Anda di halaman 1dari 28

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Faktor faktor yang mempengaruhi komunikasi baik sebagai faktor
pendukung maupun penghambat terjadinya komunikasi yang efektif, tidak
lepas dari unsur-unsur yang terdapat dalam proses komunikasi itu sendiri.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi komunikasi dilihat dari
elemen/unsur komunikasi itu sendiri, baik faktor penunjang maupun faktor
penghambat yang pada akhirnya juga di sampaikan tentang solusinya
secara umum dengan tetap berorientasi pada peran perawat dalam
melaksanakan tindakan keperawatan.

B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan makalah ini di batasi oleh Faktor yang
Berhubungan dengan Proses Komunikasi, Faktor yang Mempengaruhi
Komunikasi dan Hambatan Dalam Proses Komunikasi.

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
Tujuan Umum : untuk memahami dan mengetahui faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi komunikasi.
Tujuan Khusus :
a. Memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Keperawatan
b. Agar teman-teman mahasiswa mampu memahami materi
faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi, dengan
baik.




2

D. Metode Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mengambil bahan dari berbagai
sumber terutama melalui internet dan membuat suatu kesimpulan berdasarkan
diskusi kelompok.

E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan sistematika penulisan
sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
BAB 2 : Faktor yang berhubungan dengan proses komunikasi
BAB 3 : Faktor yang mempengaruhi komunikasi
BAB 4 : Penutup














3

BAB II
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PROSES
KOMUNIKASI

Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi baik sebagai factor
pendukung maupun penghambat terjadinya komunikasi yang efektif, tidak lepas
dari unsur-unsur yang terdapat dalam proses komunikasi itu sendiri.
1. Faktor Sumber Pesan ( Source )
Sebagai seorang perawat, sumber pesan/informasi adalah sangat penting.
Kualitas tidaknya komunikasi seseorang bisa dilihat dari sumber
informasi/pesan yang disampaikan. Beberapa factor/sumber yang
mempengaruhi proses komunikasi adalah :
a. Bahasa yang digunakan
Kebanyakan sumber-sumber informasi/pesan terutama buku karangan
orang luar negeri, serta internet yang mengakses informasi-informasi
dunia adalah berbahasa asing(Inggris). Hal ini tentunya sangat
menghambat sebagian besar masyarakat kita dalam memperoleh
sumber karena kenyataannya memang belum banyak yang memahami
bahasa asing tersebut.
b. Faktor tehnis
Faktor tehnis ini terkait dengan tehnis operasional dalam
memanfaatkan sumber informasi, misalnya internet dan birokrasi
dalam memperoleh informasi, misalnya kita ingin mendapatkan
informasi/pesan dari seorang pejabat.
c. Ketersediaan dan keterjangkauan sumber
Seiring dengan peningkatan sumber daya insani, kita sudah tidak susah
lagi untuk mencari orang pandai sebagai rujukan tentang masalah
tertentu, toko buku, sekolahan/kampus juga banyak berdiri di
masyarakat daerah, televise, internet juga sudah banyak tersedia.
4

Mudahnya kita memperoleh sumber informasi tersebut akan sangat
menunjang terjadinya proses komunikasi yang berkualitas dan efektif.

2. Faktor Komunikator (Comunicator )
Sebagai pelaku aktif dalam komunikasi, peran komunikator sangatlah
vital. Komunikasi dapat berjalan lancar dan efektif tidak jarang karena
factor komunikator.
a. Penampilan dan Sikap
Penampilan komunikator dalam berkomunikasi dapat meliputi
beberapa hal antara lain sikap, ekspresi verbal maupun non verbal,
busana yang dipakai dan kerapian komunikator sangat mempengaruhi
proses komunikasi yang dilaksanakan. Seorang perawat yang bersikap
sopan, santun dengan busana yang anggun dan rapi akan menunjang
kepercayaan diri dan minat komunikan dalam merespon komunikator.
Penampilan seorang komunikator adalah stimulus awal bagi
komunikan.
Beberapa sikap yang dapat menunjang keberhasilan komunikator
adalah :
Senyum
Terbuka
Rendah hati
Dapat menjadi pendengar yang baik
Tidak sombong/angkuh
Saling percaya
Cakap
b. Penguasaan Masalah
Seorang komunikator akan tegas dan mantap dalam menyampaikan
pesan bila dia menguasai apa yang akan disampaikan. Selain
meningkatkan kepercayaan diri bagi komunikator, penguasaan masalah
juga dapat menghilangkan keraguan dari komunikan karena yakin
mendapatkan pesan/informasi dengan benar.
5

c. Penguasaan Bahasa
Penguasaan bahasa akan sangat membantu komunikator dalam
memperoleh sumber yang bagus dan berkualitas. Dengan penguasaan
bahasa seorang komunikator dapat melakukan komunikasi dengan
sistematis, terarah, dan mudah dipahami oleh komunikan.
d. Kesempatan
Adanya kesempatan yang cukup dalam menyampaikan
pesan/informasi menunjang terjadinya proses komunikasi yang
lengkap. Kesempatan bagi komunikator adalah adanya waktu dan
tempat serta suasana psikologis yang memungkinkan terlaksananya
komunikasi secara dinamis.
e. Saluran
Saluran yang dimaksud adalah alat indra (penglihatan, pendengaran,
pembauan, rasa, wicara ) yang digunakan komunikator dalam
mendapatkan dan menyampaikan pesan.

3. Faktor Pesan (massage)
a) Tehnik penyampaian pesan yang digunakan
Tehnik penyampaian pesan yang digunakan ini sering terganggu
karena factor bahasa (language factor) dan factor tehnis (noice factor)
selama pesan disampaikan
Faktor bahasa
Penggunaan bahasa yang kurang tepat selama komunikasi dapat
menimbulkan persepsi yang berbeda, sehingga pesan yang
dimaksud komunikator tidak dapat tersampaikan dengan tepat
kepada komunikan.
Faktor tehnis
Hambatan yang terjadi karena factor tehnis ini biasanya terjadi bila
komunikasi tersebut menggunakan media, misalnya : pengeras
suaranya rusak sehingga tidak dapat terdengar dengan baik oleh
6

komunikan, suara gaduh disekeliling komunikator/komunikan,
adanya halilintar dan sebagainya.
b) Bentuk pesan
Bentuk pesan yang disampaikan dapat bersifat informatif, persuasif,
dan koersif.
Informatif
Adalah bentuk pesan yang memberikan keterangan (fakta-fakta)
atau pengetahuan bagi komunikan kemudian komunikan
mengambil kesimpulan sendiri. Bentuk pesan ini lebih berhasil bila
dilakukan kepada komunikan yang mempunyai rasa ingin tahunya
tinggi
Persuasif
Bentuk penyampaian pesan dengan maksud mempengaruhi
audien/komunikan untuk menerima atau menggunakan maksud
pesan yang disampaikan oleh komuniikator.Tujuan dari
penyampaian bentuk pesan persuasive adalah perubahan kesadaran
atas kesadaran sendiri (bukan paksaan).
Koersif
Bentuk pesan koersif ini bersifat memaksa dengan menggunakan
sanksi-sanksi apabila komunikan tidak mengikuti makna pesan
yang disampaikan oleh komunikator. Bentuk pesan koersif dapat
berupa perintah, instruksi dan sebagainya.
c) Pesan sesuai kebutuhan
Informasi atau pesan akan diminati atau bahkan dikejar apabila
pesan tersebut sesuai dengan kebutuhan atau yang diinginkan
komunikan. Bila pesan yang disampaikan dirasa tidak perlu dan tidak
bermanfaat bagi komunikan, maka proses komunikasi yang
berlangsung akan cenderung pasif dan tidak berkembang
d) Jelas
Pesan yang disampaikan denga jelas dan mudah diterima oleh
komunikan akan lebih nampak hasilnya dan efektifnya proses
7

komunikasi. Faktor jelas disini dapat berupa jelas bahasa yang
digunakan, jelas maksud yang diharapkan dan jelas bentuk pesannya.
Kejelasan disini juga dimaksudkan agar pesan yang disampaikan
dengan kejujuran dan keterbukaan, tidak ada maksud yang
tersembunyi dari tujuan awal.
e) Simple ( isi pesan tidak terlalu banyak )
Komunikan akan merasa kelelahan dan bosan terhadap pesan yang
disampaikan terlalu banyak. Disamping itu, bila pesan disampaikan
secara melebar akan jauh dari tujuan pesan semula sehingga
komunikasi yang dilakukan tidak efektif.

4. Faktor Media/Saluran (channel)
Media atau saluran yang langsung terlibat dalam proses komunikasi disini
sebagaimana yang disampaikan oleh Kariyoso (1994) adalah alat/sarana
yang dilalui oleh suara, antara lain :
a. Mata (penglihatan)
b. hidung (penciuman)
c. Otak
d. tangan
e. telinga
Kerusakan yang terjadi pada salah satu indra tersebut diatas akan
berpengaruh pada jalannya komunikasi. Pengaruh tersebut dapat berupa
persepsi yang salah, yang dapat diakibatkan karena informasi/pesan tidak
dapat dilihat, didengar, dirasakan dan ditafsirkan denga jelas karena
adanya gangguan alat indra tersebut.


5. Faktor Umpan Balik (Feedback)
Terjadinya umpan balik dalam proses komunikasi menandakan
komunikasi berjalan aktif. Faktor umpan balik yang dapat mempengaruhi
berlangsungnya komunikasi adalah :
8

a. Relevansi dan pentingnya umpan balik (Feedback)
Umpan balik yang dilaksanakan tidak sesuai dengan topic pesan yang
disampaikan, akan menimbulkan kebiasaan atau kekacauan dalam
mencapai tujuan komunikasi yang dilakukan. Feedback hendaknya
dilakukan sesuai dengan arah dan tujuan komunikasi (relevan) yang
diinginkan serta dipandang perlu dilakukan umpan balik.
b. Sifat umpan balik (Feedback)
Umpan balik hendaknya tidak bersifat penilaian (judgement), namun
lebih bersifat evaluatif. Umpan balik yang bersifat penilaian
(judgement) biasanya akan berdampak kurang baik dalam proses
komunikasi.
c. Waktu (timing)
Pelaksanaan umpan balik (Feedbacck) yang dilakukan tidak pada
waktu dan tempat yang tepat juga akan mempengaruhi komunikasi
yang dilangsungkan.

6. Faktor Komunikan (Comunican)
Keberhasilan komunikasi tidak bisa lepas dari peran dan pengaruh
komunikan. Dalam konteks komunikan (penerima pesan), komunikasi
akan dapat berjalan lancar dan efektif dipengaruhi oleh :

a. Penampilan dan Sikap
Penampilan dan sikap komunikan dalam menerima pesan dapat
meliputi beberapa hal antara lain sikap, ekspresi verbal dan nonverbal,
busana yang dipakai dan kerapian komunikan. Penampilan dan sikap
tersebut menunjukkan kesiapan komunikan dalam menerima pesan
dari komunikator.
b. Pengetahuan
Seseorang yang mempunyai pengetahuan terbatas, kurang informasi
akan sulit menerima atau mengikuti pembicaraan orang lain. Selain itu,
dampak dari pengetahuan yang kurang ini juga akan mempengaruhi
9

komunikan dalam mempersepsikan informasi yang diterima secara
benar.
c. Sistem Sosial
Pola, nilai dan norma yang berlaku dalam suatu masyarakat perlu
dipahami oleh seseorang dalam berkomunikasi.
d. Saluran
Saluran yang dimaksud adalah alat indra (penglihatan, pendengaran,
pembauan, rasa, wicara) yang dimiliki komunikan dalam menerima
dan mempersepsikan pesan.

7. Faktor Efek (Effect)
Hasil atau efek dari komunikasi ini juga mempengaruhi terjadinya
komunikasi. Komunikasi dengan tujuan tertentu yang sudah lama dan
sering dilakukan namun bila tidak membawa dampak atau efek yang nyata
dari hasil komunikasi tersebut, maka orang atau komunikator cenderung
jemu atau bosan untuk menyampaikan pesan berikutnya, karena merasa
tidak ada gunanya dilakukannya komunikasi kepada orang tersebut.














10

BAB III
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI

Persepsi, nilai, latar belakang budaya, oengetahuan, peran dan lokasi
interaksi mempengaruhi isi pesan dan cara bagaimana pesan itu disampaikan.
Komunikasi interpersonal dibuat dengan lebih kompleks karena setiap orang
dipengaruhi secara berbeda oleh variable interpersonal. Variable interpersonal
membuat setiap komunikasi interpersonal menjadi unik. Setiap orang membuat
asosiasi berbeda dan menginterpretasikan pesan secara berbeda. Pemahaman
faktor ini membantu seorang perawat untuk mengetahui alasan klien memiliki
kesulitan berkomunikasi dan strategi yang dibutuhkan untuk membantu.

I. FAKTOR INTERNAL
PERKEMBANGAN
Sebagian besar anak-anak lahir dengan mekanisme fisik dan kapasitas untuk
mengembangkan kemampuan berbicara dan berbahasa. Anak dengan kegagalan
perkembangan seperti paralysis cerebral, autisme dan sindrom sown akan
memiliki tingkat kapasitas yang berbeda untuk mengembangkan kemampuan
bicara dan bahasa. Tingkat perkembangan berbicara bervariasi dan secara
langsung berhubungan dengan perkembangan neurology dan intelektual (Whaley
dan Wong, 1995). Lingkungan seorang anak harus juga menawarkan stimulasi
untuk perkembangan normal. Lingkungan yang disediakan oleh orang tua
memberikan pengaruh terhadap kemampuan untuk berkomunikasi. Perawat
menggunakan tehnik khusus untuk berkomunikasi dengan anak-anak dari
berbagai tingkat perkembangan yang berbeda.
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan anak-anak, perawat harus
memahami pengaruh perkembangan bahasa dan proses berpikir. Keduanya akan
mempengaruhi cara anak berkomunikasi dan cara bagaimana perawat dapat
berinteraksi secara sukses dengan mereka.

11

PERSEPSI
Setiap orang merasakan, menginterpretasikan dan memehami kejadian secara
berbeda. Persepsi adalah pandangan pribadi atas apa yang terjadi. Seorang
perawat mungkin berkata :Saya perhatikan anda menjadi diam sejak keluarga
anda pergi. Apakah anda mau membicarakannya? Persepsi klien terhadap
maksud perawat akan mempengaruhi keinginannya untuk berbicara. Persepsi
terbentuk oleh apa yang diharapkan dan pengalaman. Perbedaan dalam persepsi
antar individu yang berinteraksi dapat menjadi kendala dalam komunikasi.

NILAI
Nilai adalah standar yang mempengaruhi tingkah laku. Nilai tersebut adalah apa
yang dianggap penting dalam hidup oleh seseorang dan pengaruh dari ekspresi
pemikiran dan ide.
Nilai juga mempengaruhi interpretasi pesan. Karena nilai adalah panduan umum
tingkah laku, sangat penting bagi seorang perawat untuk mengembangkan
kepekaan dalam nilai tersebut. Beberapa nilai mungkin diketahui dengan mudah
dan tanpa konflik (misalnya kerahasiaan atau perawatan kulit bagi pasien yang
tidak dapat melakukan mobilisasi) sedangkan yang lainnya mungkin mengarah
pada konflik tingkat tinggi dan menjadi sulit untuk diartikulasikan (misalnya nilai
tentang kematian dan hak untuk mati). Memahami dan menjelaskan nilai penting
dalam membuat keputusan klinis interaksi. Perawat sebaiknya tidak membiarkan
nilai pribadi mempengaruhi hubungan professional. Gerakan tubuh yang
memnghakimi akan menghancurkan kepercayaan dan mengganggu komunikasi
efektif.

EMOSI
Emosi adalah perasaan subjektif seseorang mengenai peristiwa tertentu. Cara
seseorang bersosialisasi atau berkomunikasi dengan orang lain dipengaruhi oleh
emosi. Klien yang marah mungkin melakukan reaksi yang berbeda atas perintah
perawat dibandingkan mereka yang ketakutan. Emosi mempengaruhi kemampuan
untuk menerima pesan dengan sukses. Emosi juga dapat menyebabkan seseorang
12

salah menginterpretasikan sesuatu atau tidak mendengar pesan. Jika klien
melontarkan rasa marahnya, seorang perawat tidak boleh menganggapnya serius.
Perawat dapat mengkaji emosi klien dengan mengamati interaksi mereka dengan
keluarga, dokter atau perawat lainnya.
Ketika seorang perwat mengasuh klien, mereka harus mewaspadai emosi mereka
sendiri. Sangat sulit untuk menghindari emosi. Klien sangat peka dan dapat
merasakan rasa marah, frustasi atau sedih. Umumnya tidak tepat untuk
mendiskusikan emosi pribadi dengan klien. Sistem pendukung sosial dari sejawat
akan membantu perawat mengekspresikan emosinya. Pemamfaatan program
asisten karyawan, pertemuan dengan teman sebaya dan penggunaan tim
interdisiplin seperti pekerja sosial dan perawatan pastoral membuat perawat dapat
mengekspresikan perasaan dan emosinya pada tempat dan waktu yang tepat. Hasil
dari intervensi ini harus difokuskan untuk mendapatkan solusi untuk mencapai
atau mengidentifikasi masalah dan apa yang menjadi perhatian perawat.

JENIS KELAMIN
Perbedaan jenis kelamin mempengaruhi proses komunikasi. Pria dan wanita
memiliki gaya komunikasi yang berbeda dan satu sama lain saling mempengaruhi
proses komunikasi secara unik. Tannen (1990) mendiskusikan gaya komunikasi
yang berbeda bagi pria dan wanita. Sejak berusia 3 tahun, anak perempuan
bermain dengan teman baiknya atau kelompok kecil dan menggunakan bahasa
untuk mencari konfirmasi, meminimalkan perbedaan, dan menetapkan atau
menguatkan keintiman. Sebaliknya anak laki-laki, menggunakan bahasa
untuk menetapkan kebebasan dan menegosiasikan aktivitas status dalam
kelompok yang besar, meskipun ketika mereka ingin berteman, mereka umumnya
melakukannya dengan adu otot. Ketika dewasa, pria dan wanita memiliki kesan
yang sama sekali berbeda mengenai perbincangan yang sama.

PENGETAHUAN
Komunikasi dapat menjadi sulit ketika orang yang berkomunikasi memiliki
tingkat pengetahuan yang berbeda. Pesan akan menjadi tidak jelas jika kata-kata
13

dan ungkapan yang digunakan tidak dikenal oleh pendengar. insisi hampir
sembuh tanpa ada cairan abnormal sama artinya dengan insisi bersih dan akan
segera sembuh. Dalam hal ini perkataan yang kedua akan lebih mudah dipahami
oleh pasien.
Perawat berkomunikasi dengan klien dan professional yang memiliki tingkat
pengetahuan yang berbeda. Bahasa yang umum digunakan adalah essensial ketika
berkomunikasi dengan tingkat pengetahuan yang berbeda.

II. FAKTOR EKSTERNAL
BUDAYA
Budaya adalah jumlah total dari mempelajari cara berbuat, berpikir dan
merasakan. Budaya merupakan bentuk kondisi yang menunjukkan dirinya melalui
tingkah laku. Bahasa, pembawaaan, nilai dan gerakan tubuh merefleksikan asal
budaya. Budaya mempengaruhi cara klien dan perawat melakukan hubungan satu
sama lain dalam berbagai situasi. Perawat belajar untuk mengetahui makna
budaya dalam proses komunikasi. Pengaruh kebudayaan menetapkan batas
bagaimana seseorang bertindak dan berkomunikasi.
Budaya juga mempengaruhi metode komunikasi tentang gejala atau perasaan
menderita pada orang lain. Perbedaan muncul dalam penyingkapan diri atau
ketika keinginan untuk menunjukkan emosi dan informasi psikologis pada orang
lain. Misalnya orang Amerika dan eropa lebih terbuka dan ingin mendiskusikan
masalah keluarga yang pribadi sedangkan orang Amerika Latin, Afrika dan Asia
enggan untuk mengemukakan informasi pribadi atau keluarga pada orang asing
seperti perawat atau dokter.


PERAN DAN HUBUNGAN
Individu berkomunikasi dalam tatanan yang tepat menurut hubungan dan peran
mereka. Pelajar menggunakan cara bicara yang berbeda ketika mereka bicara
dengan teman atau
14

dengan instruktur, dokter atau rohaniawan. Kata-kata, ekspresi wajah, nada suara
dan gerakan tubuh bergantung pada bagaimana orang tersebut menerima
komunikasi.
Perawat mungkin merasa nyaman ketika berkomunikasi dengan rekan sejawat,
bercanda mengenai kejadian sehari-hari dan berbagi cerita yang menyenangkan.
Namun komunikasi dengan klien yang memasuki klinik untuk pertama kalinya
membutuhkan peran yang berbeda. Dengan mengantisipasi keprihatinan, perawat
menunjukkan rasa hormat dengan menggunakan nama kelurga klien dan
menghindari humor sampai mereka dapat menentukan reaksi pasien terhadapnya.
Klien mungkin lebih mencari dukungan daripada cerita lucu.

LINGKUNGAN
Orang cenderung dapat berkomunikasi dengan lebih baik dalam lingkungan yang
nyaman. Ruangan yang hangat, bebas dari kebisingan dan gangguan adalah yang
terbaik. Kebisingan dan kurangnya kebebasan seseorang dapat mengakibatkan
kebingungan, ketegangan atau ketidaknyamanan. Misalnya , klien yang takut pada
siagnosa kanker akan keberatan untuk mendiskusikan penyakitnya dalam ruangan
tunggu yang sibuk dan penuh sesak. Gangguan lingkungan mengganggu pesan
dikirimkan antara dua orang.
Perawat memiliki semacam kontral ketika memilih lingkungan untuk melakukan
komunikasi dengan klien. Kantor atau ruang duduk yang tenang sangat ideal.
Ketika klien dikunjungi di rumah, kamar tidur atau ruang baca mungkin yang
terbaik.

RUANG DAN TERITORIAL
Territorial menetapkan makna dari hak seseorang pada suatu area dan sekitarnya.
Territorial sangat penting karena membuat orang merasa memiliki identitas,
keamanan dan kontrol. Dengan kata lain, seseorang merasa terancam ketika orang
lain memasuki teritorialnya karena hal tersebut mengganggu homeostasis
psikologis, menimbulkan kecemasan dan menyebabkan munculnya perasaan
kehilangan kontrol.
15

Dalam interaksi sosial orang secara sadar mempertahankan jarak antar-mereka
sendiri. Perawat seringkali bekerja dengan klien dalam situasi dimana ruang dan
teritorialnya sangat penting. Dengan sentuhan, jarak yang memisahkan perawat
dengan klien harus dibatasi oleh situasi dan budaya. Pengikatan pasien secara fisik
sangat berbahaya dan melukai diri, resusitasi dari mulut ke mulut, menggendong
bayi yang sedang menangis dan memperbaiki fungsi ekskresi pada pasien
inkontinensia membutuhkan tindakan invasif yang membutuhkan ruangan yang
intim.

MEDIA
Media pengiriman pesan dapat berupa :
1. Komunikasi verbal/oral yang terdiri dari komunikasi tatap muka, melalui
telepon, rapat/pertemuan dan presentasi.
2. Komunikasi tertulis, dapat berupa surat, pengiriman email, SMS, leaflet,
brosur dan lain sebagainya
3. Komunikasi non verbal, yang berupa ekspresi wajah, gerakan dan posisi
tubuh, cara berbicara, penampilan.
Media yang digunakan juga mempengaruhi dalam proses komunikasi. Seperti
penggunaan bahasa atau symbol, ekspresi wajah yang tidak tepat akan
menimbulkan persepsi yang berbeda juga bagi komunikan.

BAHASA
Penggunaan bahasa perlu mempertimbangkan pendidikan klien, tingkat
pengalaman dan kemahiran dalam berbahasa (Misalnya bahasa Inggris, bahasa
Indonesia, dan lainnya) (Ellis dan Nowlis, 1994).
Dalam penggunaan bahasa juga memerlukan :
Kejelasan , yaitu memilih kata yang jelas dan tidak mempunyai arti yang
salah.
Keringkasan, menunjukkan pesan anda singkat dan tanpa penyimpangan
untuk menghindari kebingungan tentang apa yang penting dan apa yang
kurang penting.
16

Sederhana , memilih bahasa yang sederhana dan biasa digunakan.
Sebuah bahasa yang telah berkembang adalah keberhasilan besar dari tubuh
dan pikiran manusia dan merupakan perkembangan dari saluran-saluran
komunikasi yang lebih primitif. Bahasa diperlukan untuk mengungkapkan
ide-ide yang kompleks dan abstraks yang ada di dalam kebudayaan dan
organisasi sosial. Isi leksikal dari sebuah pesan yaitu kata-kata itu sendiri,
hanya dapat menyampaikan arti jika penerima mengerti kata-kata itu. Hal ini
sering diabaikan oleh pengirim pesan. Setelah kunjungan dokter, kadang-
kadang perawat diminta untuk menjelaskan kepada pasien apa yang dikatakan
dokter, misalnya menerjemahkan bahasa teknis ke bahasa yang bisa
dimengerti oleh mereka. Sebagian dari pendidikan perawat adalah mengenal
ide-ide dan konsep pengetahuan kedokteran serta mampu menggunakan
bahasa tersebut untuk berkomunikasi secara efektif dengan para professional
lain. Tetapi yang juga penting adalah kemampuan untuk menyampaikannya
dalam bahasa yang umum.
Beberapa orang secara sadar (dan tidak sadar) menggunakan bahasa untuk
membingungkan, menciptakan kesan, mendominasi, merendahkan dan
memberi nilai pada kedudukan sosial mereka. Penggunaan bahasa seperti ini
adalah sebuah contoh dari pengiriman pesan majemuk di mana arti yang ada
dipermukaan tidak terlalu penting (Sekunder) dibandingkan arti yang
terselubung. Seringkali kita mengalami berada di tengah orang-orang yang
menggunakan bahasa teknis untuk merumuskan batasan kelompok dan
mengucilkan orang lain. Pada pertemuan sosial profesi sering kita melihat
adanya dorongan untuk menyatukan kelompok-kelompok yang menggunakan
bahasa yang sama dan mengucilkan orang lain. Kelompok remaja sering
menggunakan bahasa khusus untuk kelompoknya.
Karena pendengaran adalah indera yang menerima isi leksikal dalam
percakapan, maka tuli merupakan kerusakan berat dalam komunikasi tatap
muka. Bahasa isyarat tuna runggu mengganti saluran pendengaran dengan
saluran penglihatan, tetapi bahasa ini tidak dapat terlalu kaya akan symbol.
Konselor para tunarunggu melaporkan betapa sulitnya terlibat nuansa dan
17

kesamaran perasaan klien mereka dibandingkan dengan mereka yang bisa
mendengar. Selain itu, suara juga mempunyai ruang tiga dimensi, kita dapat
mendengar pesan-pesan dari segala arah, sementara mata hanya menerima
pesan dari arah depan. Tetapi isi leksikal hanya merupakan sebagian dari
pesan yang dikirim dan kemudian diterima oleh pendengaran, selain itu juga
terdapat komunikasi non verbal.

BENTUK-BENTUK PARA LINGUISTIK
Ini adalah bentuk pesan lisan yang tidak terkandung di dalam kata-kata saja,
misalnya irama, kecepatan, penekanan, intonasi, tinggi dan nada suara.
Sebuah pesan seperti Sayaa akan menemui anda jam 8 bisa merupakan
sebuah pernyataan sederhana atau sebuah pertanyaan, tergantung pada
intonasinya. Penekanan, kecepatan dan nada suara juga dapat membuat pesan
ini sebagai bentakan otoriter atau undangan yang merayu.
Bentuk-bentuk ini membantu dalam interpretasi pesan karena dengan
memberikan petunjuk tentang keadaan pikiran pengirim kepada penerima
pesan. Apakah ia sedang marah, curiga , sinis, serius atau melucu? Kekerasan,
tekanan dan kualitas suara juga ikut membentuk sandi beberapa aspek
komunikasi ini. Kalimat Ia sungguh-sungguh peduli dapat mempunyai arti
yang sangar berbeda tergantung dari kata mana yang mendapat tekanan, dan
tanda-tanda kontekstual juga akan menekankan arti yang dimaksudkan. Aksen
dan dialek dapat memperlihatkan kelas sosial dan asal tempat serta perbedaan-
perbedaan lainnya. Sangatlah menarik untuk melihat betapa banyak informasi
yang disampaikan di antara dua orang melalui bentuk-bentuk para linguistic
ini dari sebuah ucapan tunggal yang singkat. Bentuk-bentuk ini terutama
sangat penting dalam percakapan telepon karena dalam percakapan ini tidak
ada tanda-tanda visual.
Paralanguistik menunjukkan pada bahasa itu sendiri. Vocal dapat
membedakan emosi yang dirasakan satu orang dengan yang lain. Beberapa
komponen para language antara lain :

18

a. KUALI TAS SUARA
Kualitas suara mentukan keefektifan komunikasi (Hunsaker dan
Alessandra cit Leddy, 1998). Adapun kualitas suara tersebut terdiri dari :
Resonansi : intensitas dengan dimana suara mengisi lingkungan / ruang.
Irama : aliran, kecepatan dan gerakan suara.
Pitch : meninggi atau merendahnya suara dihubungkan dengan pengetatan
dari pita suara.
Kecepatan : berapa cepat suara digunakan
Volume : kekerasan suara
Inflection : perubahan dalam tinggi atau rendahnya atau volume dari
suara.
Kejernihan : artikulasi dan pengucapan kapasitas dari suara.
Seseorang yang suaranya meningkat dalam hal kekerasannya, warna nada dan
kecepatan bicaranya sering di anggap orang lain sebagai orang yang aktif dan
dinamis. Orang dengan intonasi dan volume suara yang besar dan lancar
dianggap meyakinkan.
Tanda dari bicara didasarkan pada kombinasi dari beberapa hal yaitu : pilihan
kata, lafal, struktur gramatikal, bicara lancar dan artikulasi.

b. VOKAL TANPA BAHASA (NON LANGUAGE VOCALI ZATI ONS)
Adalah suara tanpa adanya struktur linguistic. Misalnya sedu sedan,
tertawa, mendengkur, mengerang, merintih, hembusan napas
(Menunjukkan takut, nyeri atau kaget), napas panjang/keluh kesah
(Menunjukkan keengganan untuk melakukan sesuatu).

BAHASA TUBUH
Dua kata ini mengatakan bahwa ada saluran lain untuk mengirim arti dan
berkomunikasi yang sama sekali tidak menggunakan kata-kata. Bahasa tubuh
telah menjadi topik yang popular baik dalam percakapan sehari-hari maupun
dalam penelitian ilmiah yang serius tentang interaksi hewan dan manusia.
19

Dimbley dan Burton (1992) mengatakan bahwa bahasa tubuh mempunyai
beberapa unsur:
GERAK TUBUH
Ketika berbicara, orang membuat gerakan dengan tangan mereka.
Beberapa orang lebih banyak membuat gerakan tangan ini dibandingkan
beberapa orang lainnya. Mereka menyediakan informasi yang berguna
seperti ditunjukkan oleh percobaan-percobaan dimana orang mencoba
menggambarkan bentuk atau gerakan dengan dan tanpa diikuti gerakan
tangan (Argyle, 1992). Gerak tubuh yang lebih samara antara lain
meluruskan jari-jari untuk mengungkapkan kepercayaan diri, dan para
pendengar sering menggunakan anggukan kepala dengan cara yang
berbeda, anggukan kecil untuk menunjukkan perhatian, anggukan yang
lebih besar dan diulang-ulang untuk menunjukkan persetujuan. Menarik
bahwa gerak tubuh dan bicara diatur oleh suatu area otak yang sama dan
berkembang pada saat yang sama di masa kanak-kanak.

EKSPRESI WAJ AH : POSI SI MULUT, ALI S, MATA, SENYUM DAN
LAI NNYA.
Mungkin karena sangat bernilai dalam daya tahan hidup di masa bayi,
variasi yang samar dari senyuman atau pandangan sudah kita kenali,
terutama dari lokasi sekitar mata dan mulut. Apakah seorang pendengar
merasa senang, bingung dan terganggu akan dapat dikenali dengan
mengamati mata dan mulutnya.
Perawat sangat perlu melakukan validasi persepsi dari ekspresi muka yang
ada pada klien sehingga perawat tidak salah mempersepsikan apa yang
diobservasi dari klien. Misalnya perawat melihat seorang klien yang
merengutkan mulutnya, perawat bisa mengklarifikasi dengan menanyakan
apakah klien marah. Perawat juga memperhatikan ekspresi verbalnya
sendiri sehingga tidak terjadi hal di mana perawat menyapa dengan suara
yang ramah dan lembut tetapi mukanya tampak sinis/merengut.

20

PANDANGAN / KONTAK MATA
Pandangan adalah hal yang penting dalam menilai tanda-tanda non verbal.
Pandangan terkoordinasi sangat erat dengan bicara : pembicara biasanya
memandang pendengar sebelum ia memutus tata bahasa dan terutama
sebelum berakhirnya perkataan. Pembicara seringkali melihat ke kejauhan
ketika mereka mulai bicara atau sedang berpikir tentang apa yang mereka
katakan.
Kontak mata diartikan sebagai melihat langsung ke mata orang lain.
(Rosdah, 1999).
Empat fungsi dari tatapan adalah : (Kendon cit Rungapadiachy, 1999)
Mengatur aliran komunikasi
Memonitor umpan balik
Mengekspresikan emosi
Hubungan komunikasi yang alami.
Beberapa situasi yang menyebabkan lebih banyak tatapan mata
(Rungapadiachy, 1999) :
Pada saat seseorang secara fisik jauh dari orang lain.
Pada saat topik mudah dan tidak pribadi
Pada saat tidak ada lagi yang di lihat.
Pada saat individu tertarik lagi dengan orang lain.
Pada saat seseorang mempunyai status lebih rendah daripada orang
lain.
Pada saat seseorang mencoba untuk mendominasi atau mempengaruhi
orang lain.
Jika hal ini merupakan salah satu bagian dari budaya seseorang yang
terbuka.
Pada saat seseorang ingin terlibat dalam diskusi
Pada seorang perempuan.



21

POSTUR
Cara tubuh ditopang memberi petunjuk umum tentang kepercayaan diri,
perhatian, kebosanan, konfrontasi dan reaksi-reaksi spesifik lainnya.
Dalam budaya barat , normalnya orang berdiri dengan tubuh sedikit
menjauh dari satu sama lain ketika mereka berbincang-bincang untuk
menunjukkan keramahan yang dopan atau keadaan netral. Budaya lain
mempunyai kode perilaku yang berbeda dan ini kadang-kadang dapat
menimbulkan ketidaksesuaian, yang menjurus ke salah pengertian dan
bahkan pelanggaran.
Kaki yang kejang dan meloncat menunjukkan seseorang yang tidak
sabar, bosan dan tegang.
Penampilan membungkuk menunjukkan depresi.
Meremas tangan menunjukkan takut, nyeri atau khawatir.
Penampilan kaku juga menunjukkan nyeri atau tegang.
Tidur dengan posisi janin menunjukkan keinginan untuk tidak
diganggu atau untuk mencari perhatian orang lain.
Mengacungkan jempol menunjukkan kemenangan.
Menurunkan jempol menunjukkan konotasi negatif.

J ARAK TUBUH DAN KEDEKATAN (PROXI EMI CS)
Proxiemics adalah ilmu yang mempelajari tentang jarak hubungan dalam
interaksi sosial. Proxiemics meliputi 2 dimensi (Wilson dan Kneisi, 1983)
:

- TERRI TORI ALI TY
Adalah asumsi dari kesopanan tingkah laku terhadap sebuah area
geografi oleh seseorang atau grup.

- J ARAK PRIBADI
Adalah daerah tidak tampak dari territoriality. Tidak boleh
seseorang memaksa masuk ke dalam area tersebut. Pemaksaan masuk ke
22

area pribadi yang tidak diharapkan dari seseorang akan menimbulkan rasa
tidak nyaman, gelisah dan perasaan negatif lainnya. Pengaturan meja atau
kursi juga akan menurunkan atau meningkatkan jarak interpersonal.
Empat jarak interaksi (Hall cit Lindberg, 1998) :
Jarak intim (Sampai dengan 18 inch)
Jarak personal (18 inch sampai dengan 4 kaki ) untuk interaksi
dengan seseorang yang dikenal.
Jarak sosial ( 4 kaki sampai 12 kaki) untuk interaksi mengenai
suatu urusan tetapi bukan orang khusus/tertentu.
Jarak public (lebih dari 12 kaki) untuk pembicaraan formal.
Orang membutuhkan ruang tertentu di sekeliling mereka agar mereka
merasa nyaman dan kebutuhan ini berbeda-beda tergantung pada usia,
jenis kelamin dan budaya. Terhimpit dengan orang-orang lain di sebuah
ruangan yang kecil di lift atau bis yang penuh sesak pada umumnya
menimbulkan perasaan kaku dan tidak nyaman, dan akan reda jika ruang
pribadi telah di dapatkan kembali. Orang dewasa menjaga jarak sejauh
satu lengan dari orang lain, kecuali jika mereka telah saling mengenal
dengan cukup baik. Begitu pula bisa diduga adanya ketegangan pada
kedua belah pihak ketika seorang perawat secara fisik menangani dan
merawat seorang pasien dan hal ini perlu dikenali.

SENTUHAN
Sentuhan penting dilakukan pada situasi emosional. Sentuhan dapat
menunjukkan arti Saya peduli. Meskipun begitu, sangat perlu bagi
perawat untuk memahami siapa, kapan dan mengapa sentuhan dilakukan
diakrenakan komunikasi non verbal ini mempunyai efek yang berlainan
pada setiap individu.
Sentuhan dapat diasosiasikan sebagai sifat keibuan, nyaman atau perhatian
(Ellis, 1994).
Sentuhan dapat dikategorikan menurut pesan yang dikomunikasikan
(Knap cit Towsend, 1993) :
23

a. FUNGSI ONAL PROFESI ONAL. Tipe dari sentuhan ini adalah
tidak khusus dan untuk suatu urusan tertentu. Digunakan untuk
menyelesaikan tugas tertentu. Misalnya seorang penjahit mengukur
ukuran baju orang yang ingin menjahitkan baju.
b. SOSI AL SOPAN. Tipe sentuhan ini lebih daripada sentuhan yang
bukan ditujukan untuk orang tertentu tapi masih menunjukkan
penegasan atau penerimaan terhadap orang lain tersebut. Misalnya
berjabat tangan.
c. SAHABAT HANGAT. Tipe sentuhan ini berada pada tingkat yang
menandakan rasa suka yang kuat pada orang lain, sebuah perasaan
bahwa dia adalah teman/sahabat. Misalnya meletakkan satu tangan
pada bahu orang lain.
d. CI NTA KEI NTI MAN. Tipe sentuhan ini menunjukkan kasih sayang
yang kuat atau daya tarik untuk orang lain. Misalnya terlibat dalam
saling memeluk yang sangat kuat.
e. SEXUAL AROUSAL. Tipe sentuhan ini berada pada tingkat ekspresi
dari daya tarik fisik saja. Misalnya menyentuh daerah kemaluan orang
lain.
Sentuhan menunjukkan banyak hal tentang sifat hubungan dan derajat
persahabatan di antara dua orang. Ia juga dapat digunakan sebagai tanda
kedudukan seseorang , orang yang kedudukannya lebih tinggi bermaksud
mengatakan Saya dapat menyentuh kamu tetapi kamu tidak boleh
menyentuh saya. Sentuhan adalah sebuah pembawa pesan yang ampuh,
seperti yang diketahui oleh para kekasih, teman, saudara dan korban
pelecehan atau kekerasan seksual. Tentu ada berbagai peraturan berlaku di
dalam dunia kedokteran yang berbeda dengan kehidupan sehari-hari.
Mungkin tanpa disadari, pandangan tradisional telah megindahkan
kekuatan ini dengan mendesak dalam mempertahankan jarak emosional
antara pemberi perawatan dan pasien. Selama proses pemeriksaan
ginekologi jarang ada kontak mata antara dokter dengan pasien, seolah
mengaatakan bahwa kontak mata bersamaan dengan kontak tubuh akan
24

menjadi terlalu emosional. Sebaliknya, terapi-terapi menganjurkan adanya
ikatan emosional yang kuat antara pemberi perawatan dan pasien,
misalnya psikoterapi, adalah terapi dimana kontak fisik pada umumnya
dianggap sebagai tidak etis.

PAKAI AN
Cara dan jenis pakaian, rambut, perhiasan dan rias wajah berbicara banyak
tentang kepribadian,peran, pekerjaan, status dan suasana hati seseorang.
Penggunaan ragam itu sendiri sudah merupakan pernyataan yang kuat
bahwa peran lebih penting daripada perorangan. Di beberapa tempat kerja,
para perawat memutuskan untuk menolak menggunakan seragam setelah
mereka mengikuti diskusi tentang sifat hubungan antara perawat dan
pasien. Orang-orang yang menduduki hierarki rumah sakit sering
menandai posisi mereka dengan jenis pakaian yang berbeda.
Argyle menemukan bahwa ketika seorang asing berprilaku dengan gaya
non verbal yang ramah, maka ia menciptakan kesan yang lebih bersahabat
daripada penggunaan kata-kata yang ramah.














25

HAMBATAN DALAM PROSES KOMUNIKASI
Secara umum hambatan yang terjadi selama komunikasi adalah sebagai
berikut :
a. Kurangnya penggunaan sumber komunikasi yang tepat
b. Kurangnya perencanaan dalam berkomunikasi
c. Penampilan, sikap dan kecakapan yang kurang tepat selama
berkomunikasi
d. Kurangnya pengetahuan
e. Perbedaan persepsi

Paling tidak ada 2 hal yang harus diketahui oleh seorang perawat agar
terhindar dari hambatan hambatan komunikasi. Pertama adalah
pengetahuan perawat tentang topik atau materi yang dikomunikasikan.
Pengetahuan ini sangat membantu kelancaran perawat dalam
melaksanakan komunikasi. Kedua pengetahuan tentang strategi yang
tepat dalam berkomunikasi. Strategi komunikasi sangat bergantung
pada tujuan tindakan atau intervensi yang akan dilakukan. Heron
(1990) mengkatagorikan enam intervensi yang melibatkan
keterampilan dan strategi khusus dalam berkomunikasi antara lain :
1. Intervensi preskriptif, yaitu intervensi komunikasi yang
bertujuan untuk mengarahkan perilaku orang lain. Misalnya
perawat menganjurkan pasien untuk minum obat atau makan
secara teratur.
2. Intervensi informatif, contoh dari intervensi komunikasi ini
adalah perawat menjelaskan tentang prosedur tindakan
keperawatan yang di lakukan.
3. Informasi konfrontatif, bertujuan menantang sudut pandang,
sikap atau prilaku klien, misalnya perawat melarang klien yang
akan turun dari tempat tidur meskipun klien mengaku mampu
dan tidak akan terjadi apa apa bila beraktifitas.
26

4. Intervensi katartik komunikasi yang bertujuan untuk memberi
ruang atau kesempatan, bahkan kalau diperlukan mengajak
klien mengungkapkan apa yang di dirasakan. Misalnya:
silahkan ibu mengungkapkan semua perasaan ibu kalau
memang itu yang terbaik .
5. Intervensi katalitik, intervensi ini bertujuan untuk membantu
klien mengeluarka informasi dan pemahaman diri klien,
misalnya Bisa ibu jelaskan, apa yang saya sampaikan tadi, apa
resikonya bila makan tidak teratur ?
6. Intervensi suportif, yaitu intervensi untuk menguatkan arti diri
atau kondisi yang di alami oleh klien. Intervensi ini biasanya
digunakan pada saat konseling.



















27

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Semua tugas keperawatan berkisar pada kebutuhan bagi perawat untuk
menjadi komunikator yang efektif, apakah dalam berhubungan dengan
rekan kerja atau dengan pengguna pelayanan.
2. Perawat harus peka terhadap bagaimana komunikasi mereka dipengaruhi
dan diselewengkan/disalahgunakan oleh faktor-faktor sebelum komunikasi
yang akurat atau apa yang digambarkan sebagai kompetensi komunikatif
dapat dicapai.
3. Komunikasi adalah soal menyadari bahwa pesan dapat dipengaruhi oleh
semua factor yang telah dibahas. Sebuah cara untuk memeriksa persepsi
kita sendir adalah dengan menggunakan metakomunikasi dan umpan balik.
Dengan melakukan hal Ini, orang lain didalam interaksi akan melihat
bahwa mereka berhubungan dengan seseorang.

B. SARAN
Kami sadar bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kami menyarankan kepada pembaca sekalian untuk lebih
banyak lagi membaca referensi-referensi lain yang berhubungan dengan Faktor
yang Mempengaruhi Komunikasi. Selain itu bisa menerapkan ilmu yang telah
didapatkan selama berada di lapangan nantinya.






28

DAFTAR PUSTAKA


1. Potter Perry, 1997, Fundamentals Of Nursing : Concepts, Process and
Practice, Fourth Edition, Mosby Year Book.
2. Ellis & Gates, 2000, Komunikasi I nterpersonal Dalam Keperawatan,
Teori dan Praktik, EGC, Jakarta.
3. Nurjanah Intansari,S.Kp, 2001, Komunikasi Keperawatan : Dasar-Dasar
Komuikasi Bagi Perawat, Mocomedia, Yogyakarta.
4. Mundakir, 2006, Komunikasi Keperawatan : Aplikasi dalamPelayanan,
Graha Ilmu, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai