Bab 16 Rekonsiliasi Fiskal Dan SPT Kel 13
Bab 16 Rekonsiliasi Fiskal Dan SPT Kel 13
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Perpajakan
Disusun Oleh
: Kelompok 13
Nama Kelompok
BAB 1
PENDAHULUAN
1. A
1.1. Latar Belakang Masalah
Pajak sebagai sumber penerimaan negara yang sangat penting bagi
penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan nasional.
Undang-undang dasar 1945 telah menempatkan kewajiban perpajakan
sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan dan sebagai sarana
peran serta dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional untuk
mencapai masyarakat adil dan makmur. Pasal 33 uud 1945 menyatakan
bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat.
1.2. Tujuan
1.2.1. Mengetahui pengertian Rekonsiliasi Fiskal
1.2.2. Mengetahui bentuk SPT Tahunan
1.2.3. Mengetahui Fungsi SPT
BAB 2
PEMBAHASAN
1. A
1.1. Pengertian Akuntansi Pajak Untuk Rekonsiliasi Fiskal Dan Pengisian
Spt Pph Badan
Penyesuaian laporan keuangan komersial untuk kepentingan
perpajakan pada akhir tahun sudah menjadi kewajiban bagi setiap
perusahaan. Penyesuaian ini muncul karena terjadinya perbedaan
pengakuan atas penghasilan dan biaya pada satu periode tertentu (tahun
buku) antara pengakuan penghasilan berdasarkan PSAK dan pengakuan
penghasilan berdasarkan peraturan perundangan perpajakan. PSAK hanya
memberikan pedoman dalam menyusun laporan keuangan komersial dan
tidak secara spesifik mengatur perlakuan akuntansi yang berkaitan dengan
peraturan perundangan perpajakan. Sehingga muncullah rekonsiliasi
fiskal atas laporan keuangan komersial untuk kepentingan perpajakan.
Training ini didisain untuk memberikan pemahaman yang
komprehensif mengenai proses rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial
dan Laporan Keuangan Fiskal.
1.2. Objective
1.2.1. Memahami perbedaan antara PSAK dan peraturan perpajakan dan
pengaruhnya terhadap laporan keuangan
1.2.2. Memahami tata cara penghitungan dan pelaporan PPh badan yang
disesuaikan dengan ketentuan terbaru yaitu UU PPh terbaru.
1.2.3. Memahami teknik melakukan rekonsiliasi Laporan Keuangan
Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal
1.3.2.2.
Laporan kinerja
1.3.2.3.
1.4.1.2.
1.4.1.3.
Mekanisme pengkreditan PM vs PK
1.4.2.2.
Penyetoran PPN
1.4.2.3.
1.4.2.4.
pemungut PPN
1.4.2.6.
1.4.3.2.
1.4.3.3.
1.4.3.4.
PPh Pasal 23
Kompensasi kerugian
Cadangan piutang
2.2 Hal Penting Sehubungan dengan SPT Tahunan PPh Badan 2010
Beberapa hal penting sehubungan dengan pelaporan SPT Tahunan PPh Badan
tahun pajak 2010 yang berhasil saya rangkum adalah sebagai berikut :
1. Form Utama SPT Tahunan terdiri :
Form Lampiran Khusus ==> Terdiri dari form 1A s.d 7A. Yang harus ada
adalah form penyusutan, sedangkan untuk lampiran khusus yang lain, isi
form yang relevan saja
Transkrip Laporan Keuangan ==> Terdiri dari form 8A-1 s.d 8A-2. Harus
ada dan isi salah satu form yang sesuai dengan jenis usaha Anda.
tidak
sepenuhnya
dilampiri
keterangan
dan/atau
dokumen
diubah
dengan
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
152/PMK.03/2009.
6. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan
harus dibayar lunas sebelum Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan
disampaikan. Apabila pembayaran dilakukan setelah tanggal jatuh tempo
pembayaran atau penyetoran pajak, dikenai sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2% (dua persen) perbulan yang dihitung dari tanggal jatuh
tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran dan bagian dari
bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
7. Wajib Pajak wajib membayar atau menyetor pajak yang terutang ke Kas
Negara melalui Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan untuk menerima pembayaran pajak (Bank Persepsi).
Menteri
Keuangan.
Wajib
Pajak
yang
diizinkan
untuk
isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang
isinya tidak benar, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara, dapat dikenai sanksi administrasi dan/atau sanksi pidana sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak Luar Negeri dipotong Pajak Penghasilan Pasal 26
oleh pembeli yang ditunjuk sebagai pemotong pajak dan kepada Wajib Pajak
Luar Negeri selaku penjual diberikan bukti pemotongan Pajak Penghasilan
Pasal 26.
10
DAFTAR PUSTAKA
Tjahjono, A., & Husein, M. F. (2009). Perpajakan. Jakarta: UPP-STIM YKPN.
Waluyo, & Ilyas, W. B. (2000). Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
11