Anda di halaman 1dari 52

Profil PT Intanwijaya Internasional

PT Intanwijaya Internsional Tbk (selanjutnya disebut Perusahaan), sebelumnya bernama


PT Intan Wijaya Chemical Industry Tbk, didirikan di Banjarmasin berdasarkan Akta Notaris
Jony Frederik Berthold Tumbelaka Sinjal, S.H., No. 64 tanggal 14 Nopember 1981. Akta ini
telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan
SuratKeputusan No.C2-3185-HT.01.01.Th 82 tanggal 24 Desember 1982.
1. Aktivitas Perencanaan
PT Intanwijaya Internasional bergerak dalam bidang kimia dan bermarkas di Jakarta.
dalam 1 bulan nya PT Intanwijaya Internasional dapat memproduksi :
11.000 ton formalin 37%
14.000 ton resin berbasis formaldehida (urea, melamin, fenol & jenis emisi rendah)
900 ton bubuk urea lem formaldehida
500 ton hexamine
PT Intanwijaya Internasional pada Agustus 2013 lalu baru saja memperluas jangkuan
perusahannya ke wilayah semarang. Pengoperasian pabrik di Semarang tersebut juga
dimaksudkan sebagai upaya efesiensi perseroan dengan mempertimbangkan kelancaran
pasokan bahan baku, mengingat selama ini pabrik utama perseroan berada di Banjarmasin,
Kalimantan Selatan. Dengan mendirikan pabrik baru yang bertujuan sebagai pabrik formalin
dan resin dengan rencana 180ton formalin perhari dan 3000 ton resin perhari dalam kapasitas
produksinya.
PT Intanwijaya Internasional dalam jangka panjang merencanakan kenaikan
pertumbuhan pendapatan 2013 yang ditargetkan sebesar 36% dibandingkan dengan kinerja
tahun sebelumnya Rp64,63 miliar. Dan pada sisi penjualan, ditargetkan PT Intanwijaya
Internasional dapat memproduksi

sebesar 18.340 ton dengan nilai penjualan sebesar

US$8,78 juta atau Rp87,9 miliar pada tahun ini.


Target penjualan untuk pasar dalam negri atau lokal direncakanan berkontribusi hingga 96%
dari total penjualan atau sebesar US$8,44 juta, sementara dari pasar ekspor memberikan
kontribusi sebesar US$340.500 yang berasal dari produk urea formaldehyde powder.

Selain target pemasaran perusahaan di Indonesia, PT Intanwijaya International juga


ekspor ke berbagai negara yaitu :

Singapore

Malaysia

Thailand

Vietnam

Cambodia

Myanmar

Hong Kong

China

Sri Lanka

Papua New Guinea

Australia

Ghana

Dalam perkembanganya, Perusahaan juga memiliki beberapa pesaing yang sejenis dan
memiliki prospek tinggi juga. Berikut daftar harga saham sektor industri kimia tahun 20102011 di Indonesia
Kode

Harga Saham
2010

Emiten
BRPT
1170
BUDI
220
DPNS
430
EKAD
255
ETWA
230
INCI
245
SOBI
3350
SRSN
60
TPIA
3425
UNIC
1830
Sumber : IDX.com

2011
770
240
710
280
430
210
2275
54
2600
2000

Perusahaan Intanwijaya International ( INCI ) memiliki harga saham sebesar 245 (2010)
dan 210 (2011) Yang dapat disimpulkan mampu bersaing dalam pasar Kimia. Dengan harga
yang cukup signifikan, diharapkan investor dapat tertarik untuk berinvestasi.

2. Aktivitas Pendanaan
Aktivitas Pendanaan adalah cara-cara yang digunakan oleh perusahaan untuk mendapatkan
uang untuk membiayai kegiatan-kegiatan aktivitas perusahaan. Dapat berupa bahan baku, gaji
pegawai, pengakuisisian perusahaan, serta R &D.
Sumber-sumber aktivitas Pendanaan PT Intanwijaya Internasional diperoleh dari berbagai
macam pos. Yaitu dari hutang, sewa, pensiun, serta ekuitas saham.
a. Kewajiban
Perusahaan Intanwijaya International memiliki beberapa hutang lancar ke beberapa pihak
relasi yaitu sebagai berikut :

PT Intanwijaya International mengalami kenaikan dalam hutang lancarnya pada tahun 2010
ke 2011 sebesar 8.047.200.007. hal ini disebabkan Perusahaan membutuhkan dana dalam
pembayaran kepada pemasok dalam pembelian persediaan. Dapat dilihat terjadi kenaikan
yang cukup signifikan dari tahun 2010 ke 2011 dalam pembayaran kepada pemasok. Hal ini
menuntut PT Intanwijaya International untuk mencari sumber dana lebih.

b. Sewa

`
PT Intanwijaya International Pada tahun 2009, Perusahaan membeli kendaraan dari PT
Toyota Astra Financial dengan sewa pembiayaan dalam jangka waktu 3 tahun diangsur
bulanan termasuk bunga sebesar Rp 22,232,000 per bulan mulai bulan April 2009 sampai
dengan Maret 2012. Kewajiban sewa pembiayaan dijamin dengan aset sewa guna usaha yang
bersangkutan. Perjanjian membatasi Perusahaan untuk menjual dan memindahkan hak aset
sewa pembiayaan. Jaminan sewa pembiayaan merupakan hak opsi untuk membeli aset sewa
pembiayaan.
c. Ekuitas

Dapat dilihat pada tabel, Besarnya ekuitas modal perusahaan masih dapat menutup besarnya
pinjaman dari pihak luar. Artinya perusahaan masih dapat bertahan pada periode berikutnya.
Namun terjadi penurunan dari tahun 2010 ke 2011 sebesar 4.01%. hal ini disebabkan
menurun nya ekuitas karena rugi pada tahun 2011.
Berdasarkan laporan PT Electronic Data Interchange Indonesia, Biro Administrasi Efek,
susunan pemegang saham Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 adalah
sebagai berikut:

Jumlah kepemilikan saham PT Intanwijaya Internasional tidak mengalami perubahan jumlah


dari tahun 2010 ke tahun 2011. Mayoritas saham masih dipegang Svamsinar Noasisah sebsar
19,24% dan keluarga Tanmizi yaitu robert (8,93%), Tazran (9,62%), Marzuki (8,25%). Dan
sisanya dipegang oleh masyarakat yang tersebar dengan kepemilikan dibawah 5% dengan
total 53,95% yang ada dimasyarakat.

Dapat dilhat dalam diagram pie diatas, sumber dana dari perusahaan PT Inntanwijaya
Internasional lebih dari

70% bersumber dari modal saham sendiri. Yaitu senilai

111,316,037,276 (72.3%) pada tahun 2011 dan senilai 128,485,798,703(67.5%) pada tahun
2010

3. Aktivitas Investasi
Aktivitas Investasi adalah cara-cara yang dilakukan perusahaan jika terjadi kelebihan kas.
Aktivitas investasi dapat berupa investasi tanah, bangunan, peralatan, hak hukum, persediaan,
modal manusia, dan aset sejenis maupun diinvestasikan dalam bentuk efek berupa saham.

Pada PT Intanwijaya Internasional, pengelolan aktivitas investasi berfokus pada Aset lancar,
Persediaan, dan aset tetap.

a. Aset lancar
- Kas dan setara kas
Kas dan setara kas terdiri dari kas, bank dan deposito berjangka yang jatuh tempo dalam
waktu tiga bulan atau kurang dari saat perolehan, selama tidak dijaminkan dan dibatasi
penggunaannya. Perusahaan mengelompokkan sebagai kas dan setara kas untuk semua kas
dan bank serta deposito berjangka dengan masa jatuh tempo 3 (tiga) bulan atau kurang dan
tidak dijaminkan.
Kebijakan manajemen Perusahaan atas aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing
adalah menyimpan uang dalam bentuk mata uang asing untuk mengelola eksposur risiko
pasar. Aset dalam mata uang asing jauh lebih besar dibandingkan dengan kewajiban dalam
mata uang asing, sehingga tidak ada risiko kewajiban financial yang mengancam.
Pada tahun 2011 perusahan mengalami penurunan Kas yaitu 58,314,507,899 sedangkan pada
tahun 2010 besarnya kas dan setara kas perusahaan 63,515,190,379. Hal ini disebabkan
terjadinya arus kas keluar pada aktivitas operasi yang lebih besar. Yaitu peningkatan dalam
pembelian bahan kepada pemasok, serta beban usaha yang meningkat sehingga menyebabkan
terjadinya penurunan kas dan setara kas.
-

Piutang

Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran
tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif. Pada saat pengakuan
awal, pinjaman yang diberikan dan piutang diakui pada nilai wajarnya ditambah biaya
transaksi dan selanjutnya diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan
metode suku bunga efektif. Aset keuangan yang dikategorikan sebagai pinjaman yang
diberikan dan piutang adalah kas dan setara kas, piutang usaha, piutang lain-lain pihak
berelasi dan pihak ketiga, dan uang jaminan yang dicatat sebagai bagian dari aset tidak lancar
lainnya. Berikut adalah piutang yang dimiliki PT Intanwijaya Internasional

Pada 31 Desember 2011, Perusahaan telah menghapusbukukan piutang usaha kepada PT


Hendratna Plywood sebesar Rp 7,034,303,435 karena Perusahaan tersebut telah dinyatakan
pailit berdasarkan Putusan Pengadilan No.16/Pailit/2010/PN.Niaga.Jkt.Pst tanggal 7 April
2010
Pada 31 Desember 2010, Perusahaan telah menghapusbukukan piutang usaha kepada PT
Daya Sakti Unggul sebesar Rp 14,140,717,613 karena Perusahaan tersebut telah dinyatakan
pailit berdasarkan Putusan Pengadilan No.48/Pailit/2009/PN Niaga.Jkt.Pst tanggal 14
September 2009.
Perusahaan telah mengakui rugi penurunan nilai piutang usaha sebesar Rp 4,529,021,235
(2010: Rp 1,300,000,000) berdasarkan estimasi manajemen terhadap bukti objektif adanya
penurunan nilai.
Dengan berbagai hal diatas, tentu saja akan berdampak pada menurunya jumlah piutang yang
dimiliki PT Intanwijaya Internasional. Pada tahun 2011 besarnya piutang sebesar
16,745,298,265 dan pada tahun 2010 sebesar 29,292,876,841 kerugian atas piutang yang tak
tertagih tentunya akan berdampak buruk pada pelaporan laba/rugi perusahaan karena hal ini
mengurangi laba sebesar 21.175.021.048 atas beban kerugian piutang.

Biaya dibayar di muka

Biaya dibayar di muka diamortisasi sesuai masa manfaat dengan menggunakan metode garis
lurus. Berikut adalah Biaya dibayar dimuka PT Intanwijaya Internasional.

Biaya dibayar dimuka mengalami kenaikan cukup besar dikarenakan perusahaan membeli 1
unit Coal Fired Fluidized Bed Thermal Oil Heater dan membayarkan uang muka sebesar
USD 678,523.35 kepada PT Basuki Pratama Engineering.
b. Persediaan
Persediaan dinyatakan menurut nilai yang terendah antara harga perolehan dan nilai bersih
yang dapat direalisasikan. Harga perolehan meliputi biaya-biaya yang terjadi untuk
memperoleh persediaan tersebut serta membawanya ke lokasi dan kondisinya yang sekarang.
Nilai bersih yang dapat direalisasikan adalah taksiran harga jual yang wajar setelah dikurangi
dengan taksiran biaya untuk menyelesaikan dan menjual persediaan barang jadi yang
dihasilkan. Harga perolehan dihitung dengan menggunakan metode rata-rata.

Perusahaan telah mengasuransikan persediaan dan aset tetap terhadap risiko kebakaran dan
risiko lainnya sesuai dengan banker clause berdasrkan suatu paket polis tertentu dengan nilai
pertanggungan

sebesar USD 10,250,000. Manajemen

berpendapat

bahwa jumlah

pertanggungan asuransi cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas risiko kebakaran
dan risiko lainnya yang mungkin dialami oleh Perusahaan.

Besarnya persediaan meningkat cukup besar dikarenakan perusahaan banyak membeli bahan
kepada pemasok. Yaitu terjadi pembelian sebesar 7.843.323.066 dan penjualan mengalami
penurunan sehingga stok persediaan meningkat cukup banyak dari tahun 2010 ke tahun 2011
yaitu sebesar 4.566.306.944

c. Aset tetap
Aset tetap dinyatakan berdasarkan model biaya yan dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi
dengan akumulasi penyusutannya. Aset tetap disusutkan berdasarkan taksiran masa manfaat
ekonomis ase tetap yang bersangkutan dengan menggunakan metode gari lurus (straight line
method). Taksiran masa manfaat ekonomis untuk masing-masing aset tetap adalah sebaga
berikut:

Pada tanggal 31 Desember 2011, aset tetap Perusahaan telah diasuransikan kepada PT Kurnia
Insurance Indonesia, Asuransi Sinar Mas, Asuransi Raksa Pratikara, PT Asuransi Jasa
Indonesia (Persero) dan PT Asuransi Adira Dinamika dengan nilai pertanggungan sebesar
USD 10,250,000 untuk bangunan pabrik berikut mesin, persediaan dan peralatan dan Rp
2,161,725,000 untuk kendaraan. Pada tanggal 31 Desember 2010, aset tetap Perusahaan telah
diasuransikan kepada PT Kurnia Insurance Indonesia, Asuransi Sinar Mas, Asuransi Raksa
Pratikara, PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) dan PT Asuransi Adira Dinamika dengan
nilai pertanggungan sebesar USD 10,250,000 untuk bangunan pabrik berikut mesin,
persediaan dan peralatan dan Rp 3,964,500,000 untuk kendaraan. Pada tanggal 31 Desember
2011, persentase penyelesaian dari bangunan dalam penyelesaian sekitar 20%.
Selama tahun 2011, perusahaan melakukan pembelian Investasi aset tetap yang cukup
signifikan. Yaitu sebesar 453.928.346 dalam pembelian nya.

d. Dana yang dibatasi penggunanya


Dana yang dibatasi penggunaannya merupakan deposito berjangka terkait dengan jaminan
terhadap fasilitas kredit L/C dari PT Bank Artha Graha Internasional Tbk Yaitu senilai
14,141,413,623 ditahun 2011 dan 13,755,144,696 ditahun 2010

4. Aktivitas Operasi
Aktivitas operasi mencerminkan pelaksanaan rencana bisnis yang terdapat dalam aktivitas
pendanaan dan aktivitas investasi. Aktivitas operasi adalah proses kegiatan utama yang
dilakukan dalam perusahaan. Sehingga sumber utama laba perusahaan yang benar didapatkan
dari aktivitas operasi.
a. Pengukuran laba
Laporan keuangan disusun berdasarkan konsep biaya perolehan dan dasar akrual, kecuali
untuk laporan arus kas. Laporan arus kas disusun menggunakan metode langsung (direct
method) dengan mengelompokan arus kas ke dalam aktivitas operasi, aktivitas investasi dan
aktivitas pendanaan. Untuk keperluan penyajian atas laporan arus kas, kas dan setara kas
terdiri dari kas, bank dan deposito berjangka yang jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau
kurang dari saat perolehan, selama tidak dijaminkan dan dibatasi penggunaannya. Pada 31
Desember 2010 dan 1 Januari 2010, kas dan setara kas hanya terdiri dari kas dan bank. Untuk
penyajian komparatif, laporan arus kas telah disajikan Kembali

Penyusunan laporan

keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia mengharuskan


manajemen untuk membuat estimasi dan asumsi yang mempengaruhi
jumlah aset dan liabilitas dan pengungkapan aset dan liabilitas kontinjensi pada tanggal
laporan keuangan serta jumlah pendapatan dan beban selama periode pelaporan. Hasil yang
sebenarnya mungkin berbeda dari jumlah yang diestimasi.
b. Pengakuan Pendapatan dan Beban
Pendapatan dari penjualan dalam negeri diakui pada saat barang diserahkan kepada
pelanggan, sedangkan penjualan ekspor diakui sesuai dengan persyaratan penjualan (FOB
shipping point atau destination).

Komponen aktivitas operasi :


1. Penjualan Bersih

Penjualan kepada pihak berelasi pada tahun 2011 dan 2010 adalah sejumlah Rp
42,762,716,010 dan Rp 44,924,365,222 mewakili 85.05% dan 92.71% dari penjualan bersih
secara keseluruhan.

PT Intanwijaya Internasional sangat bergantung penjualanya kepada Pihak berelasi satusatunya yaitu PT Wijaya Triutama Plywood sebagai pembeli primer perusahaan. Jika suatu
saat konsumen melepas kontraknya kepada PT Intanwijaya, dimungkinkan akan terjadi
kerusakan dalam struktur penjualan Perusahaan.
Penjualan mengalami kenaikan dari tahun 2010 ke tahun 2011 yaitu sebesar 1.823.698.622

2. HPP

HPP dari tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 3.363.246.129
dikarenakan peningkatan penjualan yang meningkat sehingga menuntut perusahaan untuk
memproduksi lebih banyak dan menyebabkan peningkatan beban-beban produksi.

Rincian pemasok yang melebihi 10% dari pembelian Perusahaan adalah sebagai berikut:

Supplier yang dipilih oleh PT Intanwijaya Internasional paling banyak bersumbe dari Superin
Chemicals yaitu sebesar 45.43% sendiri. Yang kedua adalah PT Indowax sebesar 28.91%.
namun pada tahun 2011 PT Intanwijaya Internasional tidak lagi membeli dari supplier PT
indowax dan memilih membeli dari PT Pama Raya, PT Humpuss, PT argo Afiat untuk
memenuhi kebutuhan bahan baku nya.

3. Beban tidak Langsung

Besarnya Beban tidak langsung dari tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami peningkatan
namun tidak signifikan.
4. Beban penjualan dan pemasaran, umum dan administrasi

Besarnya beban umum dan administrasi PT intanwijaya Internasional mengalami penurunan


dari tahun 2010 ke tahun 2011 dikarenakan penghapusan piutang yang lebih kecil dalam
periodenya.

5. Pendapatan bunga

Besarnya pendapatan bunga diperoleh dari besarnya deposito perusahaan di bank. Pendapatan
bunga mengalami peningkatan dari tahun 2010 ke tahun 2011 yaitu sebesar 830.418.859
6. Beban bunga dan Beban Keuangan

Beban bunga dan beban keuangan menurun dari tahun 2010 ke tahun 2011 yaitu sebesar
51.917.663 dikarenakan lebih kecilnya Provisi dan administrasi bank.

Analisis Vertikal dan Horisontal PT Intanwijaya Internasional

Analisis Horisontal PT Intanwijaya Internasional ( Neraca )


Dengan analisis horizontal, maka dengan melihat naik turunnya nilai akun pada
perusahaan. Terlihat pada kas dan setara kas yang mengalami penurunan sebesar 8,19% hal
ini dikarenakan diambilnya deposito dari PT BNI yang menyebabkan kas perusahaan
menurun jauh . selain itu piutang usaha meningkat sebesar 116.83% sebagai akibat dari
banyaknya penjualan kredit dari perusahaan terhadap pihak lain yang belum tertagih.
Persediaan juga mengalami peningkatan sebesar 90,15% yang artinya pada tahun 2011 terjadi
penumpukan stock di gudang. Perusahaan berarti terlalu banyak membeli bahan baku
sehingga terjadi penumpukan. Secara garis besar, jumlah aset tidak lancar turun sebesar
3,62% yang utamanya disebabkan kas dan setara kas yang turun. Sedangkan ada aset tidak
lancar, terjadi penurunan sebesar 16,68% dari PT Intanwijaya Internasional.

Hal ini

dikarenakan banyaknya penjualan aset-aset tetap perusahaan kepada pihak luar untuk
pembiayaan. Sementara liabilitas juga menunjukkan tren yang kurang baik, terlihat adanya
utang usaha yang mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebesar 2088,20% yang dapat
dikatakan bahwa perusahaan masih harus menanggung kewajiban terhadap pihak berelasi .
Hal ini harus diperhatikan perusahaan karena akan menghadapi resiko financial yang akan
terjadi di masa yang akan datang.
Selain itu terlihat bahwa saldo laba perusahaan mengalami penurunan sebesar 46,20%
dari periode sebelumnya. Tentunya hal ini sangatlah menimbulkan kesan negatif perusahaan.
.

Analisis Horisontal PT Intanwijaya Internasional ( laba rugi )


Laporan laba rugi memperlihatkan persentase kenaikan penjualan yaitu sebesar
3,76%. Namun HPP meningkat sebesar 8,03% sehingga menyebabkan terjadinya penurunan
laba bruto sebesar 23,38%. Dengan HPP yang besar, maka beban-beban perusahaan juga
semakin besar. Hal ini memberikan penurunan laba sebelum pajak sebesar 18,18%. Hal ini
perlu menjadi perhatian manajemen karena menunjukan penurunan negatif dari tahun
sebelumnya. Pihak manajemen perlu memberikan perhatian khusus terutama di bagian
pembelian barang dan beban operasi dan perlu adanya perubahan-perubahan pada pos yang

dirasa kurang memberikan kontribusi pada margin laba sehingga ke depan laba bersih yang
dihasilkan perusahaan dapat mengalami kenaikan.

Analisis Vertikal PT Intanwijaya Internasional ( Neraca )


Analisis vertikal terlihat bahwa selama tahun 2011 hanya beberapa perubahan yang terjadi
namun secara garis besar struktur neraca tidak mengalami perubahan yang signifikan.. yang
cukup berbeda hanya piutang usaha yaitu terlihat besarnya piutang usaha mewakili 50,74%
dari jumlah aset. Sedangkan pada tahun 2010 piutang usaha hanya mewakili sebesar 21,8%
total aset. Hal ini dikarenakan besarnya penjualan kredit PT Intanwijaya Internasional pada
tahun 2011 yang masih belum tertagih.
Pada sisi liabilitas PT Intanwijaya Internasional juga tidak banyak yang berubah dari
tahun 2010 ke tahun 2011. Titik yang paling mencolok pada hutang lancar yang meningkat
cukup signifikan. Yaitu pada tahun 2011 mewakili 6,74% dari total sisi kredit. Sedangkan
pada tahun 2011 hanya sebsar 0,29%. Kenaikan ini disebabkan PT Intanwijaya Internasional
lebih banyak meminjam dana kepada pihak ketiga untuk melakukan pembiayaan-pembiayaan
termasuk pembelian bahan baku. Selain itu pada sisi ekuitas, PT Intanwijaya dapat dikatakan
menurun. Saldo laba hanya mewakili 15,97% di tahun 2011 padahal di tahun 2010 saldo laba
mewakili 27,73%. Tentunya hal ini harus menjadi pertimbangan manajemen untuk dapat
meningkatkan kualitas produksinya agar ditahun berikutnya kinerja dapat meningkat
sehingga laba juga dapat meningkat.

Analisis Vertical PT Intanwijaya Internasional ( laba rugi )


Terlihat dalam analisis vertikal tahun 2011 mengalami peningkatan yang cukup baik
dibanding tahun 2010. Banyak pos-pos yang cenderung stabil dalam tahun 2010 ke tahun
2011. Namun selama tahun 2011 terjadi penurunan beban umum dan administrasi dalam
perbandinganya yaitu tahun 2011 sebsar 28,71% sedangkan di tahun 2010 sebsar 43,73%.
Tentunya han ini sangat berdampak meningkatkan laba. Laba pada tahun 2011 juga
meningkat sebsar 9% dari tahun sebelumnya walaupun laba yang diperoleh masih negatif.
Namun hal ini bisa menjadi pemicu manajemen dalam pmengelola perusahaan lebih baik lagi
ditahun berikutnya.

Analisis Kinerja Saham PT Intanwijaya Internasional


Penjualan tahun 2011

Terlihat dalam penjualan Pada tahun 2011 cukup baik dan mengalami peningkatan
dalam penjualanya. Serta dalam pendapatan laba juga dikatakan mengalami peningkatan
cukup baik. Saham PT Intanwijaya Internasional juga mulai diburu oleh para investorinvestor asing. Salah satunya para Investor dari China dikabarkan tengah mengincar saham
PT Intanwijaya Internasional tersebut. Para pengamat memprediksi peningkatan laba
fenomenal didapat dari keberhasilan INCI menggenjot penjualan ekspor ke beberapa negara
di Asia, khususnya China dan Singapura.
Salah satu pengamat mengatakan bahwa dalam semester awal tahun, perusahaan
industri kimia dasar ini telah sukses mencatatkan pertumbuhan nilai penjualan sekitar 250%.
Dengan peningkatan ini, diperkirakan keuntungan hingga akhir semester tahun ini akan naik
sedikitnya 200% jika dibandingkan dengan laba semester awal tahun lalu.

Pasalnya,

permintaan resin formalin dan formaldehid di pasar ekspor Singapura, Malaysia, Thailand,
Cina, Hong Kong, dan Australia semakin meningkat. Atas dasar itu, saham INCI dikabarkan
akan menjadi naik hingga level Rp 600. Apalagi dengan harga saham sekarang masih
terbilang

murah

dengan

book

value

dengan

di

level

harga

Rp

727.

Pada perdagangan Selasa (1/2/2011), saham Inci ditutup naik di level Rp 415 per lembarnya.
Naik 23,88% dari penutupan hari sebelumnya.
Selain itu PT Intanwijaya Internasonal direncanakan akan menambah usaha baru pada
bidang pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang berkapasitas 2x18MegaWatt di
Kalimantan Selatan untuk menunjang kebutuhan listrik di Banjarmasin. Diharpkan dengan
pendirian PLTU ini dapat menggerakan operasi perusahaan yang terdapat di Kalimantan
Selatan yang sebelumnya pernah krisis pada tahun 2009 serta memberikan kontribusi positif
kepada para pemegang saham PT Intanwijaya Internasional.
Artinya saham PT Intanwijaya Internasional terjadi penaikan signifikan dan diburu
oleh banyak investor. Selain karena mengalami perkembangan yang baik, harga saham pun
dapat dikatakan masih undervalue dan diramalkan dapat memberikan keuntungan lebih
dikemudian harinya hampir 50%.

PT Duta pertiwi Nusantara


Aktivitas Bisnis
PT Duta pertiwi Nusantara berdiri pada tanggal 18 Maret 1982 dan memulai kegiatan
usaha komersialnya pada tahun 1987. Kantor pusat DPNS beralamat di Jl Tanjungpura No.
263 D, Pontianak 78122 sedangkan pabrik berlokasi di Jl. Adisucipto Km. 10,6 Desa Teluk
Kapuas, Kec. Sei Raya, Kab. Kubu Raya, Pontianak 78391. Perusahaan ini bergeak di bidang
industri lem, barang-barang kimia dan pertambangan. Saat ini, produk utama yang dihasilkan
DPNS adalah Lem (Glue), Formalin dan Hardener (sebagai pelengkap / pengeras untuk
produk utama, dipergunakan dalam proses produksi kayu) lapis.
Aktivitas Perencanaan
Perusahaan ini memiliki mayoritas pemegang saham

PT Dutapermana Makmur,

dengan persentase kepemilikan sebesar 51,18%. Perusahaan ini juga Perkembangan usaha
yang dijalani Duta Pertiwi Nusantara memang tak selamanya menyenangkan. Pada tahun
2011, perusahaan ini sempat mengalami kerugian yang cukup lumayan, yakni berkisar Rp.
6,64 milyar. Namun masalah keuangan tersebut cepat diselesaikan dengan dilakukannya
beberapa upaya pengembalian perusahaan ke tahap sebelumnya. Seiring dengan penstabilan
kembali keuangan perusahaan. Strategi dari perusahaan PT Duta Pertiwi Nusantara yaitu
dengan melakukan divesrsifikasi ke industri penambangan batu bara yang dilakukan oleh
anak perusahaan. Saham PT Duta Pertiwi Nusantara ditutup melonjak 24,56% ke level Rp710
pada perdagangan ke marin, menyusul pernyataan perseroan tentang penemuan cadang an
batu bara hingga 200 juta ton.Presiden Direktur Duta Pertiwi Siang Hadi Widjaja menyatakan
emiten penghasil perekat dan produk kimia itu menemukan potensi cadangan batu bara
sebesar 150 juta hingga 200 juta ton, menyusul survei yang dilakukan di area seluas 500
hektare di Provinsi Jambi.Perluasan usaha yang dilakukan perusahaan ini sangatlah bagus
karena dibuktikan dengan harga saham yang naik berkisar antara.Hal ini membuktikan bahwa
PT Duta Pertiwi Internasional sangat kompetitif di pasar global, khususnya di pasar global
Indonesia. Dilihat dari harga saham perusahaan dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan
lain yang sejenis. Dapat disimpulkan bahwa strategi diversifikasi le industry pertambangan
sangat prospek untuk kedepannya. Tetapi perlu ditekankan bahwa perusahaan jiga memiliki
berbagai resioko. Salah satunya yaitu apakah dengan diversifikasi produk tersebut bisa
berjalan lancer untuk kedepannya atau tidak. Dan juga apakah melalui diversifikasi produk

terhadap anak perusahaan laba yang didapat akan stabil atau tidak untuk masa yang akan
datang. Selain itu perlu dipertimbangkan lagi apakah industry batu bara itu mampu bersaing
terhadap perusahaan yang sejenis lainnya atau tidak.

Aktivitas Pendanaan
Kewajiban

Perusahaan Duta Pertiwi Internasional memiliki kewajiban pada pihak relasi seperti yang
terlihat pada gambar. Adanya kenaikan yang cukup signifikan yaitu dari 14.735.869.216
menjadi 16.395.380.372. Kenaikan disebabkan oleh pembelian bahan baku dan persediaan
karena tuntutan permintaan konsumen.
Perjanjian Sewa
Perusahaan Duta Pertiwi Internasional menyewakan tanahnya kepada PT Sentralwatch
Perkasa Internasional perjanjuannya sebagai berikut :

Berdasarkan Perjanjian sewa menyewa No. 01/MS-LA/I/2011 tanggal 12 Januari 2011, PT.
Duta Pertiwi Nusantara menyewakan ruang perkantoran seluas 222 m2 yang berada di
Menara Sudirman Lt. 7C, Jl. Jend.
Sudirman Kav. 60, Jakarta kepada PT. Sentralwatch Perkasa Internasional. Jangka waktu
sewa 7 tahun 4,5 bulan (tujuh tahun empat setengah bulan) mulai dari
5/02/11 sampai dengan tanggal 30/06/18.
Harga sewa :
15/02/11-30/06/12 = Rp 145.000/m2/bulan
01/07/12-30/06/15 = Rp 155.000/m2/bulan
01/07/15-30/06/18 = Rp 178.250/m2/bulan
Jaminan sewa sebesar 3 (tiga) bulan =
Rp 122.877.000
Dengan adanya perjanjian sewa ini pendapatan sewa perusahaan bertambah 304.195.500. di
tahun 2011
Selain itu perusahaan juga menyewakan tanahnya kepada PT. Berkat Bukit Emas Berlimpah
perjanjiannya sebagai berikut :
Berdasarkan surat Perjanjian Sewa Menyewa tertanggal 25 Mei 2007, PT. Duta Pertiwi
Nusantara menyewakan tanah yang terletak di Jl. Arjuna Selatan No. 46-49, Jakarta seluas
1.159 m2, dengan harga Rp 75.000.000 (tujuh puluh lima juta rupiah) per tahun selama 5
(lima) tahun dari tanggal 01 Juni 2007 sampai dengan 31 Mei 2012 kepada PT. Berkat Bukit
Emas Berlimpah.
Dengan adanya sewa ini perusahaan mendapat pendapatan sewa sebesar 67.500.000. di tahun
2011
Ekuitas
Perusahaan Duta Pertiwi Internasional dalam memperoleh pendanaan untuk operasinya
berelasi dengan The Bank of Tokyo -Mitsubishi UFJ, Ltd dengan jumlah plafon USD
2,000,000 dan jatuh tempo pada tanggal 30 Juli 2009. Fasiltas ini diperpanjang setiap tahun.
Fasilitas pinjaman bank ini terakhir kali diperpanjang dari 31 Oktober 2011 sampai dengan
31 Oktober 2012 dengan jumlah plafon maksimum USD 1,000,000 dan tingkat bunga yang
relevan pada periode tersebut + 2% p.a. The Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ memberikan
fasilitas memberikan atas persediaan. Sebagian dari persediaan dengan nilai USD 1,500,000

(satu juta lima ratus ribu US Dollar) dijadikan jaminan atas fasilitas pinjaman dari Bank Of
Tokyo-Mitsubishi UFJ.
Selain tu dana untuk perusahaan juga dari para pemegang saham yang ditunjukkansebagai
berikut :

Terlihat dari gambar bahwa pemegang saham mayoritas sebanyak 49,67% yang
dimiliki oleh PT Dutapermana Makmur sebanyak Rp 164.485.935,-. Dengan adanya saham
kepemilikan mayoritas PT Dutapermana Makmur berhak andil dalam Rapat Umum
Pemegang Saham dan berhak untuk memberikan masukan-masukna untuk piha manajemen
PT Duta Pertiwi Internasional.
Dana pensiun
Untuk dana pensiun PT Duta Pertiwi Internasional melaporkan yang terkait dengan
liabilitas yang mempengaruhi secara material liabilitas atas amortisasi atas dana pensiun dan
imbalan kerja. Perhitungan imbalan pasca kerja menggunakan metode Projected Unit Credit.
Akumulasi keuntungan dan kerugian aktuarial bersih yang belum diakui yang melebihi
jumlah yang lebih besar diantara 10% dari nilai kini imbalan pasti dan 10% nilai wajar aset
program diakui dengan metode garis lurus selama rata-rata sisa masa kerja yang diperkirakan
dari para pekerja dalam program tersebut.

Terlihat adanya Entitas pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2011 sebesar Rp 17.308.072.163
dan Rp18.982.620.623. Hal ini akan langsung berdampak pada nilai Bunga yang diakibatkan
oleh manajemen dana pensiun yang dilakukan PT Duta Pertiwi Internasional.
Aktivitas Investasi
Dalam aktivitas ini yang perlu diperhatikan yaitu :
Kas dan setara kas
Kas dan setara kas terdiri dari kas, bank dan semua investasi yang jatuh tempo dalam waktu
tiga bulan atau kurang dari tanggal penempatannya dan yang tidak dijaminkan serta tidak
dibatasi penggunaannya.

Pada tahun 2011 kas dan setara kas meningkat cukup signifikan yakni dengan adanya
penjualan dari aktivitas operasi, pendapatan sewa dan juga simpanan deposito dari financial
perusahaan. Kenaikan yang terjadi yaitu dari 43.881.553.085 menjadi 44.487.214.905
Piutang
Piutang yang tercatat di PT Duta Pertiwi Internasional yaitu sebesar

Pada tahun 2011 perusahaan mencatat adanya piutangdari pihak berelasi sebesar
58.342.556.988 dan pada tahun 2010 sebesar 52.611.697.430 yang kemudian disesuaikan
dengan penyisihan kerugian piutang yang bertujuan sebagai anggaran atas piutang yang tidak
tertagih. Setelah adanya penyesuaian perusahaan mempunyai piutang bersih sebesar
20.599.222.694 (2011) dan 16.312.318.618 (2010). Piutang usaha ini dikatakan valid jika
dianalisis berdasarkan umur yang dapat dilihat sebagai berikut :

Perusahaan juga memiliki piutang lain-lain yang terdiri dari piutang karyawan, bunga
deposit, dan lain-lain sebesar 1.862.626.408 (2011) 519.791.142(2010). Piutang lain-lain ini
tidak dibentuk penyisihan kerugian penurunan nilai karena pihak manajemen beranggapan

bahwa pihak manajemen perusahaan berpendapat bahwa piutang tersebut seluruhnya dapat
tertagih.
Biaya dibayar dimuka
Biaya dibayar di muka diamortisasi sesuai masa manfaat dengan menggunakan metode garis
lurus. Berikut adalah Biaya dibayar dimuka PT Duta Pertiwi Internasional :

Dalam biaya dibayar dimuka perusahaan hanya mengalami peningkatan yang signifikan pada
biaya asuransi yang merupakan premi asuransi gedung, bangunan, peralatan pabrik,
kendaraan, dan persediaan milik PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk sebesar 124.288.855 di
tahun 2011

Persediaan
Persediaan PT Duta Pertiwi Internasional dinyatakan sebesar biaya perolehan atau nilai
realisasi bersih, dan mana yang lebih rendah. Biaya perolehan ditentukan dari metode yang
digunakan perusahaan yaitu metode FIFO. Penyisihan yang terkait persediaan yang usang
berdasarkan hasil penelaahan terhadap keadaan persediaan pada akhir periode. Berdasarkan
hasil penelaahan terhadap fisik dari persediaan, manajemen berkeyakinan bahwa tidak
diperlukan pembentukan penyisihan penurunan atas nilai persediaan dan persediaan usang.
Seluruh persediaan telah diasuransikan kepada PT Asuransi Buana Independen dan PT
Asuransi Central Asia terhadap risiko kebakaran dan risiko lainnya dengan jumlah
pertanggungan sebesar USD 4,744,809 pada 31 Desember 2011 dan USD 3,288,277 pada 31
Desember 2010. Dari Auransi tersebut menimbulkan penambahan di biaya dibayar dmuka
yang terkait di poran neraca perusahaan.

Berikut persediaan PT Duta Pertiwi Internasional :

Persediaan perusahaan menurun dari 33.785.236.774 menjadi 33.534.942.541 yang


dikarenakan

penjualan

perusahaan

meningkat

sebesar

97.283.942.857

menjadi

121.168.473.28
Aset Tetap
Perusahaan melakukan penyusutan asset tetap dengan melakukan penggolongan sebagai
berikut :
Tanah
Golongan bangunan dan prasarana
Golongan bukan bangunan dan prasarana yang terdiri
terdiri dari :
>

Golongan II : meliputi kendaraan/alat angkutan dan inventaris kantor dengan masa


manfaat lebih dari 4 tahun dan tidak lebih dari 8 tahun.

>

Golongan III: meliputi mesin dan perlengkapan dengan masa manfaat lebih dari 8
tahun.

Tanah dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dan tidak disusutkan. Golongan bangunan dan
prasarana disusutkan dengan metode garis lurus (straight-line method) sebesar 5% per tahun
dari biaya perolehan, sedangkan golongan bukan bangunan disusutkan dengan metode saldo
menurun ganda (double declining-balance method), masing-masing dengan tarif per tahun
sebagai berikut:
Golongan II : 25%
Golongan III : 10%

Goodwill dan goodwill negatif dari investasi pada entitas asosiasi diakui dan diamortisasi
dengan cara yang sama dengan akuisisi dari perusahaan yang dikendalikan (lihat kebijakan
akuntansi mengenai prinsip konsolidasi). Amortisasi goodwill dan goodwill negative
termasuk dalam bagian perusahaan atas laba entitas asosiasi. Pada periode ini perusahaan
tidak mencatatkan adanya goodwill.
Untuk investasi anatar perusahaan PT Duta Pertiwi Internasional melakukan deposito
berjangka dan bekerja sama dengan bank OCBC NISP . Perusahaan mendepositkan keuangan
asset tidak lancar lainnya sebesar Rp 15.150.000.000 dengan jangka waktu tiga tahun dan
tingkat suku bunga 4% sampai 5% .

Aktivitas Operasi
Yang harus dilihat dalam aktivitas ini yaitu terkait dengan bagaimana perusahaan
memperoleh hasil usahanya dari kegiatan operasi perusahaan. Hal itu tercantum dalam pospos berikut :
Pengukuran laba
Pendapatan atau penjualan dalam PT Duta Pertiwi Internasional diakui pada saat barang
diserahkan dan hak kepemilikan berpindah kepada pelanggan.

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan PT Duta Pertiwi Internasional
dihasilkan melalu penjualan glue, hardener, dan formalin. Mayoritas pendapatan perusahaan
berasal dari glue sebanyak 118.042.380.398. Dan juga adanya pembeli mayoritas yang
melebihi 10% yang mencapai 87,98% yaitu PT Erna Djuliawati dan yang mencapai 10,36%
yaitu PT Indopan Boards.
Beban diakui sesuai manfaatnya pada tahun yang bersangkutan (accrual basis).

Pendapatan bunga diakui atas dasar proporsi waktu yang memperhitungkan hasil efektif aset
tersebut kecuali kolektibilitas diragukan.

Beban usaha

Beban usaha yang terjadi dalam perusahaan Duta Pertiwi Internasional mengalami kenaikan
yang diakibatkan kenaikan beban gudang dan pengapakn, promosi dan sampel, dan yang
signifikan sekali yaitu adanya pemeliharaan dan perbaikan kapal.

Beban operasi

Jumlah beban operasi perusahaan meningkat sangat signifikan dari 17.375.667.969 menjadi
20.591.318.840 dikarenakan
keperluan kantor dan cetak

adanya sumbangan dan beasiswa, serta adanya perbaikan

Beban bunga dan eksplorasi

Beban bungan pada tahun 2010 sangat tinggi karena adanya perbedaan kurs mata uang asing
yang mengakibatkan perusahaan rugi valas sebesar 317.864.375. Sedangkan untuk beban
eksplorasi

perusahaan

memperluas

areanya

dan

pada

disusutkanberdasarkan harga perolehannya sebesar 30.014.449.408


.
Tidak ada pos luar biasa dalam aktivitas ini.

tahun

2011

langsung

Analisis Vertikal dan Horisontal PT Duta Pertiwi Nusantara


Analisis Horisontal PT Duta Pertiwi Internasional ( Neraca )
Dengan analisis horizontal, maka dengan melihat naik turunnya nilai akun pada
perusahaan. Terlihat pada kas dan setara kas yang mengalami kenaikan sebesar 1,4%. Yang
mengejutkan adannya piutang lain-lain yang meningkat sebesar 158% sebagai akibat dari
banyaknya penjualan kredit dari perusahaan terhadap pihak lain. Tetapi dalam Investasi
jangka pendek perusahaan mengalami penurunan yang signifikan sebesar 27%. Hal ini yang
harus diperhatiakan perusahaan karena investasi merupaka aset lancar yang berguna untuk
perusahaan di masa yang akan datang.
Sementara liabilitas juga menunjukkan tren yang kurang baik, terlihat adanya utang usaha
yang mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebesar 11,3% yang dapat dikatakan bahwa
perusahaan masih harus menanggung kewajiban terhadap pihak berelasi. Hal ini harus
diperhatikan perusahaan karena akan menghadapi resiko financial yang akan terjadi di masa
yang akan datang.
Yang paling mengejutkan terlihat pada saldo laba yang belum ditentukan yang mengalami
peningkatan yang cukup tinggi yaitu 422% Ini menunjukkan strategi perusahaan untuk
melakukan diversifikasi ke industri pertambangan cukup berhasil di pasar global.

Analisis Horisontal PT Duta Pertiwi Internasional ( laba rugi )


Laporan laba rugi memperlihatkan persentase kenaikan laba kotor yang cukup tinggi
yaitu sebesar 18,1%. Akibatnya pajak yang terlihat juga menaik secara signifikan yaitu
sebesar 42,1%. Di tahun 2011 adanya beban penyisihan yang tidak terduga yang cukup besar
mengakibatkan menurunnya laba usaha sebesar 147,9% Hal ini perlu menjadi perhatian
manajemen karena meskipun secara umum laporan keuangan menunjukkan tren yang positif
yang ditunjukkan dengan kenaikan laba kotor akan tetapi sebenarnya tahun 2011 ini
perusahaan mengalami penurunan laba dibanding tahun sebelumnya. Maka pihak manajemen
perlu memberikan perhatian khusus terutama di bagian beban penyisihan dan perlu adanya
perubahan-perubahan pada pos yang dirasa kurang memberikan kontribusi pada margin laba
sehingga ke depannya laba bersih yang dihasilkan perusahaan dapat mengalami kenaikan.

Analisis Vertikal PT Duta Pertiwi Internasional ( Neraca )


Analisis vertikal terlihat bahwa selama tahun 2011 tidak terjadi perubahan yang
berarti dalam porsi aset milik PT Duta Pertiwi Internasional. Terlohat bahwa persentase asset
lancar mengalami penurunan yang tidak cukup signifikan dan hanya sebesar 0,10%, yaitu
dari 66,87% menjadi 66,77%. Dampaknya persentase asset tetap mengalami kenaikan kecil
sebesar 0,10% yaitu dari 33,13% menjadi 30,23%.
Pada sisi liabilitas perusahaan DPNS sangat baik dalam pembayaran kewajiban rutinnya
dilihat dalam komposisi presentase utang bank yaitu mengalami penurunan drastis dari
10,88% menjadi 0% yang dapat dikatakan bahwa perusahaan pada yahun 2011 melunasi
utang banknya. Tetapi perlu diperhatikan kenaikan utang pajak yang sangat signifikan yaitu
dari 4,75% menjadi 9,21% yang dapat dilihat sebagai berikut

Kenaikan utang pajak disebabkan salah satunya mengenai utang imbalan pasca kerja yang
dapat dilihat sebahgai berikut :

Analisis Vertical PT Duta Pertiwi Internasional ( laba rugi )


Terlihat dalam analisis vertikal yang mengungkapkan bahwa selama tahun 2011 beban pokok
penjualan mengalami peningkatan dari 73,90% menjadi 75,26% yang mengakibatkan
persentase laba kotor yang didapatkan perusahaan selama tahun 2011 menjadi berkurang dari
26,10% menjadi 24,74%. Yang perlu diperhatikan lagu yaitu mengenai peningkatan pajak
tangguhan yang signifikan dari 0,63% menjadi 5,48 % dapat dilihat sebagai berikut :

Analisis Kinerja saham PT Duta Pertiwi Nusantara


DPNS
Kinerja saham PT Duta Pertiwi Nusantara dapat dilihat sebagai berikut :

Dilihat dari gambar harga saham perusahaan pada akhir 2011 pada kuartal 4 mencapai harga
280 per lembarnya. Hal ini sangat menarik minat investor dimana harga saham yang tinggi
pastinya mempunyai tingkat pengembalian yang cepat serta laba yang cukup signifikan.
Selain itu dilihat dari grafik saha PT Duta Pertiwi Nusantara

Untuk berjalannya harga saham cukup stabil daripada perusahaan Intan Wijaya Internasional.
Kenaikan saham perusahaan juga didukung karena adanya diversifikasi ke perindustrian
pertambanganyaitubatu bara. Dari surat kabar tertulis bahwa Saham PT Duta Pertiwi

Nusantara melonjak ke level 24,56%setara dengan 710 pada perdagangannya di tahun 2011,
dan dibuktikan dengan pernyataan perseroan tentang penemuan cadangan batubara hingga
200 juta ton. Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2011, perseroan me miliki total
ekuitas Rp133,92 miliar, naik dibandingkan dengan Rp123,71 miliar per 30 Juni 2010. Dalam
periode 6 bulan pertama tahun ini, perseroan membukukan penjualan sebesar Rp56,03 miliar,
naik dibandingkan dengan Rp51,23 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Seiring dengan kenaikan saham,penurunan laba pun terjadi di tahun 2011 ini. penurunan laba
ini dikarenakan arena kurangnya permintaan pasar terhadap Glue UF

yang menjadi

penjualan paling besar perusahaan sebesar 57% atau setara dengan 12.247 ton. Penurunan
laba yang terjaditidak terlalu signifikan di perusahaan ini. Grafik laba sebagai berikut :

Beredar kabar di pasar, konsorsium broker asing akan memburu saham PT Duta Pertiwi
Nusantara Tbk (DPNS).
Hal ini seiring kabar segera direalisasikannya akuisisi tambang batubara di Sumatera.
Perseroan mencari tambang batubara berkalori rendah untuk sumber energi pembangkit
listrik.

Perhitungan Analisis INCI dan DPNS berdasarkan Rasio


1. Rasio Profitabilitas

Gross profit margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi pengendalian harga
pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi
secara efisien. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi perusahaan,
karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan/pendapatan relatif lebih rendah
dibandingkan dengan pendapatan, demikian pula sebaliknya, semakin rendah gross profit
margin semakin kurang baik operasi perusahaan. Terlihat di perhitungan bahwa perusahaan
INCI memiliki gross margin profit sebesar 1,89 dan perusahaan DPNS sebesar 1,75 yang
mengindikasikan bahwa kedua perusahaan ini memiliki efisiensi pengendalian beban pokok
yang cukup efisien dikarenakan rasio yang cukup tinggi.Tetapi perusahaan INCI lebih efisien
dalam pengendalian beban pokok daripada perusahaan DPNS. Jika dilihat dari rasio nett
margin profit yang bertujuan mengukur laba bersih setelah pajak terhadap pendapatan
perusahaan INCI kurang baik dalam mengelola operasinya dikarenakan memiliki nilai rasio
yang cukup rendah yaitu -0,341, sedangkan perusahaan DPNS mengelola operasinya dengan

cukup baik terlihat dari nilai rasionya yang cukup tinggi sebesar 0,007. Kemudian dalam
rasio rentabilitas ekonomi yang mengindikasikan seberapa besar kemampuan asset yang
dimiliki untuk menghasilkan tingkat pengembalian atau pendapatan Perusahaan INCI
sangatlah rendah yaitu sebesar -0,14 yang dapat diartikan bahwa INCI memiliki tingkat
pengembalian yang sangat rendah. Dibandingkan dengan DPNS yang memiliki tingkat
pengembalian pendapatan sebesar 0,04 yang dapat diartikan bahwa perusahaan DPNS
memiliki tingkat pengembalian pendapatan yang cukup. Tingkat pengembalian pendapatan
juga bisa dilihat di rasio asset turnover yang mengindikasikan bahwa perusahaan INCI
memiliki tingkat perputaran aktiva yang dapat lebih cepat berputar dan meraih laba dan
menunjukkan semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva dalam menghasilkan penjualan
dengan memiliki nilai rasio 0,40, tetapi masih kalah dengan DPNS yang memiliki nilai
0,70.Dilihat dari operating profit investmen INCI memiliki nilai rasio sebesar -0,35 dan
DPNS 0,06 yang dapat dikatakan bahwa DPNS sudah cukup baik dalam operasinya dilihat
dari penghasilan murni dari perusahaan dengan mengabaikan kewajiban yang ada. Pada rasio
return of investmen perusahaan INCI memiliki nilai rasi sebesar -0,137 dan DPNS 0,005
yang dapat dikatakan bahwa perusahaan INCI belum mempunyai kemampuan yang baik
dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah aktiva yang tersedia di perusahaan ,
sedangkan DPNS sudah cukup baik dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah aktiva
yang dimilikinya. Dalam rasio retrurn of equity perusahaan INCI memiliki nilai rasio sebesar
-0,154 dan DPNS 0,006 yang dapat dikatakan bahwa INCI belum efektif dalam mengelola
modal sendiri dan juga perusahaan DPNS yang belum cukup efektif dalam pengelolaannya.
Dalam rasio earning per share perusahaan INCI belum cukup mampu untuk menghasilkan
rupiah pada setiap lembar sahamnya. Berbanding terbalik dengan perusahaan DPNS yang
memiliki kemampuan baik dalam menghasilkan rupiah untuk setiap lembar sahamnya sebesar
11,78.

2. Rasio Resiko

Rasio
Rasio lancar

Perhitungan

INCI
11,20053067

DPNS
5,189315971

Rasio cepat

13,68226037

2,935681299

Waktu penagihan

332,2616114

54,8333841

Jumlah hari menjual

-58,48194976

-128,9393814

persediaan

Perusahaan INCI mempunyai nilai rasio lancar sebesar 11,20 dan DPNS sebesar 5,18 yang
dapat dikatakan bahwa INCI memiliki kas yang besar ditambah aset-aset yang bisa dirubah
menjadi kas dalam jangka waktu dekat daripada perusahaan DPNS. Perusahaan INCI memilii
nilai rasio cepat sebesar 13,68 dan DPNS 2,93 yang dapat dikatakan bahwa perusahaan INCI
memiliki kemampuan menggunakan aset-aset yang ada menjadi kas dengan cepat daripada
perusahaan DPNS. Dalam waktu penagihan piutang perusahaan INCI memiliki kemampuan
332 hari dan DPNS 54 hari dapat dikatakan bahwa perusahaan DPNS lebih cepat melakukan
penagihan piutang daripada perusahaan INCI. Dalam menjual persediaan perusahaan INCI
memiliki waktu 58 hari dan DPNS 128 hari yang dapat dikatakan bahwa perusahaan INCI
memiliki estimasi menjual persediaannya lebih cepat daripada DPNS. \

3. Rasio Solvabilitas

Rasio
Total

Perhitungan

INCI

utang

terhadap
ekuitas
Utang

DPNS
0,497127272

0,153214546
jk

0,054844827

0,229307201

-303924273,8

32,13229205

panjang
terhadap
ekuitas
Kelipatan
bunga
dihasilkan

Dilihat dari rasio total hutang terhadap ekuitaa perusahaab INCI memiliki nilai 0,15
dan perusahaan DPNS sebesar 0,49 yang dapat dikatan bahwa perusahaan DPNS memiliki
kemampuan yang lebih baik untuk mengkover hutang jangka pendeknya terhadap ekuitas
daripada perusahaan INCI. Dilihat dalam rasio total hutang jangka panjang terhadap ekuitas
perusahaan INCI memiliki nilai sebesar 0,05 dan DPNS sebesar 0,22 yang dapat dikatakan
bahwa perusahaan DPNS juga memiliki kemampuan yang lebih baik untuk menutupi utang
jangka panjangnya dengan ekuitas yang dimilikinya daripada perusahaan INCI. Dalam rasio
kelipatan bunga yang dihasilkan perusahaan INCI memiliki nilai -303 dan perusahaan DPNS
sebesar 32,12 yang dapat dikatakan bahwa perusahaan DPNS memiliki kemampuan untuk
menghasilkan kelipatan bunga yang lebih baik dibandingkan perusahaan INCI.

4. Rasio Efisiensi

Rasio

Perhitungan

INCI

DPNS

Sales to total asset

0,387928813

0,696359704

Sales to fix asset

1,795614384

2,098683435

Sales to liquid asset

0,494833912

1,04215492

Sales to inventory

6,842244841

3,709985936

Sales to receivable

1,083483579

6,565343466

Dilihat dari rasio sales to total asset INCI memiliki nilai sebesar 0,38 dan perusahaan
DPNS sebesar 0,69 yang dapat dikatakan bahwa perusahaan DPNS lebih efisien dalam
mendapatkan penjualan dari total aset yang dimiliki daripada perusahaan INCI. Dilihat dari
rasio sales to fix asset perusahaan INCI memiliki nilai sebesar 1,79 dan perusahaan DPNS
sebesar 2,09 yang dapat dikatakn bahwa perusahaan DPNS juga lebih efisiensi dalam
menghasilkan penjualan dari aset tetap yang dimiliki daripada perusahaan INCI. Dilihat dari
rasio sales to liquid asset perusahaan INCI memiliki nilai sebesar 0,49 dan perusahaan DPNS
sebesar 1,04 yang dapat dikatakan bahwa perusahaan DPNS juga lebih efisien dalam
menghasilkan penjualan dari aset lancar yang dimiliki daripada perusahaan INCI. Dilihat dari
rasio sales to inventory perusahaan INCI memiliki nilai 6,84 dan perusahaan DPNS sebesar
3,70 yang dapat dikatakan bahwa perusahaan INCI lebih efisien dalam menghasilkan
penjualan melalui persediaan yang dimiliki daripada perusahaan DPNS. Dilihat dari rasio
sales to receivable perusahaan INCI memiliki nilai sebesar 1,08 dan perusahaan DPNS
memiliki nilai sebesar 6,56 yang dapat dikatakan bahwa perusahaan DPNS lebih efektif
dalam menghasilkan penjualan dari piutang yang imiliki daripada perusahaan INCI.

Analisis Berdasarkan Laporan Arus Kas


Laporan arus kas merupakan hal yang penting untuk di cermati. Arus kas berguna untuk
menjaga kelancaran operasi perusahaan dalam memenuhi kebutuhan jangka pendek nya. Kas
harus diatur dengan baik agar tidak terlalu banyak yang berarti perusahaan menganggurkan

dana berlebih nya maupun tidak terlalu sedikit yaitu untuk kebutuhan yang mendadak atau
untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.
Klasifikasi Laporan Arus Kas
Laporan arus kas (cash flows) diklasifikasikan menurut yaitu aruskas masuk dan arus kas
keluar ke dalam kategori aktivitas-aktivitas. Menurut PSAK 2 Revisi 2009 arus kas masuk
dan arus kas keluar suatu perusahaan dalam satu periode dapat diklasifikasikan menjadi 3
kategori, yaitu :
1)

Kas yang berasal dari atau digunakan untuk aktivitas operasi.

2)

Kas yang berasal dari atau digunakan untuk aktivitas investasi.

3)

Kas yang berasal dari atau digunakan untuk aktivitas pendanaan.

1. Rasio Likuiditas Arus Kas

Rasio
Arus

Perhitungan

INCI
-0,70011

DPNS
0,63696526

operasi
Cakupan

39,5923855

-1,2440751

arus dana
Cakupan

99,89698481

85,528072

kas

kas
terhadap
bunga
Cakupan

-0,700112362 0,77379

kas
terhadap
hutang
lancar
Pengeluara

-4,236459426 -1,143324

n modal
Total

-0,449499465 0,34315575

hutang

1.1
Rasio

Rasio Arus Kas Operasi (AKO)


Arus

Kas

Operasi

menghitung

kemampuan

arus

kas

operasi

dalam

membayar kewajiban lancar. Rasio ini diperoleh dengan membagi arus kas operasi dengan
kewajiban lancar.
Rasio arus kas operasi yang berada dibawah 1 berarti terdapat kemungkinan perusahaan tidak
mampu membayar kewajiban lancar, tanpa menggunakan arus kas dan aktivitas lain.
Dapat dilihat rasio AKO milik INCI sebesar -0,70011 sedangkan milik DPNS 0,63696526.
Menunjukan rasio milik DPNS lebih baik daripada milik INCI. Walaupun keduanya belum
dapat dibilang cukup baik dalam rasion ini.

1.2

Rasio Cakupan Arus Dana (CAD)

Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas guna
membayar komitmen-komitmennya (bunga, pajak, dan dividen preferen).
Rasio yang besar menunjukkan bahwa kemampuan yang lebih baik dari laba sebelum pajak
dalam menutup komitmen-komitmen yang jatuh tempo dalam satu tahun.
Dapat dilihat rasio CAD milik INCI sebesar 39,5923855 sedangkan milik DPNS sebesar
-1,2440751. Hal ini menunjukan rasio milik INCI lebih baik daripada DPNS. Ini berarti laba
sebelum pajak INCI dapat menutup kewajiban rutin perusahaan dalam jangka pendek.

1.3

Rasio Cakupan Kas terhadap Bunga (CKB)

Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar bunga atas
hutang yang telah ada. Rasio ini diperoleh dengan arus kas dari operasi tambah pembayaran
bunga dan pembayaran pajak dibagi pembayaran bunga.

Dapat dilihat rasio CKB milik INCI sebesar 99,89698481 sedangkan milik DPNS sebesar
85,528072. Hal ini menunjukan kemampuan perusahaan INCI mempunyai kemampuan lebih
baik dalam menutup biaya bunga lebih baik dari perusahaan DPNS.

1.4

Rasio Cakupan Kas terhadap Hutang Lancar (CKHL)

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang lancar berdasarkan
arus kas operasi bersih. Rasio ini diperoleh dengan arus kas operasi ditambah dividen kas
dibagi dengan hutang lancar.
Rasio yang rendah menunjukkan kemampuan yang rendah dari arus kas operasi dalam
menutup hutang lancar.
Dapat dilihat rasio CKHL perusahaan INCI sebesar -0,700112362 dan perusahaan DPNS
sebesar 0,77379. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan DPNS lebih baik dalam menutup
hutang lancar dengan kas nya.
1.5

Rasio Pengeluaran Modal (PM)

Rasio ini digunakan untuk mengukur modal tersedia untuk investasi dan pembayaran hutang
yang ada. Rasio ini diperoleh dengan arus kas operasi dibagi dengan pengeluaran modal.
Rasio yang tinggi menunjukkan kemampuan yang tinggi dari arus kas dalam membiayai
pengeluaran modal.
Dapat dilihat rasio CKHL perusahaan INCI sebesar -4,236459426 dan perusahaan DPNS
sebesar

-1,143324. Ini menunjukan bahwa kedua perusahaan sama-sama memiliki

kemampuan yang rendah dari arus kas dalam membiayai pengeluaran investasi/modal.
Namun poin untuk DPNS lebih baik daripada INCI.
1.6

Rasio Total Hutang (TH)

Rasio ini menunjukkan jangka waktu pembayaran hutang oleh perusahaan dengan asumsi
semua arus kas operasi digunakan untuk membayar hutang. Dengan mengetahui rasio ini, kita

bisa menganalisis dalam jangka waktu berapa lama perusahaan akan mampu membayar
hutang dengan menggunakan arus kas yangdihasilkan dari aktivitas operasioanal perusahaan.
Rasio yang cukup rendah menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai kemampuan yang
kurang baik dalam membayar semua kewajibannya dari arus kas yang berasal dari aktivitas
normal operasi perusahaan.
Dapat dilihat rasio CKHL perusahaan INCI sebesar -0,449499465 dan perusahaan DPNS
sebesar 0,34315575. Rasio TH millik DPNS lebih baik dari inci karena lebih tinggi. Dengan
kata lain DPNS memiliki kemampuan yang lebih baik dalam membayar kewajibanya dengan
arus kas yang berasal dari aktivitas operasi.

2. Rasio fleksibilitas arus kas


Rasio
Kecukupa

Perhitungan

n arus kas

INCI
0,00488099

DPNS
-

0,1005077

2.1 Rasio Kecukupan Arus Kas (KAK).


Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menyediakan kas untuk memenuhi
kewajibannya dalam tahun mendatang
Rasio yang rendah menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan yang rendah dalam
menyediakan kas untuk memenuhi kewajibannya dalam jangka 5 tahun mendatang.
Dapat dilihar pada rasio KAK, INCI memiliki rasio 0,004880993 dan DPNS -0,1005077.
Hal ini menunjukan INCI lebih baik pada kemampuanya dalam menyediakan kas untuk
memenuhi kewajibanya dalam tahun mendatang

SUMMARY

Dilihat dari rasio profitabilitas perusahaan DPNS mempunyai nilai yang cukup baik.
Dilihat dari rasio gross profitnya perusahaan mempunyai nilai sebesar 1,75 yang dapat
dikatakan bahwa perusahaan memiliki efisiensi yang cukup baik dalam mengendalikan harga
pokok penjualan/pendapatan. Dilihat nett profit marginnya perusahaan ini juga memiliki
pengelolaan operasi yang cukup baik dibuktikan dengan besarnya rasio 0,007. Mengenai
rentabilitas ekonominya perusahaan juga dapat menghasilkan pendapatan dari aset yang
dimilikinya dengan cukup baik dengan nilai rasio sebesar 0,14.Dalam menghasilkan
pendapatan dengan mengabaikan semua kewajibannya perusahaan sudah cukup baik dan
dibuktikan dengan nilai dari rasio return of investmen sebesar 0,005. Dan juga perusahaan ini
cukup baik dalam kemampuan menghasilkan rupiah untuk setiap lembar sahamnya
bibuktikan dengan nilai rasio sebesar 11,78. Sedangkan PT Intanwijaya Internasional
memiliki nilai rasio profitabilitas yang lebih kecil dibanding PT Duta Pertiwi Nusantara.
Namun ada juga dari INCI yang lebih baik dari DPNS, yaitu rasio Gross margin profit
sebesar 1,89.
Dilihat melalui analisis rasio resiko perusahaan Duta Pertiwi Nusantara sudah
memiliki kemampuan yang baik diperlihatkan dalam perhitungan rasio sebelumnya yang
dikatakan bahwa perusahaan mampu merubah aset-aset yang dimiliki menjadi pendapatan
melalui oerpasinya dengan dibuktikan melalui nilai rasio yang cukup signifikan sebesar 5,18.
Dan juga perusahaan dapat melakukan penagihan yang tidak terlalu lama yaitu selama 54
hari-55 hari yang dapat dikatakan bahwa perusahaan mampu menagih piutang yang ada
paling lama dalam 54 hari. Perusahaan Duta Pertiwi Nusantara juga dapat menjual barangbarangnya selama 128-129 hari yang dapat dikatakan bahwa perusahaan dapat menjual
barang dagangannya tidak terlalu lama. Sedangkan pada PT Intanwijaya Internasional, rasio
resiko lancar sebesar 11,2 lebih baik dari DPNS. Begitu juga rasio cepat, INCI memperoleh
poin sebesar 13,68. Namun dalam waktu penagihan nya INCI memerlukan waktu penagihan
332 hari atau dapat dikatakan sangat buruk jiga dibandingkan DPNS yang hanya 54hari.

Untuk Solvabilitasnya perusahaan Duta Pertiwi Nusantara dilihat di rasio utang


terhadap ekuitas, utang jangka pepanjang tehadap ekuitasnya, dan kelipatan bunga yang
dihasilkan. Masing-masing meiliki nilai 0,48 ; 0,22 ; 32,13 yang dapat dikatakan bahwa
perusahaan dapat mengcover semua kewajibannya terhadap ekuitas yang perusahaan punya.
Dan juga perusahaan mampu menghasilkan kelipatan bunga yang cukup signifikan. Untuk PT

Intanwijaya Internasional, skor yang diapat 0,15 ; 0,05 ; -303924273. Dalam rasio
solvabilitasnya DPNS lebih baik dari semua aspek. Dapat diartikan bahwa PT Duta Pertiwi
Nusantara lebih baik dibandingkan PT Intanwijaya Internasional dalam resiko utang nya.
Dilihat dari efisiensinya perusahaan Duta Pertiwi Nusantara sudah memiliki tingkat
efisiensi dalam penjualannya dibuktikan dengan perhitungan rasio yang membandingkan
penjualan terhadapaset, persediaan, dan piutannya. Yang dapat dikatakan bahwa perusahaan
secara efisien mendapatkan penjualan dari aset, persediaan, dan piutang terhadap pihak-pihak
berelasi. Sedangkan PT Intanwijaya Internasional dalam rasio efisiensi pengelolaan aset
perusahaan dibanding penjualanya memiliki nilai lebih kecil dibanding DPNS. Yaitu sebesar
0,38 ; 1,79 ; 0,49 ; 6,84 ; 1,083.
Dalam tahun 2011 ini Perusahaan Duta Pertiwi Nusantara membagikan deviden
sebesar 1.986.779.712 kepada para pemegang sahamnya. Dengan pembagian deviden yang
cukup siginifikan dapat dikatakan bahwa perusahaan Duta Pertiwi Nusantara ini bisa
dikatakan memiliki kinerja yang baik dalam operasinya dan tidak banyak mengalami
kerugian yang mengakibatkan pengurangan pada laba perusahaan. Sedangkan PT Intanwijaya
Internasional tidak membagi deviden sama sekali kepada pemegang sahamnya.
Berdasarkan berbagai pertimbangan diatas, kelompok kami lebih menyarankan untuk
menginvestasikan kepada PT Duta Pertiwi Nusantara. Selain dalam perhitungan berbagai
rasio Profitabilitas, Resiko, Solvabilitas, Efisiensi, dan Arus kas tersebut. PT Duta Pertiwi
juga akan mengembangkan ke industri pertambangan batu-bara untuk penambahan energi
listrik yang kedepan nya diharapkan dapat meningkatkan lagi profit perusahaan. Sehingga
harga saham perusahaan PT Duta Pertiwi Nusantara diramalkan akan naik. Juga Deviden
yang dibagikan PT Duta Pertiwi memiliki Keuntungan per lembar sahamnya pada tahun 2011
sebesar 11,78. Ini dapat dikatakan cukup besar karena memberikan return 11,78%. Sedangkan
PT Intanwijaya Internasional tidak membagi deviden nya bahkan nilai EPS nya negatif.
Sedangkan PT Intanwijaya Internasional untuk kedepannya ingin memperluas
industrinya melalui Pengembangan Listrik Tenaga Uap di Banjarmasin dikarenakan
penjualan menurun dan tidak adanya daya beli masyarakat kota Banjarmasin yang
disebabkan tidak adanya lapangan kerja yang memadai. Dengan adanya PLTU ini diharapkan
untuk bisa memacu pertumbuhan ekonomi yang mendorong tingkat penjualan agar laba

optimal dan menutup kerugian di periode yang lalu. Diharapkan juga PT Intanwijaya
Internasional bisa membagi deviden untuk masa yang akan datang .

Analisis Laporan Keuangan


PT Intanwijaya Internasional Tbk. dan

PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk.


Kelas 5.3

Disusun Oleh
Willy Suryajaya Yulio 12.60.0109
Kornelius Tri Junyar

12.60.0113

Dosen Pengampu :
Dr. Sansaloni Butar Butar,SE,MSi Akt.

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIKA SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2014

Anda mungkin juga menyukai