Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KEHAMILAN EKTOPIK

1. Pengertian
Gangguan reproduksi yang berkaitan dengan kegagalan dalam proses
nidasi yang benar, terus meningkat dalam 15 tahun belakangan ini. Bukan saja
di Amerika Serikat tapi juga di seluruh dunia. Saat ini lebih dari 1 dalam 1000
kehamilan di Amerika Serikat merupakan kehamilan ektopik. Resiko kematian
akibat kehamilan di luar rahim 10 kali lebih besar daripada persalinan
pervaginam dan 50 kali lebih besar daripada abortus induksi. (Donmanf, 1983).
Kehamialn ektopik ialah kehamilan, dimana ovum yang dibuahi berimplantasi
dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum
uteri, melainkan pada tempat seperti tuba fallopi (paling sering),
ovarium,omentum dan serviks. Istilah kehamilan ektopik lebih tepat dari istilah
ekstra uterin (kehamilan yang berlokasi di luar uterus), oleh karena terdapat
beberapa jenis kehamialn ektopik. Misalnya pada kehamilan Pars Interstisialis
Tubae dan kehamilan pada serviks uteri.

2. Penyebab
Berikut ini beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik :
a. Faktor-faktor mekanis yang mencegah atau menghambat perjalanan ovum
yang telah dibuahi ke dalam kavum uteri. Salpingitis, khususnya
endosalpingitis yang menyebabakan aglutinasi lipatan arboresen mokosa
tuba dengan penyempitan lumen atau pembentukan kantong-kantong buntu.
Adhesi Peritubal setelah pasca abortus atau infeksi masa nifas, apendisitis
ataupun endometriosis. Kelainan pertumbuhan tuba, khususnya
divertikulum,ostium asesorius dan hipoplasia. Kehamilan ektopik
sebelumnya, dansesudah sekali mengalami kehamilan ektopik. Pembedahan
sebelumnya pada tuba. Abortus induksi yang dilakukan lebih dari satu kali
akan memperbesar risiko terjadinya kehanilan ektopik. Tumor yang
mengubah bentuk tuba, seperti mioma uteri dan benjolan pada adneksa.
b. Faktor-faktor fungsional yang memperlambat perjalan ovum yang telah
dibuahi ke dalam kavum uteri. Migrasi eksternal ovum menyebabkan
kelambatan pengangkutan ovum yang telah dibuahi lewat saluran tuba atau
oviduk. Refluks Menstrual. Kelambatan fertilisasi ovum dengan perdarahan
menstruasi, dapat mencegah masuknya ovum ke dalam uterus atau
menyebabakan ovum tersebut berbalik ke dalam tuba. Berubahnya motilitas
tuba dapat terjadinya mengikuti perubahan pada kadar estrogen dan
progesterone dalam serum
c. Peningkatan atau daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang telah di
buahi. Unsur-unsur ektopik endometrium dapat meningkatkan implantasi
dalam tuba.

3. Patofisiologi
Salah satu fungsi saluran telur yaitu untuk membesarkan hasil konsepsi
(zigot) sebelum turun dalam rahim. Tetapi oleh beberapa sebab terjadi
gangguan dari perjalanan hasil konsepsi dan tersangkut serta tumbuh dalam
tuba. Saluran telur bukan tempat ideal untuk tumbuh kembang hasil konsepsi.
Disamping itu penghancuran pembuluh darah oleh proses proteolitik jonjot
koreon menyebabkan pecahnya pembuluh darah. Gangguan perjalanan hasil
konsepsi sebagian besar karena infeksi yang menyebabkan perlekatan saluran
telur. Pembuluh darah pecah karena tidak mempunyai kemampuan
berkontraksi maka pendarahan tidak dapat dihentikan dan tertimbun dalam
ruang abdomen. Perdarahan tersebut menyebabkan perdarahan tuba yang dapat
mengalir terus ke rongga peritoneum dan akhirnya terjadi rupture, nyeri pelvis
yang hebat dan akan menjalar ke bahu. Ruptur bisa terjadi pada dinding tuba
yang mengalami mesosalping yaitu darah mengalir antara 2 lapisan dari
mesosalping dan kemudian ke ligamentum lalum. Perubahan uterus dapat
ditemukan juga pada endometrium. Pada suatu tempat tertentu pada
endometirum terlihat bahwa sel-sel kelenjar membesar dan hiper skromatik,
sitoplasma menunjukan vakualisasi dan batas antara sel-sel menjadi kurang
jelas. Perubahan ini disebabkan oleh stimulasi dengan hormon yang berlebihan
yang ditemukan dalam endometrium yang berubah menjadi desidua. Setelah
janin mati desidua mengalami degenerasi dan dikeluarkan sepotong demi
sepotong. Pelepasan desidua ini disertai dengan pendarahan dan kejadian ini
menerangkan gejala perdarahan pervaginam pada kehamilam ektopik yang
terganggu

4. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang muncul mungkin terjadi pada kehamilan
ektopik,antara lain:
a) Pada pengobatan konservatif, yaitu apabila ada ruptur tuba telah lama
berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang (recurrent bleeding) ini
merupakan indikasi operasi.
b) Dapat menyebabakan infeksi.
c) Terjadi subileus karena terdapat massa pada pelvis.
d) Terjadi sterilitas.
e) Apabila perdarahan terjadi secara terus-menerus maka bisa terjadi anemia
akibat kekurangan darah.

5. Tanda dan Gejala
a. Adanya amenore, walaupun hanyapendek saja sebelum diikuti oleh
perdarahan.
b. Terjadi perdarahan yang berlangsung kontinu dan biasanya berwarna hitam.
c. Timbul rasa nyeri pada perut bawah yang sering bertambah dan keras. Nyeri
ini biasanya timbul mendadak, dapat lokal atau difus.
d. Keadaan umum pasien : tergantung dari banyaknya darah yang keluar dari
tuba, keadaan umum adalah kurang lebih normal sampai gawat dengan syok
berat dan anemi. Suhu badan agak meningkat pada abortus tuba yang sudah
berlangsung beberapa waktu.
e. Pada abortus tuba terdapat terdapat nyeri tekan di perut bagian bawah di sisi
uterus dan pada pemeriksaan luar atau pemeriksaan bimanual ditemukan
tumor yang tidak begitu padat. Dan akan terasa nyeri sekali pada
pemeriksaan panggul, terutama di daerah kavum douglasi dan sewaktu
serviks digerakan.
f. Terjadi pembesaran uterus sampi 2 kali ukuran normal.
g. Terjadi penekan pada daerah rektum.

6. Gambaran Klinik / Manifestasi Klinik
a. Kehamilan yang muda dan tidak terganggu, ada gejala-gejala, seperti
kehamilan normal yaitu amenore, enek, sampai muntah.
b. Amenore diikuti perdarahan yang berlangsung cuckup lama dan darah
berwarna kehitaman.
c. Rasa nyeri kiri/kanan pada perut bagian bawah.
d. Uterus yang terus membesar dan lembek seperti pada kehamialn intra uterin.
Pada kehamilan 2 bulan selain uterus membesar ditemukan tumor yang
lembek dan licin.
e. Tergantung dari banyaknya darah yang keluar ke rongga perut, penderita
tampak biasa saja atau tampak anemis, suhu badan agak naik.
f. Perut membesar menunjukan tanda-tanda rangsanga peritoneum debgab
nyeri keras pada palpasi, kadang ditemukan adanya cairan bebas dalam
rongga perut.

7. Penatalaksanaan Medis
a. Penderita yang disangka mengalami kehamilan ektopik terganggu (KET)
harus dirawat inap di rumah sakit untuk penanggulangannya.
b. Bila wanita mengalami atau dalam keadaan syok, maka perbaiki keadaan
umumnya dengan cairan yang cukup (dekstrosa 5%, glukosa 5%, garam
fisiologi dan tranfusi darah).
c. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya
penyembuhan luka lebih cepat.
d. Berikan antibiotic yang cukup dan obat anti inflamasi.
e. Setelah diagnosa jelas, segara lakukan tindakan lapratomi untuk
menghilangkan sumber perdarahan : dicari, diklem, dan dieksisi sebersih
mungkin kemudian diikat sebaik-baiknya.
f. Salpingektomi : mengangkat kehamilan yang kecil dengan panjang kurang
dari 2 cm dan terletak dalam bagian 1/3 distal tuba fallopi, tempat
perdarahan dikendalikan dengan elektro atau laser dan luka insisi dibiarkan
tanpa penjahitan sampai sembuh sendiri.
























8. Pohon masalah
Faktor uterus faktor tuba faktor ovarium

Kehamilan Ektopik

Operasi Eksplorasi Laparatomi

Nyeri Kurang Pengetahuan resiko infeksi

Gangguan istirahat tidur





















9. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
b. Alasan Dirawat
Keluhan utama : mual, muntah, nyeri abdomen
Riwayat penyakit
- menanyakan penyakit yang pernah diderita pasien sebelumnya
- menanyakan penyakit yang sedang dialami sekarang
- menanyakan apakah pasien pernah menjalani operasi
Riwayat keluarga
- menanyakan apakah di keluarga pasien ada anggota keluarga yang
menderita penyakit menular kronis
- menanyakan apakah dari pihak keluarga ibu atau suaminya ada yang
memiliki penyakit keturunan
- menanyakan apakah dari pihak keluarga ibu atau suaminya pernah
melahirkan atau hamil anak kembar dengan komplikasi.
Riwayat obstetrik:
- menanyakan siklus menstruasi apakah teratur atau tidak
- menanyakan berapa kali ibu itu hamil
- menanyakan berapa lama setelah anak dilahirkan dapat menstruasi dan
berapa banyak pengeluaran lochea
- menanyakan jika datang menstruasi terasa sakit
- menanyakan apakah pasien pernah mengalami abortus
- menanyakan apakah di kehamilan sebelumnya pernah mengalami
kelainan
- menanyakan apakah anak sakit panas setelah dilahirkan
- menanyakan apakah pasien menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim
c. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual (Data Fokus)
1. Makan minum
tanda : nafsu makan menurun (anoreksia), mual muntah, mukosa bibir
kering, pucat.
2. Eliminasi
konstipasi, nyeri saat BABtanda : BAB Sering kencingBAK
3. Aktivitas
tanda : nyeri perut saat mengangkat benda berat, terlihat oedema pada
ekstremitas bawah (tungkai kaki)
d. Pemeriksaan Umum
1. Inspeksi
terlihat tanda cullen yaitu sekitar pusat atau linia alba kelihatan biru,
hitam dan lebam
terlihat gelisah, pucat, anemi, nadi kecil, tensi rendah
2. Pada palpasi perut dan perkusi
terdapat tanda-tanda perdarahan intra abdominal (shifting dullness)
nyeri tekan hebat pada abdomen
Douglas crisp: rasa nyeri hebat pada penekanan kavum Douglasi
Kavum douglasi teraba menonjol karena terkumpulnya darah.
Teraba massa retrouterin (massa pelvis)
3. Nyeri bahu karena perangsangan diafragma
4. Nyeri ayun saat menggerakkan porsio dan servik ibu akan sangat sakit
e. Pemeriksaan Diagnostic
1. Pemeriksaan laboratorium
pemeriksaan Hb setiap satu jam menunjukkan penurunan kadar Hb
timbul anemia bila telah lewat beberapa waktu
leukositosis ringan ( < 15000)
2. Pemeriksaan tes kehamilan
tes baru yang lebih sensitive berguna karena lebih mungkin positif
pada kadar HCG yang lebih rendah
3. Pemeriksaan kuldosintesis
untuk mengetahui adakah darah dalam kavum douglasi
untuk memastikan perdarahan intraperitonial dan dapat memberikan
hasil negative palsu atau positif palsu

4. Diagnostic laparoskopi
untuk mendiagnosis penyakit pada organ pelvis termasuk kehamilan
ektopik
5. Ultra sonografi (USG)
untuk mendiagnosis kehamilan tuba dimana jika kantong ketuban
bisa terlihat dengan jelas dalam kavum uteri maka kemungkinan
kehamilan ektopik terjadi
6. Diagnostic kolpotomi
infeksi langsung tuba fallopi dan ovarium. Prosedur ini tidak
dilakukan lagi karena hasil kurang memuaskan
7. Diagnostic kuretase
pembedahan antara abortus iminens atau inkomplitus pada
kehamilan intrauteri dengan kehamilan tuba. Ditemukannya
desidua saja dalam hasil kuret uterus yang menunjukan kehamilan
ekstrauteri.

3. Diagnosa Keperawatan Dan Rencana Intervensi
a. Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d trauma jaringan sekunder akibat
pembedahan perut
Rencana Intervensi :
Oservasi tanda vital
Kaji tingkat nyeri yang dirasakan pasien
Ajarkan tekhnik distraksi dan relaksasi
Beri posisi yang nyaman
Perhatikan lingkungan yang nyaman
Kolaboratif pemberian analgetik
b. Risiko terjadi infeksi b/d luka operasi dan pemasangan alat-alat perawatan
Beri KIE tentang hal-hal yang dapat menyebabkan infeksi
Rawat luka secara steril
Beri perawatan terhadap dower kateter dan rawat lokasi tempat
pemasangan infus
Kolaborasi dalam pemberian antibiotika
c. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang kehamilan ektopik
Rencana intervensi :
Diskusikan gejala infeksi luka yang harus dilaporkan kepada dokter
Jelaskan pentingnya waktu istirahat berencana
Tekankan pentingnya mencegah kehamilan dalam waktu 2-4 bulan atau
sesuai indikasi
Jelaskan bahwa kemampuan untuk melahirkan dapat menurun khususnya
jika kehamilan tuba disebabkan oleh infeksi pelvis atau anomali tuba



















Daftar Pustaka

Abdul Bari, 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo: Jakarta
Errol, Norwitz. 2008. At aGlance Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Erlanga.
Manuaba Ida Bagus Gede, 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.
Jakarta : Arcan

Anda mungkin juga menyukai