Anda di halaman 1dari 3

MONSTER

Dua minggu yang lalu, Aku dan Nabila baru jadian via facebook. Dan sore ini, kita akan ketemuan
untuk pertama kalinya di warung ikan bakar, Jembatan Ciminyak.
***
Klakson terus aku bunyikan. Namun nyatanya tetap tidak menjadi solusi kemacetan. Antrian
kendaraan membisu disepanjang jalan Rancapangggung. Duh kumaha ieu? Aku bingung. Sudah
seperempat jam aku telat dari waktu yang sudah aku janjikan. Kuharap Nabila tidak bosan
menunggu. Kuharap ia tidak segera pulang.
Anjing! kataku. Buruan goblog! kataku lagi kepada seorang pengendara motor yang ada di
depanku. Bahkan aku sempat menginjak knalpot motornya dengan kaki kiriku. Ia nampak menoleh
padaku. Matanya meracun. Seperti sedang mencaci maki didalam hati namun tidak berani
mengucapnya lewat mulut.
Aku menatapnya tajam sembari mengeluarkan ekspresi marahku. Mataku melotot berusaha
memunculkan aura bengis. Nafasku lantas aku paksakan seperti sedang berburu biar terkesan emosi.
Tapi, sebenarnya, kuharap ia tidak melawanku. Karena aku tidak sungguh-sungguh ingin bertarung
dengannya. Bahkan kurasa aku tidak berani. Ini hanya sekedar intermezzo saja. Hanya sekedar
meluapkan rasa kesal karena kemacetan yang terlalu panjang. Aku khawatir macetnya
menggagalkan pertemuanku dengan Nabila.
Untungnya, ia tidak meladeniku. Ia memilih sabar dan membiarkan tingkahku yang konyol barusan
sebagai angin lalu. Duh! Dia benar-benar orang yang baik. Sudah jarang sekali ada orang yang seperti
dia. Sabar dan memilih jalan damai untuk menyelesaikan suatu masalah.
Macet masih saja panjang. Bahkan semua kendaraan pun seperti tidak bisa bergerak sama sekali.
Ternyata, hal ini disebabkan oleh adanya tiga truk yang terguling tanpa sebab.
Oke! Dari pada aku harus menunggu kemacetan terlalu lama, maka aku putuskan untuk menitipkan
motorku di sebuah botol, eh warung, aku memilih jalan kaki saja menuju jembatan Ciminyak. Aku
takut Nabila terlau lama menunggu jika aku tetap berada dalam kemacetan ini. Lagi pula dari
rancapanggung meuju jembatan ciminyak jaraknya cukup dekat. Bahkan jalan kaki pun mungkin
hanya membutuhkan waktu sepuluh menit.
Maka aku berlari. Berusaha memangkas waktu agar bisa seefisien mungkin.
Namun, baru saja beberapa langkah, aku lantas dikagetkan oleh sesuatu. Aku melihat langit
mendadak hitam. Nampak muram dan pucat. Seperti sedang mendung. Hingga suasana pun jadi
agak gelap.
Ada apa ini? Sungguh tak biasa. Fenomena apa gerangan yang terjadi saat ini? Aku tak mengerti.
Kenapa langit mendadak gelap? Membuatku merasa ngeri. Kulihat semua orang nampak heran.
Kurasa mereka merasakan kebingungan yang sama seperti yang kurasakan.
Kulihat lagi, dari satu titik dilangit, nampak seperti ada sebuah lubang yang tiba-tiba muncul. Seperti
ada sebuah lubang yang menjorok kedalam. Nampak mengerikan. Dari dalam lubang tersebut

seperti ada petir-petir yang saling sambar. Kilatan-kilatan cahaya pun bermunculan. Seperti blitz
kamera yang narsis tiada henti.
Aku semakin bingung dengan kondisi ini. Namun, aku harus tetap berlari. Aku harus menemui
Nabila. Aku harus bertemu dengannya.
Hingga akhirnya, aku sampai di jembatan Ciminyak. Lantas menyambangi warung ikan bakar. Kulihat
didalam warung tidak ada siapa-siapa. Karena semua orang semuanya sedang berada diluar
ruangan. Mereka semua sedang menyaksikan fenomena alam yang terjadi di langit. Hingga aku
kebingungan mencari Nabila.
Hallo! Billa? Dimana? kataku lewa telepon.
Aku disini. Didekat angkot kuning yang ada diujung jembatan, katanya.
Tunggu! Jangan kemana-mana! Aku segera kesana.
Lantas aku berjalan. Mataku memantau. Fokus pada orang yang ada di dekat jembatan. Dan,
jlebbbbb! Tak lama mataku beradu pandang dengan sosok gadis yang cantik parasnya. Matanya
berbinar. Senyumnya menggores. Ya, dia Nabila. Pacarku yang dua minggu lalu baru jadian. Ia
nampak manis seperti yang ada di foto.
Nabila ya? kataku menyapa. Jantungku deg-deg serrrr. Agak malu.
Iya, jawabnya. Ini Aa ya? tanyanya.
Heueumh.. jawabku.
Lantas kita saling mengeluarkan senyum. Tak ada kata untuk beberapa saat. Kecuali salah tingkah.
Aku garuk-garuk kepala. Bingung. Dan nabila sesekali memalingkan muka, seperti malu untuk
berhadapan denganku. Mukanya merah-merah merona.
Seperti wanita pada umumnya. Jika sedang berkomunikasi via facebook atau hape, ia akan terkesan
seru dan rame seperti tidak ada batasan dan semua mengalir begitu indah. Namun ketika bertemu di
dunia nyata, dan saling berhadapan, semua terasa beda! Ada malu-malu kucing yang menguntit
tiada henti. Tapi tak apalah. Justru disana letak sensasinya. Deg-deg serrrr.
Billa! seruku.
Apa? katanya.
Maaf ya! Tadi Aa telat datangnya, kataku.
Iya ih! Kenapa kok bisa telat datangnya? katanya
Mungkin Aa hamil. Jadi telat datangnya, jawabku.
Ih?. Billa nampak bingung. Mungkin ia tidak mengerti candaanku.
Lantas kita melanjutkan obrolan. Ya, obrolan ringan, Bahas-bahas status facebook dan segala
sesuatu yang berkaitan dengan pribadi masing-masing. Maklum, ini pertemuan pertama yang
pastinya akan penuh dengan penjajakan.

Dalam keromantisan suasana, dari arah langit tiba-tiba terdengar seperti ada suara gemuruh dahsyat
serta suara raungan binatang buas. Aku lantas memfokuskan pandanganku kelangit. Dan kurasa
semua orang pun begitu. Nabila tiba-tiba memeluk lenganku. Ia nampak ketakutan.
Kulihat dari lubang yang ada dilangit nampak keluar sesosok monster. Aku kaget, seperti di film
Ultraman. Matanya merah. Kepalanya seperti ikan bandeng. Bersisik. Hidungnya seperti hidung babi.
Ia meluncur begitu cepat dari langit. Dan langsung menghujam ke sungai yang berada di sebelah
pasar Rancapanggung. Sejajar dengan posisiku dan Nabilla berdiri di Jembatan Ciminyak.
Sontak semua orang langsung menjerit dan lari berhamburan. Kendaraan yang terkena macet pun
banyak yang ditinggalkan oleh pemiliknya.
Aku dan Nabilla lari. Namun Nabilla tersenggol oleh seseorang hingga ia terpeleset dan Jatuh ke
sungai yang ada dibawah Jembatan. Aku panik melihat Nabilla terjatuh. Aku langsung terjun untuk
menyelamatkannya.
Kutangkap Nabilla yang tenggelam, kubawa ia darat. Ia pingsan. Namun tetap terlihat cantik. Aku
memberinya nafas buatan. Biar segera sadar dan kembali menjadi perempuan.
Dan benar saja, ia langsung sadar. Walau mulanya batuk-batuk.
Kamu baik-baik saja? tanyaku.
Ia menganggukan kepala. Tanda bahwa ia memang cukup baik.
Billa, maaf. Barusan aku memberimu nafas buatan. Kondisinya emergensi, terangku.
Muka Nabilla memerah mendengar ucapanku. Mungkin ia sudah kembali menjadi perempuan.
***
Raungan monster tergema. Tingkahnya brutal mencerminkan monster yang liar. Bahkan sesekali ia
merusak rumah-rumah yang ada disekitaran sungai. Ia berjalan menyusuri sungai. Menuju kearah
dimana kami berada.
Aku dan nabilla tidak bisa beranjak pergi. Kaki nabilla patah. Dan kita sudah terlalu lemah untuk
menyelamatkan diri akibat terjatuh dan tenggelam tadi. Sementara semua orang sudah tiada.
Mereka menyelamatkan diri masing-masing. Tersisa hanya aku dan Nabilla.
Nabilla nangis. Ia takut. Dan aku merasa banci bila membiarkan nabilla celaka. Aku harus
melindunginya. Aku harus melawan monster itu. Tapi bagaimana caranya? Aku bingung. Monsternya
besar seukuran gunung aseupan.
Lantas aku bermunajat pada Allah. Memohon lindungan-Nya. Ia lah Sang Maha Raja. Sang Maha
Kuasa. Segalanya adalah ciptaan-Nya. Maka hanya pada-Nya aku berserah.
Tiba-tiba, ada sebuah tas terjatuh dari atas jembatan akibat goncangan langkah si monster. Segera
aku ambil tas tersebut. Didalamnya terdapat makanan khas daerah Cililin. Ya, ada empat buah wajit
Cililin. Dan pada kemasannya bertuliskan Wajit Sakti dan Gurih.

Anda mungkin juga menyukai