Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan MKJP Di Enam Wilayah Indonesia
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan MKJP Di Enam Wilayah Indonesia
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PENGGUNAAN MKJP
DI ENAM WILAYAH INDONESIA
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PENGGUNAAN MKJP
DI ENAM WILAYAH
INDONESIA
Penulis
Sri Lilestina Nasution, S.Si, M.Pd
Editor
Sri Wahyuni, SH, MA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
iii
RINGKASAN.....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang..................................................................................................
1.2
Rumusan Masalah.............................................................................................
1.3
Tujuan...............................................................................................................
1.4
Manfaat Analisis...............................................................................................
BAB II
2.1
TINJAUAN PUSTAKA
Kontrasepsi.......................................................................................................
2.1.1
Pengertian Kontrasepsi.....................................................................................
2.2
Jenis-jenis Kontrasepsi.....................................................................................
2.3
10
2.4
11
2.5
14
2.6
Hipotesis Penelitian..........................................................................................
14
2.7
Keterbatasan Analisis.......................................................................................
15
BAB III
METODE ANALISIS
3.1
Desain Penelitian..............................................................................................
17
3.2
Sumber Data.....................................................................................................
17
3.3
17
3.4
Sampel..............................................................................................................
18
3.5
Unit Analisis.....................................................................................................
18
3.6
Variabel Penelitian............................................................................................
18
3.7
18
3.8
18
3.9
19
3.10
Metode Analisis................................................................................................
19
iii
DAFTAR ISI
3.10.1
Statistik Deskriptif..........................................................................................
19
3.10.2
Statistik Inferensial.........................................................................................
21
3.10.3
Analisis Kualitatif...........................................................................................
22
BAB IV
4.1
25
4.1.1
26
4.1.2
28
4.1.3
Pola penggunaan MKJP dan Non MKJP di Wilayah Bali dan Nusa
Tenggara.........................................................................................................
29
4.1.4
31
4.1.5
33
4.1.6
4.2
4.2.1
Papua...............................................................................................................
34
36
36
4.2.2
39
4.2.3
41
4.2.4
43
4.2.5
45
4.2.6
47
4.2.7
49
4.2.8
50
4.3
52
4.4
Pembahasan.........................................................................................
55
63
BAB V
5.1
5.2
66
67
iv
RINGKASAN
Analisis lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan MKJP di enam wilayah
Indonesia bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan MKJP,
menelaah kebijakan peningkatan kesertaan KB MKJP dan kaitannya dengan penggunaan MKJP
serta menelaah hambatan pelayanan KB MKJP di daerah. Analisis ini menggunakan sampel
wanita PUS 15-49 tahun yang berasal dari data Pemantauan Pasangan Usia Subur melalui Mini
Survei 2011.
Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik desktiptif menggunakan tabulasi silang
untuk mengidentifikasi pola penggunaan MKJP dan NON MKJP di enam wilayah Indonesia
berdasarkan karakteristik demografi, sosial, ekonomi dan sarana. Analisis secara inferensial
dilakukan dengan uji statistik chi-square untuk mengetahui hubungan antara masing-masing
variabel independen dengan variabel dependen yang dianalisis secara bivariat. Analisis
inferensial lainnya menggunakan model regresi logistik yang digunakan untuk mengetahui rasio
kecenderungan (odds ratio) variabel-variabel independen serta keeratan hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen.
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa penggunaan MKJP masih jauh lebih rendah di
bandingkan dengan penggunaan Non MKJP. Penggunaan KB Non MKJP didominasi oleh
wanita PUS yang berumur kurang dari 30 tahun, jumlah anak 0-2 anak, lama menikah 1-5,
memiliki tingkat pendidikan tamat SD atau tamat SLTP, bertempat tinggal di perdesaan, tujuan
ber-KB untuk menunda kehamilan, termasuk dalam tahapan keluarga Pra S dan KS I (85 persen)
dengan sumber pelayanan di fasilitas lainnya, sementara penggunaan MKJP didominasi wanita
PUS yang berumur lebih dari 30 tahun, jumlah anak lebih dari atau sama dengan tiga anak, lama
menikah lebih dari 10 tahun, memiliki tingkat pendidikan tamat SMA ke atas, bertempat tinggal
di perkotaan, tujuan ber-KB untuk mengakhiri, termasuk dalam tahapan KS III+ (Wilayah
Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi); tahapan KS II dan KS III (wilayah Jawa; Bali dan Nusa
Tenggara); tahapan Pra S dan KS I (Wilayah Maluku dan Papua) dengan sumber pelayanan di
fasilitas pemerintah.
RINGKASAN
Beberapa faktor demografi, sosial, ekonomi dan sarana terlihat berpengaruh terhadap
penggunaan KB MKJP baik secara individu maupun simultan di masing-masing wilayah. Faktorfaktor yang mempengaruhi penggunaan MKJP di masing-masing wilayah adalah sebagai berikut:
1. Di wilayah Jawa, faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan MKJP adalah variabel
umur PUS, jumlah anak masih hidup, lama menikah, tingkat pendidikan, tahapan
keluarga dan tujuan ber-KB. (nilai sig.< 0,01)
2. Di wilayah Sumatera, faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan MKJP adalah
variabel jumlah anak masih hidup, lama menikah, tingkat pendidikan, daerah tempat
tinggal, tahapan keluarga dan tujuan ber-KB. (nilai sig.< 0,01)
3. Di wilayah Bali dan Nusa Tenggara, faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan
MKJP adalah variabel umur PUS, lama menikah, tingkat pendidikan, daerah tempat
tinggal, tahapan keluarga, tujuan ber-KB dan sumber pelayanan. (nilai sig.< 0,01)
4. Di wilayah Kalimantan, faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan MKJP adalah
variabel umur PUS, jumlah anak masih hidup, tingkat pendidikan, daerah tempat tinggal,
tahapan keluarga, sumber pelayanan dan tujuan ber-KB. (nilai sig.< 0,01)
5. Di wilayah Sulawesi,
variabel umur PUS, lama menikah, jumlah anak masih hidup, tingkat pendidikan, tahapan
keluarga tujuan ber-KB dan sumber. (nilai sig.< 0,01)
6. Di wilayah Maluku dan Papua, faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan MKJP
adalah variabel umur PUS, jumlah anak masih hidup, tingkat pendidikan, daerah tempat
tinggal, dan tujuan ber-KB. (nilai sig.< 0,01)
Kebijakan-kebijakan yang dilakukan daerah dalam upaya meningkatkan kesertaan KB MKJP
diantaranya adalah meningkatkan komitmen dan kemitraan dengan 899 KKB pemerintah dan
swasta, melakukan pelayanan IUD dan implant secara terjadwal saat HUT IBI, mendesain
sosialisasi ke 2.500 Babinsa di wilayah Galcitas, setiap Babinsa ditarget mendapatkan 10 peserta
kondom dan satu peserta MOP (Provinsi NTB); melakukan penyuluhan/konseling langsung
kesasaran yaitu calon akseptor, melakukan koordinasi dengan mitra kerja seperti bidan praktek
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan MKJP Di Enam Wilayah Indonesia
vi
RINGKASAN
swasta dan bidan desa dalam upaya menggerakkan penyuluhan tentang MKJP serta melakukan
pelayanan pasca persalinan di RS dimana setiap klien yang punya jamkesmas di haruskan untuk
ikut KB MKJP (Provinsi Lampung); pelayanan KB keliling dan melakukan sosialisasi dan
konseling KB MKJP (Provinsi Sulawesi Tenggara); memberikan kemudahan pada calon
akseptor untuk mendapatkan pelayanan di puskesmas terdekat, memberi konseling dengan
menggunakan alat bantu tenaga-tenaga yang telah terlatih, melakukan sosialisasi program KB
tentang manfaat dan efek samping dari MKJP sehingga masyarakat lebih yakin dalam
menggunakan MKJP serta melakukan pelatihan konseling yang ada hubungannya dengan MKJP
(Provinsi Aceh); memberikan penyuluhan tentang MKJP dengan menginformasikan keuntungankeuntungan dari MKJP dan keefesiensian dari segi biaya, memberikan pelayanan yang baik saat
pelaksanaan pelayanan MOP dan MOW serta meningkatkan pelayanan MKJP di wilayah miskin
(Provinsi Jawa Timur)
Beberapa hambatan yang ada di daerah antara lain:
1. Ketersediaan dokter yang ahli untuk melakukan pelayanan KB kontap sangat terbatas
karena kurangnya mobilitas yang tinggi bagi tenaga medis di Provinsi NTB. Hambatan
lainnya adalah ketidaksinkronan antara pemberlakuan alkon yang gratis dengan jasa yang
masih di berlakukan di fasilitas pelayanan merupakan hambatan lainnya di Lombok
Tengah. (Provinsi NTB)
2. Ketersediaan sarana dan prasarana (Obgn Bed, IUD KIT, ABPK) belum merata di semua
kabupaten kota (Provinsi Lampung)
3. Ketersediaan sarana dan prasarana (Obgyn Bed, IUD KIT, ABPK) masih kurang
sehingga tidak mencukupi kebutuhan. Mobilitas yang tinggi didaerah yang menyebabkan
provider terlatih dimutasi kedarah lain. Hambatan lainnya adalah adanya pengaruh
budaya yang menyebabkan masyarakat enggan memasang IUD karena malu dan larangan
dari suami, serta masih rendahnya partisipasi pria ber-KB khusus MOP karena masih
banyak suami yang takut untuk ikut MOP (Provinsi Provinsi Sulawesi Tenggara)
vii
RINGKASAN
4. Ketersediaan sarana dan prasarana (Obgyn Bed, IUD KIT, ABPK) masih kurang, tenaga
medis yang menangani KB perlu mendapat konseling dan pelatihan lanjutan serta
hambatan lainnya adalah adanya rasa malu para akseptor apabila memasang AKDR,
sementara untuk implant di karenakan pendarahan yang panjang sehingga banyak
akseptor yang tidak nyaman (Provinsi Aceh)
5. Banyak rumor tentang kegagalan IUD yang membuat masyarakat takut ber KB MKJP;
adanya larangan dari suami serta efek samping dari IUD yang dirasakan akseptor seperti
ketidak nyamanan menggunakan IUD saat melakukan hubungan intim (Provinsi Jawa
Timur)
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk
panjang (MKJP) agar dapat menurunkan angka kelahiran di Indonesia adalah: memotivasi
wanita PUS yang telah memiliki 2 (dua) anak masih hidup berusia relatif muda (kurang dari 30
tahun) dan wanita PUS berusia tua (lebih dari 30 tahun) yang telah memiliki 2 (dua) anak masih
hidup atau lebih untuk segera menggunakan KB MKJP; penyediaan dukungan sarana KIE yang
lengkap khususnya di tempat pelayanan pemerintah agar kegiatan konseling yang dilakukan
dapat maksimal serta memaksimalkan pemanfaatan Mobil Unit Penerangan KB (MUPEN) untuk
memperluas jangkauan pelayanan KIE KB; memaksimalkan MUYAN (Mobil Unit Pelayanan)
dengan dukungan sarana pelayanan yang lengkap untuk menjangkau wilayah-wilayah yang sulit
dijangkau (Galcitas) serta memprioritaskan kualitas pelayanan MKJP dengan lebih
memperhatikan rekruitmen calon klien melalui pelapisan klien yang lebih teliti, didukung dengan
meningkatkan ketersediaan sarana pelayanan (IUD KIT, Implant Kit, Obgyn bed) serta tenaga
pelayanan terlatih.
viii
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia adalah 237.556.363
orang, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan. Lebih lanjut angka Laju
Pertumbuhan Penduduk (LPP) periode tahun 2000-2010 yaitu 1,49, persen meningkat dibandingkan
dengan LPP periode tahun 1990-2000 yaitu 1,45 persen. LPP pada tahun 2014 diharapkan turun menjadi
1,1 persen.
Indonesia memiliki luas wilayah sekitar 1.910.931 km2, dengan tingkat kepadatan penduduk Indonesia
rata-rata adalah 124 orang per km2. Provinsi dengan kepadatan penduduk paling tinggi adalah Provinsi
DKI Jakarta, yaitu 14.440 orang per km2. Sementara itu, provinsi dengan tingkat kepadatan penduduk
paling rendah adalah Provinsi Papua Barat, yaitu delapan orang per km2.
Distribusi penduduk Indonesia masih terkonsentrasi di Pulau Jawa yaitu 58 persen, yang diikuti oleh Pulau
Sumatera 21 persen. Selanjutnya untuk pulau-pulau/kelompok kepulauan lain berturut-turut adalah sebagai
berikut: Sulawesi tujuh persen; Kalimantan enam persen; Bali dan Nusa Tenggara enam persen; Maluku
dan Papua tiga persen.
Tabel 1.1 Persentase Distribusi Penduduk menurut Pulau 1971-2010
1971
1980
1990
2000
2010
SUMATERA
17,62
19,07
20,44
21,02
21,31
JAWA
63,89
62,12
60,23
58,93
57,49
5,56
5,40
5,27
5,34
5,50
KALIMANTAN
4,33
4,58
5,09
5,49
5,80
SULAWESI
7,16
7,08
7,01
7,23
7,31
1,44
1,76
1,96
2,00
2,60
INDONESIA
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
Salah satu upaya pemerintah dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk adalah melalui
pelaksanaan program KB bagi pasangan usia subur (PUS). Berdasarkan Undang-Undang Nomor
52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan MKJP Di Enam Wilayah Indonesia
PENDAHULUAN
pengendalian kuantitas penduduk dilakukan untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan antara jumlah penduduk dengan lingkungan hidup baik yang berupa daya dukung
alam maupun daya tampung lingkungan serta kondisi perkembangan sosial ekonomi dan budaya.
Di dalam undang-undang ini, telah diatur hal-hal yang bersifat umum dan khusus tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga termasuk kewajiban pemerintah dan
Pemerintah Daerah untuk meningkatkan kualitas akses dan kualitas informasi, pendidikan,
konseling dan pelayanan kontrasepsi.
Memperhatikan kondisi pencapaian sasaran RPJMN 2010-2014 dan adanya perubahan
lingkungan strategis serta untuk memenuhi target pencapaian Millenium Development Goals
(MDGs) yaitu mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015, maka
pemberian pelayanan KB MKJP secara berkualitas diharapkan akan mampu meningkatkan
jumlah kesertaan KB MKJP oleh PUS di semua tahapan keluarga, sehingga berdampak terhadap
penurunan TFR secara nasional.
Gambar 1.1 Tren Prevalensi MKJP dan Peserta KB di Indonesia
Gambar 1.1 menunjukkan hasil survei pemantauan PUS melalui Mini Survei Tahun 2011
tentang perkembangan pencapaian MKJP selama beberapa periode yang cenderung tidak
mengalami perubahan yaitu berkisar antara 11,6 persen sampai dengan 12,7 persen.
Hasil Mini Survei 2011 juga menunjukkan metode KB hormonal yaitu suntikan dan pil
merupakan metode yang paling dominan digunakan oleh peserta KB. Pemakaian MKJP (IUD,
Implant, MOW, MOP) mengalami sedikit peningkatan yaitu dari 11,6 persen pada tahun 2010
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan MKJP Di Enam Wilayah Indonesia
PENDAHULUAN
menjadi 12,7 pada tahun 2011 dengan proporsi pemakaian IUD 5,28 persen, MOW 2,19 persen,
MOP 0,27 persen dan implant 4,93 persen.1,2
Penggunaan MKJP yang relatif masih rendah di kalangan wanita PUS pada masing-masing
wilayah di pengaruhi oleh banyak faktor seperti faktor sosial, demografi, ekonomi dan sarana,
serta faktor yang berkaitan dengan kualitas pelayanan MKJP. Melalui analisis data sekunder dari
hasil pemantauan PUS melalui Mini Survei Tahun 2011, perlu diketahui berbagai faktor yang
mempengaruhi penggunaan MKJP di enam wilayah Indonesia.
2. Rumusan Masalah
Permasalahan dalam analisis lanjut ini dapat dirumuskan dalam beberapa pertanyaan berikut ini:
1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penggunaan MKJP?
2. Bagaimana kebijakan peningkatan kesertaan KB MKJP ?
3. Bagaimana hambatan pelayanan MKJP di daerah?
3. Tujuan
Tujuan Umum:
Secara umum analisis ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan kontrasepsi MKJP di enam wilayah Indonesia.
Tujuan Khusus:
Secara khusus analisis ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan MKJP.
2. Menelaah kebijakan peningkatan kesertaan KB MKJP dan kaitannya dengan penggunaan
MKJP.
3. Menelaah hambatan pelayanan KB MKJP di daerah
4. Manfaat Analisis
Hasil analisis ini diharapkan dapat dimanfaatkan para pengelola program dan penentu kebijakan
dalam merancang kegiatan operasional dan menentukan kebijakan untuk meningkatkan
pemakaian MKJP sebagai salah satu upaya menurunkan angka fertilitas.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan MKJP Di Enam Wilayah Indonesia
Tinjauan Pustaka
2.1
Kontrasepsi
Tinjauan Pustaka
d. Terjangkau harganya oleh masyarakat
e. Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera
kembali kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap.
Namun demikian fatwa MUI masih mengisyaratkan bahwa kontrasepsi haruslah bersifat
reversible atau sementara/dapat balik dan masih belum memperkenankan kontrasepsi yang
permanen. Dengan demikian, di dalam persyaratan kontrasepsi di Indonesia, syarat reversible di
masukkan sebagai salah satu syarat penting dari suatu kontrasepsi yang dianggap ideal/baik. 4
Jenis-jenis kontrasepsi berdasarkan kandungannya yang tersedia antara lain adalah :
1. Kontrasepsi hormonal seperti pil, suntikan, implant dan akhir-akhir ini diperkenalkan
IUD-mirena atau LNG-IUS
2. Kontrasepsi non-hormonal seperti kondom, IUD-TCu, dan metode kontap.4
Berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi:
1. MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah
jenis susuk/implant, IUD, MOP, dan MOW.
2. Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini
adalah kondom, pil, suntik, dan metode-metode lain selain metode yang termasuk dalam
MKJP. 3
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang yang disingkat dengan MKJP adalah metode kontrasepsi
yang dikenal efektif karena dapat memberikan perlindungan dari risiko kehamilan untuk jangka
waktu sampai sepuluh tahun yang terdiri dari Metode Operasi Wanita (MOW), Metode Operasi
Pria (MOP), Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dan implant atau yang dikenal dengan
susuk KB merupakan alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) dengan masa berlaku 3 (tiga) tahun.5
Tinjauan Pustaka
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) terdiri dari:
a. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau lebih dikenal dengan istilah IUD (Intra Uterine
Device) adalah alat kontrasepsi yang dipasang didalam rahim, sangat efektif dan aman.
Memiliki efektifitas penggunaan hingga 10 tahun, tergantung dengan jenisnya. Mudah untuk
berhenti dan dapat dilepas kapan saja. 5
Cara kerja AKDR ini adalah sebagai berikut:
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
Tinjauan Pustaka
2. Tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan anak
3. Memberikan ASI
4. Berada dalam masa postpartum dan tidak memberikan ASI
5. Berada dalam masa pasca aborsi
6. Mempunyai resiko rendah terhadap PMS
7. Tidak dapat mengingat untuk minum sebutir pil setiap hari
8. Lebih menyukai untuk tidak menggunakan metode hormonal atau yang memang tidak
boleh menggunakannya, yang benar-benar membutuhkan alat kontrasepsi darurat.3
Kontraindikasi dari kontrasepsi ini adalah sebagai berikut:
1. Hamil atau diduga hamil
2. Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita penyakit kelamin
3. Pernah menderita radang rongga panggul
4. Penderita perdarahan pervaginam yang abnormal
5. Riwayat kehamilan ektopik
6. Penderita kanker alat kelamin.3
Efek Samping yang umum terjadi adalah sebagai berikut:
1. Perdarahan dan kram selama minggu-minggu pertama setelah pemasangan. Kadangkadang ditemukan keputihan yang bertambah banyak. Disamping itu pada saat
berhubungan (senggama) terjadi expulsi (IUD bergeser dari posisi) sebagian atau
seluruhnya.3
2. Pemasangan IUD mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman, dan dihubungkan dengan
resiko infeksi rahim.
3. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan kurang setelah tiga bulan)
4. Haid lebih lama, banyak dan lebih sakit saat haid
5. Perdarahan antar menstuasi 9
b. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) atau lebih dikenal dengan istilah Susuk KB (Implant)
adalah alat kontrasepsi berbentuk kapsul kecil yang ditanam dibawah kulit. Efektif digunakan
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan MKJP Di Enam Wilayah Indonesia
Tinjauan Pustaka
untuk mencegah kehamilan sampai dengan 3 hingga 5 tahun, tergantung jenisnya. Aman bagi
hampir semua wanita yang menggunakan, namun harus segera dilepas apabila sudah habis
batas waktu penggunaan.5
Cara kerja implant adalah dengan mengganggu serviks menjadi kental, mengganggu
pembentukan proses endometrium sehingga sulit terjadi implantasi dan mengurangi
transportasi sperma serta menekan ovulasi.
Keuntungan dari penggunaan implant adalah sebagai berikut:
1. Sekali pasang untuk 5 tahun
2. Tidak mempengaruhi produksi ASI
3. Tidak mempengaruhi tekanan darah
4. Pemeriksaan panggul tidak diperlukan sebelum pemakaian
5. Baik untuk wanita yang tidak ingin punya anak lagi, tetapi belum mantap untuk
ditubektomi.
6. Baik untuk wanita yang ingin metode yang praktis
7. Tinggal di daerah terpencil
8. Tidak khawatir jika tak dapat haid. 3
Kontraindikasi dari penggunaan implant adalah sebagai berikut:
1. Hamil atau disangka hamil
2. Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya
3. Tumor/keganasan
4. Penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis. 3
Efek samping dari implant antara lain:
1. Kadang-kadang pada saat pemasangan akan terasa nyeri.
2. Selain itu ditemukan haid yang tidak teratur, sakit kepala, kadang-kadang terjadi spotting
atau anemia karena perdarahan yang kronis. 3
Tinjauan Pustaka
c. Metode Operasi Wanita (MOW) merupakan metode kontrasepsi dengan cara melakukan
tindakan operasi. Rahim tidak diangkat, sehingga si Ibu masih tetap bisa menstruasi, tidak
ada efek samping dalam waktu jangka panjang. Metode ini tidak mudah dikembalikan ke
semula dan bersifat permanen sehingga hanya dianjurkan bagi PUS yang sudah tidak
menginginkan anak lagi.5
d. Metode Operasi Pria (MOP) merupakan metode kontrasepsi dengan tindakan operasi kecil
pada saluran vas differens pria. Aman bagi hampir semua pria dan tidak mempengaruhi
kemampuan seksual. Sama halnya dengan MOW, metode ini juga bersifat permanen
walaupun perkembangan teknologi kedokteran dapat disambung kembali (rekanalisasi),
namun tidak dianjurkan bagi PUS yang masih menginginkan anak lagi.5
2.3
Peningkatan kesertaan KB MKJP bagi PUS di semua tahapan keluarga (Pra Sejahtera, KS I, KS
II, KS III dan KS III Plus) perlu didukung dengan kebijakan dan strategi nasional dengan
mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN) Bidang
Kependudukan dan KB Tahun 2010-2014 serta dengan program lainnya secara terpadu.
Adapun beberapa kebijakan yang sudah ada yaitu:
1. PERKA BKKBN NO.151/PER/E1/2011 yang bertujuan untuk meningkatkan akses, kualitas
serta menjamin pelayanan KB pasca persalinan di seluruh fasilitas pelayanan yang
memberikan pelayanan jampersal melalui;
a. Pemberian jaminan ketersediaan alat, obat dan cara kontrasepsi bagi seluruh PB dalam
Jampersal;
b. Dukungan Sarana Pelayanan KB (IUD Kit, Implant Kit, Obgyn Bed)
c. Peningkatan kompetensi provider dalam pelayanan KB
d. Pemberian ayoman pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
2. PERKA BKKBN No.165/PER/E1/2011 yang dikembangkan dalam rangka pemberian
pelayanan KB MKJP mencakup dua aspek yaitu :
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan MKJP Di Enam Wilayah Indonesia
10
Tinjauan Pustaka
a. Aspek Pelayanan (supply) di fokuskan pada peningkatan kualitas pelayanan melalui;
-
2.4
Hasil
penelitian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemakaian IUD di 4 Provinsi yaitu Jawa
Timur, Bali, Sumatera Barat dan Bengkulu tahun 2000 (Endah Winarni dkk, 2000), antara
lain menunjukkan bahwa umur wanita mempunyai hubungan dengan pemakaian IUD.
Peserta KB IUD umumnya berumur lebih tua di bandingkan dengan peserta KB, suntik atau
pil. Pengetahuan tentang IUD mempunyai hubungan positif dengan pemakaian kontrasepsi
IUD. Hal ini di dukung oleh temuan kualitatif yang dinyatakan oleh bidan di
Bengkulu..Mereka menggunakan IUD umumnya sadar dan mengerti tentang IUD,
pendidikan umumnya lebih tinggi..6
11
Tinjauan Pustaka
Temuan lain yang disampaikan oleh bidan di Bali adalah bahwa secara umum efek samping
yang dirasakan oleh peserta IUD adalah keputihan, nyeri/mulas, dan pendarahan. Kasus efek
samping yang mereka temui umumnya berupa perdarahan tidak normal, keputihan yang
banyak, serta nyeri/mulas di bagian perut. Alasan utama drop out IUD adalah karena
mengalami komplikasi, ingin anak lagi, suami merasa tidak nyaman dan IUD lepas sendiri. 6
Hasil analisis dengan menggunakan model regresi logistik antara variabel umur, KIE IUD,
pengetahuan sumber pelayanan IUD, dan pengetahuan efek samping IUD menunjukkan
bahwa ada perbedaan yang signifikan dengan kesertaan menggunakan IUD (P<0,05). Berarti
wanita PUS yang berumur tua, menerima KIE IUD, mengetahui sumber pelayanan IUD, dan
mengetahui efek samping IUD, mempunyai peluang yang lebih besar dalam kesertaan
pemakain IUD. Diantara variabel tersebut, yang berpeluang paling besar dalam pemakaian
IUD adalah umur dan KIE tentang IUD. Wanita yang berumur lebih tua cenderung 4 kali
mempunyai peluang menggunakan IUD dibandingkan dengan wanita yang lebih muda,
wanita yang menerima KIE tentang IUD, mempunyai peluang ber-IUD 3,5 kali dibandingkan
dengan wanita yang tidak menerima KIE IUD. 6
Hasil wawancara mendalam dengan para pengelola, provider dan tokoh agama/tokoh
masyarakat di empat lokasi survei menemukan bahwa faktor pendukung dan faktor
penghambat dapat mempengaruhi peningkatan pemakaian MKJP khususnya IUD. Bentuk
kebijakan itu adalah berupa komitmen/kesepakatan antara BKKBN dengan instansi lintas
sektor terkait termasuk organisasi profesi seperti IBI dalam hal pelatihan provider. 6
2.
Analisis
lanjut SDKI 2007 mengenai Faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP) (Asih dan Oesman, 2009), menunjukkan bahwa pemakaian kontrasepsi
MKJP di Indonesia masih relatif rendah. Hanya 18 persen dari pemakai kontrasepsi memilih
kontrasepsi MKJP sebagai cara untuk mengatur kehamilan. Sebagian besar kontrasepsi
MKJP digunakan oleh wanita yang berpendidikan rendah (SLTP ke bawah), berumur relatif
tua (30 tahun atau lebih), bekerja, memiliki tingkat kesejahteraan tergolong mampu.
12
Tinjauan Pustaka
Karakteristik lainnya adalah bertempat tinggal di perdesaan, memiliki anak masih hidup lebih
dari dua, menginginkan anak lebih dari dua dan pernah menggunakan cara KB sebelumnya.
Karakteristik ini tidak berbeda jauh dengan peserta KB non-MKJP, maupun peserta KB
umumnya. 4
Hasil analisis multivariat menggunakan analisis logistik regresi ganda menunjukkan terdapat
14 variabel yang signifikan dan diduga berhubungan dengan pemakaian kontrasepsi MKJP
antara lain: umur, pekerjaan, tingkat pendidikan, tempat tinggal, jumlah anak lahir hidup,
jumlah anak masih hidup, indeks kesejahteraan, status wanita, pengetahuan KB,
mendapatkan informed choiced, dukungan pasangan dalam ber KB, mendapatkan informasi
KB melalui media cetak, petugas, TOMA/TOGA, keluarga/teman. Variabel yang paling
mempengaruhi pemakaian MKJP adalah umur dengan nilai OR = 3,154, penerangan KB dari
TOMA/TOGA (OR=1,347), pekerjaan ibu (OR=1,352), peranan media cetak (OR=1,347)
dan pengetahuan tentang kontrasepsi (OR=1,341).4
3.
Hasil
penelitian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi yang digunakan
pada Pasangan Umur Subur (Radita Kusumaningrum, 2008), menunjukkan bahwa sebagian
besar responden memilih non MKJP sebagai jenis kontrasepsi yang digunakan. Faktor tingkat
kesejahteraan keluarga, kepemilikan Jamkesmas, tingkat pengetahuan, dukungan pasangan,
dan pengaruh agama tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan pemilihan jenis
kontrasepsi yang digunakan pada PUS, dan setelah di lakukan uji Binary Logistic diketahui
bahwa umur istri merupakan faktor yang paling berpengaruh. 7
13
Tinjauan Pustaka
2.5
Penggunaan kontrasepsi MKJPdipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor demografi, sosial,
ekonomi dan ketersediaan sarana. Kerangka pikir yang digunakan disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pikir Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan MKJP,
Mini Survei 2011
2.6
Hipotesis Penelitian
14
Tinjauan Pustaka
1. Umur PUS, jumlah anak masih hidup dan lama menikah mempengaruhi penggunaan
MKJP di wilayah Jawa, Sumatera, Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi ,
Maluku dan Papua.
2. Pendidikan, Wilayah tempat tinggal dan tujuan ber-KB mempengaruhi penggunaan
MKJP di wilayah Jawa, Sumatera, Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi ,
Maluku dan Papua.
3. Tahapan keluarga mempengaruhi penggunaan MKJP di wilayah Jawa, Sumatera, Bali
dan Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua.
4. Sumber pelayanan mempengaruhi penggunaan MKJP di wilayah Jawa, Sumatera, Bali
dan Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua.
Keterbatasan Analisis
Sumber data yang digunakan sepenuhnya berasal dari hasil Survei Pemantauan PUS melalui
Mini Survei Tahun 2011 dengan unit analisis wanita pasangan umur subur (PUS) yang sedang
menggunakan MKJP dan Non MKJP. Keterbatasan variabel yang dikumpulkan dalam Survei
Pemantauan PUS melalui Mini Survei Tahun 2011 menyebabkan faktor sarana dalam analisis
hanya dapat diperoleh dari sumber pelayanan.
15
METODE ANALISIS
3.1 Desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen dengan desain survei yang menggunakan
pendekatan kuantitatif
menggali atau mengidentifikasi lebih mendetail tentang berbagai aspek yang mendukung
kebijakan pelayanan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di lima provinsi (Aceh,
Lampung, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Tenggara) mulai tingkat provinsi
sampai tingkat kabupaten.
3.2 Sumber data
Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder yang berasal dari Survei Pemantauan PUS
melalui Mini Survei Tahun 2010 dan 2011 serta hasil review dari wawancara mendalam yang
dilaksanakan di lima provinsi yang dilaksanakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan KB
dan Keluarga Sejahtera, BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional).
3.3 Lokasi dan waktu penelitian
Survei pemantauan PUS melalui Mini Survei Tahun 2011 dilakukan di 33 provinsi di Indonesia.
Wilayah Sumatera meliputi: Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau
(KEPRI), Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung dan Bangka Belitung. Di wilayah Jawa
mencakup DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur.
Wilayah di Bali dan Nusa Tenggara meliputi : Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara
Timur. Di wilayah Kalimantan terdiri dari Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Selatan dan Kalimantan Timur. Sementara itu Sulawesi terdiri dari Sulawesi Utara, Gorontalo,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat. Wilayah Maluku
dan Papua mencakup Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.
17
METODE ANALISIS
3.4 Sampel
Jumlah sampel responden wanita pasangan usia subur (PUS) berumur 15-49 tahun yang berhasil
diwawancarai pada pelaksanaan mini survei pemantauan PUS 2011 tercatat 253.729 PUS. Di
antara jumlah tersebut 253.592 PUS (99,9 persen) dapat dilakukan analisis.
3.5 Unit Analisis
Responden wanita pasangan usia subur (PUS) yang pada saat wawancara menggunakan
MKJP, yaitu Implan, IUD, MOW dan MOP.
3.6 Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan dalam analisis dikelompokkan menjadi variabel terikat
(dependen) dan variabel bebas (independen)
3.7 Defenisi Operasional variabel-variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam analisis ini dikelompokkan menjadi variabel dependen
(variabel terkait) dan variabel independen (variabel bebas). Pada analisis ini terdapat dua
variabel dependen dan tujuh variabel independen. Variabel bebas (independent variable) dalam
analisis ini meliputi faktor demografi, sosial, ekonomi dan sarana. Penjelasan tentang variabel
dependen dan variabel independen disajikan pada tabel 3.1.
3.8 Variabel terikat (dependent variable)
Variabel dependen untuk analisis bivariat dan regresi logistik biner meliputi penggunaan
kontrasepsi yang dikategorikan menjadi dua yaitu MKJP dan Non MKJP. Responden yang
termasuk kelompok pengguna MKJP adalah mereka yang pada saat pengumpulan data
menggunakan kontrasepsi jangka panjang atau MKJP seperti IUD, Implan, MOW dan MOP,
sedangkan responden yang tidak menggunakan kontrasepsi jangka panjang dikelompokkan pada
Non MKJP.
18
METODE ANALISIS
Dalam analisis regresi multinomial, variabel dependen meliputi wilayah di Indonesia yang
menggunakan kontrasepsi MKJP yang dikategorikan dalam enam kategori wilayah meliputi
Jawa, Sumatera, Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua.
3.9 Variabel bebas (independent variable)
Variabel independen yang diduga berhubungan dan memiliki pengaruh terhadap penggunaan
kontrasepsi meliputi empat aspek yaitu faktor demografi, faktor sosial, faktor ekonomi dan faktor
sarana. Faktor-faktor demografi yang diteliti pengaruhnya terhadap penggunaan kontrasepsi
dalam analisis ini adalah umur, jumlah anak masih hidup dan lama menikah. Faktor-faktor sosial
dalam analisis ini adalah tingkat pendidikan, daerah tempat tinggal dan tujuan ber-KB.
Sedangkan tahapan keluarga merupakan faktor ekonomi yang dianalisis pengaruhnya terhadap
penggunaan kontrasepsi. Sementara, faktor sarana yang dianalisis adalah pengaruhnya terhadap
penggunaan kontrasepsi yaitu sumber pelayanan.
3.10 Metode Analisis
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen dengan desain survei menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan analisis statistik deskriptif dan inferensial, sedangkan pendekatan
kualitatif dengan wawancara mendalam akan dianalisis secara deskriptif.
3.10.1 Statistik deskriptif
Analisis secara statistik deskriptif dilakukan untuk mengidentifikasi pola penggunaan metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dan NON MKJP di enam wilayah Indonesia berdasarkan
karakteristik demografi, sosial, ekonomi dan sarana. Analisis dilakukan dengan menggunakan
tabulasi silang antara usia, jumlah anak masih hidup, lama menikah, tingkat pendidikan, daerah
tempat tinggal, tahapan keluarga, sarana tempat pelayanan, tujuan ikut KB, terhadap
penggunaan MKJP dan Non MKJP.
19
METODE ANALISIS
Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel dan Kategori Variabel
No
Nama Variabel
Kategori/Kontinu
Keterangan
Penggunaan
alat/cara
kontrasepsi
1 = MKJP
Wilayah
1 = Jawa
2 = Sumatera
3 = Bali dan Nusa
Tenggara
Variabel dependen
1
Variabel independen
1 Umur
2
3
Jumlah anak
masih hidup
Lama menikah
Tingkat
pendidikan
Daerah tempat
tinggal
Tahapan
Keluarga
6
7
Sumber
Pelayanan
8
Tujuan KB
2 = Non MKJP
4 = Kalimantan
5 = Sulawesi
6 = Maluku dan
Papua
1 = < 30 tahun
2 = 30 + tahun
1 = 0-2 anak
2 = 3+
1 = 1-5 tahun
2 = 6-10 tahun
3 = > 10 tahun
1 = Rendah
2 = Menengah
3 = Tinggi
1 = Perkotaan
2 = Perdesaan
1= Rendah
2 = Sedang
3 = Tinggi
1 = Pemerintah
2 = Swasta
3 = Lainnya
1 = Menunda
Kehamilan
2 = Menjarangkan
Kelahiran < 2 thn
3 = Menjarangkan
Kelahiran > 2 thn
4 = Mengakhiri
Kelahiran
20
METODE ANALISIS
3.10.2 Statistik Inferensial
Analisis secara inferensial dilakukan dengan uji statistik chi-square untuk mengetahui hubungan
antara masing-masing variabel independen dengan variabel dependen yang dianalisis secara
bivariat. Analisis inferensial lainnya menggunakan model regresi logistik yang digunakan untuk
melihat hubungan beberapa variabel independen terhadap variabel dependen berdasarkan data
kategorik di enam wilayah. Dengan melakukan pengujian ini selain dapat diketahui rasio
kecenderungan (odds ratio) variabel-variabel independen, juga dapat diketahui keeratan
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Regresi Logistik adalah suatu teknik analisis statistika yang digunakan untuk menganalisis data
yang peubah responnya berupa data berskala biner atau dikhotom. Peubah penjelas berupa
peubah kontinu maupun kotegorik (Hosmer dan Lemeshow, 1989)8. Model regresi logistik
dengan p buah peubah bebas dapat digambarkan dengan menghitung peluangnya :
Sedangkan,
Parameter model dapat diduga dengan suatu penduga kemungkinan maksimum, metode kuadrat
terkecil dan analisis deskriminan (Hosmer dan Lemeshow, 1989) Model regresi yang digunakan
untuk mendapatkan koefisien regresi logistik pada penelitian ini adalah dengan metode
kemugkinan maksimum.
Jika antara amatan yang satu dengan yang lain diasumsikan bebas, maka fungsi kemungkinan
maksimumnya adalah :
diduga dengan memaksimumkan persamaan diatas. Pendekatan logaritma dilakukan untuk
memudahkan perhitungan, sehingga fungsi log kemungkinan sebagai berikut :
21
METODE ANALISIS
Nilai dugaan
terhadap
= 0,
mencerminkan perubahan
dalam fungsi logit g(x) untuk perubahan satu unit peubah bebas x yang disebut Log odds. Log
odds merupakan beda antara dua penduga logit yang dihitung pada dua nilai (misal x=a dan x=b)
yang di notasikan sebagai :
kali
mengidentifikasi lebih rinci tentang berbagai aspek yang menghambat pencapaian kontrasepsi
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan MKJP Di Enam Wilayah Indonesia
22
METODE ANALISIS
MKJP dan kebijakan yang diberlakukan di setiap daerah dalam upaya meningkatkan kesertaan
MKJP.
Informasi dikumpulkan dari pengelola program KB yaitu Ka. Bidang KB di tingkat provinsi dan
kabupaten. Selain itu juga dari para provider yang memberi pelayanan KB yaitu dokter/bidan
puskesmas dan bidan praktek swasta. Informasi dikumpulkan melalui wawancara mendalam
dengan menggunakan pedoman wawancara.
23
25
26
MKJP
Non MKJP
n = 13318
(%)
n = 53420
(%)
(%)
(n)
9.49
23.57
90.51
76.43
100
100
17127
49609
Jumlah
16.01
83.99
100
46363
3+
29.39
70.61
100
20035
Lama Menikah**
1-5
9.44
90.56
100
10009
14.18
23.87
85.82
76.13
100
100
12081
44631
20.44
17.09
25.53
79.56
82.91
74.47
100
100
100
5417
40822
20498
22.01
77.99
100
32151
19.96
80.04
100
34586
6-10
>10
Tingkat pendidikan**
Tidak sekolah atau Tidak Tamat SLTP
Tamat SD atau Tamat SLTP
Tamat SMA keatas
Daerah tempat tinggal**
Perkotaan
Perdesaan
Tahapan Keluarga**
Pra S - KS I
17.26
82.74
100
30869
KS II- KS III
21.57
78.43
100
33791
KSIII+
33.7
66.3
2077
46.95
53.05
100
100
100
13.05
1.89
86.95
98.11
100
100
17255
3834
6
11136
5.57
11.44
94.43
88.56
100
100
574
12964
Sumber Pelayanan**
Pemerintah
Swasta
Lainnya
Tujuan KB**
Menunda Kehamilan
Menjarangkan Kelahiran < 2 thn
Menjarangkan Kelahiran > 2 thn
12.33
87.67
100
21902
Mengakhiri Kelahiran
29.08
70.92
100
31297
** ) Secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna pada dengan nilai signifikansi < 0.01
27
28
MKJP
(%)
Non MKJP
(%)
Jumlah
(%)
(n)
UMUR PUS**
100
<30
9.47
90.53
100,00
30+
18.7
81.34
100
35929
Jumlah anak Masih Hidup**
0-2
12.5
87.53
100
25654
3+
21.3
78.73
100
21488
Lama Menikah**
1-5
8.21
91.79
100
6980
6-10
12.9
87.12
100
9688
>10
19.5
80.52
100
30577
Tingkat pendidikan**
Tidak sekolah atau Tidak Tamat SLTP
17.2
82.82
100
3486
Tamat SD atau Tamat SLTP
15
84.96
100
25384
Tamat SMA keatas
18.3
81.71
100
18375
Daerah tempat tinggal**
Perkotaan
19.3
80.68
100
15519
Perdesaan
15.1
84.94
100
31726
Tahapan Keluarga**
Pra S - KS I
15.1
84.87
100
22969
KS II- KS III
17.5
82.45
100
23740
KSIII+
25.4
74.58
100
535
Sumber Pelayanan**
Pemerintah
25.5
74.54
100
18844
Swasta
12.9
87.08
100
22197
Lainnya
1.79
98.21
100
6202
Tujuan KB**
Menunda Kehamilan
8.74
91.26
100
103
Menjarangkan Kelahiran < 2 thn
10.1
89.89
100
12092
Menjarangkan Kelahiran > 2 thn
10.3
89.70
100
15211
Mengakhiri Kelahiran
25.1
74.91
100
19837
** ) Secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna pada dengan nilai signifikansi < 0.01
4.1.3 Pola Penggunaan MKJP dan Non MKJP di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara
Pola penggunaan kontrasepsi di wilayah Bali dan Nusa Tenggara berdasarkan latar belakang
karakteristik wanita PUS bervariasi pada penggunaan MKJP dan Non MKJP. Hasil analisis pada
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa secara signifikan, faktor demografi, sosial, ekonomi dan sarana
sangat berpengaruh terhadap penggunaan MKJP dan Non MKJP.
Sebagian besar wanita PUS yang menggunakan Non MKJP berumur kurang dari 30 tahun (82
persen) dengan jumlah anak 0-2 anak (70 persen) dan lama menikah 1-5 tahun (83 persen).
Sedangkan wanita PUS yang menggunakan MKJP berumur lebih dari 30 tahun (36 persen)
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan MKJP Di Enam Wilayah Indonesia
29
(%)
Non
MKJP
(%)
17.74
36.20
82.26
63.80
MKJP
Jumlah
(%)
(n)
100.00
100.00
3101
9921
Karakteristik responden di wilayah Bali dan Nusa Tenggara berdasarkan faktor-faktor sosial
menunjukkan bahwa sebagian besar wanita PUS yang menggunakan Non MKJP di wilayah Bali
dan Nusa Tenggara memiliki tingkat pendidikan tidak sekolah atau tidak tamat SLTP (75
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan MKJP Di Enam Wilayah Indonesia
30
31
MKJP
Non MKJP
(%)
(%)
(%)
Jumlah
UMUR PUS**
<30
4.28
95.72
100
>30
9.77
90.23
100
Jumlah anak Masih Hidup**
0-2
7.84
92.16
100
>=3
13.50
86.50
100
Lama menikah**
1-5
4.23
95.77
100
6-10
7.04
92.96
100
>10
11.69
88.31
100
Tingkat pendidikan**
Tidak sekolah atau Tidak Tamat SLTP
7.93
92.07
100
Tamat SD atau Tamat SLTP
8.54
91.46
100
Tamat SMA keatas
13.15
86.85
100
Daerah tempat tinggal**
Perkotaan
11.37
88.63
100
Perdesaan
8.99
91.01
100
Tahapan Keluarga**
Pra S - KS I
9.48
90.52
100
KS II- KS III
9.74
90.26
100
KSIII+
20.00
80.00
100
Sumber Pelayanan**
Pemerintah
13.91
86.09
100
Swasta
9.38
90.62
100
Lainnya
3.39
96.61
100
Tujuan KB**
Menunda Kehamilan
1.41
98.59
100
Menjarangkan Kelahiran < 2 thn
5.41
94.59
100
Menjarangkan Kelahiran > 2 thn
6.08
93.92
100
Mengakhiri Kelahiran
16.23
83.77
100
** ) Secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna pada dengan nilai signifikansi < 0.01
(n)
4630
12257
10809
5924
2294
3308
11283
1967
10157
4761
5497
11389
7022
9644
220
6390
6747
3750
142
3589
6712
6444
32
33
MKJP
(%)
Non MKJP
(%)
Jumlah
(%)
(n)
UMUR PUS**
<30
10.87
89.13 100.00 5476
>30
20.25
79.75 100.00 15215
Jumlah anak Masih Hidup**
0-2
15.55
84.45 100.00 11492
>=3
20.54
79.46 100.00 9129
Lama menikah**
1-5
8.77
91.23 100.00 2875
6-10
14.43
85.57 100.00 4373
>10
20.77
79.23 100.00 13442
Tingkat pendidikan**
Tidak sekolah atau Tidak Tamat SLTP
15.20
84.80 100.00 1836
Tamat SD atau Tamat SLTP
16.55
83.45 100.00 11611
Tamat SMA keatas
20.36
79.64 100.00 7245
Daerah tempat tinggal**
Perkotaan
19.06
80.94 100.00 5918
Perdesaan
17.25
82.75 100.00 14773
Tahapan Keluarga**
Pra S - KS I
17.29
82.71 100.00 11822
KS II- KS III
17.92
82.08 100.00 8582
KSIII+
32.64
67.36 100.00
288
Sumber Pelayanan**
Pemerintah
21.32
78.68 100.00 11198
Swasta
20.13
79.87 100.00 6109
Lainnya
1.74
98.26 100.00 3384
Tujuan KB**
Menunda Kehamilan
16.92
83.08 100.00
65
Menjarangkan Kelahiran < 2 thn
11.52
88.48 100.00 5198
Menjarangkan Kelahiran > 2 thn
12.47
87.53 100.00 6078
Mengakhiri Kelahiran
24.68
75.32 100.00 9350
** ) Secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna pada dengan nilai signifikansi < 0.01
4.1.6 Pola Penggunaan MKJP dan Non MKJP di Wilayah Maluku dan Papua
Hasil analisis pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa faktor demografi, sosial, ekonomi dan sarana
sangat berpengaruh terhadap penggunaan MKJP dan Non MKJP. Perbedaan tersebut cukup
signifikan dan secara statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna.
Tabel 4.6 juga memperlihatkan gambaran karakteristik wanita PUS di wilayah Maluku dan
Papua yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang menggunakan Non MKJP
berumur kurang dari 30 tahun (85 persen) dengan jumlah anak 0-2 anak (81 persen) dan lama
34
sebagian besar berumur lebih dari 30 tahun (26 persen) dengan jumlah anak lebih dari atau sama
dengan tiga anak (28 persen) dan lama menikah lebih dari 10 tahun (27 persen).
Tabel 4.6 Hubungan karakteristik latar belakang wanita PUS terhadap Penggunaan
MKJP dan Non MKJP di wilayah Maluku dan Papua, Mini Survei 2011
Latar Belakang Karakteristik
UMUR PUS**
<30
>30
Jumlah anak Masih Hidup**
0-2
>=3
Lama menikah**
1-5
6-10
>10
Tingkat pendidikan**
Tidak sekolah atau Tidak Tamat SLTP
Tamat SD atau Tamat SLTP
Tamat SMA keatas
Daerah tempat tinggal**
Perkotaan
Perdesaan
Tahapan Keluarga
Pra S - KS I
KS II- KS III
KSIII+
MKJP
(%)
Non MKJP
(%)
15.09
26.43
84.91
73.57
100.00
100.00
1637
5009
19.32
28.10
80.68
71.90
100.00
100.00
3329
3299
16.18
18.76
27.09
83.82
81.24
72.91
100.00
100.00
100.00
964
1487
4194
29.84
22.29
23.87
70.16
77.71
76.13
100.00
100.00
100.00
640
3361
2644
28.58
21.26
71.42
78.74
100.00
100.00
2159
4487
23.79
23.73
76.21
76.27
100.00
100.00
4258
2322
Jumlah
(%)
(n)
10.61
89.39
100.00
Sumber Pelayanan**
Pemerintah
29.49
70.51
100.00
Swasta
9.71
90.29
100.00
Lainnya
3.16
96.84
100.00
Tujuan KB**
Menunda Kehamilan
100.00
100.00
Menjarangkan Kelahiran < 2 thn
10.73
89.27
100.00
Menjarangkan Kelahiran > 2 thn
20.52
79.48
100.00
Mengakhiri Kelahiran
39.21
60.79
100.00
** ) Secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna pada dengan nilai signifikansi < 0.01
66
4822
1380
443
16
2227
2110
2293
Selanjutnya, berdasarkan faktor ekonomi dan sarana, pola penggunaan kontrasepsi di wilayah
Maluku dan Papua cukup berbeda dengan wilayah-wilayah lainnya. Hal ini dapat terlihat pada
pola penggunaan Non MKJP yang mayoritas digunakan oleh responden yang termasuk dalam
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan MKJP Di Enam Wilayah Indonesia
35
36
Sig.
0.37
Exp ()
0.00*
0.67
0.00*
0.66
0.00*
0.05a
0.83
0.93
0.00*
0.00*
0.60
0.59
0.00*
0.00*
0.67
0.73
0.00*
0.00*
0.00*
0.33
0.43
0.46
Dari hasil analisis regresi logistik bivariat secara independen, menunjukkan bahwa variabel umur
PUS, jumlah anak masih hidup, lama menikah, tingkat pendidikan, tahapan keluarga dan tujuan
ber-KB mempunyai hubungan yang signifikan dan berpengaruh (nilai sig.< 0,01) terhadap
37
38
39
Koefisien
-0.60
Sig.
0.00
Exp ()
-0.21
0.00*
0.81
-0.38
-0.05
0.00*
0.19
0.69
0.95
-0.19
-0.26
0.00*
0.00*
0.83
0.77
0.13
0.00*
1.14
-0.36
-0.28
0.00*
0.01*
0.70
0.75
0.57
-0.90
-0.91
0.49
0.00*
0.00*
1.76
0.41
0.40
Keterangan:
* = signifikan pada =0,01; a = signifikan pada =0,05
** = kategori referensi
Wanita PUS yang bertempat tinggal di perkotaan memiliki peluang 1,14 kali lebih besar
menggunakan MKJP dibandingkan wanita PUS yang bertempat tinggal di perdesaan.
Jika dilihat berdasarkan tahapan keluarga, wanita PUS yang termasuk dalam tahapan keluarga
Pra S dan KS I memiliki peluang 0,7 kali lebih kecil untuk menggunakan MKJP jika
dibandingkan dengan wanita PUS yang termasuk dalam kelompok KS III+. Sedangkan jika
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan MKJP Di Enam Wilayah Indonesia
40
41
Exp
()
Koefisien
Sig.
-0.81
0.00
-0.28
0.00*
0.76
-0.42
-0.26
0.00*
0.00*
0.66
0.77
-0.46
0.00*
0.63
-0.20
0.00*
0.82
0.19
0.00*
1.21
-1.03
-0.61
0.00*
0.01*
0.36
0.55
1.85
1.52
0.00*
0.00*
6.33
4.56
-0.69
-0.93
-0.65
0.21
0.00*
0.00*
0.50
0.39
0.52
Keterangan:
* = signifikan pada =0,01; a = signifikan pada =0,05
** = kategori referensi
Berdasarkan daerah tempat tinggal, wanita PUS yang tinggal di perkotaan memiliki peluang 1,21
kali lebih besar untuk menggunakan MKJP dibandingkan wanita PUS yang bertempat tinggal
diperdesaan. Sedangkan wanita PUS yang memiliki tujuan ber-KB untuk menjarangkan
kelahiran kurang dari dua tahun berpeluang 0,39 kali lebih kecil menggunakan MKJP.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan MKJP Di Enam Wilayah Indonesia
42
43
Intersep
UMUR PUS
<30
30+**
Jumlah anak Masih Hidup
0-2
>=3**
Tingkat pendidikan
Tidak sekolah atau Tidak Tamat SLTP
Tamat SD atau Tamat SLTP
Tamat SMA keatas**
Daerah tempat tinggal
Perkotaan
Perdesaan**
Tahapan Keluarga
Pra S - KS I
KS II- KS III
KSIII+**
Sumber Pelayanan
Pemerintah
Swasta
Lainnya**
Tujuan KB
Menunda Kehamilan
Menjarangkan Kelahiran < 2 thn
Menjarangkan Kelahiran > 2 thn
Mengakhiri Kelahiran**
Koefisien
Sig.
Exp ()
-0.61
0.00*
0.54
-0.17
0.00*
0.85
-0.78
-0.55
0.00*
0.00*
0.46
0.58
0.15
0.01*
1.16
-0.33
-0.54
0.07*
0.00*
0.72
0.58
1.60
1.09
0.00*
0.00*
4.96
2.97
-16.91
-1.05
-0.84
.
0.00*
0.00*
0.00
0.35
0.43
-1.91
0.00
Keterangan:
* = signifikan pada =0,01; a = signifikan pada =0,05
** = kategori referensi
Berdasarkan tingkat pendidikan, wanita PUS yang tidak sekolah atau tidak tamat SLTP
memiliki peluang 0,46 kali lebih kecil untuk menggunakan MKJP jika dibandingkan dengan
mereka yang berpendidikan tamat SMA ke atas. Semakin tinggi tingkat pendidikan wanita PUS
di wilayah Kalimantan, semakin tinggi pula peluang untuk menggunakan MKJP.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan MKJP Di Enam Wilayah Indonesia
44
45
Koefisien
-2.92
Sig.
0.00
Exp ()
-0.23
0.00*
0.79
0.11
0.01*
1.12
-0.59
-0.13
0.00*
0.03a
0.56
0.88
-0.46
-0.25
0.00*
0.00*
0.63
0.78
-0.46
-0.59
0.00*
0.00*
0.63
0.56
2.73
2.60
0.00*
0.00*
15.31
13.48
-17.34
-0.81
.
0.00*
0.00*
0.00
0.44
-0.61
Mengakhiri Kelahiran**
Keterangan:
* = signifikan pada =0,01; a = signifikan pada =0,05
** = kategori referensi
0.54
46
47
Koefisien
Intersep
-0.53
UMUR PUS
<30
-0.31
30+**
Jumlah anak Masih Hidup
0-2
0.26
3+**
Tingkat pendidikan
Tidak sekolah atau Tidak Tamat SLTP
0.12
Tamat SD atau Tamat SLTP
-0.16
Tamat SMA keatas**
Daerah tempat tinggal
Perkotaan
0.33
Perdesaan**
Tujuan KB
Menunda Kehamilan
Menjarangkan Kelahiran < 2 thn
-1.73
Menjarangkan Kelahiran > 2 thn
-0.92
Mengakhiri Kelahiran**
Keterangan:
* = signifikan pada =0,01; a = signifikan pada =0,05
** = kategori referensi
Sig.
Exp ()
0.00*
0.00*
0.73
0.00*
1.29
0.27
0.02a
1.12
0.85
0.00*
1.40
0.00*
0.00*
0.18
0.40
Tabel 4.12 menunjukkan hasil analisis regresi logistik biner antara faktor-faktor sosial,
demografi, ekonomi dan sarana. Wanita PUS di wilayah Maluku dan Papua yang berumur
kurang dari 30 tahun memiliki peluang 0,73 kali lebih kecil menggunakan MKJP dibandingkan
wanita PUS yang berumur lebih dari atau sama dengan 30 tahun.
48
49
Sumatera
Kalimantan
JUMLAH
UMUR
AMH
PUS
Maluku Papua
Menjarangkan
Kelahiran
2+ th
Mengakhiri
Kehamilan
Menjarangkan
Kelahiran
< 2 th
Kelahiran
<30
30+
0.00
0.00
18.33
19.64
20.45
21.6
1.7
18.28
40.48
59.52
3+
<30
30+
0.01
0.01
1.6
12.23
3.02
21.82
1.68
59.63
6.32
93.68
0-2
<30
0.00
19.25
21.4
1.96
42.6
3+
30+
<30
0.00
0.00
15.08
2.64
25.19
4.75
17.13
2.08
57.4
9.48
0-2
30+
<30
0.00
0.00
12.09
12.92
35.13
24.5
43.3
2.04
90.52
39.45
30+
<30
30+
0.02
0.00
0.00
14.66
1.8
10.71
25.55
3.65
22.07
20.32
1.74
60.04
60.55
7.18
92.82
0-2
<30
30+
0.00
0.01
16.9
19.27
22.68
17.17
3.04
20.93
42.62
57.38
3+
<30
30+
0.00
0.00
1.97
13.01
4.04
15.96
3.71
61.3
9.72
90.28
0-2
<30
30+
<30
30+
<30
30+
<30
30+
0.00
0.00
0.00
0.00
0.12
0.29
0.07
0.41
23.84
29.72
2.61
20.56
13.38
12.56
0.86
8.86
17.43
19.29
4.59
24.53
20.83
20.91
1.58
19.22
1.45
8.27
2.49
45.22
3.19
28.7
1.84
67.17
42.72
57.28
9.69
90.31
37.53
62.47
4.35
95.65
3+
Jawa
Menunda
TOTAL
0-2
3+
Sulawesi
Tujuan ikut KB
0-2
3+
Hasil analisis pada tabel 4.13 menunjukkan bahwa pemilihan penggunaan kontrasepsi belum
sesuai dengan tujuan pemakaian. Wanita PUS yang mempunyai tujuan untuk mengakhiri
kehamilan seyogyanya lebih memilih untuk menggunakan kontrasepsi jangka panjang. Namun
penggunaan Non MKJP di setiap wilayah mayoritas masih terlihat pada wanita PUS yang
bertujuan untuk mengakhiri kehamilan.
4.2.8 Pola Penggunaan MKJP di Enam Wilayah Indonesia
Dalam penggunaan kontrasepsi wanita PUS sebaiknya menggunakan pola pemakaian
kontrasepsi yang efektif, efesien, dan rasional sesuai dengan tujuan ber-KB. Apabila pasangan
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan MKJP Di Enam Wilayah Indonesia
50
Sumatera
JUMLAH
UMUR
AMH
PUS
Menunda
<30
30+
<30
30+
<30
30+
<30
30+
<30
30+
<30
30+
<30
30+
<30
30+
<30
30+
<30
30+
<30
30+
<30
30+
Kehamilan
0.03
0.00
0.00
0.02
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.04
0.16
0.00
0.17
0-2
3+
0-2
3+
Kalimantan
0-2
3+
Sulawesi
0-2
3+
0-2
3+
Jawa
0-2
3+
Tujuan ikut KB
Menjarangkan
Kelahiran
< 2 th
10.66
16.16
1.58
6.39
7.9
10.98
0.97
5.92
6.01
10.97
0.50
5.74
8.79
16.06
0.75
7.52
11.34
14.60
1.19
6.57
6.35
10.46
0.24
3.79
TOTAL
Menjarangkan
Mengakhiri
Kelahiran
2+ th
13.25
18.51
1.33
10.72
10.7
29.4
1.43
21.01
11.32
25.71
1.00
10.74
13.71
16.17
1.49
10.45
18.79
28.26
1.08
13.04
10.56
18.22
0.48
9.10
Kelahiran
2.5
38.89
1.84
78.12
2.85
38.17
1.78
68.89
2.59
43.4
2.00
80.02
3.41
41.86
4.21
75.59
1.71
25.31
2.37
75.75
3.03
51.18
1.63
84.60
26.45
73.55
4.75
95.25
21.45
78.55
4.18
95.82
19.93
80.07
3.5
96.5
25.91
74.09
6.45
93.55
31.83
68.17
4.63
95.37
19.98
80.02
2.34
97.66
Dalam perencanaan keluarga terdapat tiga fase yaitu fase menunda kehamilan, fase
menjarangkan kehamilan dan fase tidak ingin hamil lagi. Fase pertama yaitu fase menunda
kehamilan diperlukan pada wanita yang menikah dengan umur masih muda atau kurang dari 20
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan MKJP Di Enam Wilayah Indonesia
51
52
ketidaksinkronan
antara
pemberlakuan alkon yang gratis dengan pungutan untuk jasa pelayanan yang masih di
berlakukan di fasilitas pelayanan pemerintah di Lombok Tengah.
Provinsi Lampung
Di Provinsi Lampung kebijakan/strategi dan upaya yang dilakukan untuk pencapaian kesertaan
ber-KB dan pelayanan MKJP antara lain dengan melakukan penyuluhan/konseling langsung ke
sasaran yaitu calon akseptor, melakukan koordinasi dengan mitra kerja seperti bidan praktek
swasta dan bidan desa dalam upaya menggerakkan penyuluhan tentang MKJP serta melakukan
pelayanan pasca persalinan di RS. Setiap klien yang memiliki jamkesmas di haruskan untuk ikut
KB dengan menggunakan MKJP.
Dokter yang telah memiliki kompetensi atau sertifikasi untuk memberikan pelayanan KB sekitar
68 persen sedangkan jumlah bidan sekitar 30 persen. Pembagian jumlah provider yang sudah
dilatih dan mendapat sertifikasi belum merata di semua kabupaten/kota, begitu juga dengan
ketersediaan sarana dan prasarana (Obgn Bed, IUD KIT, ABPK).
Provinsi Sulawesi Tenggara
Kebijakan/strategi yang dilakukan untuk pencapaian kesertaan ber-KB dan pelayanan MKJP di
Provinsi Sulawesi Tenggara antara lain melalui pelayanan KB keliling dan melakukan sosialisasi
dan konseling KB.
Para provider (bidan) telah mendapatkan pelatihan-pelatihan medis teknis MKJP seperti
pelatihan KIP/Konseling, insersi implant dan IUD bagi para bidan. Pelatihan non medis teknis
seperti pelatihan KIP/Konseling KB serta pelatihan pencatatan dan pelaporan (R/R) juga pernah
diikuti bidan. Lebih dari 500 bidan sudah mengikuti pelatihan dan pembagian jumlah provider
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan MKJP Di Enam Wilayah Indonesia
53
54
PEMBAHASAN
Pemilihan alat/ cara KB dipengaruhi beberapa faktor di antaranya yaitu faktor sosiodemografi
yang meliputi tingkat pendidikan, umur, jenis pekerjaan dan jumlah anak. Pernyataan Bertand
serupa dengan teori yang dikemukan oleh Anderson yang memasukkan karakteristik
sosiodemografi yang dikelompokkan ke dalam predisposisi yang lebih lanjut dapat
mendeskripsikan fakta-fakta bahwa seseorang mempunyai kecenderungan yang berbeda-beda
terhadap suatu pelayanan kesehatan termasuk didalamnya pelayanan kontrasepsi. Ciri-ciri
individu ini meliputi ciri sosiodemografi meliputi jenis kelamin dan umur, struktur sosial yang
didalamnya terkait tingkat pendidikan, status ekonomi, dan pekerjaan. (Bertand, 1980).12 FaktorFaktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan MKJP Di Enam Wilayah Indonesia
55
56
mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi. Pendidikan seorang ibu akan menentukan pola
penerimaan terhadap informasi dan pengambilan keputusan, semakin berpendidikan seorang ibu,
maka keputusan yang akan diambil akan lebih baik.
Lebih lanjut pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan terhadap
pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap pentingnya sesuatu hal, termasuk pentingnya
keikutsertaan dalam KB. Ini disebabkan karena seseorang yang berpendidikan tinggi pada
umumnya akan lebih luas pandangannya dan lebih mudah menerima ide maupun hal-hal yang
inovatif (pembaharuan). Hubungan antara pendidikan dengan pola pikir, persepsi dan perilaku
masyarakat memang sangat signifikan, dalam arti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang semakin rasional dalam pengambilan berbagai keputusan.
Tingkat pendidikan merupakan variabel dari faktor sosial yang mempengaruhi penggunaan
MKJP di semua wilayah Indonesia (Jawa, Sumatera, Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan,
Sulawesi serta wilayah Maluku dan Papua). Peningkatan tingkat pendidikan umumnya akan
berdampak pada tingkat kelahiran yang rendah karena pendidikan tinggi akan mempengaruhi
usia kawin yang tinggi sehingga masa reproduksi menjadi lebih pendek. Lebih lanjut, dalam
hubungan dengan pemakaian kontrasepsi pendidikan akseptor dapat mempengaruhi dalam
pemilihan jenis kontrasepsi yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kelangsungan
pemakaiannya.
Daerah tempat tinggal, dari hasil analisis statistik dengan uji chi-square diperoleh hasil yang
signifikan (nilai sig.<0,01) yang menunjukkan bahwa daerah tempat tinggal mempunyai
hubungan yang bermakna pada penggunaan MKJP dan Non MKJP di seluruh wilayah Indonesia.
Sedangkan dari hasil analisis regresi logistik dapat diketahui bahwa daerah tempat tinggal
mempengaruhi penggunaan MKJP di wilayah Sumatera, Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan,
Maluku dan Papua. dengan nilai sig < 0.01. Wanita PUS yang bertempat tinggal di perkotaan
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan MKJP Di Enam Wilayah Indonesia
58
59
60
Sumber pelayanan, dari hasil analisis statistik dengan uji chi-square diperoleh hasil yang
signifikan (nilai sig.<0,01) yang menunjukkan bahwa sumber pelayanan mempunyai hubungan
yang bermakna pada penggunaan MKJP dan Non MKJP di seluruh wilayah Indonesia.
Sedangkan dari hasil analisis regresi logistik dapat diketahui bahwa sumber pelayanan
mempengaruhi penggunaan MKJP di wilayah Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan dan Sulawesi
dengan nilai sig < 0.01. Sementara variabel sumber pelayanan tidak berpengaruh terhadap
penggunaan MKJP di wilayah Jawa, Sumatera, Maluku dan Papua.
61
KESIMPULAN
1. Pola penggunaan Non MKJP tidak terlalu berbeda antara satu wilayah dengan wilayah
lainnya di Indonesia. Sebagian besar responden yang menggunakan Non MKJP adalah
wanita PUS yang berumur kurang dari 30 tahun, jumlah anak 0-2 anak, lama menikah 15, memiliki tingkat pendidikan tamat SD atau tamat SLTP, bertempat
tinggal di
perdesaan, tujuan ber-KB untuk menunda kehamilan, termasuk dalam tahapan keluarga
Pra S dan KS I (85 persen) dengan sumber pelayanan di fasilitas lainnya.
2. Pola penggunaan MKJP juga tidak terlalu berbeda antara satu wilayah dengan wilayah
lainnya di Indonesia. Sebagian besar responden yang menggunakan MKJP adalah wanita
PUS yang berumur lebih dari 30 tahun, jumlah anak lebih dari atau sama dengan tiga
anak, lama menikah lebih dari 10 tahun, memiliki tingkat pendidikan tamat SMA ke atas,
bertempat
63
64
65
5.2
SARAN
Berdasarkan temuan dari hasil analisis lanjut yang dilakukan, beberapa saran yang diharapkan
dapat meningkatkan pemakaian kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebagai salah satu upaya
untuk menurunkan angka kelahiran di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Memotivasi wanita PUS yang telah memiliki 2 (dua) anak masih hidup berusia relatif
muda (kurang dari 30 tahun) dan wanita PUS berusia tua (lebih dari 30 tahun) yang telah
memiliki 2 (dua) anak masih hidup atau lebih untuk segera menggunakan KB MKJP.
agar
kegiatan
konseling
yang
dilakukan
dapat
maksimal
serta
66
5. Memanfaatkan Local Genius di tingkat lini lapangan (Kader, Guru, PKK, Karang
Taruna, dll) sebagai tenaga penggerak untuk membantu kegiatan penyuluhan maupun
fasilitator bagi PUS yang belum ber-KB, dan bagi PUS yang telah ber-KB dengan
menggunakan kontrasepsi jangka pendek diupayakan untuk menggunakan MKJP.
6. Pembinaan yang berkelanjutan khusus untuk peserta KB implant dan IUD agar
kelangsungan pemakaian ke dua alat/cara KB tersebut dapat semakin terjaga.
67
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
1
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Pemantauan Pasangan Usia Subur melalui
Mini Survei di Indonesia 2010, Jakarta
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Pemantauan Pasangan Usia Subur melalui
Mini Survei di Indonesia . 2011, Jakarta
Winarni, Endah, Mujianto, Rahmadewi dan Sri Wahyuni. 2000. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pemakaian IUD di Empat Propinsi ( Jawa Timur, Bali, Sumatera Barat
dan Bengkulu) BKKBN, Jakarta
Imbarwati. 2009. Beberapa Faktor yang berkaitan dengan penggunaan KB IUD pada peserta
KB Non IUD di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Tesis pada Program Magister
Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro, Semarang
Hosmer and Lemeshow. 1989. Applied Logistic Regression (2nd ed.). New York, USA :John
Wiley& Sons.
Asih, Juliaan. 2010. Pola Pemakaian Kontrasepsi. Analisis Lanjut 2010: BKKBN, Jakarta
10
Bertand, Jane. 1980. Audience Reasearch for Improving Family Planning Communication
Program The Community and Family Study Centre, Chicago
11
Bulatao, R.A (1989). Toward a Framework for Understanding Contraceptive Method Choice.
dalam Choosing a Contraceptive : Method Choice in Asia and the United States.
Westview, Boulder.
67