Disusun Oleh :
Kelompok 7
B. Analisa Keuangan
Laporan Keuangan perusahaan Hotel pada tahun 2015 menunjukkan keadaan yang
kurang baik. Pendapatan Usaha pada Laporan Laba Rugi Jakarta Internasional Hotel
Development (JIHD) terhitung dalam kurun waktu periode 2013-2015 terakhir yang
diterbitkan dan diaudit mengalami penurunan yang cukup signifikan, dari tahun 2013
pendapatan bersih mencapai 3.109.196, pada tahun 2014 mencapai 1.338.968, dan pada tahun
2015 mencapai 1.377.512. hal ini berpengaruh terhadap Laba Bersih yang rendah diterima
oleh pihak Hotel yaitu sebesar 91.829.000 pada tahun 2015 berbeda jauh dari laba bersih
yang didapatkan pada tahun 2013 sebesar 1.767.413. Akibatnya juga berdampak pada
Laporan Neraca (Laporan Posisi Keuangan) yang menjadisalah satu penyebab menurunnya
keuntungan perusahaan JIHD, diketahui aset Lancar juga menurun pada tahun 2015 yaitu
hanya mencapai 937.663 berselisih cukup jauh hampir dua kali lipat dari dua tahun
sebelumnya (2013) sebesar 935.604. Akan tetapi diperoleh data penyebab turunnya Laba
bersih Perusahaan karena jumlah Utang (Liabilitas) Perusahaan Hotel JIHD yang semakin
meningkat dari kurun waktu 3 tahun tersebut baik Utang Jangka Pendek maupun Utang
jangka Panjang. Total Utang pada tahun 2015 mencapai 2.020.424.
Berdasarkan jumlah Utang yang semakin naik tersebut bila ditinjau dari sisi mikro
perusahaan Jakarta Internasional Hotel Development digunakan untuk menaikkan jumlah
Asset Tidak Lancar JIHD. Berdasarkan data diatas ditunjukkan adanya angka yang bertolak
belakang antara Aset Tidak Lancar dan Aset Lancar Hotel JIHD ini, Aset tidak Lancar malah
mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan jumlah Utang yaitu sebesar 5.532.560 di
tahun 2015. Seperti yang diketahui dari Profil Perusahaan PT Jakarta International Hotels
and Development Tbk yang dibangun dibidang utama Perhotelan & Pariwisata dan bergerak
disektor Perdagangan, Pelayanan, dan Investasi pada sub sektor Restoran, Hotel, dan
Pariwisata. Secara otomatis maka pihak perusahaan akan berusaha semaksimal mungkin
untuk terus menambah jumlah kepemilikan Aset Tak Alncarnya seperti Tanah, bangunan
(penambahan perluasan jumlah hotel), mesin pendukung, Kendaraan Penunjang Hotel dan
Peralatan Fasilitas Hotel. Begitu juga pada rekening pos Hak Guna Bangunan Hotel, Hak
Sewa dan Goodwill perusahaan akan semikin ditingkatkan guna mempertahankan dan
meningkatkan citra serta pelayanan kualitas terbaik perusahaan. Faktor ini yang menjadi
penyebab turunnya Aset Lancar dan Laba Bersih perusahaan karena Sumber Pendanaan
perusahaan berasal dari Utang (liabilitas).
1. Jumlah pendapatan yang berhasil dibukukan Perseroan selama tahun 2015 adalah sebesar
Rp1,38 triliun, naik 2,9% dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar Rp1,34 triliun. Kenaikan
terbesar dicapai oleh segmen real estat yaitu sebesar 9,5% disusul oleh segmen jasa
telekomunikasi dan jasa manajemen perhotelan masing-masing sebesar 5,5% dan 2,1%,
sedangkan segmen hotel mengalami penurunan sebesar 2,1%, sebagai dampak dari perubahan
kebijakan Pemerintah di bisnis perhotelan.
2. Pada tahun 2015, Beban usaha mengalami kenaikan sebesar Rp134,70 miliar atau 17,0% dari
Rp794,61 miliar di tahun 2014 menjadi Rp929,32 miliar di tahun 2015. Kenaikan ini berasal
dari kenaikan beban gaji, beban perbaikan dan perawatan kawasan, serta beban operasional
lainnya. Selain itu, terdapat perubahan penyajian beban Pajak Final, yang disajikan sebagai
bagian dari beban usaha, perubahan penyajian ini memberikan kontribusi atas kenaikan beban
usaha Perseroan tahun 2015.
3. Jumlah aset tidak lancar pada akhir tahun 2015 sebesar Rp5,53 triliun, meningkat sebesar
Rp316,51 miliar (6,1%) dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar Rp5,22 triliun. Kenaikan ini
terutama berasal dari pengembangan bisnis di luar KNTS yang meningkat serta penambahan
infrastruktur di area KNTS.
1. Rasio Lancar
Rasio lancar menunjukkan kemampuan Perseroan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya dengan membandingkan aset lancar dan utang jangka pendek. Rasio lancar
Perseroan pada tahun 2015 dan 2014 adalah masingmasing sebesar 109,5% dan 199,1%.
2. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan Perseroan dalam memenuhi seluruh
kewajibannya yang diukur dengan membandingkan jumlah liabilitas dengan jumlah aset
(solvabilitas aset) dan jumlah liabilitas dengan jumlah ekuitas (solvabilitas ekuitas). Rasio
Solvabilitas aset Perseroan pada tahun 2015 dan tahun 2014 masing-masing sebesar 31,2%
dan 27,8%. Sedangkan rasio solvabilitas ekuitas Perseroan tahun 2015 dan 2014 masing-
masing sebesar 45,4% dan 38,6%.
3. Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas menunjukkan kemampuan Perseroan dalam menghasilkan keuntungan
dalam satu periode dengan membandingkan laba tahun berjalan dengan jumlah aset (Return
on Investment) dan laba tahun berjalan terhadap jumlah ekuitas (Return on Equity). Tahun
2015 dan 2014 Return on Investment Perseroan adalah masing-masing sebesar 1,4% dan
2,1% sedangkan Return on Equity adalah masing-masing sebesar 2,1% dan 2,9%.
Risiko Keuangan
a) Risiko Nilai Tukar Mata Uang Asing Menguatnya mata uang Dolar Amerika terhadap mata uang
dunia lainnya, mempengaruhi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika. Hal ini mempengaruhi
nilai aset lancar dan liabilitas dalam mata uang asing. Di samping itu diterbitkannya Peraturan
Bank Indonesia No. 17/3/PBI/2015 tanggal 31 Maret 2015 mengenai kewajiban penggunaan
mata uang Rupiah untuk seluruh transaksi yang dilakukan di Indonesia menyebabkan penurunan
pendapatan Perseroan dan entitas anak dalam mata uang dollar Amerika. Untuk mengurangi
risiko ini maka dilakukan kebijakan yang hati-hati dalam memutuskan pembelian dan pendanaan
dalam mata uang dollar Amerika. Penetapan harga sewa dan tarif hotel dengan mata uang Rupiah
namun tetap memperhatikan harga pasar.
b) Risiko Fluktuasi Suku BungaFluktuasinya suku bunga akan mempengaruhi biaya pendanaan
yang berasal dari utang bank. Untuk memitigasi risiko tersebut, Perseroan dan entitas anak
melakukan penelaahan atas suku bunga yang ditawarkan oleh kreditur untuk mendapatkan suku
bunga yang telah ditetapkan. Apabila suku bunga pasar turun secara signifikan, manajemen Grup
akan melakukan negosiasi untuk menurunkan suku bunga tersebut.
c) Risiko Kredit Dengan kondisi ekonomi saat ini, risiko kredit tetap ada. Perseroan dan entitas
anak tetap konservatif untuk memberikan jangka waktu dan batas kredit yang diberikan kepada
pelanggan selain dilakukannya penelaahan kemampuan pelanggan untuk membayar. Dengan
demikian risiko ini dapat ditekan.
d) Risiko likuiditas adalah risiko kerugian yang timbul apabila Perseroan dan entitas anak
tidak memiliki arus kas yang memadai untuk memenuhi liabilitasnya. Dalam
pengelolaan risiko likuiditas, manajemen memantau dan menjaga jumlah kas dan setara
kas yang dianggap memadai untuk membiayai operasional Grup dan untuk mengatasi
dampak fluktuasi arus kas. Manajemen juga melakukan evaluasi berkala atas proyeksi
arus kas dan arus kas aktual, termasuk jadwal jatuh tempo utang, dan terus-menerus
melakukan penelaahan pasar keuangan untuk mendapatkan sumber pendanaan yang
optimal.
Berdasarkan data dari Annual Report JIHD 2015 diatas menunjukkan Kepemilikan
saham JIHD terbanyak dimiliki oleh investor asing yaitu dominan Wall Street 9,76% dari
total kesuluruhan investor Asing 78,77% dan sisanya dimiliki oleh lokal Perorangan yaitu
Tony Winata dan Sugianto Kusuma.
Walaupun strategi ini berdampak pada jumlah Aset lancar dan Laba bersih Perusahaan
yang menurun namun banyak penghargaan yang berhasil diperoleh oleh PT Jakarta
International Hotels and Development Tbk terkait dengan mutu kinerja perusahaan
diantaranya : Proper Biru 2014-2015, ASEAN Tourism Standard 2014-2016, World Luxury
Hotel Awards 2015, Indonesia Travel Tourism Award (ITTA) 2015.
Bagi industri pariwisata, perhotelan memiliki peran yang penting dalam menampung
kebutuhan perkembangan jumlah wisatawan. Entitas usaha industri perhotelan terus
mengalami pertumbuhan yang signifikan dari tahun ke tahun. Konsep ekoturisme menjadi
poin strategi penting yang dimiliki JIHD melalui Hotel Borobudur melibatkan nilai-nilai
lokalitas dan mampu memberikan nilai tambah ekonomis kepada masyarakat sekitar bagi
kemajuan Industri Perhotelan dan Pertumbuhan Pendapatan Nasiaonal Indonesia. Beberapa
Faktor Ekonomi Makro yang mempengaruhi Pendapatan bersih JIHD adalah sebagai berikut :
Segmen usaha hotel di tahun 2015 mengalami kelesuan dampak dari pelemahan ekonomi
dalam negeri, sehingga terjadi penurunan perjalanan dan aktivitas bisnis, serta setelah
dikeluarkannya aturan dari Pemerintah yang melarang pegawai negeri sipil untuk melakukan
rapat di hotel dan kenaikan tarif batas bawah tiket pesawat mencapai 40%. Persaingan usaha
di industri hotel juga semakin ketat dengan berdirinya hotel - hotel baru dimana sampai pada
paruh ketiga tahun 2015 telah beroperasi lebih dari 6 hotel berbintang 4 dan 5 yang
merupakan kompetitor baru bagi Perseroan. Banyaknya hotel baru tersebut sangat berdampak
pada menurunnya jumlah hunian kamar serta MICE yang telah ditargetkan Perseroan pada
tahun sebelumnya.
Gambar : Tren Kurs Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar tahun 2015
Walaupun nilai tukar rupiah terhadap dolar mengalami pelemahan yang signifikan,
pemerintah di sisi domestik mampu untuk menjaga laju inflasi. Pada akhit tahun 2014
inflasi berada pada tingkat 8,36% akibat kenaikan BBM, kemudian turun saat
memasuki tahun 2015 menjadi 6,96% hingga mengalami penurunan pada triwulan ke-
IV menjadi 3,35% di akhir tahun 2015. Rendahnya angka inflasi di penghujung tahun
diperkirakan karena melemahnya tingkat konsumsi masyarakat. Hal ini juga
berdampak terhadap permintaan pelanggan terhadap penggunaan hotel karena
menurunnya daya beli masyarakat.
Kebijakan Pemerintah tentang pembatasan pertemuan atau rapat di luar kaantor bagi PNS
maupun pejabat pemenrintahan atau Negara diluar kantor oleh aparatur Peneyelenggara
Pemertintahan sejak November 2014 mempengaruhi pendapatan usaha unit hotel dan
entitas anak perusahaan Perseroan padahal pada saat itu terjadi peningkatan permintaan
terhadap hotel bintang 4 dan 5, walaupun larangan tersebut akhirnya dicabut pada 1 April
2015. Pendapatan yang dicapai adalah sebesar Rp698,49 miliar yang sebagian besar
dihasilkan oleh Hotel Borobudur dan Hotel Ritz Pacific Place karena keduanya memiliki
kulaitas fasilitas terbaik nasional dengan Green Concept dan lokasi yang strategis.
Pendapatan usaha dari bisnis real estat berasal dari sewa kantor One Pacific Place dan
pusat perbelanjaan Pacific Place (Pacific Place Mall). Pendapatan usaha dari segmen real
estat pada tahun 2015 meningkat sebesar Rp45,26 miliar (9,5%) Rp5522,29 miliar
c. Pendapatan dari Jasa Telekomunikasi
Pendapatan dihasilkan oleh anak perusahaan PT Artha Telekomindo Pendapatan usaha di
segmen ini mencapai sebesar Rp149,21 miliar pada tahun 2015 atau meningkat sebesar
Rp7,73 miliar atau 5,5%
d. Jasa Manajemen Perhotelan
Melalui PT Dharma Harapan Raya, entitas anak yang menyelenggarakan jasa manajemen
dan operasional hotel di Indonesia, pendapatan usaha dari segmen usaha ini naik sebesar
Rp151,10 juta (2,1%) dari Rp7,37 miliar pada tahun 2014 menjadi Rp7,52 miliar pada
tahun 2015. Peningkatan tersebut terutama berasal dari adanya penambahan hotel baru
yang dioperasikan di tahun 2015.
Secara garis besarnya digambarkan dari data Annual Report JIHD 2015 melalui tabel
dibawah ini :
Pada aspek Pemasaran sama halnya dengan tinjauan analisis keuangan JIHD juga
memusatkan pada segmen usahanya, dengan penentuan strategi pemasaran yang berbeda.
- Hotel : pada segmen bisnis ini sasaran segmen pengguna hotel adalah peningkatan
daya beli masyarakat kelas menengah ke atas menggunakan promo menarik akhir
pekan dan paket MICE (Meeting, Incentives, Convebtion, & Exhibition). Kedua
adalah malanjutkan proyek renovasi hotel untuk peningkatan pelayanan. Ketiga
adalah Meningkatkan Costumer Realtionship kepada pelanggan, dan stakeholder
terkati dengan memberikan fasilitas tambahan dan harga yang kompetitif. Tidak hanya
itu JIHD juga menerapkan penggunaan Online Booking dan yang terakhir
bekerjasama dengan penerbit penyedia kartu kredit.
- Real Estat : cara berbeda dilakukan dengan fokus diversifikasi portofoilio properti
mencari lahan diluar KNTS dan memperindah lingkungan kenyamanan KNTS
melalui kerjasama proyek pembangunan. Kedua mengembangkan penyempurnaan
fasiliats publik Hotel dan gencar mengadakan kegiatan event bergengsi eksklusif
- Jasa Telekomunikasi : secara garis besar pada lini segmen bisnis ini aspek
pemasarannya adalah perbaikan kualitas performa jaringan telekomunikasi termasuk
internet melalui pembangunan jaringan fiber optik KNTS dan menyebarkannya dibagi
menjadi Points of Presence di beberapa wilayah, menambah kapasitas bendwith serta
melalukan peningkatan kemanan jaringan
F. Analisa Sumber Daya Manusia
Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten menjadi salah satu
kuncinya, dimana kapasitas dan kapabilitas SDM akan sangat mempengaruhi kinerja JIHD
secara keseluruhan, terutama bagi Perseroan sebagai pelaku usaha di sektor industri
perhotelan dan pariwisata. Berbagai pelatihan baik yang bersifat manajerial dan teknis
diberikan dengan harapan agar kompetensi SDM dapat terus meningkat, yang akan berimbas
langsung terhadap layanan Perseroan terhadap pelanggan.
Bentuk pelatihan ini erat kaitannya dengan pengetahuan produk JIHD yang
berhubungan dengan industri perhotelan dan restoran yang sangat memperhatikan aspek
pelayanan atau servis. Selain pelatihan mengenai pengetahuan produk dan servis, pelatihan
yang diberikan mencakup tingkah laku atau Attitude, kepemimpinan, Etika Kantor,
pengetahuan mengenai sistem keamanan dan pengamanan. Selain itu, pelatihan Keselamatan
Kerja juga diberikan sebagai bagian dari pembekalan kepada karyawan terkait respon cepat
saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti Fire & Safety Training dan Evacuation
Drill.
Dengan menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan komunikatif serta adanya
Perencanaan Regenerasi di semua posisi maka akan memberikan keamanan dan kenyamanan
dalam bekerja. Selain memberikan pelatihan, Perseroan juga bekerja sama dengan Yayasan
Pendidikan Jakarta International Hotels & Development, memberikan kesempatan kepada
karyawan untuk mengikuti pendidikan dari D1 sampai S1 di Yayasan Pendidikan tersebut.
Dengan mengikuti pendidikan ini diharapkan meningkatkan semangat kerja, percaya diri dan
nilai dari karyawan bersangkutan. Perseroan juga sangat menjaga keselamatan karyawan
yang dilakukan dengan menyediakan pelayanan dan perlindungan kesehatan yang memadai
sesuai dengan regulasi Pemerintah.
Hingga 31 Desember 2015, Perseroan dan entitas anak memiliki 2.008 karyawan,
menurun dibandingkan tahun 2014, dimana Perseroan dan entitas anak memiliki 2.150
karyawan.
Gambar:TabelTingkatJabatanJIHD
Pemenuhan hak karyawan diberikan melalui gaji dan tunjangan dengan perhitungan
sesuai dengan pemenuhan kewajiban dari setiap karyawan serta service charge untuk
karyawan hotel yang diterima dari tamu hotel. Perseroan memegang teguh kesetaraan antara
hak dan kewajiban dari Perseroan dan karyawan yang tertuang dalam Perjanjian Kerja
Bersama (PKB) dan Kebijakan dan Prosedur (Policy & Procedures) sebagai panduan standar
bagi setiap karyawan dalam menjalankan tugasnya. Di samping itu, Perseroan juga
memberikan fasilitas lainnya seperti program perlindungan kesehatan melalui program
asuransi BPJS dan program asuransi Artha Graha.Insurance. Kedua program asuransi ini
diharapkan dapat memberikan perlindungan kesehatan yang optimal kepada karyawan, yang
dapat mendorong produktivitas yang tinggi bagi Perseroan.
Analisa SWOT
Streght
1. Banyaknya entitas perusahaan, dengan lima anak perusahaan terkuat dan dua entitas
terbesar yang stabil masing-masing di sektor perhotelan yaitu PT Dharma Harapan
Raya dan di sektor real estat yaitu PT Danayasa mampu memberikan pendapatan yang
stabil bagi JIHD.
2. PT Danayasa menyumbang keuntungan yang besar bagi PT Jakarta Internasional
Hoterl & Development Tbk karena membawahi 20 anak entitas anak perusahaan
sekaligus menjadikan JHID terkuat dalam perhotelan
3. Lini bisnis JIHD yang beragam (bermacam-macam) terdiri dari empat fokus sektor
bisnis sangat baik untuk kelangsungan bisnis perusahaan.
4. Modal perusahaan yang besar akan membuat keuangan perusahaan menjadi kuat.
5. Struktur Pemegang saham setidaknya dipegang oleh dua investor lokal terkuat dan
didukung oleh perusahaan sekuritas dunia Wall Street sebesar 78,77% membuat harga
saham cenderung stabil
6. Bisnis perhotelan yang dijalankan anak perusahaan JIHD berada dikawasan strategis
ibukota.
7. Usia pendirian JIHD sejak 1969 yang telah lama dan terus mengalami penyesuaian
penyempurnaan membuat Kelas Eklusif dan Hotel bintang 5 terbaik di Indonesia
8. Pelayanan Tata Kelola Perusahaan (Coorporate Governance) yang maksimal di lini
bisnis perhotelan.
Weakness
1. JIHD terlalu berfokus terhadap perluasan pertumbuhan hotel dan real estat tanpa
memperkirakan biaya operasional, pembagian deviden terhadap saham dan total utang
perusahaan dan tidak sebanding dengan persediaan Aset lancar atau Kas Perusahaan
Induk JIHD.
2. Adanya ketimpangan signifikan antara Asset lancar 937.663 miliar dengan Aset Tidak
Lancar (Aktiva Tetap) 5.532.560 miliar yang kurang menjadi fokus perhatian
3. Pos Laba Bersih perusahaan terus mengalami penurunan signifikan diikuti dengan
penurunan pendapatan dari tahun ke tahun
4. Biaya Beban Usaha dan Beban sewa yang semakin membengkak pada Laporan Rugi-
Laba perusahaan
5. Harga saham yang semakin fluktuatif karena pengaruh kepemilikan saham dan
dampak kondisi makro perusahaan
6. Masih ada beberapa karyawan JIHD yang belum bergelar S1 terbukti dari pengadaan
pelatihan untuk meningkatkan gelar pendidikan
Oportunity
1. Usia JIHD yang terbilang tua menjadi market leader di dunia perhotelan dengan
disokang oleh eksistensi Hotel Borobudur
2. Tingginya minat masyarakat terhadap real estate dan hotel eksklusif berbintang
3. Rencana reklamasi teluk Jakarta akan menambah lahan untuk pembangunan hotel
maupun real estate di kawasan ibukota
Treat
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan analisa Annual Report JIHD diatas dapat disimpulkan bahwa JIHD hanya fokus
kepada pengembangan keempat sektor usaha termasuk didalamnya yang paling kuat adalah
perluasan hotel dan real estat dengan kurang memeperhatikan penggunaan dan Sumber
Modal serta ketersediaan Kas yang dimiliki oleh perusahaan Induk (PT Jakarta Internasional
Hotels Development), sehingga tingkat Liabilitas perusahaan semakin naik drastis setiap
tahunnya dan berdampak pada Pendapatan bersih dan Laba bersih yang terus menurun.Masih
rendahnya angka rasio perusahaan serta pengaruh dari makro ekonomi Indonesia terhadap
perhotelan seperti perubahan tingkat suku bunga, laju inflasi, dan kelesuan ekonomi serta
kebijakan pemerintah berpengaruh terhadap harga saham JIHD di pasar modal global.
Saran / solusi
Berdasarkan kesimpulan diatas maka kami memberikan saran untuk JIHD diantaranya
adalah:
1. Mencari Sumber pendanaan modal yang paling likuid dengan memperhatikan cash
cycle dan perhitungan perkiraan rasio perusahaan
2. Membuat strukturisasi pemetaan manajemen resiko dan sistem pengendalian internal
audit keuangan yang lebih kuat dan berprospek pada jangka panjang kondisi
keuangan perusahaan
3. Memperhatikan penggunaan Agency Teory terhadap Agency Cost karena peran dari
JIHD sendiri sebagai Induk perusahaan Pengembangan Hotel raksaksa yang
membawahi sedikitnya hampir 30 perusahaan dengan kebutuhan perusahaan induk
dan kepentingan oleh para stakeholder pemegang saham serta dewan komisaris
4. Mengurangi Penguunaan Utang yang tidak sebanding dengan kas perusahaan
5. Mengantisipasi terjadinya kelesuan ekonomi yang tidak terduga dengan memperkuat
struktur pemegang saham yaitu perkuat pemilik dari saham Lokal Nasional dan
kebijakan strategi moneter dari intern perusahaan berdasarkan Coorporate Governace
6. Mempertahankan predikat ISO 9001-2008 Manajemen Mutu dan Menambah
Penghargaan yang telah diperoleh sebelumnya
7. Memperkuat sistem MICE berlandaskan Eco Green Hotels
8. Menjaga brand image perusahaan sebagai Eksklusif Luxury Hotelsand & Real Hotels
Development
9. Bekerjasama dengan jasa penyedia jasa travel boking Hotel online sperti Traveloka
sebagai upaya untuk meningkatkan pemasaran pengembangan usaha JIHD