Anda di halaman 1dari 5

36

PEMBUATAN PUPUK SUPER FOSFAT


DENGAN VARIASI DIAMETER PARTIKEL BATUAN FOSFAT
DAN VARIASI KONSENTRASI ASAM SULFAT

Iwan Ridwan

Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung
J l. Gegerkalong Hilir Ds Ciwaruga, Bandung 40012
Telp/fax : (022) 2016 403
ridwantk@gmail.com

Abstrak
Unsur fosfat (P) adalah salah satu nutrisi utama yang sangat penting bagi tanaman di samping
nitrogen (N) dan kalium (K). Peranan fosfat yang terpenting bagi tanaman adalah memacu
pertumbuhan akar dan pembentukan sistemperakaran serta memacu pertumbuhan generatif
tanaman. Fosfat banyak tersedia di alamsebagai batuan fosfat dengan kandungan trikalsium
fosfat (Ca
3
(PO
4
)
2
) yang tidak larut dalam air. Agar bisa digunakan, batuan fosfat yang
mengandung trikalsium fosfat tersebut perlu diolah menjadi fosfat dalambentuk monokalsium
fosfat (Ca(H
2
PO
4
)
2
H
2
O) yang larut dalamair dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman sebagai
pupuk. Bermula dari kebutuhan itulah dilakukan penelitian untuk membuat pupuk super fosfat
dari batuan fosfat dengan prinsip dasar adalah merubah trikalsiumfosfat dalambatuan fosfat
menjadi monokalsiumfosfat dengan cara pengasaman oleh asamsulfat (H
2
SO
4
) dan asamfosfat
(H
3
PO
4
). Penelitian ini dilakukan untuk menentukan kandungan P
2
O
5
maksimal dalampupuk
super fosfat dengan variasi konsentrasi asamsulfat 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80% ,90% dan
70% dan variasi ukuran partikel batuan fosfat 0,125 mm; 0,245 mm; 1,059 mm; dan 2,58 mm.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan metoda penelitian dengan cara mereaksikan batuan
fosfat dengan H
2
SO
4
selama 60 menit pada suhu kamar, kemudian dilanjutkan dengan
mereaksikan asamfosfat ke dalamlarutan tersebut. Setelah itu dilakukan proses ageing selama
21 hari. Analisis kandungan P
2
O
5
dalambatuan fosfat maupun pupuk super fosfat dilakukan
dengan spektrofotometer. Batuan fosfat yang digunakan pada penelitian ini berasal dari bahan
galian daerah Sukolilo Pati J awa Tengah dengan kandungan P
2
O
5
sebesar 15,45%. Berdasarkan
hasil penelitian, kandungan P
2
O
5
dalampupuk super fosfat yang maksimal adalah pada diameter
partikel batuan fosfat 2,58 mmdengan kandungan P
2
O
5
sebesar 26,75 % dan pada konsentrasi
H
2
SO
4
70 % dengan kandungan P
2
O
5
sebesar 27,75 %. Dari hasil di atas, maka pupuk super
fosfat yang dihasilkan termasuk dalamkategori single super phosphate.
Kata kunci : Asam fosfat, asam sulfat, batuan fosfat , pupuk super fosfat




Iwan Ridwan Pembuatan Pupuk Super Fosfat

Jurnal Sains dan Teknologi 37
PENDAHULUAN
Unsur fosfat (P) adalah salah satu
nutrisi utama yang sangat penting bagi
tanaman di samping nitrogen (N) dan
kalium (K). Peranan fosfat yang
terpenting bagi tanaman adalah memacu
pertumbuhan akar dan pembentukan
sistem perakaran serta memacu
pertumbuhan generatif tanaman.
Saat ini sebagian besar kebutuhan
batuan fosfat di dalam negeri dipenuhi
dari impor, karena cadangan batuan
fosfat yang ada di Indonesia
mempunyai kandungan P
2
O
5
yang tidak
memenuhi standar untuk memproduksi
triple super phosphate (kandungan P
2
O
5

minimal 43%). Untuk mengatasi
masalah ketergantungan terhadap fosfat
impor tersebut ada dua hal yang harus
dipertimbangkan, yaitu meningkatkan
kegiatan dalam pencarian sumber daya
fosfat dan mencari teknologi baru untuk
menciptakan sistem pengolahan tepat
guna. Sistem pengolahan batuan fosfat
tersebut dimaksudkan untuk
meningkatkan kualitas fosfat berkadar
rendah sehingga dapat memenuhi
spesifikasi yang diperlukan, seperti
yang diujikan dalam penelitian ini.
Tabel 1 Kategori Pupuk Super Fosfat
Kategori Pupuk
Super Fosfat
Kandungan P
2
O
5

Single super
phosphate
minimal 13%
Double super
phosphate
minimal 38%
Triple super
phosphate
minimal 43%
Sumber : Standar Industri Indonesia (SII) nomor
0029 tahun 1973
Fosfat banyak tersedia di alam sebagai
batuan fosfat dengan kandungan
trikalsium fosfat (Ca
3
(PO
4
)
2
) yang tidak
larut dalam air. Agar bisa digunakan,
batuan fosfat yang mengandung
trikalsium fosfat tersebut perlu diolah
menjadi fosfat dalam bentuk
monokalsium fosfat (Ca(H
2
PO
4
)
2
H
2
O)
yang larut dalam air dan dapat
dimanfaatkan oleh tanaman sebagai
pupuk. Prinsip dari proses pembuatan
pupuk super fosfat adalah merubah
trikalsium fosfat dalam batuan fosfat
menjadi monokalsium fosfat dengan
cara pengasaman oleh asam sulfat dan
asam fosfat. Proses tersebut dapat
terbagi dalam 2 tahap , pertama adalah
difusi asam sulfat ke dalam partikel
batuan fosfat disertai oleh reaksi kimia
yang cepat pada permukaan partikel,
yang berlanjut sampai asam tersebut
terpakai seluruhnya dan terjadi
kristalisasi kalsium sulfat.
Reaksi tahap pertama adalah :
Ca
3
(PO
4
)
2
+2H
2
SO
4
+H
2
O
Ca(H
2
PO
4
)
2
H
2
O +2 CaSO
4
(1)
Tahap kedua adalah difusi dari asam
fosfat yang terbentuk ke dalam pori-
pori partikel batuan fosfat yang tak
terdekomposisi. Hal ini disertai oleh
reaksi tahap kedua :
Ca
3
(PO
4
)
2
+4H
3
PO
4
+3H
2
O
3Ca(H
2
PO
4
)
2
H
2
O (2)
Tahap selanjutnya dari proses ini adalah
ageing (penyimpanan). Pada proses
ageing ini terjadi pembentukan dan
kristalisasi monokalsium fosfat yang
merupakan proses yang lambat selama
21 hari. Lambatnya kecepatan pada
tahap ini merupakan akibat dari
lambatnya difusi asam fosfat melalui
lapisan monokalsium fosfat yang
terbentuk pada permukaan butiran
batuan fosfat dan akibat dari kristalisasi
yang amat lambat dari fase solid yang
baru mono kalsium sulfat
(Ca(H
2
PO
4
)
2
H
2
O).
Dari uraian di atas, penyusun tertarik
untuk melakukan penelitian tentang
pembuatan pupuk super fosfat dari
batuan fosfat dengan prinsip dasar
merubah trikalsium fosfat dalam batuan
Vol. VII, No. 1, Mei 2011

Jurnal Sains dan Teknologi 38

fosfat menjadi monokalsium fosfat
dengan cara pengasaman oleh asam
sulfat (H
2
SO
4
) dan asam fosfat (H
3
PO
4
).
Penelitian ini dilakukan pada skala kecil
(laboratorium) dengan memakai alat
dan bahan yang cukup sederhana,
sedangkan hal penting yang akan
ditinjau dalam penelitian ini mengenai
variabel proses yang mempengaruhinya
adalah variasi diameter batuan fosfat
dan variasi konsentrasi asam sulfat.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan melalui tiga
tahap yaitu tahap persiapan, tahap
proses, dan tahap analisis. Tahap
persiapan yang dilakukan merupakan
langkah awal dalam proses penelitian
yang meliputi pembersihan terhadap
batuan fosfat dari pengotornya,
pengecilan ukuran, pengayakan dan
analisis kandungan P
2
O
5
sebagai
kandungan awal P
2
O
5
sebelum
dilakukan tahap proses operasi. Pada
tahap proses terdiri dari dua variasi
yaitu tahap proses dengan variasi
diameter partikel dan tahap proses
dengan variasi konsentrasi asam sulfat.
Pada tahap proses pertama, batuan
fosfat dengan variasi diameter 0,125
mm; 0,425 mm; 1,59 mm; dan 2,58 mm
direaksikan dengan H
2
SO
4
68% selama
60 menit, kemudian ditambahkan
H
3
PO
4
70%. Larutan di atas didiamkan
untuk proses ageing selama 21 hari.
Pada tahap proses kedua, proses
pembuatan super fosfat dilakukan sama
dengan tahap proses pertama, dengan
diameter partikel batuan fosfat 2,58 mm
dan variasi konsentrasi asam sulfat
30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80% dan
90%. Tahap terkahir adalah tahap
analisis hasil. Analisis pada hasil adalah
analisis kandungan P
2
O
5
pada larutan
yang telah di ageing menggunakan
spektofotometer. Secara rinci,
pelaksanaan penelitian ditunjukkan di
Gambar 1.



















Gambar 1. Skema Proses Pembuatan Pupuk
Super Fosfat

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan kadar fosfat pada batuan
fosfat sebagai bahan baku dan pupuk
super fosfat sebagai produk adalah
berupa kandungan P
2
O
5
. Batuan fosfat
yang digunakan pada penelitian ini
berasal dari bahan galian daerah
Sukolilo Pati Jawa Tengah. Dari analisis
terhadap batuan fosfat tersebut
dihasilkan kandungan P
2
O
5
sebesar
15,45% sedangkan kandungan P
2
O
5

super fosfat pada variasi ukuran
diameter partikel batuan fosfat dan
variasi konsentrasi H
3
PO
4
dapat dilihat
di Gambar 2 dan Gambar 3.
Batuan Fosfat

Pembersihan

Pengecilan Ukuran

Pengayakan

Pembentukan
Super Fospat
Variasi H
2
SO
4

Peningkatan
Kandungan Fosfat

Proses Ageing

Pupuk
Super Fosfat

H
3
PO
4
70%

Analisis P
2
O
5



Analisis P
2
O
5



Iwan Ridwan Pembuatan Pupuk Super Fosfat

Jurnal Sains dan Teknologi 39








Gambar 2 Hubungan Antara Diameter Partikel
batuan fosfatdengan Kandungan P
2
O
5
dalam
Pupuk Super










Gambar 3 Hubungan antara Konsentrasi Asam
Sulfat (H
2
SO
4
) dengan Kandungan P
2
O
5
dalam
Pupuk Super Fosfat
Gambar 2 menunjukan bahwa semakin
besar diameter batuan fosfat maka
kandungan P
2
O
5
dalam superfosfat
semakin besar. Hal ini disebabkan
karena pada reaksi pertama dimana
batuan fosfat direaksikan dengan asam
sulfat, batuan fosfat dengan diameter
lebih kecil mempunyai luas permukaan
kontaknya lebih besar sehingga batuan
fosfat bereaksi dengan asam sulfat lebih
banyak pada reaksi pertama membentuk
monokalsium fosfat dan menghasilkan
gypsum lebih banyak yang akan
menyebabkan blocking reaction pada
permukaan butiran batuan fosfat
sehingga penetrasi asam fosfat pada
reaksi kedua akan terhambat. Dari
Gambar 2 menunjukan bahwa diameter
partikel batuan fosfat yang paling
maksimal pada penelitian ini adalah
batuan fosfat dengan diameter 2,58 mm
dimana kandungan P
2
O
5
dalam
superfosfat adalah 26,75%. Dalam hal
ini kandungan P
2
O
5
mengalami
kenaikan sebesar 3,3%. Sehingga super
fosfat yang dihasilkan termasuk dalam
termasuk ke dalam single super
phosphate.
Kandungan P
2
O
5
yang paling maksimal
adalah pada konsentrasi asam sulfat
70% dengan kandungan P
2
O
5
sebesar
27,75 %. Pada konsentrasi asam sulfat
di bawah 70% (30%, 40%, 50%, dan
60%) kandungan P
2
O
5
dalam pupuk
super fosfat cenderung lebih rendah.
Hal ini dikarenakan pada konsentrasi
asam sulfat rendah kadar airnya terlalu
banyak sehingga reaksi dengan batuan
fosfat menjadi lambat dan perubahan
fase produk menjadi padat lebih lama
dan sulit terjadi. Sedangkan untuk
konsentrasi asam sulfat di atas 70%
(80% dan 90%) kandungan P
2
O
5
dalam
pupuk super fosfat juga mempunyai
kecenderungan menurun dikarenakan
pada konsentrasi asam sulfat tinggi
menyebabkan reaksi kimia yang sangat
cepat dan asam sulfat yang lebih reaktif
akan terlebih dahulu bereaksi, dimana
hasil reaksi pada reaksi pertama
menghasilkan gypsum lebih banyak dan
akan menyebabkan blocking reaction
pada permukaan butiran batuan fosfat
sehingga penetrasi asam fosfat pada
reaksi kedua akan terhambat. Pada
penelitian ini konsentrasi asam sulfat
70% menghasilkan kandungan P
2
O
5
yang maksimal. Hal ini menunjukkan
bahwa pada konsentrasi tersebut asam
sulfat dapat berdifusi ke dalam partikel
batuan fosfat disertai oleh reaksi kimia
yang cepat tanpa menyebabkan
terjadinya blocking reaction yang dapat
menghambat difusi asam fosfat ke
dalam partikel batuan fosfat.
19.76
21.84
24.63
26.42
27.75
25.99
23.38
18
20
22
24
26
28
30
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Konsentrasi H2SO4 (%)
K
a
n
d
u
n
g
a
n

P
2
O
5

(
%
)
Vol. VII, No. 1, Mei 2011

Jurnal Sains dan Teknologi 40

Berdasarkan Standar Industri Indonesia
pupuk super fosfat yang dihasilkan pada
konsentrasi asam sulfat 70% adalah
termasuk dalam kategori single super
phosphate (kandungan P
2
O
5
minimal 13
%) dengan kandungan P
2
O
5
sebesar
27,75 %.

KESIMPULAN
Kandungan P
2
O
5
dalam super fosfat
yang maksimal adalah pada ukuran
partikel batuan fosfat 2,58 mm dengan
kandungan P
2
O
5
sebesar 26,75 %.
Konsentrasi asam sulfat 70%
menghasilkan pupuk super fosfat yang
maksimal dengan kandungan P
2
O
5
27,75%.
Super fosfat akan dihasilkan maksimal
pada kondisi dimana asam sulfat dapat
berdifusi ke dalam partikel batuan fosfat
disertai oleh reaksi kimia yang cepat
tanpa menyebabkan terjadinya blocking
reaction yang dapat menghambat difusi
asam fosfat ke dalam partikel batuan
fosfat.
Pupuk super fosfat yang dihasilkan
termasuk dalam kategori single super
phosphate.

DAFTAR PUSTAKA
Budi F., Purbasari S., (2009),
Pembuatan Pupuk Fosfat dari
Batuan Fosfat Alam Secara
Acidulasi, Jurnal Teknik vol. 30,
No. 2, ISSN 0852-1967, hal 93-97
Husein, M., Kodradi, Y., dan Kohlik,
A., (1998), Super Phosphate
Fertilizer Plant Optimlization ,
PT. Petrokimia Gresik (persero),
Indonesia.
Kirk, P.I.E. and Othmer, D.E., (1968),
Encyclopedia of Chemical
Technology , Volume 10, Second
Completely Revised Edition, John
Wiley & Sons, Inc, Mei Ya
Publication Inc., Taiwan, hal. 118
126.
Moersidi, S., (1999), Fosfat Alam
Sebagai Bahan Baku dan Pupuk
Fosfat , Pusat Penelitian Tanah
Dan Agroklimat Bogor, Bogor ,
hal. 1 39.
Nunung dan Subhan, (2004),
Penggunaan Pupuk Fosfat, Kalium
dan Magnesium pada Tanaman
Bawah Putih Dataran Tinggi,
Jurnal Ilmu Pertanian, volume 11,
No. 2, hal 56-67.

Anda mungkin juga menyukai