Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Penisilin merupakan salah satu antibiotik yang meningkat penggunaannya
dewasa ini, dan yang paling efektif selama empat dekade ini. Peningkatan
kebutuhan medis akan penisilin telah membuka peluang bagi pengembangan
industri pembuatan penisilin secara komersial yang menuntut peningkatan
kualitas dan kuantitas dari penisilin yang dihasilkan. Perbaikan kualitas dan
kuantitas penisilin dapat tercapai apabila parameter-parameter metabolik dari
proses fermentasi adalah optimum.
Terminologi antibiotik didefinisikan sebagai suatu senyawa organik hasil
metabolisme dari mikroorganisme yang memiliki kemampuan untuk menghambat
pertumbuhan dan bahkan mematikan mikroorganisme lain akibat aktivitas
sejumlah kecil senyawa antibiotik tersebut (Waksman, 1949). Antibiotik memiliki
kegunaan yang sangat luas dibidang farmasi dan pertanian dan dibedakan atas
antibiotik yang bersifat antibakteri atau anti mikroba, anti jamur dan anti tumor.
Penisilin, tetrasiklin, eritromisin dan streptomisin merupakan contoh-contoh
antibiotik yang bersifat anti bakteri.
Antibiotik digunakan dalam berbagai bentuk masing-masing menetapkan
persyaratan manufaktur agak berbeda. Untuk infeksi bakteri di permukaan kulit,
mata, atau telinga, antibiotik dapat diterapkan sebagai salep atau krim. Jika

infeksi internal, antibiotik dapat ditelan atau disuntikkan langsung ke dalam


tubuh. Dalam kasus ini, antibiotik dikirim seluruh tubuh dengan penyerapan ke
dalam aliran darah.
Produksi antibiotik -laktam dan produk intermedietnya saat ini telah
mengalami transformasi. Produksi yang semula secara konversi kimia tradisional
berbasis pada stereokimia, sekarang mulai tergantikan dengan proses produksi
yang dikatalisis enzim (Bruggink, et al., 1998). Penggunaan enzim dalam
produksi antibiotik memiliki efisiensi yang tinggi dalam mengkatalisis reaksi
organik yang kompleks, dapat dilakukan pada kondisi yang lunak, seperti pH
netral, suhu dan tekanan yang tidak ekstrem, serta dapat dihindarinya penggunaan
pelarut yang toksik. Selain itu, enzim memiliki spesifikasi substrat yang tinggi,
sehingga by product yang dihasilkan sedikit serta sifatnya yang stereoselektif.
Enzim dapat digunakan dalam bentuk bebas maupun terikat, baik itu terikat pada
2 sel atau carrier (immobilized) dengan sifat yang ramah lingkungan serta dapat
diproduksi dalam jumlah yang besar. Proses produksi antibiotik -laktam dengan
menggunakan enzim biasanya dilakukan secara fermentasi untuk menghasilkan
produk antara 6-APA dari bahan seperti penisilin G, penisilin V dan
cephalosporin C (Bruggink, et al., 1998).
Penisilin semisintetik kebanyakan diproduksi dari asam 6-amino penisilinat
atau 6-Aminopenicillanic acid (6-APA), inti molekul penisilin yang dihasilkan
terutama dengan deasetilasi enzimatik penisilin alami (Chisti dan moo-young,
1991).

Perkembangan

tentang

pengetahuan

mengenai

jalur

biosintesis

memungkinkan dilakukannya optimasi yang membuat ruahan produk semaksimal


mungkin.
Oleh karena itu dengan meningkatnya penggunaan antibiotic penisilin dan
pentingnya peran antibiotic penisilin dalam dunia pengobatan maka sebagai
tenaga farmasi kita harus tahu tentang bagaimana cara pembuatan antibiotic
penisilin.

1.2.Rumusam masalah
1. Bagaimana pembuatan penisilin dengan menggunakan bakteri Penicillium
Chrysogenum?
2. Bagaimana proses pembuatan penisilin dengan menggunakan bakteri
Penicillium Chrysogenum?

1.3.Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pembuatan penisilin dengan menggunakan bakteri Penicillium
Chrysogenum.
2. Mengetahui proses pembuatan penisilin dengan menggunakan bakteri
Penicillium Chrysogenum.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penisilin G
Penisilin G atau benzilpenisilin adalah salah satu antibiotik golongan laktam dengan potensi antibakteri yang efektif terhadap bakteri gram positif.
Mekanisme kerja penisilin adalah menghambat sintesis dinding sel bakteri
melalui penghambatan proses cross-linking antara unit-unit peptidoglikan
penyusun dinding sel bakteri. Struktur penisilin yang mirip dengan struktur
peptida D-alanil-D-alanin pada ujung rantai peptidoglikan menyebabkan
antibiotik ini dapat berikatan dengan enzim transpeptidase dan menghambat
kerja enzim tersebut pada proses pembentukan dinding sel bakteri.

Gambar Struktur penisilin G

Penisilin bersifat asam dengan pKa sekitar 2,65. Penisilin dalam sediaan
farmasi umumnya berupa garam dengan natrium atau kalium yang larut dalam

air karena penisilin bebas sukar larut dalam air. Adanya ikatan amida yang
tegang pada inti -laktam membuat penisilin sangat reaktif. Gugus ini mudah
diserang oleh serangan nukleofilik. Penisilin mudah terhidrolisis oleh logam
berat, asam, basa, enzim asilase, dan -laktamase. Serangan nukleofilik oleh air
atau ion OH- menghasilkan asam penisiloat yang tidak aktif. Pada kondisi asam
(pH<3), penisilin terdegradasi menjadi asam penisilenat yang selanjutnya
membentuk penisilamina, peniloaldehid dan asam peniloat. Larutan penisilin
dalam air dapat bertahan hingga beberapa minggu dengan mengontrol pH pada
kisaran 6,0-6,8 dan dengan pendinginan.
Produksi penisilin G umumnya dilakukan dengan fermentasi jamur
Penicillium chrysogenum. Cincin -laktam dan tiazolidin pada struktur penisilin
diturunkan dari asam amino L-sistein dan L-valin. Resistensi dan kebutuhan akan
antibiotik dengan sifat-sifat yang lebih baik mendorong penemuan berbagai
turunan penisilin, seperti amoksisilin, ampisilin, metisilin, dan sebagainya.
Turunan tersebut didapatkan dari penggabungan 6-APA hasil hidrolisis penisilin
dengan rantai samping yang dapat memberikan sifat-sifat yang diinginkan.
Sejak tahun 1960, bioteknologi mulai diaplikasikan pada produksi
antibiotik -laktam melalui metode semisintesis. Inti 6-APA hasil hidrolisis
penisilin G secara enzimatik digabungkan dengan rantai samping yang dibuat
secara kimiawi. Penggabungan dapat dilakukan secara kimiawi maupun secara
enzimatik. Penggabungan secara kimiawi dilakukan dengan aktivasi rantai
samping dalam bentuk garam (dane salt) kemudian direaksikan dengan 6-APA

pada suhu -30oC. Penggabungan secara enzimatik dapat dilakukan dengan


katalis penisilin asilase pada suhu 35oC dan pH 6,3.
2.2 Hidrolisis penisilin G
Hidrolisis penisilin G untuk menghasilkan 6-APA dapat dilakukan secara
kimiawi maupun enzimatik. Hidrolisis kimiawi dilakukan dengan mereaksikan
penisilin G dengan klorotrimetilsilan (Me3SiCl), fosfor pentaklorida (PCl5), nbutanol (n-BuOH), dan air secara bertahap dalam pelarut diklormetana. Reaksi
ini dilakukan pada suhu -40oC (van Santen dkk., 2000). Hidrolisis kimiawi untuk
mendapatkan 1 kg 6-APA membutuhkan 0,6 kg klorotrimetilsilan; 1,2 kg fosfor
pentaklorida dan 8,4 L n-butanol. Proses ini melibatkan reagen yang berbahaya
dan membutuhkan biaya yang cukup mahal. Hidrolisis enzimatik dilakukan
dengan penisilin asilase pada suhu 30-50oC. Proses ini lebih efisien dan ramah
lingkungan karena tidak membutuhkan reagen kimia berbahaya serta dapat
dilakukan pada kondisi reaksi yang lunak.
Beberapa jenis bakteri dan jamur diketahui dapat menghidrolisis penisilin
menjadi 6-APA. Reaksi tersebut berlangsung dengan adanya biokatalisator
berupa

penisilin asilase. Jamur yang dapat menghidrolisis penisilin antara lain

genus Alternatia, Aspergillus, Cephalosporium, Cryptococcus, Epicoccum,


Fusarium, Mucor, Penicillium, Trichoderma, Trichophyton, dan Trichosporon.
Bakteri yang dapat menghidrolisis penisilin antara lain genus Aerobacter,
Alcaligenes, Bacillus, Bordetella, Cellulomonas, Corynebacterium, Escherichia,

Flavobacterium, Micrococcus, Nocardia, Proteus, Pseudomonas, Sarcina, dan


Xanthomonas.
Hidrolisis penisilin G secara enzimatik menghasilkan 6-APA dan asam
fenil asetat (PAA). Reaksi enzimatik tersebut merupakan reaksi kesetimbangan
yang dipengaruhi oleh pH media. Hidrolisis berlangsung dengan baik pada
suasana basa, sedangkan pada pH asam reaksi cenderung bergeser ke arah
sintesis penisilin. Bruggink dkk. (1998) menyatakan bahwa hidrolisis dengan
penisilin asilase E. coli memberikan hasil terbaik pada rentang pH 7,5-8 dan suhu
30-50oC.
Laju reaksi hidrolisis penisilin G secara enzimatik dapat dipengaruhi oleh
konsentrasi substrat dan produk reaksinya. Konsentrasi substrat yang tinggi dapat
menghambat laju reaksi hidrolisis penisilin G terkatalisis penisilin asilase E. coli
ATCC 11105 secara non kompetitif. PAA bersifat inhibitor kompetitif dengan
penisilin asilase sedangkan 6-APA bersifat inhibitor non kompetitif dengan
penisilin asilase.
2.3 Produk Antibiotik Mikroorganisme
Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang
mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam
organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika
khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam
bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi terhadap
mutan atau transforman. Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan

atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri.
Antibiotika berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desifektan
membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman
untuk hidup. Ditemukan Penisilin dihasilkan oleh jamur Penicillium notatum.
Penisilin merupakan antibiotik pertama yang ditemukan oleh Alexander Fleming
tahun 1928, dan kemudian dikembangkan oleh Harold Florey pada tahun 1938.
Penisilin telah diproduksi dan dipasarkan pada tahun 1944.
Antibiotik sepalosporin C dihasilkan oleh jamur Cephalosporium.
Sepalosporin C merupakan antibiotik menguntungkan yang dapat membunuh
bakteri yang tahan terhadap penisilin. Antibiotik Streptomisindihasilkan oleh
jamur Streptomyces griseus yang dapat membunuh bakteri patogen yang tahan
terhadap penisilin atau sepalosporin. Streptomisin telah digunakan untuk
mengobati penyakit tuberkulosis. Produksi antibiotik melalui pemanfaatan mikro
organisme dilakukan melalui fermentasi. Adapun sistem fermentasi yang telah
berkembang yaitu :
1. Sistem Continue
Pada sistem kontinyu, media selalu ditambahkan dari luar dan hasilnya
dipanen secara berkala. Sistem ini cocok digunakan pada produksi besar
(dalam skala industri) agar lebih efisien. Sistem ini tidak cocok digunakan
untuk produksi kecil (skala laboratorium).
Seperti pada produksi etanol dengan teknik immobilisasi sel
Fermentasi kontinyu dijalankan dengan menggunakan reaktor sistem

packed-bed dengandiameter bead K-Karaginan 2 mm. Karekteristik


packed-bed reaktor diberikan pada tabel 1. Sebelum digunakan, bioreaktor
disterilisasi menggunakan etil alkohol dan kemudian diisi dengan beadKkaraginan.
Molases substrat diumpankan dari bagian bawah fermentor secara
kontinyu denganpompa peristaltik (Masterflex Cole Palmer) melalui
tubing silikon. Larutan Effluent overflow darititik keluaran di bagian atas
fermentor. Untuk mencegah agar bead tidak terikut keluar, bead di
tahandengan penahan berbentuk penyaring. Dillution rate sebesar 1,2 jam1 selama proses fermentasi dansampel diambil untuk dianalisa setelah
steady-state tercapai.
2. Sistem Batch
Pada sistem ini tidak ada penambahan media dan pemanenan hasil
pada akhir periode fermentasi, sehingga hanya dapat bertahan selama
beberapa jam atau hari. Sistem ini cocok untuk produksi skala kecil (skala
laboratorium). Perbedaan penggunaan kedua metode tersebut akan
menyebabkan perbedaan recovery, kemurnian, kualitas, dan sterilisasi
pengemasan produk akhir.
Menurut Rachman 1989 sistem fed-batch adalah suatu sistem yang
menambahkan media barn secara teratur pada kultur tertutup, tanpa
mengetuarkan cairan kultur yang ada di dalam fermentor sehingga volume
kultur makin lama makin bertambah. Keuntungan sistem fed-batch mi

ialah konsentrasi sisa substrat terbatas dan dapat dipertahankan pada


tingkat yang sangat rendah sehingga dapat mencegah fenomena represi
katabolit atau inhibisi substrat. Stanbury dan Whitaker 1984 juga
menyebutkan istilah kultur fed-batch untuk menggambarkan kultur batch
yang pemasokan substratnya dilakukan secara kontinu atau bertahap tanpa
pengeluaran cairan kultur. Volume kultur bertambah sesuai dengan
perubahan waktu. Proses mi juga dapat menghindarkan efek toksik dan
komponen media. Proses fed-bate ini telah diterapkan secara luas dalam
berbagai industri fermentasi dan relatif lebih mudah digunakan untuk
perbaikan proses batch dibandingkan dengan proses kontinu. Apabila pada
fermentasi kontinu dihasilkan keluaran secara terus-menerus maka pada
fed-batch diperoleh keluaran tunggal pada akhir inkubasi sehingga dapat
ditangani dengan cara yang sama seperti pada proses batch Sinclair &
Kristiansen 1987. Dengan melihat berbagai keuntungan penggunaan
dekstranase maka pengembangan teknik fermentasi enzim Penulis untuk
korespondensi mutlak diperlukan. Dengan teknik fermentasi yang baik
dan tepat akan membantu produksi mikroba secara optimum.
Antibiotik tidak secara langsung dikode oleh gen, tetapi dibuat di
dalam sel dengan reaksi katalis enzim. Enzim disusun berdasarkan
instruksi gen spesifik. Dengan teknologi fusi sel akan terjadi kombinasi
gen dan sintesis enzim-enzim baru, sehingga mikroba dapat menghasilkan
antibiotik baru. Saat ini telah banyak dihasilkan bermacam-macam

10

antibiotik untuk kemoterapi kanker, anti bakteri, anti amuba, pengawet


makanan, dan anti fungi.
Pada proses produksi penisilin, media bernutrisi yang mengandung
gula asam fenilasetat ditambahkan ke secara kontinu. Asam fenilasetat ini
digunakan untuk membuat rantai samping benzil pada penisilin G.
Penisilin G diekstraksi dari filtrat dan dikristalisasi. Untuk membuat
penisilin semisintetik, penisilin G dicampur dengan bakteri yang
mensekresi enzim asilase. Enzim ini akan melepas gugus benzil dari
penisilin G dan mengubahnya menjadi 6-aminopebicillanic acid (6-APA).
Aminopenicilanic acid adalah molekul yang digunakan untuk membuat
penisilin

jenis

lain.

Bebagai

gugus

kimia

ditambahkan

padaaminopenicillanic.
Hal yang serupa juga terjadi pada sefalosporin C yang diperoduksi oleh
cephalosporium

acremonium.

Molekul

sepalosporin

dapat

ditranspormasi dengan melepas rantai samping -aminodipic acid dan


menambahkan gugus baru yang memiliki kisaran antibakteri yang lebih
luas.
Strain streptomyces griseus dan Actinomycetes lainnya menghasilkan
streptomisin dan bebagai antibiotik lainnya. Spora S. Griseus diinokulasi
kedalam media untuk mendapatkan kultur pertumbuhan dengan biomassa
miselia yang tinggi sebelum dimasukkan kedalam tangki inokulum. Media
dasar untuk praduksi streptomisin mengandung pati kedelai sebagai

11

sumber nitrogen, glukosa sebagai sumber karbon, dan NaCl. Temperatur


optimum untuk proses fermentasi ini berkisar pada 28C, dengan
kecepatan pengadukan dan aerasi yang tinggi diperlukan untuk
mendapatkan produksi streptomisin yang maksimal. Proses fermentasi
berlangsung sekitar 10 hari dengan jumlah streptomisinyang dipanen
berkisar 1g/L.
Penggunaan antibiotika secara komersial, pertamakali dihasilkan oleh
fungi berfilamen dan oleh bakteri kelompok actinomycetes. Daftar
sebagian besar antibiotika yang dihasilkan melalui fermentasi industri
berskala-besar. Seringkali, sejumlah senyawa kimia berhubungan dengan
keberadaan antibiotika, sehingga dikenal famili antibiotik. Antibiotika
dapat dikelompokkan berdasarkan struktur kimianya (Tabel 13.2).
Sebagian besar sebagian diketahui efektif menyerang penyakit fungi.
Secara ekonomi dihasilkan lebih dari 100.000 ton antibiotika per tahun,
dengan nilai penjualan hampir mendekati $ 5 milyar.

12

Beberapa antibiotika yang dihasilkan secara komersial (Sumber: Brock&


Madigan,1991) :
No. Antibiotika

Mikrorganisme penghasil

Tipe mikroorganisme

1.

Basitrasin

Bacillus subtilis

Bakteri pembentuk-spora

2.

Sefalosporin

Cephalosporium sp.

Fungi

3.

Kloramfenikol

Sintesis senyawa kimia (dulu Actinomycete


oleh Streptomyce venezuelae)

4.

Sikloheksimid

Streptomyces griseus

Actinomycete

5.

Sikloserin

Streptomyces orchidaceus

Actinomycete

6.

Erytromisin

Streptomyces erythreus

Fungi

7.

Griseofulvin

Penicillium griseofulvin

Actinomycete

8.

Kanamisin

Streptomyces kanamyceticus

Actinomycete

9.

Linkomisin

Streptomyces lincolnensis

Actinomycete

10.

Neomisin

Streptomyces fradiae

Actinomycete

11.

Nistatin

Streptomyces noursei

Fungi

12.

Penisilin

Penicillium chrysogenum

Bakteri pembentuk-spora

13.

Polimiksin B

Bacillus polymyxa

Actinomycete

14.

Streptomisin

Streptomyces griseus

Actinomycete

15.

Tetrasiklin

Streptomyces rimosus

Actinomycete

13

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pembuatan antibiotik
Antibiotik yang digunakan untuk membasmi mikroba, khususnya penyebab
infeksi pada manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif yang setinggi
mungkin. Artinya, antibiotik tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk
mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk inang/hospes (Gan dan Setiabudy,
1987). Usaha untuk mencari antibiotik yang dihasilkan oleh mikroorganisme.
Produk alami yang disentesis oleh mikroorganisme menjadi sangat penting.
Praduk antikoagulan, antidepresan, vasodilator, herbisida, insektisida, hormon
tanaman, enzim, dan inhibitor enzim telah diisolasi dari mikroorganisme.
3.2 Proses Menggunakan mikroba
Fermentasi klasik telah diganti dengan cara baru untuk produksi dan
konversi menggunakan mikroba. Senyawa karotenoid dan steroid diperoleh dari
fungi. Sejak ditemukan bahwa Corynebacterium glutamicum memproduksi
glutamat dengan rendemen tinggi dari gula dan garam amonium, maka telah
diisolasi berbagai mutan dan dikembangkan proses baru yang memungkinkan
pembuatan banyak jenis asam amino, nukleotida, dan senyawabiokimia lain
dalam jumlah besar. Mikroorganisme juga diikutsertakan oleh para ahli kimia
pada katalisis sebagian proses dalam rangkaian sintesis yang panjang;
biokonversi oleh mikroba lebih spesifik dengan rendemen lebih tinggi,

14

mengungguli koversi secara kimia; amilase untuk hidrolisis pati, proteinase pada
pengolahan kulit, pektinase untuk penjernihan sari buah dan enzim-enzim lain
yang digunakan di industri diperoleh dari biakan mikroorganisme (Pratiwi, 2008)
Produksi antibiotik dilakukan dalam skala besar pada tangki fernentasi
dengan ukuran besar. Sebagai contoh Penicillium chrysogenum ditumbuhkan
dalam 100.000 liter fermentor selama kurang lebih 200 jam. Mula-mula suspensi
spora P. chrysogenum ditumbuhkan dalam larutan media bernutrisi. Kultur
diinkubasi selama 24 jam pada temperatur 24 C dan selanjutnya ditransfer ke
tangki inokulum. Tangki inokulum digojlok teratur untuk mendapatkan aerasi
yang baik selama satu hingga dua hari.
3.3 Produksi Antibiotik Dengan Memanfaatkan Mikroba
Peranan mikroba sendiri dalam usaha peningkatan hasil metabolit sekunder
memegang peranan yang cukup penting. Di mana mikroba yang terlibat dalam
peningkatan metabolit sekunder termasuk di antaranya adalah antibiotik, pigmen,
toksin,

kompetisi

ekologi

dan

simbiosis,

feromon,

enzim

inhibitor,

imunomodulating agents, reseptor antagonisdan agonis, petisida, anti tumor


agents,dan growth promoters dari tanaman dan hewan. Sehingga mikroba
berpengaruh penting dalam kehidupan (Demain, 1998).

15

Selain itu juga diketahui bahwa aktifitas metabolit sekunder dari mikroba
terbagi menjadi dua yaitu :
1. Metabolit sekunder dengan aktifitas non-antibiotik yaitu :
a. Antitumor agents
b. Protease/peptides inhibitors
c. Inhibitors of cholesterols biosynthesis
d. Inhibitor Angiotensin-Converting Enzyme (ACE)
e. Inhibitor lain
f. Immunosupresant
2. Metabolit sekunder dengan aktifitas antibiotik, yaitu :
a. Antibacterial agents
b. Antifungal agents
Produksi antibiotik sendiri saat ini menggunakan berbagai teknik produksi,
teknik umum yang sering digunakan terutama adalah memproduksi antibiotik
adalah fermentasi dan modifikasi senyawa kimia dari hasil fermentasi. Antibiotik
merupakan molekul kecil yang disintesis oleh enzim. Aktifitas enzim sangat
diperlukan dalam setiap jalur kompleks, selain itu juga penting untuk diketahui
bahwa ada pengaruh fisiologis untuk mampu meningkatkan produksi fermentatif
bagi organisme penghasil antibiotik. Produksi dari metabolit sekunder sendiri
dihasilkan setelah fasepertumbuhan terhenti. Karena banyak antibiotik yang
dihasilkan oleh organisme.

16

3.4 Penisilin
Penisilin merupakan campuran asam organik berstruktur komplek yang
diisolasi sebagai garam-garam natrium, kalium dan kalsium. Pensilin dihasilkan
selama pertumbuhan dan metabolisme kapang Penicillium notatum dan P.
chrysogenum. Kultur yang sama dapat menghasilkan beberapa macam molekul
penisilin antara lain penisilin G dan penisilin V. Dewasa ini dikenal 5 jenis
penisilin hasil proses fermentasi, Penisilin G merupakan penisilin yang paling
banyak diproduksi secara komersial dewasa ini.
Penisilin dapat menjadi non aktif apabila terkena pengaruh panas, sistein,
NaOH, penicilinase (enzim yang terdapat dalam banyak bakteri yang dapat
merusak penisilin) dan asam hidroklorat, seperti yang terdapat dalam lambung.
Zat lain yang dapat merusak Penisilin antara lain adalah logam-logam berat
seperti Cu, Ag, Fe, dan Zn.
Jenis-jenis penicillin hasil proses fermentasi :

Gugus R

Nama Kimia

Nama Trivial

BM

C6H6CH2
CH3CH2 = CHCH2
CH3(CH2)CH2

6- phenyllacetamido
6- (2-hexenamido) penicillin
6- (hexenamido) penicillin

334
312
314

CH3(CH2)CH2
HO - CH2

6- (heptanamido) penicillin
6- (p-hydroxyphenly
acetamido) penicillin

Penisilin G
Penisilin F
Penisilin
Dihidro
Penisilin K
Penisilin X

Aktifitas
(unit/mg)
1667
1600
1500

342
350

2300
900

17

3.5 Biosintesa Penisilin G.


Penisilin merupakan produk biosintesa dari -aminoadipic acid, cysteine
dan valine. Asam -aminoadipic merupakan produk antara dalam biosintesa
lysine. Biosintesa ini dimediasi oleh aktivitas 3 buah enzim yaitu ACVsynthetase (ACVS), isopenicillin-N synthase

(IPNS) dan acyl-CoA :

isopenicillin-N

biosintesa

acyltransferase

(AT).

Hasil

tersebut

akan

dikondensasikan menjadi tripeptide - (-aminoadipyl) cysteinylvaline. Cincin


lactam dan thiaolidine

pada senyawa tripeptide

- (- aminoadipyl)

cysteinylvaline kemudian akan menutup, sehingga dihasilkan isopenisilin N.


Biosintesa

tersebut lalu

dilanjutkan

dengan

pertukaran bagian -

aminoadipyl dari isopenisilin N dengan asam phenylacetic atau asam


phenoxyacetic yang akan menghasilkan penisilin G.
Penisilin G dapat dihasilkan melalui 6 rute biosintesis yang berbeda-beda
berdasarkan asal -aminoadipic acid dan cysteine serta bentuk transformasi ketobutyrate. Rute biosintesis penisilin dengan konversi yield maksimum secara
teoritis adalah rute dengan recycle - aminoadipic acid, sedangkan cysteine yang
digunakan berasal dari serine.
3.6 Bahan Baku Pembuatan Penisilin
Penisilin diproduksi secara komersial dengan menggunakan bahan baku
utama berupa glokosa, laktosa, dan cairan rendaman jagung. Mineral-mineral
yang digunakan adalah NaNO3, Na2SO4, CaCO3, KH2PO4, MgSO4, 7H2O,
ZnSO4, 7H2O dan MnSO4. Untuk meningkatkan yield dan modifikasi tipe

18

penisilin yang akan dihasilkan, maka kedalam media fermentasi ditambahkan


juga precursor, misalnya phenylacetic acid yang digunakan untuk memproduksi
penisilin G. Secara umum jumlah dan komposisi bahan baku yang digunakan
dalam proses pembuatan penisilin G.
Cairan rendaman jagung adalah media fermentasi dasar yang terdiri dari
asam amino, polipeptida, asam laktat dan mineral-mineral. Kualitas cairan
rendaman jagung sangat bergantung pada derajat pengenceran hingga diperoleh
konsentrasi yang diinginkan, sedangkan besarnya jumlah nutrient dan alkali yang
ditambahkan kedalam media dasar disesuaikan dengan jumlah media fermentasi
dasar ini.
Komposisi bahan baku umum untuk pembuatan penisilin G :
No.

Komposisi

Jumlah

1.

Gluktosa

0 10 kg/m3

2.

Laktosa

20 50 kg/m3

3.

Padatan cairan rendaman jagung

15 50 kg/m3

4.

NaNO3

0 5 kg/m3

5.

Na2SO4

0 1 kg/m3

6.

CaCO3

0-10 kg/m3

7.

KH2PO4

8.

MgSO4.7H2O

9.

ZnSO4.7H2O

10.

MnSO4

11.

Precursor : Asam Fenilasetat

19

3.7 Deskripsi Proses Pembuatan penisilin


Proses fermentasi penisilin didahului oleh tahapan seleksi strain
Penicillium chrysogenum pada media agar di laboratorium dan perbanyakan
pada tangki seeding. Penicillium chrysogenum yang dihasilkan secara teoritis
dapat mencapai konversi yield maksimum sebesar 13 29 %.
Media fermentasi diumpankan ke dalam fermentol pada suasana asam
(pH 5,5). Proses fermentasi ini diawali dengan sterilisasi media fermentasi
melalui pemanasan dengan steam bertekanan sebesar 15 lb (120 0C) selama
jam. Sterilisasi ini dilanjutkan dengan proses pendinginan fermentol dengan air
pendingin yang masuk ke dalam fermentol melalui coil pendingin. Fermentol
yang digunakan merupakan fessel vertikal bertekanan yang terbuat dari carbon
steel dan dilengkapi dengan coil pemanas, coil pendingin, pengaduk tipe turbin
dan sparger yang berfungsi untuk memasukkan udara steril.
Saat temperatur mencapai 75oF (24 oC), media ini diinokulasi pada kondisi
aseptik dengan mengumpankan spora-spora kapang Penicillium chrysogenum.
Selama proses fermentasi berlangsung dilakukan pengadukan, sementara udara
steril dihembuskan melalui sparger kedalam fermentol. Proses fermentasi ini
akan berlangsung secara batch terumpani selama 100 150 jam dengan tekanan
operasi 5 15 psig. Temperatur operasi dijaga konstan selama fermentasi
penisilin berlangsung dengan cara mensirkulasikan air pendingin melalui coil.
Busa-busa yang terbentuk dapat diminimalkan dengan penambahan agen anti-

20

foam. Kapang aerobik dibiarkan tumbuh selama 5 6 hari saat gas CO2 mulai
terbentuk.
Ketika penisilin ini dihasilkan jumlahnya telah maksimum, maka cairan
hasil fermentasi tersebut didinginkan hingga 28 oF (2 oC), dan diumpankan
kedalam rotari vacum filter untuk memisahkan miselia dan penisilin. Miselia
akan dibuang, sehingga diperoleh filtrat berupa cairan jernih yang mengandung
penisilin. Untuk mendapatkan penisilin yang siap dikomsumsi, maka tahapan
dilanjutkan dengan proses ekstraksi dan kristalisasi.
3.8 Pengaruh Faktor Lingkungan
Fermentasi pensilin sangat dipengaruhi oleh kondisi operasi proses dan
lingkungannya. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam proses
pembuatan penisilin ini antara lain adalah : Temperatur, pH, Sistem Aerasi,
Sistem Pengadukan, Penggunaan zat anti busa, dan upaya pencegahan
kontaminasi pada medium.
a. Temperatur
Fermentasi untuk pembuatan penisilin akan menghasilkan produk yang
maksimum apabila temperatur operasi dijaga pada 240C. Temperatur
berkaitan erat dengan pertumbuhan mikroorganisme, karena kenaikan
temperatur dapat meningkatkan jumlah sel mikroorganisme baru. Apabila
temperatur sistem meningkat melebihi temperatur optimumnya, maka produk
yang dihasilkan akan berkurang, karena sebagian dari media fermentasi akan
digunakan oleh mikroorganisme untuk mempertahankan hidupnya.

21

b. pH
Pengaturan pH dilakukan untuk mencegah terjadinya fluktuasi pH
sistem. Menurut Moyet dan Coghill kehilangan penisilin dapat terjadi pada
pH dibawah 5 atau pH diatas 7,5. PH medium dipengaruhi oleh jenis dan
jumlah karbohidrat (glukosa atau laktosa) dan buffer. Karbohidrat akan
difermentasi menjadi asam-asam organik. Fermentasi glukosa yang
berlangsung cepat akan menurunkan pH, sedangkan laktosa terfermentasi
dengan sangat lambat sehingga perubahan pH berlangsung lambat pula.
Konsentrasi gula hasil fermentasi ini berfungsi mempertahankan kenaikan pH
agar tetap lambat. Larutan buffer dapat digunakan untuk mempertahankan pH
sistem. Kalsium karbonat merupakan senyawa yang sering digunakan untuk
tujuan ini. Kalsium karbonat mempunyai kemampuan untuk meningkatkan
pH sistem saat ditambahkan media fermentasi.
c. Sistem Aerasi
Aerasi yang cukup merupakan hal penting untuk memaksimalkan
penisilin, sebab aerasi dapat menghasilkan oksigen yang dihasilkan oleh
kapang Penicillum chrysogenum untuk metabolismenya. Aerasi pada
fermento diberikan melalui proses pengadukan atau dengan tekanan sebesar
20 lb/in2akan mengurangi penisilin yang dihasilkan
d. Pengadukan
Pemilihan jenis pengaduk dan kecepatan pengadukan yang sesuai akan
memperbaiki hasil penisilin ketika laju aerasi konstan. Kecepatan

22

pengadukan proses fermentasi umumnya berkisar pada range 250 500


cm/detik. Pembentukan busa yang berlebihan selama proses fermentasi dapat
dieliminasi dengan penambahan tributinit sutrat. Secara umum, busa akan
menurunkan pH apabila konsentrasinya terus bertambah.
e. Sterilisasi
Kontaminasi dapat dihindarkan dengan cara sterilisasi sistem perpipaan,
fermentol, dan peralatan lain yang kontak langsung dengan penisilin. Uap
panas umumnya digunakn untuk sterilisasi media fermentasi dan peralatan
tersebut. Zat anti busa dan udara untuk aerasi juga hasus disterilkan terlebih
dahulu sebelum diumpankan kedalam media fermentasi.
f. Parameter Metabolik
Penisilin dikategorikan sebagai metabolik sekunder yang disintesa oleh
kapang Penicillium chrysogenum. Metabolik sekunder adalah hasil
metabolisme yang bukan merupakan kebutuhan pokok mikroorganisme
untuk hidup dan pertumbuhannya. Tetapi dalam kondisi kritis metabolik
sekunder dapat juga berfungsi sebagai nutrien darurat bagi mikroorganisme
untuk bertahan hidup. Metabolik ini biasanya disintesis pada akhir siklus
pertumbuhan sel mikroorganisme (pada fase idiofase) ketika nutrient sudah
mulai habis pada fase ini sel mikroorganisme lebih tahan terhadap keadaan
ekstrim seperti temperatur yang terlalu tinggi, radiasi, bahan-bahan kimia dan
produk metabolisme sekunder yang dihasilkannya sendiri.

23

Pembentukan produk metabolik dan pertumbuhan sel-sel berhubungan


erat

dengan

penggunaan

nutrien

dan

pengaturan

metabolik.

Laju

pertumbuhan spesifik merupakan salah satu variabel terpenting dalam sistem


biologis dan merupakan parameter yang dapat mempengaruhi produktivitas
penisilin. Laju pertumbuhan spesifik mikroorganisme dapat dikontrol secara
dini oleh parameter-parameter metabolik seperti laju pembentukan produk,
laju penggunaan karbon, laju penggunaan oksigen, nitrogen, phospat, sulfat
dan precursor phenylacetic acid.
Biosintesa penisilin dapat dihambat oleh penggunaan nutrien yang
sangat cepat oleh kapang Penicillium chrysogenum seperti fermentasi yang
memannfaatkan glukosa sebagai sumber karbon. Untuk itu proses fermentasi
untuk pembuatan penisilin menggunakan 2 buah sumber karbon, yaitu
glukosa dan laktosa. Glukosa akan dikonsumsi secara cepat oleh kapang
Penicillium chrysogenum selama fase tropofase. Setelah glukosa habis,
penekanan terhadap penggunaan laktosa menjadi hilang, dan mikroorganisme
memasuki idiofase dengan mengkonsumsi laktosa secara lambat.
Pengetahuan mengenai laju suplai nutrien tersebut akan digunakan
untuk mendisain proses fermentasi penisilin yang lebih baik dengan
minimalisasi jumlah precursor yang digunakan hingga tingkat kebutuhan
yang dilanjutkan oleh laju metabolik selular. Pengetahuan tersebut menjadi
dasar bagi peningkatan produktivitas proses fermentasi penisilin.

24

BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Produktivitas penisilin G sangat dipengaruhi oleh parameter-parameter
metabolik seperti laju pembentukan produk, laju penggunaan karbon, oksigen,
nitrogen, phospat, sulfat dan precursor phenylacetic acid.
Untuk mendapatkan produk penisilin G yang maksimum, maka proses
fermentasi harus dilakukan dengan parameter-parameter metabolik yang
optimum. Parameter-parameter metabolik optimum tersebut dapat diaplikasikan
untuk kepentingan peningkatan yeild penisilin hingga dihasilkan produk penisilin
G yang maksimum dan pengendalian proses fermentasi yang lebih baik.

25

DAFTAR PUSTAKA
1. Chemie, New butenolides from the photoconductivity screening of Streptomycesn
antibioticus (Waksman and Woodruff) Waksman and Henrici 1948,
http://www.chemie.unibas.ch/~sequin/abstracts/abs56.html, diakses tanggal
13 oktober 2014.
2. Bruggink, et al., 1998. Penicillin Acylase in the Industrial Production of Beta
Lactam Antibiotics. Org proc res develop 2:128-133.
3. Brock,TD. & Madigan,MT.,1991. Biology Of Microorganisms. Sixth ed.
Prentice- Hall International,Inc
4. Setiabudy, R dan Gan, V.H.S. (1995), Pengantar Antimikroba, dalam
Farmakologi dan Terapi, Edisi Keempat, Ganiswara, S.G., Bagian
Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta.
5. Pratiwi, ST. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Yogyakarta : Penerbit Erlangga.
Halaman 176.
6. Demain AL. 1998. Induction of Microbial Secondary Metabolism. Review
Article. Int Microbiol 1: 259-264.

26

Anda mungkin juga menyukai