dianggap sebagai wacana semata yang diperdebatkan.

Why?
Karena bila dulu profesi dokter dianggap sebagai profesi mulia, namun profesi itu kini dianggap oleh
sebagian orang sebagai profesi 'bisnis', dimana tidak ada lagi ketulusan dalam menolong org lain.

Benarkah?
Ya benar. Bagi profesi ini, pasien bukan lagi sebagai objek untuk mengumpulkan amal tetapi objek
untuk mengumpulkan uang.

Contohnya adalah dokter yang mengeksploitasi pasien dg cara meminta bayaran mahal pd pasien
tidak mampu, meminta pasien melakukan pemeriksaan yg sebenarnya tak perlu, meresepkan obat
dengan harga jutaan tanpa indikasi jelas, peresepan obat penenang secara bebas, aborsi ilegal tanpa
indikasi jelas, malpraktik, pelecehan seksual di ruang praktik, dan lain-lain.

Namun tidak semua dokter berprilaku seperti itu. Sebagian dokter tetap memiliki hati yang tulus
dalam menghadapi pasien, mereka masih memiliki altruisme dalam menjalani kehidupan dan
pekerjaannya. Begitu banyak cerita tentang dokter yang mengorbankan apa yang dimilikinya
termasuk nyawanya, demi pekerjaan dan pengabdian pada orang sekelilingnya.

Sayangnya sebagian masyarakat sudah menutup mata dan telinga tentang itu.
Mereka terlanjur melihat profesi dokter sebagai sebuah profesi integral dan utuh.
Mereka terlanjur menganggap dokter sebagai profesi suci dan siapa saja yang berkecimpung di
dalamnya harus berprilaku benar tanpa cacat.
Di mata mereka profesi medis harus sempurna dalam segala aspek, termasuk pelakunya, kegiatan
yang dilakukan, serta hasil yang dicapai. Dokter tidak boleh melakukan kekeliruan dan dalam bidang
medis tidak boleh ada kesalahan.

Padahal kenyataannya, dokter bukanlah malaikat.
Mereka adalah manusia biasa dengan segala kelemahan dan kenaifan yang mereka miliki.
Mereka tidak lebih sekelompok manusia yang diberi Allah sedikit pengetahuan dan keterampilan
mengobati penyakit.
Diluar itu, mereka adalah manusia biasa dengan insting kemanusiaan mereka.
Mereka butuh hal-hal yang dibutuhkan manusia biasa, mereka butuh hidup dan menghidupi
keluarganya, perlu apresiasi dari masyarakat dan lingkungannya, perlu merasa secure dalam hidupnya
dan perlu survive agar dapat bertahan dalam kehidupannya.
Mereka berjuang keras dalam hidupnya dan berpindah dari satu tantangan ke tantangan lainnya.
Sama seperti manusia lainnya, mereka pun menemui banyak kisah dan gamang dalam hidupnya,
punya episode kegagalan dan kekeliruan dalam pekerjaannya, serta punya harapan dan cita-cita
terhadap kehidupan ini.

Bagi saya pribadi, tidak bisa menyalahkan masyarakat yg memiliki stigma seperti itu. Tidak akan ada
asap kalau tidak ada apinya. Kegagalan seorang dokter dalam mempertahankan idealisme selama
menghadapi upaya untuk surviveterkadang menciptakan sejumlah dokter kehilangan integritas
keprofesiannya (baca tentang kuliah kedokteran disini). Tapi akan sangat berlebihan bila masyarakat
menggeneralkannya karena di Indonesia ini masih banyak dokter yang tulus, masih banyak dokter
yang menjadikan profesinya sebagai ladang amal (mengemban idealisme ini). Oleh karena
itu mari sebijak mungkin dalam menilai.

Untuk rekan sejawat, berusalah untuk bertahan dg idealisme.... buktikan melalui sikap dan tindakan :)
Misi mulia seorang dokter

Sebuah tulisan mengenai ajakan dan harapan kepada rekan dokter untuk menengok kembali, apa
motivasi kita dalam menjadi dokter sekaligus sebagai bahan untuk memperbaiki niat. Selamat
membaca, semoga bermanfaat...

Rekan sejawat yang terhormat,

J ika Anda ingin menjadi dokter untuk bisa kaya raya, maka segeralah kemasi barang-barang
Anda.
Mungkin fakultas ekonomi lebih tepat untuk mendidik anda menjadi businessman bergelimang
rupiah.
Daripada Anda harus mengorbankan pasien dan keluarga Anda sendiri demi mengejar kekayaan.

J ika Anda ingin menjadi dokter untuk mendapatkan kedudukan sosial tinggi di masyarakat, dipuja
dan didewakan, maka silahkan kembali ke Mesir ribuan tahun yang lalu dan jadilah firaun di
sana. Daripada Anda di sini harus menjadi arogan dan merendahkan orang lain di sekitar Anda
hanya agar Anda terkesan paling berharga.

J ika Anda ingin menjadi dokter untuk memudahkan mencari jodoh atau menarik perhatian calon
mertua, mungkin lebih baik Anda mencari agency selebritis yang akan mengorbitkan Anda
sehingga menjadi artis pujaan para wanita. Daripada Anda bersembunyi di balik topeng klimis dan
jas putih necis, sementara Anda alpa dari makna dokter yang sesungguhnya.

Dokter tidak diciptakan untuk itu, kawan.

Memilih menjadi dokter bukan sekadar agar bisa bergaya dengan BMW keluaran terbaru, bukan
sekadar bisa terihat tampan dengan jas putih kebanggaan, bukan sekadar agar para tetangga
terbungkuk-bungkuk hormat melihat kita lewat.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan pengabdian.
Mengabdi pada masyarakat yang masih akrab dengan busung lapar dan gizi buruk. Mengabdi
pada masyarakat yang masih sering mengunjungi dukun ketika anaknya demam tinggi.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan empati,
ketika dengan lembut kita merangkul dan menguatkan seorang bapak tua yang baru saja
kehilangan anaknya karenamalaria.

Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan kemanusiaan,
ketika kita tergerak mengabdikan diri dalam tim medis penanggulangan bencana dengan bayaran
cuma-cuma.

Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan kepedulian,
saat kita terpaku dalam sujud-sujud panjang, mendoakan kesembuhan dan kebahagiaan pasien-
pasien kita.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan berbagi,
ketika seorang tukang becak menangis di depan kita karena tidak punya uang untuk membayar
biaya rumah sakit anaknya yang terkena demam berdarah. Lalu dengan senyum terindah yang
pernah disaksikan dunia, kita menepuk bahunya dan berkata, jangan menangis lagi, pak, Insya
Allah saya bantu pembayarannya.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan kasih sayang,
ketika dengan sepenuh cinta kita mengusap lembut rambut seorang anak dengan leukemia dan
berbisik lembut di telinganya,dik, mau diceritain dongeng nggak sama oom dokter?

Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan ketegasan,
ketika sebuah perusahaan farmasi menjanjikan komisi besar untuk target penjualan obat-obatnya,
lalu dengan tetap tersenyum kita mantap berkata, maaf, saya tidak mungkin mengkhianati pasien
dan hati nurani saya

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan pengorbanan,
saat tengah malam tetangga dari kampung sebelah dengan panik mengetuk pintu rumah kita
karena anaknya demam dan kejang-kejang. Lalu dengan ikhlas kita beranjak meninggalkan
hangatnya peraduan menembus pekat dan dinginnya malam.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan terjal lagi mendaki untuk meraih cita-cita kita.
Bukan, bukan kekayaan atau penghormatan manusia yang kita cari. Tapi ridha Allah lah yang
senantiasa kita perjuangkan.

Yah,
memilih menjadi dokter adalah memilih jalan menuju surga, tempat di mana dokter sudah tidak
lagi perlu ada

Ini bukan provokasi untuk menjadi dokter miskin, bukan juga mengatakan bahwa dokter tidak perlu
penghormatan atau hal-hal duniawi lainnya. Tulisan ini hanya sekadar sebuah nasihat untuk diri
sendiri dan rekan sejawat semua untuk meluruskan kembali niat kita dalam menjadi seorang dokter.
Karena setiap amalan tergantung pada niatnya. Silakan menjadi kaya, silakan menjadi terhormat, asal
jangan itu yang menjadi tujuan kita. Dokter terlalu rendah jika diniatkan hanya untuk keuntungan
duniawi semata. Mungkin akan sangat susah untuk menggenggam erat idealisme ini nantinya. Namun
saya yakin, jika ada kemauan yang kuat dan niat yang tepat, idealisme ini akan terbawa sampai mati.
Walaupun harus sendirian dalam memperjuangkannya, walaupun banyak yang mencemooh dan
merendahkan. Saya yakin, Allah tidak akan pernah salah menilai setiap usaha dan perjuangan hamba-
hamba-Nya. Tidak akan pernah.

Tulisan ini dibuat oleh :
Aditya Putra Priyahita (seorang yang sangat merindukan sebuah reuni anggota Ikatan
Dokter Indonesia (IDI) di surga nanti).

Silahkan dishare...

Anda mungkin juga menyukai