2 smk3
2 smk3
merupakan syarat mutlak yang dalam kondisi tertentu mungkin keterlibatan karyawan harus
diusahakan dan jika diperlukan keterlibatan karyawan ini dirancang dengan upaya lebih
komprehensif dan tegas atau merupakan suatu bagian dari uraian tugas dan tanggung
gugatnya.
Filosofi/prinsif dasar keselamatan dan kesehatan kerja organisasi seperti: bahwa kesehatan
dan keselamatan tidak akan dikorbankan untuk demi keuntungan, bahwa bekerja dengan
pengabaian terhadap penerapan keselamatan dan kesehatan kerja adalah kinerja tidak
dapat diterima dan tidak ditoleransi
Penunjukan penanggung jawab untuk penerapan keselamatan dan kesehatan kerja baik
seara menyuluruh ataupun bagian perbagian, jabatan khusus atau jabatan pada level
tertentu organisasi tsb, serta penegasan secara umum peran dan tanggung jawab dari semua
karyawan, pihak-pihak terkait terhadap kepatuhan dalam penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja.
dinyatakan dalam istilah yang jelas, tidak dengan kata yang bias, tegas dan lugas
ditandatangani oleh Top Manajemen organisasi
terus ditinjau dan dimutakhirkan
dikomunikasikan kepada setiap karyawan
melekat dalam seluruh kegiatan kerja
Berikut ini adalah contoh dari kesehatan dan keselamatan pernyataan kebijakan:
PT. Usaha Makmur Mandiri
Kebijakan Manajemen
Perihal: Penerapan Keselamatan dan Keehatan kerja
Kepada : Seluruh Karyawan
Berlaku sejak: 2 Januari 2011 s/d 31 Desember 2011
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Pt. Usaha Makmur Mandiri merupakan prioritas utama
dalam rangka melindungi karyawan dan kepentingan keberlangsungan perusahaan dari sisi
perlindungan sumber daya manusia sebagai asset penting perusahaan. Maka Manajemen
berkomitmen untuk melakukan semua upaya dan daya untuk melindungi karyawannya dari
kecelakaan, penyakit akibat kerja, bahaya kebakaran serta menciptakan lingkungan kerja yang
sehat dan aman.
Oleh karenanya:
1) Semua Supervisor bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua bawahannya
mendapatkan pelatihan yang diperlukan untuk menghasilkan output yang optimal tanpa
mengakibatkan kecelakaan, dan memastikan semua bawahannya mengikuti metoda kerja yang
aman serta mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan kerja.
2)Semua karyawan diwajibkan untuk mendukung penerapan keselamatan dan kesehatan kerja
dan menjadikannya bagian dari tugas rutin harian, mengikuti semua aturan keselamatan dan
kesehatan kerja serta melaksanakan metoda kerja yang aman berdasarkan prosedur yang sudah
ditetapkan.
3) Semua karyawan yang tidak mematuhi dan mengabaikan kebijakan ini dan tidak
menjalankan dengan baik keselamatan dan kesehatan kerja di area yang menjadi tanggung
jawabnya akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan perusahaan sebagaimana tercantum
dalam perjanjian kesepakatan kerja bersama.
4) Peraturan perundangan keselamatan kesehatan kerja yang berlaku di Indonesia adalah
Perbaikan
: draft-
Tgl Berlaku
: February, 2003
Halaman
: 1/1
Distribusi
Production Manager
Operation Manager
The objective of this procedure is to give clear guidance to identify the regulation, occupational
health and safety legislation (include other requirements identification, if needed) and
evaluation the suitability of its substance with xxxxx business activities, also the evaluation of
compliance.
2. Ruang Lingkup/Scope
Prosedur ini melingkupi semua jenis kegiatan xxxxx baik yang dilakukan secara langsung
maupun kegiatan yang dilakukan oleh kontraktor. Ruang lingkup identifikasi peraturan
perundangan meliputi identifikasi terhadap peraturan terkait dengan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja yang dikeluarkan oleh pemerintah Republik Indonesia serta identifikasi
terhadap persyaratan Kesehatan dan Keselamatan Kerja lainya yang berlaku di Indonesia
seperti SNI jika diperlukan.
This procedure applies to all activities in xxxxxx, directly and activities conducted by
contractors. The scope covers the identification of regulation related to occupational health
and safety issued by Government of Indonesia Republic, also identification of other
occupational health and safety requirements applied in Indonesia, such as SNI, if needed.
3. Referensi Dokumen/Document Reference
3.1 ISO 9001:2000 Klausul/Clause:
#6.4. Lingkungan Kerja/Work Environment
3.2 OHSAS 18001:2007 Klausul/Clause:
#4.3.2. Peraturan perundangan dan persyaratan lain/Legal and other requirements
3.3 SOP Risk Assessment
#3.4 SOP Komunikasi, Partisipasi, dan Konsultasi
4. Definisi & Singkatan/Definition & Abbreviation
4.1 Peraturan perundangan/Legal requirements
Peraturan Perundang-undangan adalah suatu acuan yang dipakai oleh xxxxx dalam
menentukan kesesuaian suatu aktivitas dalam batasan-batasan kontrol dan pengaruh suatu
parameter dan atau proses kunci untuk menilai kecukupan kinerja K3. Peraturan
dipergunakan dan not applicable untuk yang tidak sesuai menjadi acuan.
Result of the review must clearly state whether a legal requirement can be used or not,
by adding remark applicable for legal that can be used, and not applicable for legal
that cant be used.
6.3 Evaluasi pemenuhan peraturan/Evaluation of legal compliance
6.3.1 Seluruh peraturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang mempunyai status
applicable harus dievaluasi tingkat pemenuhannya dengan menguraikan hal-hal yang
menjadi kewajiban untuk dilaksanakan di xxxx kemudian mencatumkan perkiraan
terhadap pemenuhannya dengan satuan persentase.
All legal requirements related to OSH that applicable must be evaluated for the
compliance with describing things that become obligation to be implemented in xxxxx,
then put approximation for the compliance in percentage.
6.3.2 Jika dari hasil evaluasi pemenuhan/ketaatan terdapat peraturan yang tingkat
pelaksanaan dibawah 100% maka harus dimasukkan ke dalam Formulir Laporan
Tindakan Perbaikan dan Pencegahan (x/MSC/004-FM-001) dan dipertimbangkan
menjadi tujuan dan program K3 baik secara bertahap ataupun secara langsung
disesuaikan dengan adanya konsekuensi dari pelaksanaan peraturan perundangan
tersebut terhadap kelangsungan bisnis xxxxx.
If from evaluation of legal compliance there is legal requirement with implementation
level <100%, shall be mentioned in Corrective and Preventive Action Report Form
(x/MSC/004-FM-001) and considered to be OHS objective and program, in several
stage or directly appropriate with consequence result from legal implementation
concerning xxxxx business continuity.
6.4 Informasi, komunikasi, dan konsultasi/Information, communication, and consultation
6.4.1 Sekretaris P2K3 dan EHS Sekretariat harus menginformasikan dan
mendistribusikan daftar peraturan K3 dan status pemenuhannya, serta segala bentuk
perubahannya kepada Kepala Divisi/Kepala Departemen/Kepala Seksi dan HS
Representative.
P2K3 Secretary and EHS Secretariat must inform and distribute OSH legal list, OSH
legal compliance status, and all changes form to Division Head/Department
Head/Section Head and HS Representative.
6.4.2 Semua karyawan berhak untuk mengakses peraturan kesehatan dan keselamatan kerja
yang diacu oleh xxxxx baik melalui program pelatihan, ataupun meminta hard copy dari
Sekretaris P2K3, HS Representative di unit kerja masing-masing atau langsung melalui Divisi
EHS
All employess have right to access occupational health and safety legal list as xxxxx reference
by training programme, or request the hard copy from P2K3 Secretary, Health and Safety
Representatives in each department or directly through EHS Division
7. Lampiran/Attachment
7.1 xxx/EHS/006-FM-001 Identification and Evaluation of OHS Legal Compliance
Attach : a. Form-identifikasi-peraturan-k3
b. nfpa_nec-1.pdf
c. nfpa_nec-2.pdf
b. Prosedur HIRARC
1. Tujuan/Purpose
Prosedur ini dibuat untuk memberikan panduan dalam melakukan identifikasi bahaya dan
penilaian resiko terhadap kesehatan dan keselamatan kerja baik karyawan maupun pihak-pihak
luar yang terkait dalam kegiatan PT XXXX, serta menentukan pengendalian yang sesuai.
The objective of the procedure is to give clear guidance to conduct hazard identification and
risk assessment relates occupational health and safety result from employees and external
parties activities in PT XXXx, also determining appropriate controls.
2. Ruang Lingkup/Scope
Identifikasi bahaya dan penilaian resiko serta pengontrolannya harus dilakukan di seluruh
aktifitas XXXX, termasuk aktifitas rutin dan non rutin, baik pekerjaan tersebut dilakukan oleh
karyawan langsung maupun karyawan kontrak, suplier dan kontraktor, serta aktifitas fasilitas
atau personal yang masuk ke dalam tempat kerja. Identifikasi bahaya dan penilaian resiko harus
dilakukan oleh karyawan yang mempunyai kompetensi sesuai dengan standar kompetensi yang
ditetapkan oleh XXXX.
Hazard identification, risk assessment, and control include all activities in XXXX, routine and
non routine activities done by direct or temporary workers, suplier and contractors, also
activities by facilities or personal who come in workplace area. Hazard identification and risk
assessment must conduct by employee who have competency according to competency
standard established by XXXX.
3. Persyaratan/Requirement
3.1 ISO 9001:2000 Klausul/Clause :
# 6.4. Lingkungan Kerja/Work Environment
3.2 OHSAS 18001:2007 Klausul/Clause :
#4.3.1. Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko dan Menetapkan
Pengendalian/Hazard Identification, Risk Assessment, and Determining
Control
3.3 Persyaratan Perusahaan Induk/Affiliated Company Requirement
3.3.1 Environement Safety Standard
3.4 Manual Sistem Manajemen Terintegrasi/Integrated Management System Manual
4. Definisi & Singkatan/Definition & Abbreviation
4.1 Bahaya/Hazard
Sumber, situasi, atau tindakan yang berpotensi menimbulkan luka atau gangguan
kesehatan, atau kombinasi keduanya.
Source, situation,or act with a potential for harm in terms of human injury or ill health, or
a combination of these.
4.2 Gangguan kesehatan/Ill health
Kondisi fisik atau mental yang dapat diidentifikasi dan merugikan, timbul dari dan atau
diperburuk oleh aktivitas kerja dan atau situasi yang berhubungan dengan kerja.
Identifiable, adverse physical or mental condition arising from and/or made worse by a
work activity and/or work-related situation.
rutin, dan dilakukan peninjauan ulang secara berkala paling sedikit 2 tahun sekali.
Identifikasi bahaya dan penilaian resiko harus dilakukan jika:
Hazard identification and risk assessment should be conducted in all activities include
administration and office, routine and non-routine, and to be reviewed at least once in
two years. Hazard identification and risk assessment are conduct if :
Adanya rekayasa teknik, mendesign ulang fasilitas, atau menata ulang ruang, perubahan
peralatan, metode atau gedung.
Any technical engineering, facilities design review, changes (layout, equipment,
method, or building)
Adanya penggantian material atau penggunaan material baru termasuk bahan kimia
Any material substitution or new material include chemical
Identify the type of hazard that probably exist and potential to harm or causing
loss. Type of hazard that must identified includes :
6.2.2.2.1 Bahaya fisik/Physical hazard
6.2.2.2.2 Bahaya kimia/Chemical hazard
6.2.2.2.3 Bahaya biologi/Biological hazard
6.2.2.2.4 Bahaya ergonomi/Ergonomy hazard
6.2.2.2.5 Bahaya psikologis/Phychological hazard
6.2.2.3 Menganalisa potensi konsekuensi/Potential consequence analysis
Analisa potensi konsekuensi dimaksud adalah menganalisa terhadap potensi dari
tingkat kerugian, analisa ini dilakukan dengan mempertimbangkan potensi
keparahan dampak yang terjadi dan potensi jumlah yang terkena dampak, dan
jika diperlukan pada kasus tertentu dapat pula dipertimbangkan tingkat
gangguan terhadap kelangsungan bisnis.
Perkiraan konsekuensi dapat merujuk pada table berikut :
Potential consequence analysis is how to analyze potential from loss level, by
consider the potential severity occured and potential number affected. In certain
case, could also consider affect to business continuity. Consequence
approximation assessed with the following table :
Kriteria (Criteria) Potensi Kerugian/Potential Loss
Cidera/gangguan kesehatan(injury/ill health)
1. Sangat berbahaya/Very dangerous (S3) Cacat permanent/kematian 1 orang
atau lebih atau menyebabkan penyakit akutPermanent disability or causing death
(one od more person) or causing acout disease.
2. Berbahaya/Dangerous (S2) Perlu perawatan medis lebih lanjut atau
menyebabkan penyakit kronis dan atau hari kerja hilang akibat cidera tanpa
cacatNeed more medical treatment or causing chronic disease and or work day
lost cause by injury without disability
3. Sedikit berbahaya/Not too dangerous (S1) Cidera ringan atau gangguan
kesehatan hanya perlu P3K, tidak menyebabkan hari kerja hilangSlightly injury
or illhealth, only need first aid, not causing day lost
b. Jarang terjadi /
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan konsekuensi/kerugian pernah terjadi dengan
interval waktu lebih dari 1 tahun yang lalu sampai 2 tahun yang lalu
Base on experience and observation on consequence/loss which occured in time interval
from one year until two years ago.
c. Tidak mungkin terjadi /
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan konsekuensi/kerugian pernah terjadi
dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.
Base on experience and observation on consequence/loss which occured in time
interval five years.
3. Perilaku manusia/Human behavior
Faktor perilaku dimaksud dalam prosedur ini lebih fokus kepada tiga dasar
pembentuk perilaku manusia seperti pengalaman kerja, ketrampilan teknis yang
diperlukan untuk melakukan kegiatan dan pengetahuan tentang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja dari pelaku kegiatan. Faktor perilaku manusia diklasifikasikan
menjadi :
Behavior factors in this procedure are focused to three basic relates human
behavior like work experience, technical skill to do the activities, and knowledge
about Occupational Health and Safety from personel. Human behavior are
classified as :
a. Tidak cukup terampil
Pelaku kegiatan dapat melakukan kegiatan, mempunyai pengalaman tetapi tidak
terlatih dan tidak memahami Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
The performer can do the activities, have experience but not trained, and not
understand about occupational health and safety.
b. Cukup terampil
Pelaku kegiatan dapat melakukan kegiatan, mempunyai pengalaman, mendapat
pelatihan mengenai teknis pekerjaannya dengan cukup tetapi tidak memahami
Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
The performers can do the activities, have experience, and possess enough
training about his/her technical job, but not understand about occupational
health and safety.
c. Terampil
Pelaku kegiatan dapat melakukan kegiatan, berpengalaman, mendapat pelatihan
Kemungkinan/Likelihood
Tinggi/ High P3
Sedang /Medium P2
Rendah /Low P1
R=P x C
Risk (R) = Likelihood (P) X Consequence (C)
Kriteria resiko bisa diketahui dengan melihat matriks dibawah.
Risk Criteria can be determined by the following matrix.
KEPARAHAN / KONSEKUENSI SEVERIRY/ CONSEQUENCES
Tinggi/High - Sedang/Medium - Rendah/Low
S1 S2 S3
Saat tindakan kontrol telah diterapkan, harus dilakukan evaluasi tingkat resiko untuk
memastikan bahwa resiko turun ke tingkat yang dapat diterima/rendah.
When controls have been implemented, risk rating evaluation must conducted to ensure that
the risk are reduced to lower or acceptable risk
6.3 Pengelolaan resiko/Risk management
6.3.1 Tindakan pengontrol resiko/Risk control
Tindakan pengontrol resiko harus dimuat kedalam penyusunan tujuan dan program
sebagai mana diatur dalam manual sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pasal 5.3. Tujuan dan Program dan dengan memperhatikan dan
mempertimbangkan aspek pemenuhan peraturan perundangan sebagaimana diatur
dalam manual sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pasal 5.2.
Peraturan dan Persyaratan lainnya serta dalam prosedur SP-5.2-1,Peraturan,
Perundangan & Persyaratan lain.
Risk control action must included in establishing objective and program as arranged
in Occupational Health and Safety System Manual, section 5.3 Objective and Program
with considering legal compliance aspect as in section 5,2. Legal and other
requirements, and procedure SP-5.2-1,Legal and other requirements
Hal ini menjadi tanggung jawab mulai dari Direktur Perusahaan, Kepala Divisi, Kepala
Departemen, serta Kepala Seksi untuk membuat tujuan dan program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di area yang menjadi tanggung jawabnya dan hal tersebut menjadi
bagian dari performance review bagi personel yang bersangkutan.
This is the responsibility form Corporate Director, Head of Division, Head of
Department, also Section Head to establish occupational health and safety objective
and program in each area responsible and it is part of preformance review to pertinent
personel.
Dan dalam kasus adanya pekerjaan kontrak, administrator kontrak mempunyai
tanggung jawab memastikan bahwa kontraktor/sub kontraktor sangat mengerti dengan
bahaya dan risiko yang mereka hadapi dan tindakan pengontrol yang diperlukan untuk
menurunkan resiko ke level resiko yang dapat diterima.
In contractor work case, contractor administrative are responsible to ensure that
contractors/subcontractors understand about hazard and risk they are deal with and
control action needed to reduce the risk to accepteble risk.
Kriteria
(Criteria)
(injury/ill health)
Cacat permanent/kematian 1 orang atau lebih atau menyebabkan penyakit akut
Sangat berbahaya
Very dangerous
Berbahaya
Dangerous
S3
S2
Sedikit berbahaya
S1
Not too dangerous
Kemungkinan/Likelihood
Tinggi
High
P3
Sedang
Medium
P2
Rendah
Low
P1
Sedang/Medium
Tinggi/High
S1
S2
S3
P3
P2
P1
Tinggi
High
KEMUNGKINAN
Sedang
LIKELIHOOD
Medium
Rendah
Low
Tingkat resiko
Tindakan diperlukan
Risk rating
Action needed
1-2
3-4
6-9
commisioning
6.1.2 Segala hal perubahan yang berkaitan erat dengan K3 harus dikomunikasikan kepada
karyawan dengan menggunakan media komunikasi sebagaimana disebut dalam point 6.1.1
diatas.
Any changes related to OHS must be communicated to employess with communication media as
mention in point 6.1.1 above.
6.1.3 Sekretaris P2K3 dan Kepala Divisi EHS berkoordinasi dengan HS Representative harus
menginformasikan secara aktif kepada karyawan isu-isu K3 seperti:
P2K3 Secretary and EHS Division Head coordination with HS Representative must actively
inform employess regarding OHS issues, such as :
6.1.3.1 Notulen Rapat P2K3
P2K3 Minutes of Meeting
6.1.3.2 Hasil identifikasi bahaya dan penilaian resiko
Hazard identification and risk assessment result
6.1.3.3 Ketidaksesuaian, insiden, status tindakan pengendalian resiko, dan tindakan perbaikan
dari hasil analisa insiden ataupun ketidaksesuaian
Nonconformity, incident, risk control action satus, and corrective action from incident or
nonconformity analysis result.
6.1.3.4 Kebijakan K3, tujuan dan program termasuk perubahan dari hasil peninjauan ulang
OHS policy, objective and programme includes changes from review
6.1.4 Jika diperlukan karyawan dapat secara aktif untuk mendapatkan informasi K3 dengan
meminta secara langsung kepada HS Representative, Sekretaris P2K3 ataupun kepada Divisi
EHS.
If needed, employess can actively to get OHS information by asking directly to Health and Safety
Representative, P2K3 Secretary, or EHS Division.
6.2 Konsultasi dan partisipasi internal/Internal consultation and participation
6.2.1 Konsultasi dan partisipasi karyawan dapat dilakukan baik melalui rapat P2K3 ataupun
keterlibatan secara langsung dalam unit kerja/tim dengan melakukan konsultasi dan partisipasi
aktif dalam pengkajian jika terjadi adanya perubahan terhadap:
Consultation and participation can be done through P2K3 meeting or direct involvement in
work unit/team by actively consult and participate in review if there are any changes in :
6.2.1.1 Proses kerja, metoda kerja, alat kerja, material, ataupun tata letak kerja yang berpotensi
terhadap timbulnya bahaya dan resiko dari pekerjaan tersebut.
Work process, work method, equipment, material, or layout which potential for hazard and risk
result from its activities.
6.2.1.2 Kebijakan, tujuan dan program K3
Policy, objective, and OHS programme
6.2.2 Jika karyawan memerlukan konsultasi isu-isu K3, dapat dilakukan baik melalui HS
Representative diareanya ataupun secara langsung mengkonsultasikannya kepada Kepala Divisi
EHS secara tertulis menggunakan Form Komunikasi dan Konsultasi K3 (xxxxx/EHS/007-Ehsp010) ataupun dengan fasilitas elektronik mail yang telah disediakan oleh perusahaan.
If employees need to consult regarding OHS issues, can be done through Health and Safety
Representative in their area or directly to EHS Division Head in written using OHS
Communication and Consultation Form (xxxx/EHS/007-ehsp-010) or by electronic mailing
facility provided by company.
6.2.3 Partisipasi aktif dapat disalurkan dalam kegiatan seperti lomba saran, lomba poster dan
lomba kinerja K3 di masing-masing bagian/areanya
Active participation can be accessed though activities such as suggestion contest, poster contest,
and OHS performance contest in each area.
6.3 Komunikasi, partisipasi dan konsultasi eksternal/Communication, participation, and
external consultation
6.3.1 xxxxx melalui sekretaris P2K3 dan Kepala Divisi EHS berkomunikasi, berpartisipasi, dan
berkonsultasi secara aktif dengan cara korespondensi kepada pihak terkait seperti Departemen
Tenaga Kerja atau institusi lainnya dalam hal:
xxxxx through P2K3 Secretary and EHS Division Head are communicating, participating, and
consulting actively by correspondency with interesred party like Man Poser Department or other
institution regarding :
6.3.1.1 Peraturan perundangan K3/OHS legal or regulation
6.3.1.2 Laporan kegiatan P2K3/P2K3 activities report
6.3.1.3 Ijin dan sertifikasi/Permit and certification
6.3.2 Jika pihak terkait memerlukan konsultasi isu-isu K3, dapat dilakukan baik melalui HS
Representative di unit kerja xxxxx ataupun secara langsung mengkonsultasikannya kepada
Kepala Divisi EHS secara tertulis menggunakan Form Komunikasi dan Konsultasi K3
(xxx/EHS/007-xxxx-010) ataupun dengan fasilitas elektronik mail yang telah disediakan oleh
perusahaan.
If external parties need to consult regarding OHS issues, can be done through Health and Safety
Representative in their area or directly to EHS Division Head in written using OHS
Communication and Consultation Form (xxxx/EHS/007-xxx-010) or by electronic mailing
facility provided by company.
6.3.3 Dalam kondisi tertentu yang dikategorikan kedalam situasi gawat darurat maka semua
komunikasi, partisipasi dan konsultasi di koordinir oleh Head of Coorperate Communication
xxxxx.
In certain condition categorized in emergency situation, all communication, participation, and
consultation are coordinated by xxxx Head of Cooperate Communication
7. Lampiran/Attachment
7.1 xxxx/EHS/007-xxx-001 OHS Communication, Participation and Consultation
ketika beberapa tanggung jawab didelegasikan, atasan tetap bertanggung jawab untuk
memantau bahwa semua tanggungjawab, wewenang dan tanggung gugat dilakukan
sesuai dengan yang seharusnya.
Tanggung jawab individu harus ditetapkan dan berlaku untuk setiap karyawan di tempat
kerja pada setiap level tidak ada terkecuali, hal ini sangat penting dalam budaya
Indonesia dimana pemimpin akan dilihat sebagai suri tauladannya sehingga kunci
kesuksesan K3 terletak dari suri tauladan para pimpinan perusahaan.
Perusahaan dapat saja menunjuk seorang koordinatorK3 tetapi alangkah baiknya
koordinator ini bertugas dengan focus kepada bagaimana caranya semua tugas dan
tanggung jawab K3 secara pribadi semua karyawan dapat dijalankan dan diawasi.
Jangan biarkan koordinator yang ditunjuk menjadi dalih untuk melepaskan tanggung
jawab K3 secara individu diperusahaan tersebut sehingga semua orang dapat
menunjuknya untuk bertanggungjawab terhadap permasalahan K3 maka ketidak
efektifan dan kontraproduktif akan terjadi. ( Melepaskan tanggung jawab dan
menimpakan kesalahan pada koordinator K3)
Keterlibatan secara aktif dalam pelaksanaan K3 sangatlah mutlak dan tidak
terbantahkan jika kita mengharapkan program K3 memberikan hasil yang diharapkan
perusahaan. Dengan menuliskan tanggung jawab, wewenang dan tanggung gugat
semua karyawan disemua level pada masing-masing Job Description/Uraian tugasnya
semua orang akan mengetahui dengan jelas posisinya dalam pelaksanaan K3.
Untuk memenuhi tanggung jawab individu mereka, orang harus:
1.
2.
3.
Jika ketiga hal tersebut diatas telah dengan cukup disediakan maka, kinerja
keselamatan dan kesehatan kerja harus menjadi salah satu kriteria penilaian kinerja
individu tahunan disamping kriteria penilaian lainnya.
Apa saja contoh tanggung jawab pekerja?
Contoh tanggung jawab pekerja meliputi:
1.
2.
3.
4.
Melaporkan kejadian cidera, kecelakaan atau sakit sekecil apapun dan sesegera
mungkin.
5.
6.
2.
3.
4.
Memastikan hanya pekerja yang berwenang dan terlatih yang mengoperasikan peralatan
5.
6.
Memeriksa daerah sendiri dan mengambil tindakan perbaikan untuk mengurangi atau
menghilangkan bahaya
7.
8.
2.
3.
4.
Pelaporan kasus kecelakaan dan penyakit kerja kepada otoritas yang tepat
5.
6.
7.
8.
9.
2.
3.
4.
Menyediakan pelatihan K3
5.
6.
Kompetensi adalah kemampuan personnel dalam melakukan tugas tugasnya dalam keseharian
dalam sebuah organisasi.
level kompetensi adalah derajat kemampuan yang diperlukan oleh seseorang sesuai dengan
fungsi dan jabatannya.