Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH BUKAAN GUI DE VANE TERHADAP UNJUK KERJA

TURBIN CROSS FLOW TIPE C4-20 PADA INSTALASI PLTMH


ANDUNGBIRU
Moch. Asief Rosyidin., Djoko Sutikno., Sugiarto
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jl. MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
E-mail : moch.asief@gmail.com

ABSTRAK
Turbin cross flow, merupakan salah satu jenis turbin yang sering digunakan untuk PLTMH, dimana selain
mudah proses fabrikasi, untuk perawatan juga termasuk mudah. Untuk karakteristik dari turbin ini sangat
dipengaruhi oleh head dan debit yang tersedia di lapangan, yang bisa berubah sesuai musim yang sedang
terjadi. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian tentang hubungan antara head dan debit turbin dengan
mengatur bukaan guide vane sehingga ditemukan karakteristik dari turbin untuk pengoperasian PLTMH. Pada
penelitian ini head divariasikan 13,75 m, 13,55 m, dan 13,35 m sedangkan debit diatur dengan variasi
prosentase bukaan guide vane yaitu 20%, 40%, 60%, 80% dan 100% (terbuka penuh). Metode penelitian yang
digunakan yaitu metode eksperimental nyata (true experimental research) yang secara langsung dikenakan
pada obyek yang akan diteliti. Dari penelitian ini didapatkan bahwa perubahan guide vane pada head yang
berbeda-beda berpengaruh terhadap unjuk kerja dari turbin air cross flow. WHP terbesar 25,0957 kWatt dan
BHP tertinggi 7,7679 kWatt didapatkan pada bukaan guide vane 80%,tinggi head 13,75 m dengan debit yaitu
0,2880 m
3
/s. Efisiensi terbesar terdapat pada bukaan guide vane 80%, tinggi head 13,55 m dengan debit 0,2759
m
3
/s yaitu sebesar 31,42 %.
Kata kunci : mikro hidro, turbin air, cross flow, guide vane, unjuk kerja.

PENDAHULUAN
Distribusi energi listrik dari PLN yang
belum mencangkup seluruh wilayah
Indonesia, memaksa penduduk pedesaan
menggunakan generator berbahan bakar
solar atau bensin. Bahan bakar tersebut
tidak ramah lingkungan dan merupakan
sumber energi yang tidak terbarukan
sehingga setiap tahun akan mengalami
kenaikan harga dan semakin sedikit
jumlahnya sehingga nantinya akan habis.
Oleh karena itu, perlu dikembangkan
sumber energi yang terbarukan, serta
ramah lingkungan. Pembangkit Listrik
Tenaga Mikrohidro (PLTMH) merupakan
salah satu solusi yang digunakan untuk
mengatasi masalah ini. PLTMH memiliki
banyak keunggulan selain merupakan
sumber energi yang terbarukan, biaya
pembangkitan energi listrik yang
kompetitif, teknologi pada PLTMH ini
cukup sederhana sehingga dapat dikelola
dan dioperasikan oleh masyarakat
setempat.
Pada PLTMH energi potensial air
diubah menjadi energi mekanik pada
turbin yang selanjutnya ditransmisikan ke
generator pembangkit listrik. Pemilihan
jenis turbin disesuaikan dengan debit air,
head, dan kondisi geografis wilayah
tersebut. Sebagai contoh pada PLTMH di
Desa Andungbiru, Kecamatan Tiris,
Kabupaten Probolinggo ini menggunakan
turbin cross flow tipe C4-20. Turbin ini
digunakan untuk memutar generator yang
nantinya akan menghasilkan energi listrik.
Energi listrik dari PLTMH inilah yang
menjadi sumber energi listrik dibeberapa
dusun yang ada di Desa Andungbiru.
Debit air dipengaruhi oleh musim
yang sedang berjalan. Pada saat musim
penghujan, suplai air ke PLTMH akan
melimpah, sedangkan pada musim
kemarau debit PLTMH menurun.
Perbedaan debit ini akan berpengaruh
terhadap ketinggian air pada bendungan
penampung sehingga mempengaruhi
kinerja dari turbin dan generator yang
nantinya berdampak pada produksi listrik.
Dengan ketinggian muka air pada
bendungan penampung yang berbeda, dan
untuk menghasilkan energi listrik yang
stabil maka perlu dilakukan suatu
penelitian dengan mengatur bukaan guide
vane yang akan diketahui posisi bukaan
guide vane tertentu sehingga dapat kita
mengetahui karakteristik dari turbin air.
PLTMH adalah istilah yang digunakan
untuk instalasi pembangkit listrik yang
mengunakan energi air yang mempunyai
kapasitas daya yang dihasilkan bawah 100
kW. Prinsipnya memanfaatkan beda
ketinggian dan jumlah debit air yang ada
pada aliran air saluran irigasi, sungai atau
air terjun. Aliran air ini akan memutar
poros turbin sehingga menghasilkan energi
mekanik. Energi ini selanjutnya
menggerakkan generator dan
menghasilkan listrik. Beberapa komponen
yang digunakan dalam PLTMH baik
komponen utama maupun bangunan
pendukung lainnya:
A. Bangunan sipil
Bangunan sipil digunakan mulai dari
pemisahan air pada sungai, penyaringan
sampah dan lumpur, sampai pengatur
ketinggian air yang akan masuk pipa
pesat yang akan menghubungkan sampai
ke turbin. Bangunan sipil meliputi
bendung (weir), bangunan penyadap
(intake), saluran pembawa (head
race),bak penenang (fore bay), pipa pesat
(penstock) sampai rumah turbin (power
house).
B. Peralatan Elektrikal
Dimulai dari generator, kontrol panel,
ballast load/main load, sampai dengan
kabel transmisi disebut sebagai peralatan
elektrikal. Terjadi proses perubahan
energi pada generator dari energi
mekanik sampai dengan menjadi energi
listrik yang selanjutnya akan
ditransmisikan kepada konsumen melelui
kabel transmisi.
C. Peralatan Mekanik
Peralatan mekanik berupa turbin air
sampai dengan sistem transmisi yang
menghubungkan turbin dengan generator.
Turbin air digunakan untuk mengubah
energi potensial air menjadi energi
mekanik yang nantinya ditransmisikan
melalui sistem transmisi untuk memutar
generator. Jenis turbin dan sistem
trasmisi yang digunakan adalah turbin air
dengan sistem transmisi menggunakan v-
belt.
Turbin air adalah mesin konversi
energi yang berfungsi untuk
merubah/mengkonversi energi potensial
(head) yang dimiliki oleh air ke bentuk
energi mekanik pada poros turbin.
Sebelum diubah menjadi energi mekanik
pada turbin maka energi potensial perlu
diubah menjadi energi kinetik terlebih
dahulu.
Turbin air dapat diklasifikasikan
dalam beberapa cara namun yang paling
umum adalah berdasarkan perubahan
momentum fluida kerjanya, berdasarkan
klasifikasi ini turbin air dapat dibedakan
menjadi 2 golongan yaitu :
1) Turbin Impuls
Turbin Impuls adalah turbin yang
mana proses aliran fluida kerjanya
(penurunan tekanan) hanya terjadi
pada sudu-sudu tetapnya. Pada sudu-
sudu geraknya tidak terjadi penurunan
tekanan. Pada turbin impuls, seluruh
energi yang tersedia di dalam
alirannya diubah oleh nozzle menjadi
energi kinetik pada tekanan atmosfer
sebelum fluida menyentuh sudu-sudu
bergerak. Contoh tubin impuls
merupaka turbin pleton dan turbin
michael banki.
2) Turbin Reaksi
Turbin reaksi adalah turbin air
yang mana proses ekspansi fluida
kerjanya (penurunan tekanan) terjadi
pada sudu tetap dan sudu geraknya.
Ciri khas dari turbin reaksi adalah
mempunyai sudu-sudu yang bisa
diatur sehingga bisa mengkonversikan
energi air dengan baik. Contoh dari
turbin reksi adalah turbin francis,
turbin kaplan dan turbin propeler.
Turbin Cross flow
Turbin cross flow merupakan
turbin impuls yang berporos horisontal
bekerja dengan cara tekanan air
dikonversikan menjadi energi kinetik
di inlet adaptor. Aliran air yang
menyebabkan berputarnya runner
setelah berbenturan pertama dengan
sudu turbin, kemudian menyilang
(cross flow) mendorong sudu tingkat
kedua.

Gambar 1 Skema konstuksi dan bagan
kecepatan aliran turbin
Sumber : Dietzel., 1996
Bagian-bagian utama dari turbin
cross flow terdiri dari rotor, rumah
turbin, guide vane, pulley, adapter dan
base frame seperti yang terlihat pada
gambar dibawah ini.

Gambar 2 Model Rakitan Turbin Cross-
Flow
Sumber : Haimerl, L.A., 1960
1. Adapter 6. Rangka pondasi
2. Poros guide vane 7. Rumah turbin
3. Guide vane 8. Tutup turbin
4. Nozel 9. Poros runner
5. Runner

Teori dan Persamaan Pada Turbin
Persamaan Kontinuitas
Persamaan dasar berpangkat satu
dari persamaan kontinuitas mempunyai
bentuk

1
=
2


1 .

1
=
2
.
2
( 2.1 )
Dengan:
A = Luas potongan permukaan dari
aliran (
2
)
V = Kecepatan rata-rata berturut-turut
pada titik 1 dan 2 (

)
Bilangan Reynold
=
.

( 2.2 )
Dengan:
V = Kecepatan Fluida (

)
D = Diameter Pipa (m)
= Viskositas Kinematik (

)
Kecepatan Teoritis

= 2. . ( 2.3 )
Dengan :
V
t
= Kecepatan teoritis fluida (

)
= Percepatan gravitasi (

)
= Head (m)
Besar head losses karena gesekan

1
=

2
2.
( 2.4 ) ( 2.3 )
Dengan:
f = Koefisien gesekan pipa
L = Panjang pipa (m)
Dp = Diameter Pipa (m)
V = Kecepatan Air (


)
g = Gravitasi Bumi (

)
Besar head losses karena adanya
belokan.

2
= .

2
2.
( 2.5 )
Dengan:
k = Koefisien Belokan
V = Kecepatan air (

)
Besar head losses karena adanya
nozzle.

3
= (
1

1 )

2
2.
( 2.6 )
Dengan:

= Koefisien kecepatan
Water Horse Power (WHP)
= . . . ( kW ) ( 2.7 )
Daya Generator

= . . .

(kW) (2.8)
Brake Horse Power (BHP)
=

( kW ) ( 2.9 )
Efisiensi Turbin

( kW ) ( 2.10 )
Dengan:
= Berat jenis air (

2
)
Q = Debit air (

= Effisiensi turbin air ( % )


METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian yang dilakukan
adalah dengan menggunakan metode
eksperimental nyata (true experimental
research).
1. Alat-alat Penelitian
1.1.1 Alat Utama
Turbin cross flow
Generator ADK
Current meter
Panel kontrol
Meteran
1.1.2 Seksi uji
Turbin air yang digunakan adalah
jenis cross flow, dengan diameter runner
= 200 mm, dan panjang runner = 300
mm. Bentuk dari seksi uji dapat dilihat
pada gambar dibawah ini:

Gambar 3 Turbin Cross flow

2. Instalasi penelitian

Gambar 4 Instalasi PLTMH Andungbiru

Keterangan :
A. Tempat pengukuran kecepatan air
B. Tempat pengaturan bukaan guide
vane turbin
C. Tempat pengukuran kecepatan
putar turbin
D. Tempat pengukuran kecepatan
putar generator
E. Tempat pengamatan arus dan
tegangan listrik
1. Bendung
2. Intake
3. Saluran Pembawa
4. Bak Penenang
5. Pipa Pesat
6. Rumah Pembangkit
7. Turbin Cross Flow C4-20
8. Generator ADK
9. Kontrol Kelistrikan
10. Rumah Penduduk
11. Ballas Load
12. Saluran Irigasi

HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Grafik Hubungan antara
Bukaan Guide Vane terhadap
Daya Air (WHP)
Gambar 5 Grafik Hubungan antara
Bukaan Guide Vane terhadap Daya Air
(WHP)
Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa
pada bukaan guide vane yang sama,
grafik head sistem yang tinggi memiliki
WHP yang besar dari pada grafik head
sistem yang rendah. Hal ini dikarenakan
WHP berbanding lurus dengan head
turbin (H). Head turbin merupakan head
sistem setelah dikurangi oleh head losses
yang terjadi. Sehingga semakin tinggi
head sistem, maka debit (Q) yang
mengalir semakin besar. Seperti pada
rumus dibawah apabila dilihat pada
gamma () yang tetap maka kenaikan
pada H dan Q akan menyebabkan
kenaikan pada WHP.
WHP =
Q = A x V
= 2 g
Untuk semua variasi head tampak
bahwa, semakin besar bukaan guide vane
maka daya air yang dihasilkan akan naik
sampai bukaan 80% dan kemudian turun.
WHP meningkat dari bukaan guide vane
20% - 80%, hal ini disebabkan karena
semakin besar bukaan guide vane maka
luasan nozzle yang terbentuk pada turbin
semakin besar sehinga debit air (Q) yang
mengalir semakin besar. Karena semakin
besar debit yang mengalir dengan
penampang pipa yang tetap, maka akan
mengakibatkan kecepatan air yang
meningkat, kecepatan air yang tinggi akan
mengakibatkan head losses yang besar
yang nantinya akan mengurangi head
sistem untuk mendapatkan head turbin.
WHP berbanding lurus dengan debit air
(Q) serta head turbin (H), apabila
pertambahan debit lebih besar dari head
losses yang terjadi akan menyebabkan
WHP yang semakin meningkat.
Sedangkan penurunan terjadi mulai dari
bukaan guide vane 80% sampai 100%, hal
ini disebabkan. Pertambahan debit (Q)
lebih kecil dari pada head losses yang
terjadi, sehingga menyebabkan head
turbin berkurang meskipun terjadi
kenaikan debit dan akan menyebabkan
WHP turun, karena WHP berbanding
lurus dengan head turbin dan debit seperti
pada rumus diatas.
2. Grafik Hubungan antara
Bukaan Guide Vane terhadap
Daya Poros (BHP)
Gambar 6 Grafik Hubungan antara
Bukaan Guide Vane terhadap Daya Poros
(BHP)
Dari gambar 6 diketahui bahwa untuk
semua variasi head, dengan meningkatnya
bukaan guide vane, dari 20%-80%
menyebabkan daya poros turbin juga
semakin meningkat. Hal ini disebabkan
karena semakin besar bukaan guide vane
maka debit yang dihasilkan akan semakin
besar. Debit yang besar dengan kecepatan
yang aliran yang besar dan menyebabkan
head losses yang nantinya mengurangi
head sistem untuk mendapatkan head
turbin. Pada hal ini pertambahan debit
lebih besar dari pada head losses yang
terjadi sehingga menyebabkan BHP
semakin meningkat karena BHP
berbanding lurus dengan debit (Q) dan
head. Sedangkan pada bukaan 80%-100%
(terbuka penuh) terjadi penurunan yang
disebabkan semakin besar debit yang
mengalir menyebabkan head losses yang
semakin besar, dan perbandingan
kenaikan debit lebih kecil dari head losses
yang terbentuk sehingga menyebabkan
daya yang dihasilkan generator
berkurang. Sesuai dengan rumus berikut :
=

(kW) atau


Pada bukaan guide vane yang sama
dengan head sistem yang berbeda dapat
diketahui bahwa BHP yang dihasilkan
oleh head sistem yang tinggi lebih besar
dari pada head sistem yang rendah.
Berdasarkan rumusan diatas daya yang
dihasilkan generator berbanding lurus
dengan head (H), garis head sistem yang
tinggi diatas garis head sistem yang
rendah.

3. Grafik Hubungan antara
Bukaan Guide Vane terhadap
Efisiensi Turbin

Gambar 7 Grafik Hubungan antara
Bukaan Guide Vane terhadap Efisiensi
Dari gambar diatas dapat ketahui
bahwa semakin besar bukaan guide vane,
maka efisiensi turbin akan semakin
meningkat. Efisiensi turbin merupakan
perbandingan antara BHP dengan WHP.
Untuk mendapatkan BHP daat diketahui
dengan rumus:
= . . .


Namun karena daya yang dihasilkan
generator akan sebanding dengan daya
yang dihasilkan turbin, maka BHP juga
dapat dirumuskan :
=



Daya yang dihasilkan generator dapat
diketahui arus listrik dengan tegangan
listrik yang dapat dilihat pada panel
kontrol, serta dikalikan dengan cos agar
didapatkan daya aktif dengan satuan Watt.
Dengan cos dan tegangan yang tetap
maka daya yang dihasilkan geneator
sangat dipengaruhi oleh arus listrik seperti
pada rumus dibawah ini.

= cos
Sedangkan untuk nilai WHP dapat
diperoleh dari rumus :
= . .
Nilai WHP dipengaruhi oleh debit air
(Q) dan head (H), peningkatan nilai Q
akan diikuti juga oleh penurunan head
turbin sehingga WHP menurun. Namun
demikian perkalian antar keduanya
menghasilkan nilai efisiensi yang relatif
semakin naik dengan semakin besarnya
bukaan guide vane sampai dengan bukaan
80% dan kemudian tetap atau bahkan
cenderung turun. Sehingga besar kecilnya
efisiensi turbin sangat dipengaruhi oleh
BHP dan WHP.
Pada head sistem yang berbeda, head
sistem 13,55 m dan 13,75 m memiliki
kecenderungan efisiensi yang sama
sedangkan untuk head sistem 13,35
berada dibawah pada saat bukaan guide
vane rendah, hal ini dikarena WHP yang
cenderung terlalu besar sehingga
efisiensinya sedikit dibawah garis yang
lain.
Secara keseluruhan efisiensi dari
turbin ini didapatkan efisiensi akan naik
sampai dengan bukaan guide vane sebesar
80% dan selanjutnya cenderung tetap dan
sedikit mengalami penurunan.

III. KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah
dilakukan, diperoleh kesimpulan
bahwa perubahan guide vane pada
head yang berbeda-beda berpengaruh
terhadap unjuk kerja dari turbin air
cross flow.
Pada operasi turbin dengan bukaan
guide vane 80% dan head sistem
13,55 m diketahui debit yang
masuk adalah 0,2759 m/s, head
losses yang terjadi 4, 5549 m
sehingga head turbin menjadi 8,
9951 m didapatkan operasi dengan
efisiensi turbin yang maksimum
yaitu 31,42%.
Pada operasi turbin dengan bukaan
guide vane 80% dan head sistem
13,75 m diketahui debit yang
masuk adalah 0, 2880 m/s, head
losses yang terjadi 4,8490 m
sehingga head turbin menjadi
8,9010 m didapatkan operasi
dengan WHP terbesar yaitu
25,0957 kWatt dan BHP terbesar
yaitu 7,7679 kWatt.
Semakin besar bukaan guide vane
akan menyebabkan debit air (Q)
yang semakin besar, tetapi juga
meningkatkan head losses yang
menyebabkan WHP akan naik
sampai bukaan 80% kemudian
cenderung turun sampai pada
bukaan 100%.
Semakin besar head sistem akan
menyebabkan WHP yang besar,
sehingga daya yang dibangkitkan
oleh generator (BHP) juga semakin
besar.
Nilai BHP turbin sangat
dipengaruhi oleh daya yang
dikeluarkan oleh generator dan
juga nilai WHP dipengaruhi oleh
debit aliran air dan head, sehingga
perbandingan antara BHP dan
WHP berpengaruh terhadap
efisiensi turbin.

DAFTAR PUSTAKA

Arismunandar, Wiranto. 2002. Pengantar
Turbin Gas dan Motor Propulsi.
ITB, Bandung.
Dietzel, Fritz; 1996: Turbin, Pompa dan
Kompresor; Erlangga, Jakarta.
Haimerl, L.A. 1960. The Cross Flow
Turbine. Jerman Barat.
Sucipto; 2011; Petunjuk Operasional dan
Perawatan PLTMH Sampot; CV.
Hydro Cipta Mandiri, Lumajang.
Sutikno, Djoko; 1997: Turbin Air Banki;
Teknik Mesin Universitas
Brawijaya, Malang.
Triatmodjo, Bambang; 2011: Soal
Penyelesaian Hidraulika; Beta
Offset, Yogyakarta.
White, Frank M; 1994; Fluid Mechanic;
Mc Graw Hill, Singapore.

Anda mungkin juga menyukai