Anda di halaman 1dari 8

BAB I

GEOLOGI REGIONAL SEMARANG


2.1. Keadaan Umum Wilayah Semarang
Secara geografis, wilayah Kotamadya Semarang, Propinsi Jawa Tengah
terletak pada koordinat 1101620 - 110 3029 Bujur Timur dan 6
5534 - 7 0704 Lintang Selatan dengan luas daerah sekitar 391,2 Km2.
Wilayah Kotamadya Semarang sebagaimana daerah lainnya di Indonesia
beriklim tropis, terdiri dari musim kemarau dan musim hujan yang silih
berganti sepanjang tahun. Besar rata-rata jumlah curah hujan tahunan wilayah
Semarang utara adalah 2000 - 2500 mm/tahun dan Semarang bagian selatan
antara 2500 - 3000 mm/tahun. Sedangkan curah hujan rata-rata per bulan
berdasarkan data dari tahun 1994 - 1998 berkisar antara 58 - 338 mm/bulan,
curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Oktober sampai bulan April dengan
curah hujan antara 176-338 mm/bulan, sedangkan curah hujan terendah
terjadi pada bulan Mei sampai bulan September dengan curah hujan antara 58
- 131 mm/bulan. Temperatur udara berkisar antara 240 C sampai dengan 330
C dengan kelembaban udara rata rata bervariasi antara 62% sampai dengan
84%. Sedangkan kecepatan angin rata rata adalah 5,9 Km/jam. Batas batas
Kota Semarang meliputi :
Sebelah Utara berbatasan Laut Jawa, dengan panjang garis pantai 13,6 km
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Semarang,
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Demak,
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kendal.

2.2. Topografi Daerah Semarang


Kota Semarang memiliki ketinggian beragam, yaitu antara 0,75 348 m
di atas permukaan laut, dengan topografi terdiri atas daerah pantai/pesisir,
dataran dan perbukitan dengan kemiringan lahan berkisar antara 0% 45%.

2.3. Morfologi Daerah Semarang


Morfologi daerah Semarang berdasarkan pada bentuk topografi dan
kemiringan lerengnya dapat dibagi menjadi 7 (tujuh) satuan morfologi yaitu:
2.3.1. Dataran rendah
Merupakan daerah dataran aluvial pantai dan sungai. daerah
bagian barat daya merupakan punggungan lereng perbukitan, bentuk
lereng umumnya datar hingga sangat landai dengan kemiringan lereng
medan antara 0 - 5% (0-3%), ketinggian tempat di bagian utara antara
0 - 25 m dpl dan di bagian barat daya ketinggiannya antara 225 - 275
m dpl. Luas penyebaran sekitar 164,9 km2 (42,36%) dari seluruh
daerah Semarang. Dataran rendah membentang sejajar garis pantai
Laut Jawa, dengan lebar 2,5 km 10 km, dengan

10 m di atas

permukaan air laut. Pertemuan dengan garis pantai, endapan aluvial


membentuk delta berupa pasir, lanau dan lempung. Akibat gelombang
dan pasang surut air laut, maka endapan tersebut menyebar ke arah
Timur Laut dan Barat Daya, dan membuat garis pantai semakin maju.
2.3.2. Daerah Bergelombang
Satuan morfologi ini umumnya merupakan punggungan, kaki
bukit

dan

lembah

sungai,

mempunyai

bentuk

permukaan

bergelombang halus dengan kemiringan lereng medan 5 - 10% (39%), ketinggian tempat antara 25 - 200 m dpl. Luas penyebarannya
sekitar 68,09 km2. (17,36%) dari seluruh daerah Semarang.
2.3.3. Daerah Dataran Tinggi
Merupakan bagian Satuan Wilayah Sungai Kali Garang yang
berhulu di Kaki Gunung Ungaran. Anak sungai berpola meranting,
dan masih terus mengikis tegak lurus kebawah kearah hulu dengan
kuat, membentuk daerah yang mempunyai derajat erosi yang tinggi
dan luas.
2.3.4. Daerah antara Daerah rendah dan Daerah Tinggi.
Morfologi daerah antara ini, umumnya berupa daerah perbukitan
dengan kelerengan yang sedang hingga terjal.

Perbukitan Berlereng Landai


Satuan morfologi ini merupakan kaki dan punggungan
perbukitan, mempunyai bentuk permukaan bergelombang landai
dengan kemiringan lereng 10 - 15 % dengan ketinggian wilayah 25
- 435 m dpl. Luas penyebaran sekitar 73,31 km2 (18,84%) dari
seluruh daerah Semarang.
Perbukitan Berlereng Agak Terjal
Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak
perbukitan dengan lereng yang agak terjal, mempunyai kemiringan
lereng antara 15 - 30%, ketinggian tempat antara 25 - 445 m dpl.
Luas penyebarannya sekitar 57,91Km2 (14,8%) dari seluruh daerah
Semarang.
Perbukitan Berlereng Terjal
Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak
perbukitan dengan lereng yang terjal, mempunyai kemiringan
lereng antara 30 - 50%, ketinggian tempat antara 40 - 325 m dpl.
Luas penyebarannya sekitar 17,47 Km2 (4,47%) dari seluruh daerah
Semarang.
Perbukitan Berlereng Sangat Terjal
Satuan morfologi ini merupakan lereng bukit dan tebing
sungai dengan lereng yang sangat terjal, mempunyai kemiringan
lereng antara 50 - 70%, ketinggian tempat antara 45 - 165 m dpl.
Luas penyebarannya sekitar 2,26 Km2 (0,58%) dari seluruh daerah
Semarang.
Perbukitan Berlereng Curam
Satuan morfologi ini umumnya merupakan tebing sungai
dengan lereng yang curam, mempunyai kemiringan >70%,
ketinggian tempat antara 100 - 300 m dpl. Luas penyebarannya
sekitar 6,45 Km2 (1,65%) dari seluruh daerah Semarang.

2.4. Tata Guna Lahan


Penggunaan lahan di wilayah Kotamadya Semarang terdiri dari wilayah
terbangun (Build Up Area) yang terdiri dari pemukiman, perkantoran
perdagangan dan jasa, kawasan industri, transportasi. Sedangkan wilayah tak
terbangun terdiri dari tambak, pertanian, dan kawasan perkebunan serta
konservasi.

2.5. Susunan Stratigrafi


Geologi Kota Semarang berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang Semarang (RE. Thaden, dkk; 1996), susunan stratigrafinya adalah sebagai
berikut :
2.5.1. Aluvium
Merupakan endapan aluvium pantai, sungai dan danau.
Endapan pantai litologinya terdiri dari lempung, lanau dan pasir dan
campuran diantaranya mencapai ketebalan 50 m atau lebih. Endapan
sungai dan danau terdiri dari kerikil, kerakal, pasir dan lanau dengan
tebal 1 - 3 m. Bongkah tersusun andesit, batu lempung dan sedikit
batu pasir.
2.5.2. Batuan Gunung api Gajah Mungkur
Batuannya berupa lava andesit, berwarna abu-abu kehitaman,
berbutir halus, holokristalin, komposisi terdiri dari felspar, hornblende
dan augit, bersifat keras dan kompak. Setempat memperlihatkan
struktur kekar berlembar (sheeting joint).
2.5.3. Batuan Gunungapi Kaligesik (Qpk)
BatuanGunungapi Kaligesik berupa lava basalt, berwarna abuabu kehitaman, halus, komposisi mineral terdiri dari felspar, olivin
dan augit, sangat keras.
2.5.4. Formasi Jongkong
Breksi andesit hornblende augit dan aliran lava, sebelumnya
disebut batuan gunungapi Ungaran Lama. Breksi andesit berwarna
coklat kehitaman, komponen berukuran 1 - 50 cm, menyudut -

membundar tanggung dengan masa dasar tufaan, posositas sedang,


kompak dan keras.
2.5.5. Formasi Damar
Batuannya terdiri dari batu pasir tufaan, konglomerat, dan breksi
volkanik. Batu pasir tufaan berwarna kuning kecoklatan berbutir halus
- kasar, komposisi terdiri dari mineral mafik, felspar, dan kuarsa
dengan masa dasar tufaan, porositas sedang, keras. Konglomerat
berwarna kuning kecoklatan hingga kehitaman, komponen terdiri dari
andesit, basalt, batuapung, berukuran 0,5 - 5 cm, membundar
tanggung hingga membundar baik, agak rapuh. Breksi volkanik
mungkin diendapkan sebagai lahar, berwarna abu-abu kehitaman,
komponen terdiri dari andesit dan basalt, berukuran 1 - 20 cm,
menyudut - membundar tanggung, agak keras.
2.5.6. Formasi Kaligetas
Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan sisipan lava dan
tuf halus sampai kasar, setempat di bagian bawahnya ditemukan batu
lempung mengandung moluska dan batu pasir tufaan. Breksi dan lahar
berwarna coklat kehitaman, dengan komponen berupa andesit, basalt,
batuapung dengan masa dasar tufa, komponen umumnya menyudut menyudut tanggung, porositas sedang hingga tinggi, breksi bersifat
keras dan kompak, sedangkan lahar agak rapuh. Lava berwarna hitam
kelabu, keras dan kompak. Tufa berwarna kuning keputihan, halus kasar, porositas tinggi, getas. Batu lempung, berwarna hijau, porositas
rendah, agak keras dalam keadaan kering dan mudah hancur dalam
keadaan basah. Batu pasir tufaan, coklat kekuningan, halus - sedang,
porositas sedang, agak keras.
2.5.7. Formasi Kalibeng
Batuannya terdiri dari napal, batupasir tufaan dan batu gamping.
Napal berwarna abu-abu kehijauan hingga kehitaman, komposisi
terdiri dari mineral lempung dan semen karbonat, porositas rendah
hingga kedap air, agak keras dalam keadaan kering dan mudah hancur

dalam keadaan basah. Pada napal ini setempat mengandung karbon


(bahan organik). Batupasir tufaan kuning kehitaman, halus - kasar,
porositas sedang, agak keras, Batu gamping merupakan lensa dalam
napal, berwarna putih kelabu, keras dan kompak.
2.5.8. Formasi Kerek
Perselingan

batu

lempung,

napal,

batu

pasir

tufaan,

konglomerat, breksi volkanik dan batu gamping. Batu lempung kelabu


muda - tua, gampingan, sebagian bersisipan dengan batu lanau atau
batu pasir, mengandung fosil foram, moluska dan koral-koral koloni.
Lapisan tipis konglomerat terdapat dalam batu lempung di K. Kripik
dan di dalam batupasir. Batu gamping umumnya berlapis, kristallin
dan pasiran, mempunyai ketebalan total lebih dari 400 m.

2.6. Struktur Geologi


Struktur geologi yang terdapat di daerah Semarang umumnya berupa
sesar yang terdiri dari sesar normal, sesar geser dan sesar naik. Sesar normal
relatif berarah barat - timur sebagian agak cembung ke arah utara, sesar geser
berarah utara selatan hingga barat laut - tenggara, sedangkan sesar normal
relatif berarah barat - timur. Sesar-sesar tersebut umumnya terjadi pada
batuan Formasi Kerek, Formasi Kalibening dan Formasi Damar yang
berumur kuarter dan tersier. Geseran-geseran intensif sering terlihat pada
batuan napal dan batu lempung, yang terlihat jelas pada Formasi Kalibiuk di
daerah Manyaran dan Tinjomoyo. Struktur sesar ini merupakan salah satu
penyebab daerah tersebut mempunyai jalur lemah, sehingga daerahnya
mudah tererosi dan terjadi gerakan tanah.

2.7. Gerakan Tanah


Dari hasil analisis kemantapan lereng diketahui bahwa tanah pelapukan
batu lempung mempunyai sudut lereng kritis paling kecil yaitu 14,85%.
pelapukan napal sudut lereng kritisnya adalah 19,5% , Pelapukan batu pasir
tufaan mempunyai sudut lereng kritis 20,8% dan pelapukan breksi sudut

lereng kritisnya 23,5%. Berdasarkan analisis di atas maka daerah Kotamadya


Semarang dapat dibagi menjadi empat zona kerentanan gerakan tanah, yaitu
2.7.1. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah
Daerah ini mempunyai tingkat kerentanan sangat rendah untuk
terjadi gerakan tanah. Pada zona ini sangat jarang atau tidak pernah
terjadi gerakan tanah, baik gerakan tanah lama maupun gerakan tanah
baru, terkecuali pada daerah tidak luas di sekitar tebing sungai.
Merupakan daerah datar sampai landai dengan kemiringan lereng
alam kurang dari 15 % dan lereng tidak dibentuk oleh endapan
gerakan tanah, bahan timbunan atau lempung yang bersifat
mengembang. Daerah yang termasuk zona kerentanan gerakan tanah
sangat rendah sebagian besar meliputi bagian utara Kodya Semarang,
mulai dari Mangkang, kota semarang, Gayamsari, Pedurungan,
Plamongan,

Gendang,

Kedungwinong,

Pengkol,

Kaligetas,

Banyumanik, Tembalang, Kondri dan Pesantren, dengan luas sekitar


222,8 Km2 (57,15%) dari seluruh daerah Semarang.
2.7.2. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah
Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan rendah untuk
terjadi gerakan tanah. Umumnya pada zona ini jarang terjadi gerakan
tanah jika tidak mengalami gangguan pada lereng dan jika terdapat
gerakan tanah lama, lereng telah mantap kembali. Gerakan tanah
berdimensi kecil mungkin dapat terjadi, terutama pada tebing lembah
(alur) sungai. Kisaran kemiringan lereng mulai dari landai (5 - 5%)
sampai sangat terjal (50 - 70%). Tergantung pada kondisi sifat fisik
dan keteknikan batuan dan tanah pembentuk lereng. Pada lereng terjal
umumnya dibentuk oleh tanah pelapukan yang cukup tipis dan
vegetasi penutup baik cukup tipis dan vegetasi penutup baik,
umumnya berupa hutan atau perkebunan. Daerah yang termasuk zona
ini

antara

lain

Jludang,

Salamkerep,

Wonosari,

Ngaliyan,

Karangjangkang, Candisari, Ketileng, Dadapan, G. Gajahmungkur,

Mangunsari, Prebalan, Ngrambe, dan Mijen dengan luas penyebaran


77,00 km2 (19,88%) dari luas daerah Semarang.
2.7.3. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah
Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan menengah untuk
terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah
terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir
tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan. Gerakan tanah
lama dapat aktif kembali akibat curah hujan yang tinggi. Kisaran
kemiringan lereng mulai dari landai (5 - 15%) sampai sangat terjal (50
- 70%). Tergantung pada kondisi sifat fisik dan keteknikan batuan dan
tanah sebagai

material

pembentuk lereng.

Umumnya lereng

mempunyai vegetasi penutup kurang. Penyebaran zona ini meliputi


daerah

sekitar

Tambakaji,

Bringin,

Duwet,

Kedungbatu,

G.

Makandowo, Banteng, Sambiroto, G. Tugel, Deli, Damplak,


Kemalon, Sadeng, Kalialang, Ngemplak dan Srindingan dengan luas
sekitar 64,8 Km2 (16,76%) dari seluruh daerah Semarang.
2.7.4. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi
Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan tinggi untuk
terjadi gerakan tanah. Pada zona ini sering terjadi gerakan tanah,
sedangkan gerakan tanah lama dan gerakan tanah baru masih aktif
bergerak akibat curah hujan tinggi dan erosi yang kuat. Kisaran
kemiringan lereng mulai landai (5 - 15%) sampai curam (>70%).
Tergantung pada kondisi sifat fisik dan keteknikan batuan dan tanah.
Vegetasi penutup lereng umumnya sangat kurang. Daerah yang
termasuk zona ini antara lain: Pucung, Jokoprono, Talunkacang,
Mambankerep, G. Krincing, Kuwasen, G. Bubak, Banaran, Asinan,
Tebing Kali Garang dan Kali Kripik bagian tengah dan selatan,
Tegalklampis, G. Gombel, Metaseh, Salakan dan Sidoro dengan luas
penyebaran sekitar 23,6 km2 (6,21%) dari seluruh daerah Semarang.

Anda mungkin juga menyukai