Anda di halaman 1dari 24

Pengolahan Air Gambut

Oleh :
Genardus Oktavri
Muhammad Hamdani
Monalisa
Sheilviana Angela

Pengertian Air Gambut


Air gambut adalah air permukaan yang banyak
terdapat di daerah berawa maupun dataran
rendah terutama di Sumatera dan Kalimantan,
yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
(Kusnaedi, 2006) :
1. Intensitas warna yang tinggi (berwarna merah
kecoklatan)
2. pH yang rendah
3. Kandungan zat organik yang tinggi
4. Kekeruhan dan kandungan partikel tersuspensi
yang rendah
5. Kandungan kation yang rendah

Klasifikasi Air Gambut


Berdasarkan sumber airnya, lahan gambut dibedakan
menjadi dua yaitu
1. Bog
merupakan jenis lahan gambut yang sumber airnya
berasal dari air hujan dan air permukaan. Karena air
hujan mempunyai pH yang agak asam maka setelah
bercampur dengan gambut akan bersifat asam dan
warnanya coklat karena terdapat kandungan organik.
2. Fen
Merupakan lahan gambut yang sumber airnya berasal
dari air tanah yang biasanya dikontaminasi oleh mineral
sehingga pH air gambut tersebut memiliki pH netral dan
basa.

Berdasarkan kelarutannya dalam alkali dan asam, asam


humus dibagi dalam tiga fraksi utama yaitu:
Asam humat
Asam humat atau humus dapat didefinisikan sebagai
hasil akhir dekomposisi bahan organik oleh organisme
secara aerobik
Asam fulvat
Asam fulvat merupakan senyawa asam organik alami
yang berasal dari humus, larut dalam air, sering
ditemukan dalam air permukaan dengan berat molekul
yang rendah yaitu antara rentang 1000 hingga 10.000.
Humin
Kompleks humin dianggap sebagai molekul paling besar
dari senyawa humus karena rentang berat molekulnya
mencapai 100.000 hingga 10.000.000. Sedangkan sifat
kimia dan fisika humin belum banyak diketahui.

Kekurangan Air Gambut


Kekurangan air gambut untuk kesehatan :
Kadar keasaman pH yang rendah dapat menyebabkan
kerusakan gigi dan sakit perut.
Kandungan organik yang tinggi dapat menjadi sumber
makanan bagi mikroorganisma dalam air, sehingga dapat
menimbulkan bau apabila bahan organik tersebut terurai
secara biologi, (Wagner, 2001).
Apabila dalam pengolahan air gambut tersebut digunakan
klor sebagai desinfektan, akan terbentuk trihalometan
(THMS) seperti senyawa argonoklor yang dapat bersifat
karsinogenik (kelarutan logam dalam air semakin tinggi
bila pH semakin rendah), (Wagner, 2001).

Alternatif Proses Pengolahan Air


Gambut
Proses Oksidasi
Proses oksidasi untuk pengolahan air berwarna (yang
mengandung senyawa organik) yang dapat dianjurkan
adalah dengan ozon atau peroksida, karena tidak
menghasilkan suatu ikatan atau senyawa yang
berbahaya (dapat menguraikannya sehingga mudah
terurai dan menguap)
Proses Adsorpsi
Adsorbsi merupakan fenomena fisika dimana molekulmolekul bahan yang diadsorpsi tertarik pada
permukaan bidang padat yang bertindak sebagai
adsorban

Proses Koagulasi Flokulasi


Proses koagulasi yang diiringi dengan proses
flokulasi merupakan salah satu proses
pengolahan air yang sudah lama digunakan.
Proses ini penting untuk penyisihan warna dan
organik.

Proses Elektrokoagulasi
Elektrokoagulasi merupakan metode pengolahan
air secara elektrokimia dimana pada anoda
terjadi pelepasan koagulan aktif berupa ion
logam (biasanya alumunium atau besi) ke dalam
larutan, sedangkan pada katoda terjadi reaksi
elektrolisis berupa pelepasan gas Hidrogen

Air Bersih
Air bersih adalah salah satu jenis
sumberdaya berbasis air yang bermutu baik
dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk
dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas
mereka sehari hari termasuk diantaranya
adalah sanitasi.

PERSYARATAN AIR MINUM


Secara Umum: Air yang aman dan sehat yang bisa
dikonsumsi manusia.
Secara Fisik: Tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa.
Secara Kimia:
PH netral (bukan asam/basa)
Tidak mengandung racun dan logam berat
berbahaya.
Parameter-parameter seperti BOD, COD, DO, TS,
TSS dan konductivitimemenuhi aturan pemerintah
setempat.

Parameter Air Bersih


1.
2.
3.
4.
5.

KESADAHAN
ALKALINITAS
PH
KARBON DIOKSIDA
SALINITAS

PENGOLAHAN AIR GAMBUT


Netralisasi dengan pemberian
kapur/gamping.
Aerasi dengan pemompaan udara.
Koagulasi dengan pemberian tawas.
Pengendapan.
Penyaringan.

Netralisasi
Yang dimaksud dengan netralisasi adalah
mengatur keasaman air agar menjadi netral (pH
7 - 8). Untuk air yang bersifat asam misalnya air
gambut, yang paling murah dan mudah adalah
dengan pemberian kapur/gamping. Fungsi dari
pemberian kapur, disamping untuk menetralkan
air baku yang bersifat asam juga untuk
membantu efektifitas proses selanjutnya.

Aerasi
yang dimaksud dengan aerasi yaitu
mengontakkan udara dengan air baku agar
kandungan zat besi dan mangan yang ada
dalam air baku bereaksi dengan oksigen yang
ada dalam udara memben tuk senyawa besi
dan senyawa mangan yang dapat
diendapkan. Disamping itu proses aerasi juga
berfungsi untuk menghilangkan gas-gas
beracun yang tak diinginkan misalnya gas
H2S, Methan, Carbon Dioksida dan gas-gas
racun lainnya.

Koagulasi
Koagulasi adalah proses pembubuhan
bahan kimia kedalam air agar kotoran dalam
air yang berupa padatan tersuspensi
misalnya zat warna organik, lumpur halus
bakteri dan lain-lain dapat menggumpal dan
cepat mengendap. Cara yang paling mudah
dan murah adalah dengan pembubuhan
tawas/alum
atau
rumus
kimianya
Al2(SO4)3.18 H2O. (berupa kristal berwarna
putih).

Pengendapan
Setelah proses koagulasi air tersebut
didiamkan sampai gumpalan kotoran yang
terjadi mengendap semua (+ 45 - 60 menit).
Setelah kotoran mengendap air akan tampak
lebih jernih. Endapan yang terkumpul
didasar tangki dapat dibersihkan dengan
membuka kran penguras yang terdapat di
bawah tangki.

Penyaringan
Pada proses pengendapan, tidak semua
gumpalan kotoran dapat diendapkan semua.
Butiran gumpalan kotoran dengan ukuran
yang besar dan berat akan mengendap,
sedangkan yang berukuran kecil dan ringan
masih melayang-layang dalam air. Untuk
mendapatkan air yang betul-betul jernih
harus
dilakukan
proses
penyaringan.
Penyaringan dilakukan dengan mengalirkan air
yang telah diendapkan kotorannya ke bak
penyaring yang terdiri dari saringan pasir.

Diagram Pengolahan Air Gambut

Peralatan yang Digunakan


1. Tangki Penampung
tangki terdiri dari drum plastik dengan volume
220 liter. Dilengkapi dengan 2 buah kran yaitu
untuk mengalirkan air ke bak penyaring dan
untuk saluran penguras
2. Pompa Aerasi
terdiri dari pompa tekan. Fungsi pompa untuk
menghembuskan udara ke dalam air baku
bereaksi dengan oksigen yang ada di udara
membentuk oksida besi yang dapat diendapkan.

3. Bak Penyaring
Lapisan 1: kerikil atau koral dengan diameter
1-3 cm dengan tebal 5 cm
Lapisan 2: ijuk dengan tebal 5 cm
Lapisan 3: arang kayu tebal 5-10 cm
Lapisan 4: Kerikil kecil diameter 5 mm tebal 5
cm
Lapisan 5: Pasir sililka tebal 10-15 cm
Lapisan 6: kerikil diameter 3 cm tebal 3-6 cm

Cara Pengolahan
1. Masukkan air baku kedalam tangki penampung
sampai hampir penuh (550 liter)
2. Larutkan 60-70 gram bubuk kapur/ gamping4-6
sendok makan ke dalam ember kecil yang berisi
air baku kemudian masukkan ke dalam tangki
3. Masukkan selang aerasi ke dalam tangki sampai
ke dasarnya dan lakukan pemompaan sebanyak
50-100 kali setelah itu angkat pompa kembali.

4. Larutkan 60-80 gram bubuk tawas 4-6 sendok


makan kedalam ember kecil lalu masukkan ke
dalam air baku yang telah di aerasi. Aduk secara
cepat dengan arah putaran sama selama 1-2
menit. Setelah itu air dibiarkan berputar sampai
berhenti dengan sendirinya dan diamkan 45-60
menit.
5. Buka kran penguras untuk mengeluarkan
endapan kotoran yang terjadi
6. Buka kran pengeluaran dan alirkan ke bak
penyaring buka kran saringan dan usahakan air
dalam saringan tidak meluap

Anda mungkin juga menyukai