Kajian Biopori
Kajian Biopori
LAPORAN AKHIR
KERJASAMA ANTARA
TAHUN 2011
KATA PENGANTAR
Pemerintah Kabupaten
ii
DAFTAR ISI
Judul
Halaman
ii
iii
vi
viii
I. PENDAHULUAN .........
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan .
1.3 Sasaran
1.4 Ruang Lingkup ...
1
1
3
3
4
5
5
13
15
15
18
21
21
25
28
30
32
33
36
38
42
43
44
iii
IV. METODOLOGI
4.1 Metode Pengambilan Sampel .
4.2 Perancangan Lokasi ....
4.3 Teknis Pembuatan Lubang Resapan Biopori ..
4.4 Teknis Pembuatan Lubang Barokah ..
4.5 Variabel Pengamatan ..
4.6 Pengukuran ..
47
47
48
49
50
52
53
59
59
59
61
62
66
69
73
77
77
78
DAFTAR PUSTAKA .
82
LAMPIRAN
84
iv
DAFTAR TABEL
NO
Judul
18
26
Variabel Pengamatan
52
59
61
67
69
70
Halaman
DAFTAR GAMBAR
NO
Judul
Halaman
17
20
23
26
30
48
49
50
50
10
51
11
55
12
60
13
62
14
63
15
64
16
65
17
66
vi
18
68
19
70
20
71
21
72
22
72
vii
DAFTAR LAMPIRAN
NO
Judul
84
85
86
Halaman
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Kabupaten Jombang secara geografis terletak pada koordinat 112o 20
01 dan 112o 30 01 Bujur Timur dan antara 07o 20 01 dan 07o 45 01
Lintang Selatan dengan luas wilayah 1.159,50 km2. Ibukota Kabupaten Jombang
terletak pada ketinggian 44 m.d.p.l. dan secara administratif terdiri dari 21
kecamatan, 4 kelurahan, 302 desa dan 1.258 dusun. Kabupaten Jombang
berpotensi sebagai wilayah agraris dengan topografi landai, berbukit hingga
bergunung-gunung, khususnya wilayah Kabupaten Jombang di bagian Selatan,
yakni Kecamatan Wonosalam. Wilayah ini memiliki kondisi topografi dengan
kemiringan rata-rata 40%.
Secara hidrologis, wilayah Kabupaten Jombang sangat dipengaruhi oleh
sungai besar yang melintasi sebagian besar wilayah Kabupaten Jombang yaitu
Sungai Brantas dan Sungai Konto. Sampai saat ini secara umum kebutuhan air
bersih maupun air irigasi masih dapat terpenuhi dengan baik, kecuali pada
sebagian kecil wilayah di bagian Utara Sungai Brantas, yang sering mengalami
kesulitan air, utamanya pada musim kemarau. Kabupaten Jombang merupakan
daerah dengan tingkat curah hujan relatif tinggi ( 1.750 2.500 mm tahun-1). Pada
daerah dengan tingkat curah hujan dan tingkat kemiringan lahan yang cukup
tinggi, kurangnya kemampuan tanah untuk menyimpan air menyebabkan banjir
di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau. Air
yang
tidak
mampu
meresap ke dalam tanah, tidak bisa menjadi simpanan air tanah yang dapat
Laporan Akhir Kegiatan Kajian Teknis Pembuatan Lubang Barokah
(Biopori) Pada Lahan di Kawasan Kecamatan Wonosalam
dengan memanfaatkan
1.2. Tujuan
Penyusunan Kajian Teknik Kelayakan dan Pembuatan Lubang Barokah
(Biopori) pada Lahan di Kawasan Kecamatan Wonosalam ini bertujuan untuk :
a. Menyusun kajian mengenai manfaat lubang biopori (lubang barokah) guna
meminimalkan resiko banjir dan resiko kekeringan air, khususnya pada lahan
di Kecamatan Wonosalam.
b. Memberikan wacana kepada masyarakat, khususnya masyarakat Kecamatan
Wonosalam mengenai peningkatan kualitas tanah melalui teknologi lubang
biopori (lubang barokah) tersebut.
1.3. Sasaran
a. Tersedianya bahan kajian mengenai manfaat lubang biopori (lubang barokah),
khususnya bagi masyarakat di Kecamatan Wonosalam.
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH
2.1 . Biogeofisik
Kabupaten Jombang terletak antara 70 20 48,60 dan 70 46 41,26
Lintang Selatan serta antara 1120 03 46,57 dan 1120 27 21,26 Bujur Timur.
Luas wilayah Kabupaten Jombang 1.159,50 km2, terdiri dari 21 Kecamatan dan
302 desa serta 4 kelurahan. Kabupaten Jombang berbatasan dengan wilayah
administratif kabupaten lain, yaitu:
Sebelah Utara
Sebelah Timur
: Kabupaten Mojokerto
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
: Kabupaten Nganjuk
Ngusikan
merupakan
wilayah
yang
berada
pada
kategori
Di sisi lain wilayah Kabupaten Jombang juga memiliki dan dilintasi oleh
beberapa aliran sungai, diantaranya yaitu Sungai Brantas, Sungai Konto, Sungai
Jarak, Sungai Pakel, Sungai Gunting, dan lain-lain. Selain itu di Kabupaten
Jombang juga terdapat beberapa waduk serta embung diantaranya adalah Waduk
Kepuhrejo, Waduk Grogol, Waduk Sidowayah, dan Waduk Brumbung.
Secara geologis, wilayah Kabupaten Jombang didominasi oleh struktur
geologi Alluvium ( 48,33 %), hasil gunung api kwarter tua ( 22,08 %), dan
hasil gunung api kwarter muda ( 14,65 %). Sedangkan jenis tanah di wilayah
Kabupaten Jombang didominasi oleh Regosol Coklat Keabuan, Latosol Coklat
Kemerahan dan Alluvial Kelabu. Untuk wilayah Kecamatan Wonosalam jenis
tanahnya adalah latosol coklat kemerahan. Kondisi ini tidak terlepas dari
keberadaan wilayah Kabupaten Jombang yang berada di kawasan Daerah Aliran
Sungai (DAS) Brantas.
Kabupaten Jombang memiliki iklim tropis, dengan suhu rata-rata 20C
34C. Menurut klasifikasi SchmidtFerguson, Kabupaten Jombang termasuk tipe
B (basah).
mempunyai iklim sedang dengan bulan basah 56 bulan dan bulan kering 56
bulan (BPTP Jatim, 2001).
Kondisi topografi Kabupaten Jombang sebagian besar merupakan dataran
dan sebagian kecil merupakan daerah perbukitan dan pegunungan. Ketinggian
wilayah Kabupaten Jombang berada pada kisaran 0 sampai 1.500 meter di atas
permukaan laut, yaitu 90 % dari luas wilayah berada pada ketinggian 0 500
meter di atas permukaan laut dan 10 % berada pada ketinggian lebih dari 500
meter di atas permukaan laut.
Kecamatan Wonosalam adalah salah satu kecamatan secara topografi
berupa daerah pegunungan, dengan rata-rata kemiringan 40%. Luas wilayah
Kecamatan Wonosalam adalah 121,63 km2.
Kecamatan Wonosalam terbagi atas : ketinggian < 500 meter (63,65 km2),
ketinggian 500 700 meter (51 km2), dan ketinggian > 700 meter (7,22 km2).
Sedangkan berdasarkan kemiringan tanah terbagai atas : kemiringan 2 5 %
(4,421 km2), kemiringan 15 40 % (1,35 km2), dan kemiringan > 40 % (125
km2).
Kondisi-kondisi biogeofisik, sangat berpengaruh pada kegiatan penduduk
di dalam memanfaatkan lahan yang ada. Dengan kondisi sebagaimana tersebut di
atas, maka penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Jombang didominasi oleh
sawah, pekarangan, tegalan atau kebun, dan hutan.
Penggunaan lahan di Kabupaten Jombang meliputi kawasan lindung dan
kawasan budidaya. Kawasan budidaya Kabupaten Jombang seluas 64.714 Ha
yaitu 63,57 kw/Ha dengan luas panen sebesar 4.224 Ha. Hampir semua kecamatan
di Kabupaten Jombang memiliki luas panen padi sawah meskipun terdapat dua
Kecamatan yang relatif kecil luas panennya, yaitu Kecamatan Wonosalam (1.158
Ha) dan Kecamatan Ngusikan (1.080 Ha).
Kawasan perkebunan yang ada di Kabupaten Jombang dikembangkan
berdasarkan potensi yang ada di wilayah masing-masing berdasarkan prospek
ekonomi yang dimiliki. Pengembangan kawasan perkebunan diarahkan untuk
meningkatkan peran serta, efisiensi, produktivitas dan keberlanjutan, dengan
mengembangkan kawasan industri masyarakat perkebunan yang selanjutnya
disebut Kimbun. Berdasarkan komoditasnya, pengembangan perkebunan dibagi
dalam dua kelompok yakni perkebunan tanaman tahunan seperti cengkeh, kopi,
coklat, karet, dan perkebunan tanaman semusim antara lain berupa tebu, panili,
dan tembakau.
Lokasi pengembangan kawasan perkebunan tanaman tahunan meliputi :
Kecamatan Bareng, Kecamatan Wonosalam, dan Kecamatan Mojowarno.
Sedangkan lokasi pengembangan kawasan perkebunan tanaman semusim meliputi
Kecamatan Ploso, Kecamatan Kabuh, Kecamatan Kudu, Kecamatan Ngusikan,
Kecamatan Plandaan, Kecamatan Gudo, Kecamatan Jogoroto, Kecamatan
Mojoagung,
Kecamatan
Kesamben,
Kecamatan
Sumobito,
Kecamatan
10
Kabuh, Kecamatan
Ngusikan,
Bandarkedungmulyo. Juga
2)
3)
4)
Kecamatan
Ploso,
meliputi
Desa
Ploso,
Rejoagung,
Jatigedong,
11
5)
Kedungmlati,
Podoroto,
Jombatan,
Kedungbetik,
dan
Pojokkulon;
6)
8)
9)
12
2.2 . Demografi
Berdasarkan hasil laporan Sensus Penduduk 2010, penduduk Kabupaten
Jombang berjumlah 1.201.557 jiwa, terdiri dari 1.190.139 jiwa penduduk
bertempat tinggal tetap dan 57 jiwa penduduk bertempat tinggal tidak tetap. Dari
total penduduk tersebut, 49,70% diantaranya atau sebanyak 597.219 jiwa laki-laki
sedangkan selebihnya yaitu 50,30% atau sebanyak 604.338 jiwa perempuan.
Penyebaran penduduk Kabupaten Jombang Tahun 2010 cukup merata di
wilayah kecamatan. Sebaran penduduk terbanyak yaitu 11,41% penduduk tinggal
di Kecamatan Jombang sebagai pusat pemerintahan. Sebaran terbanyak kedua
sebesar 8,43% berada di Kecamatan Diwek, dan berikutnya adalah Kecamatan
Mojowarno sebesar 7,12%. Tiga kecamatan dengan distribusi penduduk terendah
yaitu Kecamatan Wonosalam, Kecamatan Kudu, dan Kecamatan Ngusikan
masing-masing dengan persentase sebesar 2,55% ; 2,33% ; dan 1,73%.
Rasio jenis kelamin Kabupaten Jombang adalah 99, artinya setiap 100
penduduk perempuan terdapat 99 penduduk laki-laki. Sex rasio terbesar terdapat
di Kecamatan Wonosalam dan Kecamatan Diwek yaitu sebesar 102. Pada urutan
13
2.216
14
9.736.387.320.000,-
pada
tahun
2007
menjadi
sebesar
Rp.
meningkat menjadi sebesar Rp. 5.972.301.990.000,- pada tahun 2009, dan pada
tahun 2010 diproyeksikan meningkat menjadi sebesar Rp. 6.355.126.550.000,-.
Angka proyeksi capaian PDRB ADHK tahun 2010 sedikit di atas angka yang
ditargetkan dalam Kebijakan Umum Perubahan APBD Tahun Anggaran 2010
yakni sebesar 6.277.000.000.000,- (Anonim, 2000c). Adapun kecenderungan
15
peningkatan PDRB sejak tahun 2007 hingga 2010 adalah sebagaimana terlihat
pada Gambar 1.
Jika ditinjau dari perkembangan kontribusi sektor penyangga PDRB
Kabupaten Jombang pada kurun waktu tahun 2007 sampai dengan 2010, dari sisi
nilai menunjukan peningkatan pada semua sektor termasuk untuk empat sektor
penyangga utama, yakni pertanian, industri pengolahan, perdagangan, dan jasa.
Namun bila dilihat dari persentase kontribusi untuk masing-masing sektor terlihat
pelambatan pertumbuhan yang terjadi pada dua sektor penyangga utama yakni
pada pertanian dan industri pengolahan yang disebabkan oleh anomali iklim yang
terjadi secara nasional.
16
17
Sektor
Pertanian
2
3
4
5
6
7
8
9
Pertambangan&
Penggalian
Industri
Pengolahan
Listrik,Gas&Air
bersih
Konstruksi
Perdagangan,
Hotel, & Restoran
Pengangkutan &
Komunikasi
Keuangan, sewa,
& Js. Perusahaan
Jasa-jasa
2007
2008
2009
2010
2011
Hb
Hk
Hb
Hk
Hb
Hk
Hb
Hk
Hb
Hk
0,05%
0,05%
-1,78%
-1,92%
-1,32%
-1,32%
1,04%
-2,76%
-0,67%
-1,32%
-2,43%
-2,43%
-2,73%
-2,38%
-1,17%
-0,83%
-1,41%
-2,53%
-1,29%
-1,43%
-0,37%
-0,37%
-1,90%
-1,64%
-1,05%
-1,98%
-1,51%
-0,53%
-0,74%
-1,06%
-5,37%
-5,37%
-4,62%
-0,99%
-5,50%
-2,10%
-8,74%
2,80
-2,98%
-0,87%
-3,87%
-3,87%
12,80%
-3,70%
-3,00%
-2,90%
3,11
-0,51%
1,90%
-2,51%
1,24%
1,24%
-1,70%
2,52%
1,01%
1,66%
1,65
2,93
-0,26%
1,51%
-2,64%
-2,64%
-4,13%
2,41%
3,26%
3,52%
-7,14%
-0,71%
0,05%
1,52%
0,22%
0,22%
-0,19%
0,54%
1,07%
-0,24%
-9,87%
-0,50%
0,26%
0,38%
-1,04%
-1,04%
13,61%
0,06%
1,59%
0,43%
-0,18%
0,00%
3,21%
0,08%
18
19
6,67
6,41
6,28
6,07
5,98
5,9
5,27
5,01
4
2007
2008
2009
2010
Kabupaten Jombang
20
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi Lubang Resapan Biopori
Lubang Resapan Biopori (LRB) adalah lubang silindris yang dibuat
secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 30 cm dan kedalaman
sekitar 100 cm atau dalam kasus tanah dengan permukaan air tanah dangkal,
tidak sampai melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang diisi dengan sampah
organik. Sampah berfungsi menghidupkan mikroorganisme tanah, seperti cacing
tanah. Cacing ini nantinya bertugas membentuk pori-pori atau terowongan dalam
tanah (biopori).
Biopori secara harfiah merupakan lubang-lubang (pori-pori makro) di
dalam tanah yang dibuat oleh jasad biologi tanah. Lubang cacing tanah, lubang
tikus, lubang marmut, lubang anjing prairi, lubang semut, rayap, dan lain-lain,
termasuk lubang bekas akar yang mati dan membusuk, merupakan contoh-contoh
dari biopori di dalam tanah. Biopori dalam tanah ini sangat optimal
keberadaannya di daerah yang tidak terganggu seperti pada lahan hutan dan kebun
campuran. Pada lahan pertanian intensif dan di kawasan pemukiman, biopori
sangat sedikit dijumpai, karena kehidupan jasad biologi tanah tersebut terganggu
oleh berbagai aktivitas manusia, juga oleh pengaruh limbah dan aplikasi pestisida,
sehingga tanah menjadi sangat padat. Keberadaan biopori yang banyak, akan
mempertinggi daya serap tanah terhadap air, karena air akan lebih mudah masuk
ke dalam tubuh (profil) tanah.
Laporan Akhir Kegiatan Kajian Teknis Pembuatan Lubang Barokah
(Biopori) Pada Lahan di Kawasan Kecamatan Wonosalam
21
air
banyaknya air yang dijerap oleh serasah organik yang dimasukkan ke dalam
biopori tersebut yang dapat menyerap air 2 kali lebih besar dari bobot bahan
organiknya. Serasah organik yang dapat ditampung oleh lubang biopori sedalam 1
meter dengan diameter 0,10 meter tersebut sebanyak 2,0 3,2 kg bahan segar.
Dalam waktu sekitar 21 hari, bahan organik segar dalam lubang biopori ini dapat
menjadi kompos. Kompos ini dapat pula dipanen untuk pupuk (yang kemudian
disebut dengan Kombipor atau kompos biopori). Teknik kombipor ini efektif
pula dalam penanggulangan sampah organik (sampah basah) pada skala
(penanggulangan) sampah rumah tangga. Selain itu, air yang masuk ke dalam
lubang biopori tersebut dapat dengan mudah bergerak di dalam profil tanah
(perkolasi) masuk ke dalam air bawah tanah (ground water).
Lubang Resapan Biopori (LRB) merupakan teknologi yang berpotensi
meningkatkan daya dukung lingkungan. Menurut Brata dan Nelistya (2008),
lubang resapan biopori merupakan lubang berbentuk silindris berdiameter sekitar
10 cm yang digali di dalam tanah. Kedalamannya tidak melebihi muka air tanah,
yaitu sekitar 100 cm dari permukaan air tanah. LRB dapat meningkatkan
kemampuan tanah dalam meresapkan air. Air tersebut meresap melalui biopori
22
LRB
pada
setiap
jenis
penggunaan
tanah
dapat
23
Tata
Cara
Penyusunan
Rencana
Teknik
I *L
v
Keterangan :
n : Jumlah Lubang Resapan Biopori
I : Intensitas hujan terbesar dalam 10 tahun (mm/detik)
L : Luas bidang kedap air (m2)
v : Laju rembesan air rata-rata per lubang (m3/detik)
24
25
Tabel 2.
Diameter
Mulut
Luas
lubang
Lubang
Dinding
(cm)
(cm2)
(m2)
10
79
0.3143
40
1257
1,2571
60
2829
1.8857
80
5029
2.5143
100
7857
3,1429
Sumber : Brata dan Nelistya, 2008.
Pertambahan
luas (kali)
Volume
(liter)
40
11
7
5
4
7,857
125.714
282.857
502.857
785.714
Beban
Resapan
(liter/m2)
25
100
150
200
250
26
27
dengan mengalikan luas bidang kedap dengan intensitas hujan dan dibagi laju
peresapan air per lubang. Bidang kedap dengan luas 100 m2 dengan intensitas
hujan 50 mm/jam dan laju peresapan air per lubang 3 liter/menit membutuhkan 28
LRB. Dengan asumsi bahwa bidang kedap tersebut adalah rumah dan ditempati
10 orang dan dibuat LRB sesuai dengan jumlah ideal, tentu 75,67 % sampah
organik dapat tertampung kedalam LRB.
28
menyuburkan tanah. Lubang akan lebih baik lagi bila dibuat di sekitar pohon
buah, pohon peneduh, akan membantu menyuburkan tanaman.
e. Mengatasi masalah timbulnya genangan air penyebab demam berdarah dan
malaria. Biasanya di tanah lapang, seperti halaman rumah, lapangan bola atau
fasilitas olahraga yang masih belum di semen, ada bebarapa tempat yang air
sulit meresap. Biopori dapat dibuat di tempat tersebut dan membantu
meresapkan air ke dalam tanah. Kehadiran lubang resapan biopori secara
langsung akan menambah bidang resapan air, setidaknya sebesar luas kolom
atau dinding lubang. Sebagai contoh bila lubang dibuat dengan diameter 10 cm
dan dalam 100 cm maka luas bidang resapan akan bertambah sebanyak 3.140
cm 2 atau hampir 1/3 m 2. Dengan kata lain suatu permukaan tanah berbentuk
lingkaran dengan diamater 10 cm, yang semula mempunyai bidang resapan
78,5 cm
29
30
Teknologi
lubang
barokah
memiliki
keunggulan,
yaitu
dapat
menampung resapan air hujan dalam jumlah yang cukup besar. Sebagaimana
diketahui,
31
32
Dengan adanya vegetasi atau tanaman pada suatu lahan akan dapat
meningkatkan kadar air kapasitas lapang dan kadar air maksimum, hal ini
disebabkan oleh pemberian mulsa hasil pangkasan yang menjadi bahan organik,
yang diketahui bahwa bahan organik dapat mengikat air sampai enam kali
beratnya sendiri sehingga kemampuan infiltrasi pun tinggi.
Cara biasa menyatakan jumlah air yang terdapat dalam tanah adalah dalam
persen terhadap tanah kering. Kadar air juga dapat dinyatakan dalam persen
volume, yaitu persentase volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai
keuntungan karena dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi
tumbuhan pada volume tanah tertentu (Hakim, ddk, 1986).
3.6. Infiltrasi
Infiltrasi adalah aliran masuknya air kedalam tanah sebagai akbiat gaya
kapiler (gerakan air kearah vertikal). Setelah tanah lapisan atas jenuh, kelebihan
air tersebut mengalir ke tempat yang lebih dalam sebagai akibat gaya gravitasi
bumi yang dikenal sebagai proses perkolasi. Laju maksimal gerakan air masuk
kedalam tanah dinamakan kapasitas infiltrasi. Ketika air hujan jatuh pada
permukaan tanah, tergantung pada kondisi biofisik permukaan, sebagian atau
seluruh air hujan tersebut akan masuk ke dalam tanah melalui pori-pori
permukaan tanah. Proses mengalirnya air hujan ke dalam tanah disebabkan gaya
gravitasi dan gaya kapiler tanah. Laju infiltrasi yang dipengaruhi oleh gaya
gravitasi dibatasi oleh besarnya diameter pori-pori tanah (Asdak, 2002).
33
butir-butir
dan
hujan pada
mendisfersikan
permukaan tanah
agregat
tanah
yang
yang terbuka
menyebabkan
penyumbatan pori tanah di permukaan. Hal ini akan menurunkan laju infiltrasi.
Penurunan infiltrasi dapat juga terjadi karena pengalihan lahan, salah olah, dan
pemadatan tanah akibat penggunaan alat-alat berat. Laju infiltrasi yang tinggi
tidak hanya meningkatkan jumlah air yang tersimpan dalam tanah untuk
pertumbuhan tanaman, tetapi juga mengurangi banjir dan erosi yang diaktifkan
oleh run off.
Menurut Suryatmojo (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi laju
infiltrasi antara lain :
a) Karakteristik permukaan lahan
Karakteristik permukaan lahan yang mempengaruhi proses infiltrasi adalah
kepadatan tanah (curah hujan, debu dan liat yang terbawa aliran vertikal,
kandungan liat, lalu lintas hewan). Sifat dan jenis tanaman penutup tanah
34
35
36
dari volume tanah yang sangat besar. Nilai berat suatu tanah berbeda-beda
tergantung kondisi struktur tanahnya, terutama dikaitkan dengan pemadatan. Oleh
karena itu, berat isi sering digunakan sebagai ukuran struktur tanah.
Berat jenis partikel dari suatu tanah memperlihatkan kerapatan dari
partikel secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan sebagai perbandingan massa
total dari partikel padatan dengan total volume dan tidak termasuk ruang pori
diantara partikel (termasuk berat air dan udara). Besarnya berat jenis partikel
bahan organik umumnya berkisar antara 1,3 sampai 1,5 gram persentimeter kubik.
Berat tanah dapat diukur dengan metode silinder, clod, boring, dan
radioaktif (sinar gamma). Metode silinder sangat mudah dan sederhana seta
praktis untuk tanah- tanah yang tidak bersifat mengembang mengerut. Tetapi
sebaliknya pada tanah yang bersifat mengembang mengerut digunakan metode
clod. Sedangkan metode boring dan radioaktif biasanya digunakan secara
langsung dilapangan.
Menurut Lembaga
adalah berat tanah utuh (undisturbed) dalam keadaan kering dibagi dengan
volume tanah, dinyatakandalam g/cm3 (g/cc). Nilai berat isi tanah sangat
bervariasi antara satu titik dengan titik lainnya karena perbedaan kandungan
bahan organik, tekstur tanah, kedalaman tanah,jenis fauna tanah, dan kadar air
tanah (Agus et al. 2006 dalam Anonim, 2010b).
Bobot isi tanah (bulk density) adalah ukuran pengepakan atau kompresi
partikel-partikel tanah (pasir, debu, dan liat). Bobot isi tanah bervariasi
37
bergantung pada kerekatan partikel-partikel tanah itu. Bobot isi tanah dapat
digunakan untuk menunjukkan nilai batas tanah dalam membatasi kemampuan
akar untuk menembus (penetrasi) tanah, dan untuk pertumbuhan akar tersebut
(Pearson et al., 1995 dalam Anonim, 2010b).
Berat isi merupakan suatu sifat tanah yang menggambarkan taraf
kemampatan tanah. Tanah dengan kemampatan tinggi dapat mempersulit
perkembangan perakaran tanaman, pori makro terbatas dan penetrasi air
terhambat (Darmawijaya, 1997).
Berat isi tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang sering
ditetapkan karena berkaitan erat dengan perhitungan penetapan sifat-sifat fisik
tanah lainnya, seperti retensi air (pF), ruang pori total (RPT), coefficient of linier
extensibility (COLE), dan kadar air tanah. Data sifat-sifat fisik tanah tersebut
diperlukan dalam perhitungan penambahan kebutuhan air, pupuk, kapur, dan
pembenah tanah pada satuan luas tanah sampai kedalaman tertentu. Berat isi tanah
juga erat kaitannya dengan tingkat kepadatan tanah dan kemampuan akar tanaman
menembus tanah.
mengalir melalui ruang-ruang kosong (pori-pori) yang ada di antara butiranbutiran tanah. Tekanan pori diukur relatif terhadap tekanan atmosfer dan
permukaan lapisan tanah yang tekanannya sama dengan tekanan atmosfer
38
dinamakan muka air tanah atau permukaan freasik, di bawah muka air tanah.
Tanah diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak demikian karena ada
rongga-rongga udara.
Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan
air. Struktur dan tekstur serta unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam
menaikkan laju permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi
menaikkan laju infiltrasi dan dengan demikian, menurunkan laju air larian.
Tinggi muka air tanah berubah-ubah sesuai dengan keadaan iklim tetapi
dapat juga berubah karena pengaruh dari adanya kegiatan konstruksi. Di tempat
itu dapat juga terjadi muka air tanah dangkal, di atas muka air tanah biasa,
sedangkan kondisi dapat terjadi bila tanah dengan permeabilitas tinggi di
permukaan atasnya dibatasi oleh lapisan muka air tanah setempat, tetapi
berdasarkan tinggi muka air tanah pada suatu tempat lain yang lapisan atasnya
tidak dibatasi oleh lapisan rapat air.
Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori
yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur
tanah. Secara garis besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran
pori dan makin rendah koefisien permeabilitasnya. Berarti suatu lapisan tanah
berbutir kasar yang mengandung butiran-butiran halus memiliki harga k yang
lebih rendah dan pada tanah ini koefisien permeabilitas merupakan fungsi angka
pori. Kalau tanahnya berlapis-lapis permeabilitas untuk aliran sejajar lebih besar
39
dari pada permeabilitas untuk aliran tegak lurus. Lapisan permeabilitas lempung
yang bercelah lebih besar dari pada lempung yang tidak bercelah (unfissured).
Permeabilitas ini merupakan suatu ukuran kemudahan aliran melalui suatu
media poreus. Secara kuantitatif permeabilitas diberi batasan dengan koefisien
permeabilitas. Permeabilitas intrinsik suatu akifer bergantung pada porositas
efektif batuan dan bahan tak terkonsolidasi, dan ruang bebas yang diciptakan oleh
patahan dan larutan. Porositas efektif ditentukan oleh distribusi ukuran butiran,
bentuk dan kekasaran masing-masing partikel dan susunan gabungannya, tetapi
karena sifat-sifat ini jarang seragam, konduktivitas hidrolik suatu akifer yang
berkembang dibatasi oleh permeabilitas lapisan-lapisan atau masing-maisng zone,
dan mungkin bervariasi cukup besar tergantung pada arah gerakan air.
Permeabilitas tanah memiliki lapisan atas dan bawah. Lapisan atas
berkisar antara lambat sampai agak cepat (0,20 9,46 cm jam-1), sedangkan di
lapisan bawah tergolong agak lambat sampai sedang (1,10 3,62 cm jam-1)
(N.Suharta dan B. H Prasetyo, 2008)
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi permeabilitas, adalah :
a) Tekstur tanah.
Tekstur sangat mempengaruhi permeabilitas tanah. Hal ini dikarenakan
permeabilitas itu adalah melewati tekstur tanah. Misalnya tanah yang
bertekstur pasir akan mudah melewatkan air dalam tanah
40
b) Struktur tanah.
Semakin banyak ruang antar struktur, maka semakin cepat juga permeabilitas
dalam tanah tersebut. Misalnya tanah yang berstruktur lempeng akan sulit di
tembus oleh air daru pada berstruktur remah
c) Porositas
Porositas atau ruang pori adalah rongga antar tanah yang biasanya diisi air atau
udara. Pori sangat menentukan sekali dalam permeabilitas tanah, semakin
besar pori dalam tanah tersebut, maka semakin cepat pula permeabilitas tanah
tersebut
d) Viskositas
Viskositas sama juga dengan kekentalan air, semakin kental air tersebut, maka
semakin sulit juga air untuk menembuas tanah tersebut
e) Gravitasi
Gaya gravitasi atau gaya tarik bumi juga sangat menentukan permeabilitas
tanah, karena permeabilitas adalah gaya yang masuk ke tanah menrut gaya
gravitasi
f) Drainase
Apabila permeabilitas tanah baik, maka waktu dalam pergerakan air akan
semakin cepat, begitu pula sebaliknya. Penyerapan yang dilakukan tanah akan
semakin cepat apabila drainase tanah itu baik
41
g) Erosi
Pengikisan juga dipengaruhi oleh permeabilitas, semakin baik permeabilitas
dalam tanah, maka erosi akan minimum
h) Evaporasi
Evaporasi akan semakin maksimal jika permeabilitas tanah tersebut baik
42
43
Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena
memiliki beberapa peranan kunci di tanah. Peranan-peranan kunci bahan organik
tanah dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu:
a) Fungsi biologi : menyediakan makanan dan tempat hidup (habitat) untuk
organisme (termasuk mikroba) tanah menyediakan energi untuk proses-proses
biologi tanahmemberikan kontribusi pada daya pulih (resiliansi) tana
b) Fungsi kimia : merupakan ukuran kapasitas retensi hara tanah penting untuk
daya pulih tanah akibat perubahan pH tanah menyimpan cadangan hara
penting, khususnya N dan K
c) Fungsi fisika : mengikat partikel-partikel tanah menjadi lebih remah untuk
meningkatkan stabilitas struktur tanah meningkatkan kemampuan tanah dalam
menyimpan air perubahahan moderate terhadap suhu tanah
Fungsi-fungsi bahan organik tanah ini saling berkaitan satu dengan yang
lain. Sebagai contoh bahan organik tanah menyediakan nutrisi untuk aktivitas
mikroba
yang
juga
dapat
meningkatkan
dekomposisi
bahan
organik,
merupakan cara air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori
44
tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler
atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah
hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.
Dengan pengaruh gaya gravitasi air hujan akan masuk ke dalam tanah
melalui pori-pori tanah dan gaya kapiler akan mengalirkan air tersebut ke atas ke
bawah dan ke arah horizontal. Sedangkan laju peresapan air adalah kecepatan
masuknya air hujan ke dalam tanah selama hujan berlangsung karena faktor alam
maupun berkat adanya campur tangan manusia.
Laju peresapan air dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : tekstur tanah,
bahan organik tanah, kepadatan tanah, jenis dan jumlah vegetasi (Asdak, 2004).
Tekstur tanah adalah perbandingan antara fraksi pasir, debu dan liat dinyatakan
dalam persen. Semakin tinggi persentase pasir dalam tanah, maka akan semakin
besar ruang pori yang terdapat di antara partikel-partikel tanah tersebut, sehingga
akan memperlancar pergerakan air di dalam tanah (Hakim et al, 1986). Menurut
Hanafiah (2005) tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah
yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir,
debu dan liat.
Hakim et.al., (1986) mengemukakan bahwa kepadatan tanah yang
dimanifestasikan dengan bobot isi tanah adalah perbandingan antara berat
persatuan volume penyusun tanah dalam keadaan kering oven dengan volume
tanah (dinyatakan dalam gram/cm3 ). Hanafiah (2005) juga menyatakan bahwa
bobot isi tanah adalah berat tanah yang dikering ovenkan per satuan volume.
45
Tanah liat yang bertekstur halus umumnya memiliki kerapatan isi antara 1,0 1,3
g/cm3 , sedangkan yang bertekstur kasar antara 1,3 1,8 g/cm3 . Nilai bobot isi
tanah berbanding lurus dengan tingkat kekasaran partikel tanah, tanah liat yang
bertekstur halus mempunyai kerapatan isi lebih kecil dibanding tanah yang tanah
bertekstur kasar dan semakin tinggi nilai kerapatan isi tanah maka laju resapan air
juga akan semakin besar. Upaya meningkatkan peresapan air ke dalam tanah
dewasa ini sudah sangat mendesak untuk dilakukan, terutama di daerah perkotaan
di mana kebutuhan dan pemanfaatan air bersih yang bersumber dari air bawah
tanah sangat tinggi karena selain kualitasnya lebih baik biayanya juga relatif lebih
murah.
46
BAB IV
METODOLOGI
4.1. Metode Pengambilan Sampel
Kajian teknis Kelayakan dan Pembuatan Implikasi dari Aplikasi Lubang
Resapan Biopori dan Sumur Resapan akan dilakukan di Kecamatan Wonosalam.
Wilayah ini memiliki topografi bergunung-gunung dengan kemiringan rata-rata
lebih dari 40% sehingga berpotensi mengalami banjir di musim hujan dan
kekeringan di musim kemarau, jika tanahnya tidak memiliki kemampuan yang
cukup tinggi untuk menyimpan air. Kecamatan Wonosalam, merupakan salah
satu diantara 7 kecamatan yang rawan banjir, dan juga berpotensi terjadinya tanah
longsor. Sebab, hutan yang ada di kawasan tersebut mulai gundul, sehingga
ketika hujan cukup deras maka tanah di perbukitan tak mampu lagi menahan air
Kecamatan Wonosalam terdiri dari 9 desa dengan luas wilayah 12.163
ha (Gambar 6). Struktur litologi daerah ini tersusun atas batuan volkanik, berupa
breksi volkanik dan di beberapa tempat dijumpai andesit dengan warna segar abuabu cerah, warna lapuk agak kehitaman.
Dari 9 desa diambil tiga (3) desa sebagai desa percontohan pemanfaatan
Lubang Resapan Biopori (LRB), yaitu Desa Wonosalam, Desa Panglungan, dan
desa Carangwulung. Tiap-tiap desa diambil sampel 10 KK, dan setiap KK terdiri
dari sepuluh (10) titik LRB disekitar rumah dan dua (2) titik Lubang Barokah
disekitar kebun rumah. Lokasi yang diambil adalah dengan tetap memperhatikan
perbedaan kemiringan lahan yang cukup signifikan.
47
perhatikan secara cermat untuk memilih lokasi pemasangan biopori. Tempat yang
dapat dibuat /dipasang lubang biopori resapan air adalah :
a. Pada alas saluran air hujan di sekitar rumah (pekarangan).
b. Di sekeliling pohon.
c. Pada tanah kosong antar tanaman / batas tanaman.
48
49
barokah
dibuat
di
antara
tanaman
pokok
(tanaman
semusim/tahunan/tanaman keras)
50
d. Lubang diisi dengan sampah organik seperti daun, sampah dapur, ranting
pohon, sampah makanan dapur non kimia, dan sebagainya. Sampah dalam
lubang akan menyusut sehingga perlu diisi kembali dan di akhir musim
kemarau dapat dikuras sebagai pupuk kompos alami
(Gambar 10.)
51
Variabel
Metode
1.
Gravimetri
2.
Infiltrasi Tanah
3.
Ring
Waktu Pengamatan
Tiap dua minggu
Awal, Tengah, dan Akhir
Infiltrometer
Penelitian
Ring sample
4.
Permeabilitas Tanah
pF
5.
Nitrogen Tanah
Kjedahl
6.
Tanah
52
4.6. Pengukuran
a) Kadar Air Tanah Kering Udara
Tanah dimasukkan kedalam cawan sebanya 10 gram, kemudian di oven pada
suhu 1050C selama 24 jam. Tanah tersebut ditimbang beratnya. Dihitung kadar
airnya dengan rumus :
Keterangan :
b) Infiltrasi Tanah
Diletakkan salah satu cincin dan pastikan penampang cincin pada level datar.
Dipasang piringan tutup di atas cincin dan pastikan tepat di pusat cincin. Pukul
tutup cincin dengan martil sampai kedalaman tertentu sehingga dapat
mencegah kebocoran air ke luar cincin. Diletakkan cincin silinder lainnya
secara tepat pada pusat yang sama dengan cincin pertama.
Dipasang jarum berujung runcing sebagai penanda muka air yang dapat
dilihat. Dilakukan pengukuran perubahan tinggi muka air, pasang mistar di
dinding dalam cincin. Dituangkan air ke dalam cincin sampai muka air persis
di ujung mistar. Dijaga tinggi muka air pada kedua cincin agar tetap sama
untuk menghindari aliran antar cincin.
Penghitungan laju infiltrasi berdasarkan tinggi muka air mengikuti langkahlangkah berikut :
53
Keterangan :
f
hc
t
54
ring atas dengan ring bawah dipotong dengan menggunakan parang. Ring
yang paling bawah diberi label sesuai dengan lokasi penelitian kemudian
dimasukkan ke dalam plastik dan diikat. Untuk mengetahui bobot isi tanah
dapat digunakan rumus :
d) Permeabilitas Tanah
Pengukuran permeabilitas adalah menentukan konduktifitas air maupun udara
yang ada di dalam tanah. Langkah yang pertama kali dilakukan adalah
menyediakan tanah yang sudah ada di dalam ring yang sudah dijenuhkan.
Laporan Akhir Kegiatan Kajian Teknis Pembuatan Lubang Barokah
(Biopori) Pada Lahan di Kawasan Kecamatan Wonosalam
55
Kemudian ring yang sudah ada tanahnya itu disambung dengan pipa paralon
yang disediakan. Sebelumnya di ukur terlebih dahulu panjang pipa paralon dan
diameter ring. Lalu pipa tersebut yang telah disambung dengan ring di
masukkan ke dalam alat permeabilitas dan dimasukkan air secukupnya
kedalam atas pipa paralon sampai air tersebut tumpah ke corong alat
permeabilitas. Kemudain air mengalir Lalu air itu di kumpulkan di tabung
selama 1 menit. Lalu di hitung volume air terkumpul, dan KHJ (Konduktivitas
hidrolik jenuh) yang telah diamati.
e) Nitrogen Tanah
Timbang 0,5 gr contoh tanah ukuran < 0,5 mm, masukan ke dalam tabung
digest. Tambahkan 1 gr campuran selen dan 3 ml asam sulfat pekat,
didestruksi hingga suhu 350oC (3 4 jam). Destruksi selesai bila keluar uap
putih dan didapat ekstrak jernih (sekitar 4 jam).
Tabung diangkat, didinginkan dan kemudian ekstrak diencerkan dengan air
bebas ion hingga tepat 50 ml. Kocok sampai homogen, biarkan semalam agar
partikel mengendap. Ekstrak digunakan untuk pengukuran N dengan cara
destilasi
Cara pengukuran N :
Pindahkan secara kualitatif seluruh ekstrak contoh ke dalam labu didih
(gunakan air bebas ion dan labu semprot). Tambahkan sedikit serbuk batu
didih dan aquades hingga setengah volume labu.
56
Keterangan :
Vc, Vb
N
14
100
fk
57
tetes diphenylamine, diguncang, maka akan timbul larutan bewarna biru tua
kehijauan kotor. Dititrasi dengan Fe(NH4)2 0,5 N dari buret hingga warna
menjadi hijau terang. Dilakukan prosedur seperti diatas tetapi sampel tanpa
tanah, untuk mendapatkan volume titrasi Fe(NH4)2 (SO4) 20,5 N untuk
mendapatkan blanko. Dihitung C-organik dengan menggunakan rumus :
C-organik = 5 (1- t/s).0,78
Keterangan :
t = titrasi
s = blanko
58
BAB V
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
LRB
LB
59
bahan organik berlangsung sedang karena bahan organik sebagai sumber energi
mikroorganisme cukup tersedia.
perubahan musim.
Meskipun
karakteristik kimia tanah relatif stabil baik di musim penghujan maupun di musim
kemarau, dan memperlihatkan bahwa penerapan teknologi biopori memberikan
dampak positif bagi perbaikan karakteristik kimia tanah.
60
Pengamatan
Ke-
Wonosalam
Carangwulung
Panglungan
1,10
1,31
1,32
II
1,04
0,96
0,90
1,07
1,41
1,46
II
0,96
1,22
0,78
61
Gambar 13.
62
dapat menekan aliran permukaan sehingga kapasitas tanah menyimpan air juga
meningkat.
Infiltrasi tanah di wilayah penelitian tergolong sedang. Nilai infiltrasi
tanah meningkat dengan waktu yang menunjukkan bahwa penerapan teknik
biopori memberikan hasil yang cukup signifikan.
Infiltrasi tanah pada wilayah penelitian dengan kedua metode dapat dilihat
pada Gambar 14, Gambar 15, dan Gambar 16. Penerapan metode LB ternyata
memberikan pengaruh positif pada peningkatan infiltrasi, yang ditunjukkan oleh
peningkatan
infiltrasi
(Carangwulung)
berkisar
mulai
68,19%
(Wonosalam),
117,01%
bulan setelah penerapan teknik biopori). Peningkatan infiltrasi yang cukup besar
pada metode LB ini sesuai dengan menurunnya nilai bobot isi tanah. Semakin
Laporan Akhir Kegiatan Kajian Teknis Pembuatan Lubang Barokah
(Biopori) Pada Lahan di Kawasan Kecamatan Wonosalam
63
rendah bobot isi tanah berarti porositas tanah meningkat, sehingga semakin
banyak air yang mengalir melalui kolom tanah menuju akuifer tanah (Gambar 14).
64
Gambar 16.
Masing-masing bahan
65
66
karena ketersediaan bahan organik yang rendah sehingga kemampuan tanah untuk
menyimpan air juga rendah.
pembentukan pori tanah, khususnya pori pemegang air sehingga infiltrasi akan
meningkat.
Tabel 6. Kadar Air Tersedia dan KA Aktual Awal di Daerah Penelitian
Metode
Desa
Lubang
Barokah
Wonosalam
CarangWulung
Panglungan
Wonosalam
CarangWulung
Panglungan
Lubang
Resapan
Biopori
kemarau, dimana penerapan teknik biopori ternyata memberi efek positif bagi
penyediaan air. Hasil pengamatan pada Tabel 6 menunjukkan bahwa simpanan
air tanah di musim kemarau ternyata tidak berbeda nyata dengan simpanan air
tanah di musim hujan, bahkan lebih besar.
upaya perbaikan karakteristik tanah melalui penerapan teknik biopori, baik LRB
maupun LB mampu meningkatkan simpanan air tanah sehingga di masa datang
diharapkan tidak akan terjadi kekeringan.
67
organik, maka peluang pembentukan pori tanah semakin besar. Bahan organik
merupakan sumber energi utama bagi cacing tanah, faktor pembentukan pori
makro. Semakin banyak bahan organik, maka cacing tanah akan semakin aktif
68
sehingga pori makro yang terbentuk juga semakin banyak. Dengan demikian
pada akhirnya kemampuan tanah menyimpan air juga meningkat lebih besar.
5.1.5. Kadar Air Aktual
Hasil yang sama juga ditunjukkan dari hasil pengamatan kadar air aktual
pada berbagai kedalaman, dimana metode LB menunjukkan nilai kadar air yang
lebih tinggi dibandingkan metode LRB. Selain itu kadar air aktual tanah pada
berbagai kedalaman menunjukkan bahwa kadar air tanah meningkat dengan
meningkatnya kedalaman tanah (Tabel 7). Hal ini dihubungkan dengan adanya
evaporasi tanah yang lebih besar pada permukaan tanah.
Tabel 7.
Metode
Desa
0-20
Awal
LB
LRB
Wonosalam
Carangwulung
Panglungan
Wonosalam
Carangwulung
Panglungan
0,42
0,43
0,45
0,32
0,41
0,41
I
0,44
0,50
0,47
0,37
0,48
0,46
II
0,49
0,43
0,46
0,31
0,41
0,44
III
0,39
0,49
0,46
0,34
0,44
0,34
Kedalaman (cm)
20-40
Awal
I
II
0,48 0,40 0,37
0,47 0,49 0,51
0,42 0,47 0,55
0,36 0,42 0,38
0,43 0,46 0,46
0,45 0,45 0,43
III
0,34
0,51
0,30
0,38
0,41
0,34
Secara umum, kadar air tanah pada metode LB lebih besar dibanding LRB.
Hal ini dijumpai di tiga (3) desa wilayah pengamatan (Tabel 8). Hal ini didukung
oleh ketersediaan bahan organik yang lebih besar pada metode LB (Gambar 12).
Bahan organik merupakan salah satu komponen tanah yang berperan penting di
dalam penyimpanan air tanah dikarenakan kemampuannya di dalam memegang
69
air. Namun demikian kemampuan bahan organik memegang air juga ditentukan
oleh macam bahan organik yang ada.
Tabel 8. Perbandingan Kadar Air Tanah Aktual dengan Metode Lubang
Barokah (LB) dan Lubang Resapan Biopori (LRB) di Beberapa
Desa Kecamatan Wonosalam.
Metode
LB
LRB
Desa
Wonosalam
Carangwulung
Panglungan
Wonosalam
Carangwulung
Panglungan
Awal
0,45
0,45
0,43
0,34
0,42
0,43
I
0,42
0,50
0,47
0,40
0,47
0,45
II
0,43
0,47
0,50
0,34
0,43
0,43
III
0,37
0,50
0,38
0,36
0,42
0,34
70
terlihat pada Gambar 19. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi kemampuan
perbaikan penyimpanan air tanah akibat penerapan metode biopori.
Secara umum, teknik lubang barokah (LB) memiliki simpanan air tanah
lebih besar dibandingkan metode LRB, meskipun perbedaannya tidak nyata
(ditunjukkan oleh error bar, Gambar 20). Berarti teknik apapun yang diterapkan
akan memiliki kontribusi yang sama di dalam meningkatkan simpanan air tanah.
pada berbagai
71
72
5.2. Pembahasan
Hasil pengamatan ternyata menunjukkan bahwa penerapan teknik biopori,
baik teknik lubang resapan biopori maupun lubang barokah memberikan pengaruh
positif bagi perbaikan karakteristik tanah, baik fisik maupun kimia tanah.
Perbaikan sifat kimia tanah ditunjukkan oleh meningkatnya ketersediaan hara ( N
dan BO) dalam tanah.
menurunnya bobot isi tanah. Perbaikan bobot isi tanah berperan penting dalam
perbaikan porositas tanah sehingga dengan demikian diharapkan akan terjadi
peningkatan simpanan air tanah terutama di musim kemarau.
Hasil yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa kedua macam
teknik biopori efeknya positif bagi peningkatan simpanan air tanah.
Namun
73
sebagai simpanan depresi untuk menampung dan meresapkan air melalui lubanglubang biopori alami yang dibuat dengan bantuan biodiversitas tanah. Di samping
itu, saluran ini akan mengurangi air limpasan serta mencegah pencemaran sungai
akibat pupuk yang terbawa air.
yang
74
di bawah serasah tersebut dibuat lubang biopori dengan bor, dengan kedalaman
satu meter dan diameter 10 cm.
Secara sederhana penerapan teknik biopori di lahan miring ( 15%) adalah
sebagai berikut :
1. Pembuatan teras gulud dengan saluran menurut kontur lebar 20 cm x
dalam 15 cm, interval 200 cm.
2. Pada lokasi yang lebih kedap, maka dilakukan modifikasi teras gulud
dengan membuat lubang resapan biopori dengan diameter 8 cm sedalam
100 cm, interval 100 cm di dasar saluran, serta menambahkan bahan
organik ke dalam saluran
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengaplikasian teras gulud
mampu menekan aliran permukaan dan erosi, walaupun masih terjadi aliran keluar
(Hutasoit, 2005).
75
Ukuran rorak harus disesuaikan dengan keadaan lahan dengan lebar 0,40
0,60 m dan dalam 0,3 0,50 m. Jarak antar rorak ditentukan oleh kemiringan
lahan atau berkisar antara 3 5 m. Rorak ini merupakan tempat meletakkan sisa
hasil panen atau rumput hasil penyiangan dan sekaligus berfungsi untuk
menampung air aliran permukaan. Menurut Noeralam (2002), bahwa rorak yang
dikombinasikan dengan mulsa tersebut tergolong cara pemanenan air yang efektif,
salah satunya dicerminkan oleh kemampuannya dalam mempertahankan lengas
tanah. Menurut Fairbourn dan Gardner (1972) dalam Noeralam (2002), bahwa
alur yang diberi mulsa vertikal meningkatkan infiltrasi lebih besar dari pada alur
tanpa mulsa, mulsa vertikal juga bisa mengurangi laju evaporasi. Dilaporkan juga
bahwa mulsa vertikal dapat menghemat air 41% lebih besar dibanding tanpa
mulsa. Kombinasi mulsa vertikal dengan teras gulud juga sangat efektif menekan
laju aliran permukaan (67 82%) (Brata, 1995a; Brata 1995b).
76
BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
6.1. Kesimpulan
Dari uraian hasil pengamatan dan pembahasan diatas dapat disimpulkan halhal sebagai berikut :
a. Penerapan teknik biopori, baik teknik lubang resapan biopori (LRB) maupun
lubang barokah (LB)
karakteristik tanah, baik fisik maupun kimia tanah. Perbaikan sifat kimia
tanah ditunjukkan oleh meningkatnya ketersediaan hara (kadar N tanah dan
bahan organik) dalam tanah. Sedangkan perbaikan sifat fisik ditunjukkan
oleh menurunnya bobot isi tanah. Perbaikan bobot isi tanah berperan penting
dalam perbaikan porositas tanah
b. Teknik biopori baik teknik lubang resapan biopori (LRB) maupun teknik
lubang barokah (LB) terbukti merupakan teknik yang tepat dalam
meningkatkan resapan air (infiltrasi). Penerapan metode LB ternyata
memberikan pengaruh positif pada peningkatan infiltrasi tanah, yang
ditunjukkan oleh peningkatan infiltrasi hingga 168% pada pengamatan ke-3.
Sedangkan pada metode LRB terjadi peningkatan infiltrasi sebesar 208 %.
c. Penerapan teknik biopori ternyata memberi efek positif bagi penyediaan air
(mampu meningkatkan simpanan air tanah). Hal ini ditunjukkan oleh hasil
pengamatan indikator kadar air tersedia dan kadar air aktual yang
menunjukkan bahwa simpanan air tanah di musim kemarau ternyata tidak
77
berbeda nyata dengan simpanan air tanah di musim hujan, bahkan lebih besar.
Hal ini mengindikasikan terjadinya perbaikan kemampuan penyimpanan air
tanah akibat penerapan metode biopori. Secara umum, metode LB memiliki
simpanan air tanah lebih besar dibandingkan metode LRB.
6.2. Rekomendasi
Berdasarkan analisa terhadap uraian hasil pengamatan dan pembahasan
kajian teknis
penyediaan dan simpanan air tanah. Hal ini utamanya ditujukan pada kawasan
yang secara historis merupakan wilayah banjir atau genangan yang ada di
Kabupaten Jombang yakni 15 kecamatan dan meliputi 106 desa/kelurahan.
b. Upaya sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang manfaat pembuatan
lubang resapan biopori (LRB) maupun lubang barokah (LB) juga penting
dilakukan kepada masyarakat yang tinggal di wilayah yang potensial
Laporan Akhir Kegiatan Kajian Teknis Pembuatan Lubang Barokah
(Biopori) Pada Lahan di Kawasan Kecamatan Wonosalam
78
79
b) Pada lokasi yang lebih kedap, maka dilakukan modifikasi teras gulud
dengan membuat lubang resapan biopori dengan diameter 8 cm
sedalam 100 cm, interval 100 cm di dasar saluran, serta menambahkan
bahan organik ke dalam saluran
2) Lahan
dengan
kemiringan
yang
lebih
curam;
teknik
biopori
80
81
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2010a. Berat Isi Tanah Dan Berat Jenis Tanah (http://Blognye
Adekoer.wordpress.com, diakses 24 Oktober 2011).
, 2010b. Kabupaten Jombang Dalam AngkaTahun 2010, Badan Pusat
Statistik Kabupaten Jombang, Jombang.
, 2010c. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Jombang Tahun
2009. BAPPEDA Jombang. Jombang
Abdul Madjid. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian, Univ. Sriwijaya
(http://finalsense.com, diakses 24 Oktober 2011)
Asdak C, 2002, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gadjah Mada
Universty Press, Yogyakarta
Biopori, TIM IPB. 2007. Biopori Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan-Alat
dan Pemesanan Alat. (Online). (http://biopori.com, diakses 31 Desember
2010).
Brata, K. R. 1995a. Efektivitas Mulsa Vertikal sebagai Tindakan Konservasi
Tanah dan Air pada Pertanian Lahan Kering di Latosol Darmaga. J. Il. Pert.
Indon. 5 (1) : 13 19.
Brata, K. R. 1995b. Peningkatan Efektivitas Mulsa Vertikal sebagai Tindakan
Konservasi Tanah dan Air pada Pertanian Lahan Kering dengan
Pemanfaatan Bantuan Cacing Tanah. J. Il. Pert. Indon. 5 (2): 69 75.
Brata, K.R. 2001. Teknik Mulsa Vertikal pada Teras Gulud. Jurusan Tanah.
Fakultas Pertanian .IPB. Bogor.
Brata RK. dan Nelistya A. 2008. Lubang Resapan Biopori. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Brata. RK. dan Purwakusuma W. 2008. Teknologi peresapan air tepat guna untuk
perbaikan kualitas lingkungan perkotaan. Bogor .
Darmawijaya, M. Isa. 1997. Klasifikasi Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Hakim, ddk, 1986, Dasar-dasar Ilmu Tanah, Universitas Lampung, Lampung
Laporan Akhir Kegiatan Kajian Teknis Pembuatan Lubang Barokah
(Biopori) Pada Lahan di Kawasan Kecamatan Wonosalam
82
83
LAMPIRAN
Sangat Cepat
> 25,4
Cepat
12,7 25,4
Agak Cepat
6,3 12,7
Sedang
2,0 6,3
Agak Lambat
0,5 2,0
Lambat
0,1 0,5
Sangat Lambat
< 0,1
84
Sifat Tanah
Kriteria
C-Organik (%)
Nitrogen (%)
C/N
Sangat Rendah
< 1,00
< 0,10
< 5,0
Rendah
1,00 2,00
0,10 0,20
5,0 7,9
Sedang
2,01 3,00
0,21 0,50
8,0 12,0
Tinggi
3,01 5,00
0,51 0,75
12,1 17,0
Sangat Tinggi
> 5,00
> 0,75
> 17,0
85
Kriteria
Sangat Rendah
<1%
Rendah
1,0 2,0 %
Sedang
2,0 3,0 %
Tinggi
3,0 5,0 %
Sangat Tinggi
> 5,0 %
86