BAB. I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kabupaten Kaimana adalah merupakan kabupaten baru dalam Propinsi
Papua Barat hasil pemekaran dari Kabupaten Fak Fak yang dibentuk
berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2002, dengan luas wilayah
sekitar 36.000 km2 (termasuk wilayah perairan). Kabupaten Kaimana yang
beribukota di Kaimana, secara administratif semula dibagi menjadi empat
daerah distrik (kecamatan) yaitu Distrik Kaimana, Buruway, Teluk Arguni
dan Teluk Etna. Kemudian berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Kaimana Nomor 12 Tahun 2007 dimekarkan lagi dan bertambah tiga
wilayah distrik baru yakni Distrik Teluk Arguni Bawah, Kambrau dan
Yamor.
Pelaksanaan dan penerapan Otonomi Daerah pada tahun 2001
berdasarkan atas dua paket undang-undang yaitu UU Nomor 25
tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000. Inti dari
otonomi daerah ini adalah memberikan kewenangan dan pemberian
tanggung jawab kepada daerah, sehingga dinamika daerah akan
makin tinggi. Untuk itu diperlukan antisipasi dan kesiapan oleh
pemerintah
daerah
dan masyarakat, agar tidak menjadi masalah di
kemudian hari. Salah satu cara di antaranya dengan jalan memperkecil
atau menghilangkan sama sekali berbagai deviasi atau distorsi terhadap
kepentingan otonomi yang bersifat kontradiktif, sehingga dapat
diciptakan dengan segera otonomi yang ekonomis, efisien, efektif,
transparan dan responsif.
Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 22 tahun 2000 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000, maka kewenangan
pengelolaan sebagian besar sumberdaya mineral sudah berada di tangan
Pemerintah Daerah. Oleh karena itu daerah dituntut untuk mengetahui
secara pasti dan rinci tentang sumberdaya mineral yang dimilikinya.
Dengan demikian secara tidak langsung daerah wajib
melakukan
inventarisasi sendiri tentang keberadaan, lokasi, keaneka ragaman dan
potensi sumberdaya mineral, energi dan bahan galiannya.
Potensi sumberdaya mineral, energi dan bahan galian yang terdapat pada
suatu daerah tersebut merupakan modal dasar bagi pembangunan wilayah
terutama dalam penataan rencana umum tata ruang (RUTR) dan
pembangunan ekonomi. Untuk mengetahuinya pemerintah daerah
bersama dengan instansi terkait dan para pengusaha yang bergerak di
bidang eksplorasi dapat melakukan kegiatan pemetaan/penelitian geologi
dan geofisika di wilayah masing-masing.
I.3
Lokasi
Daerah
dan
Kesampaian
Daerah Kabupaten Kaimana dapat dicapai dari Pulau Jawa melalui laut
dan udara. Pelabuhan di Jawa yang memiliki pelayaran rutin ke Kaimana
dan tempat lain di Papua antara lain Tanjung Priok Jakarta dan Tanjung
Perak Surabaya. Sedangkan penerbangan menuju Papua dari Jakarta dapat
menggunakan route via Ambon atau Sorong dengan pesawat badan lebar.
Dilanjutkan dengan pesawat ringan via Fak Fak atau langsung ke Kaimana.
Untuk selanjutnya dari Kaimana ke lokasi penelitian menggunakan
speedboat atau longboat dan berjalan kaki pada singkapan di daratan yang
tidak dapat menggunakan kendaraan bermotor atau perahu. Kendaraan
mobil atau motor hanya bisa digunakan di daerah Distrik Kaimana dan di
beberapa jalan perusahaan kayu yang umumnya belum beraspal.
I.4 Metode
Kerja
Penelitian
dan
Peralatan
1.4.1
Studi
Lapangan
Pustaka
dan
Persiapan
Kompas geologi
Palu geologi
Kamera digital
Meteran (3 m)
HCl 0,1%
Jas hujan
Pelampung
I.4.3 Kompilasi
Data
dan
Analisa
I.6 Kependudukan
Kabupaten Kaimana mempunyai luas daratan sekitar 18.500 km2. Jumlah
penduduk sebanyak 39.811 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata
sekitar 2,15 jiwa/km2 yang tersebar di tujuh wilayah distrik yakni Distrik
Kaimana, Buruway, Teluk Arguni, Teluk Etna, Kambrau, Teluk Arguni
Bawah dan Yamor. Setiap distrik mempunyai luas wilayah, jumlah dan
kepadatan penduduk yang bervariasi (Tabel I.6):
LUAS
DAERAH
(Km2)
JUMLAH
PENDUDUK
KEPADATAN
PENDUDUK / Km2
KAIMANA
2.095
19.541
9.33
TELUK ARGUNI
2.990
4.419
1.48
BURUWAY
2.650
5.139
1.94
TELUK ETNA
4.195
4.698
1.12
1.990
2.309
1.16
KAMBRAU
775
1.991
2.57
YAMOR
3.805
1.714
0.45
TOTAL
18.500
39.811
2.15
Januari
21,80
31,70
Pebruari
22,20
33,00
Maret
22,60
31,00
April
22,20
34,00
Mei
21,00
32,10
Juni
20,50
31,00
Juli
21,70
31,00
Agustus
20,80
31,00
September
18,90
27,60
Oktober
15,00
31,70
November
17,60
31,00
Desember
19,20
32,00
Rata-rata
20,29
31,42
Kecepatan Angin
(knot)/Arah ( )
Januari
82,00
04/340
Februari
88,00
06/340
Maret
90,00
02/270
April
79,00
04/270
Mei
87,00
04/180
Juni
87,00
03/180
Juli
80,00
03/170
Agustus
77,00
04/170
September
76,00
03/170
Oktober
86,00
04/180
November
87,00
05/340
Desember
88,00
05/340
Rata-rata
83,92
Januari
110,00
13,00
Pebruari
105,00
16,00
Maret
63,00
15,00
April
131,00
15,00
Mei
256,00
15,00
Juni
493,00
21,00
Juli
74,00
13,00
Agustus
38,00
10,00
September
80,00
15,00
Oktober
13,00
10,00
November
150,00
17,00
Desember
163,00
17,00
Total
1680,00
177,00
Rata-rata
140,00
14,75
Bahan Galian
serta
I.8.1
Batugamping
Batugamping adalah jenis batuan sedimen klastik atau non klastik yang
disusun oleh hampir 90% karbonat, dan sering disebut juga batuan
karbonat atau batukapur. Batugamping ditemukan lebih dari 50 % luas
daerah penelitian yang mempunyai variasi jenis, relief dan tingkatan
umur. Batuan ini dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan antara lain:
batu bangunan, bahan bangunan, bahan penstabil jalan, pertanian,
bahan keramik, industri kaca, industri batu silika, industri semen,
peleburan dan pemurnian baja, bahan pemutih dalam industri kertas,
pulp dan karet, bahan pembuat soda abu, penjernih air dan industri gula.
I.8.2
Batulempung
I.8.3
Batupasir
Batupasir/sirtu adalah batuan klastik dengan ukuran butir 1/256 sampai >
0.3 mm, berkomposisi kuarsa, felspar dan fragmen batuan dengan semen
1
0
I.8.4
Granit
I.8.5
Diorit
Diorit adalah batuan beku terobosan (intrusi) yang terbentuk dalam kerak
bumi pada kedalaman 3 4 Km, dengan temperatur 1200o 1500o C,
biasanya berwarna abu-abu kehitaman bertekstur holokristalin berbutir
sedang sampai kasar tersusun oleh mineral plagioklas, kuarsa, biotit,
muskovit dan mineral bijih. Diorit digunakan untuk bahan pondasi
bangunan, jalan, ornamen dinding dan lantai.
I.8.6
Batusabak
I.8.7
Zirkon
Zirkon adalah jenis bahan galian mineral non logam dikelompokkan dalam
bahan galian golongan C. Zirkon dapat dipergunakan dalam industri
teknologi tinggi baik logam maupun non logam. Pada industri logam
digunakan untuk logam zirkon dan logam paduan. Dalam industri non
logam mineral zirkon dapat digunakan dalam industri keramik, gelas, bata
tahan api (refractory), pasir cetak (foundri), amplas (abrasif), kimia dan batu
permata (gemstone). Dalam bentuk tepung zirkon digunakan sebagai
10
10
pelapis logam (baja dan besi tulang seperti peralatan dapur, dll). Pada
industri gelas zirkon (zirkonia) digunakan untuk menghasilkan gelas
berkualitas tinggi seperti gelas optik, gelas fiber, gelas tv berwarna,
monitor komputer dan lain-lain. Dalam industri keramik rekayasa dan
listrik, zirkon digunakan sebagai bahan pembuatan keramik berkekuatan
tinggi, untuk komponen mesin atau motor, pompa kimia dan nozel.
I.8.8
Bijih besi
Bijih besi adalah mineral logam yang dikelompokkan kedalam logam besi
dan campuran besi (Fe, Co, Cr dan Mn). Terbentuk dalam beberapa proses
antara lain: metasomatik kontak dengan batugamping (skarn), endapan
bijih besi plaser/rombakan, endapan bijih besi laterit/residu pelapukan
dan endapan bijih besi sedimen. Bijih besi biasanya bewarna abu-abu
kehitaman kecoklatan terdiri dari mineral-mineral magnetit, hematit, gutit,
oksidabesi/
limonit, siderit dan pirit. Bijih besi
dipergunakan
sebagai bahan dasar dalam peleburan bijih besi (Fe) untuk bahan baku
besi beton, baja, besi plat dan lainnya.
I.8.9
Emas
I.8.10
Gypsum
11
11
I.8.11
Batubara
I.8.12
Minyak dan gas bumi adalah sejenis bahan bakar fosil fuel yang terbentuk
dari binatang-binatang laut
dan danau yang telah
malalui proses
diagenesa akibat pemanasan dan pembebanan pada lingkungan dan
kondisi tertentu. Minyak dan gas bumi digunakan sebagai bahan bakar
utama pada mesin- mesin industri, transportasi dan pembangkit tenaga
listrik.
12
12
BAB.II
GEOLOGI
II.1. Fisiografi dan Morfologi
Daerah Kabupaten Kaimana sebagian besar termasuk dalam peta geologi
sekala 1:250.000 Lembar Kaimana, sebagian kecil Lembar Karas Adi,
Steenkool, Omba, Waghete dan Enarotali Irian Jaya yang diterbitkan oleh
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung tahun 1989 dan
1990.
Secara tektonika daerah telitian ini pada umumnya berada dalam dua lajur
fisiografi yang membentang baratlaut-tenggara, yaitu Lajur Cekungan
Bintuni (Bintuni Basin) dan Lajur Lipatan Lengguru (Lengguru Fold Belt).
Lajur Cekungan Bintuni dicirikan oleh morfologi dataran rendah dengan
sedikit perbukitan bergelombang dan pada umumnya ditempati oleh
satuan batuan lempung atau serpih dan batupasir dari Formasi Steenkool
dan sebagian telah ditutupi oleh endapan-endapan aluvium dan pantai.
Sedangkan Lajur Lipatan Lengguru dicirikan oleh beberapa alur
perbukitan sampai pergunungan kars yang berarah baratlaut-tenggara
searah dengan arah leher burung. Batuan penyusunnya adalah satuan
batugamping dari Formasi Lengguru. Setempat-setempat ditemukan
singkapan dari Formasi Klasafet dan Formasi Steenkool. Pada bagian
timur daerah
telitian ditemukan
juga
batuan malih, batuan
beku
dan batugamping yang menempati Lajur Pegunungan Tengah
(Central Range) yang berumur Paleozoikum sampai Mesozoikum.
13
13
14
14
15
15
dan
pola
aliran
Secara
umum morfologi daerah Kabupaten Kaimana dapat
dikelompokkan kedalam 3 satuan morfologi utama, yaitu: morfologi
pegunungan
terjal dengan punggungan memanjang, perbukitan
bergelombang dan dataran rendah/aluvial ( Lampiran 4.1).
Morfologi pegunungan terjal dengan punggungan memanjang terletak di
selatan-barat dan timur lembar. Umumnya berarah baratlaut-tenggara
dengan puncaknya mencapai ketinggian 1496 m dari permukaan laut dan
ditempati oleh satuan batugamping yang berumur Eosen sampai Miosen
Atas.
Pada bagian tengah utara daerah telitian di tempati oleh satuan morfologi
perbukitan bergelombang dengan ketinggian berkisar antara 50-300 m dari
permukaan laut dan ditempati oleh batuan sedimen yang berumur Miosen
Atas sampai Plistosen.
Satuan morfologi dataran rendah/aluvial dengan ketinggian kurang dari
50 m dari permukaan laut terdapat di bagian tengah dan selatan daerah
telitian. Batuan penyusun morfologi ini adalah batuan sedimen yang
berumur Miosen Atas-Plistosen dan sedimen Kuarter lainnya.
Pola aliran sungai yang berkembang di daerah ini antara lain pola aliran
trelis
dimana aliran sungainya mengikuti arah memanjang lembah
pegunungannya, pola aliran dendritik-subdendritik dimana sungai
mengalir dari daerah perbukitan di bagian utara dan timur ke arah selatan
dan barat yang lebih rendah dan ditempati oleh dataran aluvial. Di
beberapa tempat ditemukan juga sungai bawah tanah yang mengalir ke
daerah yang lebih rendah dan muncul di tepi-tepi pantai.
16
16
17
17
kalsilutit berumur Kapur Atas hingga Eosen Bawah. Satuan batuan dari
Formasi Waripi ini tersingkap di bagian tenggara Lembar di daerah Distrik
Teluk Etna dan Yamor serta ditutupi secara selaras oleh Batugamping
Lengguru. Formasi Waripi (KTew)
dan Batugamping Imskin (KTi)
dikelompokkan juga kedalam Kelompok Piniai (KTmp).
II.3.2.6
Batugamping Lengguru (Tpml) terdiri dari kalkarenit,
biokalkarenit, biomikrit berforaminifera, kalsilutit, kalkarenit pasiran,
biokalsirudit, batupasir gampingan, batulanau dan sedikit kapur dan
nodul rijang berumur Eosen hingga Miosen Tengah. Batugamping
Lengguru pada umumnya tersingkap di sepanjang Jalur Lipatan Lengguru
dan termasuk daerah Distrik Teluk Arguni, Teluk Arguni Bawah,
Kambrau, Kaimana, Teluk Etna dan Yamor dan ditutupi secara selaras oleh
Formasi Klasafet (Tmk).
II.3.2.7 Batugamping Kumawa terdiri dari Anggota Koral (Temkc)
berwarna putih, coklat, kelabu kekuningan, batulempung gampingan
dengan tekstur sukrosik dan Anggota berlapis (Temkb) berwarna putih,
krem, coklat, kelabu kekuningan, kalkarenit dan batugamping kristalin,
setempat kapuran, piritan dan lempungan berumur Eosen hingga Miosen
Atas. Batugamping Kumawa hanya tersingkap di Semenanjung Kumawa
yang sebagian termasuk daerah Distrik Buruway dan ditutupi secara
selaras oleh Formasi Klasafet (Tmk).
II.3.2.8 Formasi Klasafet (Tmk) terdiri dari batunapal, batulumpur
gampingan dan perselingan kalsilutit, berwarna kelabu kecoklatan,
setempat karbonan dan pasiran berumur Miosen Tengah-Atas. Formasi
Klasafet tersingkap di bagian utara, baratlaut Lembar dan alur sempit di
antara Lipatan Lengguru yang termasuk kedalam Distrik Teluk Arguni,
Teluk Arguni Bawah, Kambrau dan Kaimana. Formasi Klasafet ditutupi
secara selaras oleh Formasi Steenkool (TQs).
Seluruh batuan karbonat yang berumur mulai dari Kapur Atas
(Batugamping Imskin) sampai Miosen Atas (Formasi Klasafet) termasuk
dalam Kelompok Besar Batugamping New Guinea.
II.3.2.9 Diorit Pariri (Tmpp) terdiri dari diorit, diorit kuarsa dan diorit
porfir dengan kristal feldspar dan horenblenda besar-besar berumur
Miosen Atas-Pliosen. Diorit Pariri ini tersingkap di bagian tenggara
Lembar yang termasuk Distrik Teluk Etna menerobos berbagai satuan
batuan Kelompok Kembelangan.
II.3.2.10 Formasi Steenkool (TQs) terdiri dari batulumpur bermika atau
serpih dan lempung, batupasir dan sedikit konglomerat serta lapisan
batubara berumur Miosen Atas hingga Plistosen. Formasi Steenkool pada
umumnya tersingkap di bagian barat baratlaut Lembar yang termasuk
daerah Distrik Buruway, Teluk Arguni, Teluk Arguni Bawah, Kambrau
dan Kaimana.
18
18
19
19
BAB. III
HASIL PENELITIAN
Sumberdaya mineral, energi dan bahan galian yang terdapat di Kabupaten
Kaimana
adalah
batugamping,
batulempung,
batupasir/sirtu,
granit/granodiorit, diorit, batusabak, zirkon, bijih besi, emas, gypsum,
batubara, minyak dan gas bumi. Mengingat tidak semua jenis sumberdaya
tersebut terdapat di seluruh wilayah maka pembahasannya akan diuraikan
secara rinci di setiap distrik. Sehubungan belum adanya batasan yang jelas
pada 3 (tiga) distrik pengembangan (Distrik Teluk Arguni Bawah,
Kambrau dan Yamor) dengan distrik induknya maka peta potensi bahan
galian Distrik Teluk Arguni Bawah disatukan dengan Distrik Teluk
Arguni, Distrik Kambrau dengan Distrik Kaimana dan Distrik Yamor
dengan Distrik Teluk Etna (Lampiran 3).
20
20
21
21
III.1.2.1 Batugamping
Batugamping adalah jenis batuan sedimen klastik atau non klastik yang
disusun oleh hampir 90% karbonat, dan sering disebut juga batuan
karbonat. Di daerah ini sedikitnya terdapat dua jenis batugamping yang
berbeda sifat fisik dan umurnya, yaitu: batugamping terumbu (reef
limestone) umumnya dibentuk oleh binatang laut terutama terumbu koral
dan sisa cangkang kerang serta ganggang. Karena bahan pembentuknya
binatang laut (terumbu koral) maka ciri khasnya berpori hingga berongga.
Batuan yang masih segar (fresh) bersifat keras hingga sangat keras dan
pada umumnya menempati bagian terluar dari lipatan-lipatan Lengguru.
Jenis batugamping yang lainnya umumnya berlapis dan tidak murni yaitu
pasiran atau lempungan. Jenis batugamping ini disebut batugamping
klastik terdapat pada bagian tengah dari antiklin (core anticline) pada
Lipatan Lengguru.
Batugamping tersebut di analisa dengan menggunakan metoda kimia
kering yaitu XRF untuk mengetahui kandungan karbonat sebagi bahan
baku semen (Tabel III.1.2.1).
Tabel III.1.2.1 Hasil analisa kimia batugamping dari Distrik Kaimana
PARAMETER (%)
KODE
CONTOH
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
TiO2
Na2O
K2O
CaCO3
LOI
MnO
KDD 026
2.58
0.85
1.49
52.61
0.22
0.12
0.06
0.04
90.49
41.08
0.01
KDS 021
0.38
0.40
0.36
55.59
0.28
0.04
0.01
0.00
95.61
42.62
0.01
KDS 021A
0.04
0.17
0.29
55.64
0.29
0.03
0.01
0.00
95.70
42.66
0.02
KDS 030
0.00
0.29
0.23
53.23
0.31
0.03
0.01
0.00
91.55
42.41
0.02
KDS 034
0.00
0.19
0.28
55.93
0.27
0.02
0.01
0.00
96.11
42.42
0.00
KDS 038
0.98
0.93
0.91
51.86
0.31
0.07
0.03
0.01
89.19
42.99
0.00
22
22
Industri logam karena mengandung kisaran kadar CaO (51,86%55,93%), SiO2 (00.0%-2,58%), MgO (0,22%-0,31%), Fe2O3 (0,23%1,49%) dan Al2O3+Fe2O3 (0,46%-2,34%).
III.1.2.2 Batulempung/Lempung
Untuk mengetahui jenis mineral dan persentase beratnya lempung tiga
contoh batulempung (KDD 004A, KDR 7B dan KDR 14) telah dianalisa
dengan menggunakan metoda kimia kering XRF (Table III.1.2.2).
NO
CONTOH
JENIS UJI
SiO2
Al2
O3
Fe2
O3
TiO
2
CaO
Mg
O
Na2
O
K2O
Hilang
pijar
KDD
004A
69,53
11,88
2,03
0,45
4,11
2,15
1,28
1,04
7,52
KDR 7B
48,37
11,53
2,56
0,23
13,0
6
2,68
2,39
2,56
16,61
KDR 14
68,24
12,57
2,35
0,38
2,62
2,15
2,62
2,70
6,36
23
23
III.1.2.3 Batupasir/pasir
Batupasir berwarna abu-abu kecoklatan dan kekuningan, berukuran butir
menengah-kasar, terpilah baik, membundar sampai membundar tanggung,
padu dan berlapis baik dengan struktur laminasi sejajar dan silang siur;
berselang-seling dengan batulempung, di beberapa tempat dijumpai
juga batupasir dengan butiran yang halus-menengah dan agak lepas
dan mudah diremas. Batupasir ini pada umumnya didominasi oleh
komponen kuarsa dengan semen lempung dan feldspar termasuk
dalam Formasi Steenkool.
Batupasir ini dijumpai di pantai barat Gunung Lowai di dekat Tanjung
Simora, di dekat Kampung Tanggaromi dan lembah-lembah atau dataran
rendah antara jalur-jalur pegunungan di jalur lipatan Lengguru. Hasil
perhitungan sementara sumberdaya batupasir untuk daerah Distrik
Kaimana tidak kurang dari 488 ha. Batupasir di daerah ini dapat
digunakan sebagai bahan campuran semen beton, pembuatan batako,
paving blok dan lainnya.
24
24
25
25
III.2.2.2 Batulempung/lempung
Empat contoh batulempung (KUA 41, KUA 60, KBA 72A dan KBA 76A)
dari Distrik Buruway telah
di analisa sebagai berikut (Table
III.2.2.2.1):
Table III.2.2.2. Hasil
Buruway
NO
CONTOH
SiO2
Al2O3
Fe2O3
TiO
2
CaO
Mg
O
Na2
O
K2O
Hilang
pijar
KUA41
67,46
14,53
3,54
0,40
1,49
2,67
1,68
1,00
7,22
KUA60
63,79
14,57
2,19
0,32
4,85
2,68
1,85
0,97
8,77
KBA72A
80,13
10,43
1,10
0,45
1,48
0,27
0,40
2,43
3,30
KBA76A
63,20
18,69
5,57
0,46
0,75
1,34
1,27
2,46
6,25
III.2.2.3 Batupasir/pasir
Batupasir berwarna abu-abu kecoklatan dan kekuningan, berukuran butir
menengah-kasar, terpilah baik, membundar sampai membundar tanggung,
padu dan berlapis baik dengan struktur laminasi sejajar dan silang siur;
berselang-seling dengan batulempung, di beberapa tempat dijumpai
juga
26
26
Tabel III.2.2.4 Hasil analisa mineragrafi bijih besi dari Distrik Buruway
sebagai berikut:
KODE
CONTOH
MAGNETIT
KDR 17
1.0
50.0
KDR 20
2.0
KBA 67
KBA 77
PARAMETER (%)
HEMATIT OKSIDA BESI /
LIMONIT
KUARSA
GOETIT
20.0
29.0
48.0
25.0
23.0
2.0
3.0
40.0
30.0
27.0
3.0
42.0
40.0
15.0
27
27
28
28
29
29
III.3.2.1 Batugamping
Batugamping yang ditemukan di Distrik Kambrau sama jenis dan
kualitasnya dengan batugamping yang dijumpai di Distrik Kaimana.
Batugamping dijumpai berbentuk bukit-bukit kecil di sekitar pantai.
Batuan ini bersentuhan langsung dengan lempung dan batupasir dari
Formasi Steenkool.dan tersingkap di sepanjang pantai dan sungai
disekitar Kampung Ubia, Bahomia dan pulau-pulau disekitar Koi dan
Mahesa. Luas cadangan batugamping di daerah Distrik Kambrau
sementara tidak dipisahkan dengan Distrik Kaimana.
III.3.2.2 Batulempung/lempung
Dari hasil analisis kimia lempung gampingan yang diambil di daerah ini
menunjukkan kandungan Al2O3 (7,48%), SiO2 (65,25%) dan Fe2O3 (2,10%),
dan kalsium (8,60%) (Tabel III.3.2.2). Lempung tersebut cukup baik untuk
bahan baku industri keramik, atap genteng dan batubata merah dan
sebagai campuran bahan baku semen jenis portland.
Table III.3.2.2 Hasil analisa kimia batulempung dari Distrik Kambrau
JENIS UJI
NO
CONTOH
SiO2
Al2O3
Fe2O3
TiO2
CaO
MgO
Na2O
K2O
Hilang
pijar
KBA19A
65,25
7,48
2,10
0,27
8,60
2,15
2,38
1,54
10,52
30
30
III.3.2.3 Batupasir/pasir
Batupasir yang ditemukan di Distrik Kambrau sama jenisnya dengan
batupasir yang dijumpai di Distrik Buruway dan Kaimana, termasuk
dalam Formasi Steenkool.
31
31
III.4.2.1 Batugamping
Batugamping yang ditemukan di Distrik Teluk Arguni masih termasuk
kedalam satuan batuan Formasi Lengguru, seperti halnya yang ditemukan
di Distrik Kaimana, Buruway dan Kambrau. Untuk mengetahui komposisi
kimia dan kandungan karbonatnya, batugamping tersebut di analisa
dengan menggunakan metoda kimia kering yaitu XRF. (Tabel III.4.2.1).
Tabel III.4.2.1 Hasil analisa kimia batugamping dari Distrik Teluk Arguni
PARAMETER (%)
KODE
CONTOH
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
TiO2
Na2O
K2O
CaCO3
LOI
Mn
O
KUA 02
4.87
0.52
0.43
52.87
0.30
0.05
0.05
0.07
90.93
40.21
0.02
KUA 08
20.73
4.79
2.34
37.83
0.41
0.31
0.88
0.95
65.06
32.36
0.01
KUA 15
16.21
2.91
1.39
41.26
0.36
0.21
0.32
0.47
70.96
35.72
0.02
KUA 33
15.06
3.78
1.87
39.95
0.53
0.20
0.88
0.63
68.71
36.74
0.00
KUA 35
0.00
0.13
0.17
54.94
0.30
0.02
0.00
0.00
94.49
42.82
0.00
KUA 37
0.34
0.31
0.21
54.70
0.31
0.03
0.04
0.04
94.10
42.40
0.03
KUA 39
0.00
0.05
0.12
54.54
0.28
0.02
0.02
0.00
93.81
42.34
0.01
32
32
III.4.2.2 Batulempung/lempung
Batulempung yang ditemukan di Distrik Teluk Arguni masih termasuk
kedalam satuan batuan Formasi Steenkool, seperti halnya yang
ditemukan di Distrik Kaimana, Buruway dan Kambrau dan dapat
digunakan sebagai bahan baku industri batubata dan genting serta
kemungkinan untuk bahan baku keramik atau gerabah atau sebagai
pendukung bahan baku semen.
III.4.2.3 Batupasir/pasir
Batupasir yang ditemukan di Distrik Teluk Arguni masih termasuk
kedalam satuan batuan Formasi Steenkool, seperti halnya yang ditemukan
di Distrik Kaimana, Buruway dan Kambrau, Batupasir di daerah ini dapat
digunakan sebagai bahan campuran semen beton, pembuatan batako,
paving blok dan lainnya.
33
33
III.4.2.4 Zirkon
Dua buah contoh pasir lepas yang diambil dari dua tempat di Desa
Wainaga dengan nomor KUA 22 B dan KUA 36 berukuran halus-kasar,
kerikil, kerakal, berwarna kuning /putih keabuan (80%), kerikil/kerakal
berwarna putih susu, coklat kemerahan, bentuk butir umumnya membulat
tanggung (20%) (Tabel III.4.2.4.1).
Pemeriksaan di bawah mikroskop pada konsentrat dulang teridentifikasi
mineral-mineral sebagai berikut :
Tabel III.4.2.4.1 Hasil analisa butir dari konsentrat pasir sungai di Distrik
Teluk Arguni
PARAMETER (%)
KODE
CONTOH
Magnetit
(Fe3O4)
Ilmenit
FeTiO3
Hematit
Fe2O3
Zirkon
ZrSiO4
Rutil
TiO2
Kuarsa
SiO2
Pirit
FeS2
KUA 22B
5.0
6.0
4.0
65.0
trace
20.0
Trace
KUA 36
6.5
8.5
5.0
75.0
trace
5.0
Trace
Dari hasil analisa butir dalam volume berat dari 2 (dua) contoh konsentrat
pasir sungai menunjukkan persentase kadar zirkon yang cukup tinggi
yaitu 65% dan 75% (Tabel III.4.2.4.1). Hasil analisa kimia terhadap dua
buah contoh di atas adalah sebagai berikut :
Tabel III.4.2.4.2 Hasil analisa kimia konsentrat pasir sungai di Distrik Teluk
Arguni
KODE
CONTOH
PARAMETER (%)
Cu (ppm)
Pb (ppm)
Zn (ppm)
Ag (ppm)
Au (ppb)
KUA 22B
23
60
46
29
45
29
KUA 36
Catatan:
1%
1 ppm
= 10.000 ppm
= 1000 ppb
34
34
35
35
PARAMETER (%)
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
TiO2
Na2O
K2O
CaCO3
LOI
MnO
0.00
0.02
0.10
56.27
0.28
0.02
0.01
0.00
96.78
43,22
0,02
36
36
Selain telah dianalisa secara kimia, contoh (KM 27) juga di lakukan poles
bidang untuk mengetahui ornamen dari batugamping di daerah ini.
hasilnya contoh batugamping itu berwarna abu-abu kekuningan, kristalin,
keras.
Berdasarkan hasil analisa laboratorium batugamping yang terdapat di
Distrik Teluk Arguni Bawah memenuhi syarat untuk industri semen
portland karena mempunyai kadar CaO (56,7%), MgO (),28%), Fe2O3
(0,10%) dan Al2O3 (0,02%), bahan peleburan dan pemurnian baja karena
mengandung kadar CaO (56,75), SiO2 (0,00%), Al2O3 + Fe2O3 (0,12%),
MgO (0,28%), Fe2O3 (0,10%) dan untuk bahan bangunan.
III.5.2.3 Batulempung/lempung
Batulempung yang ditemukan di Distrik Teluk Arguni Bawah masih
termasuk kedalam satuan batuan Formasi Steenkool. Hasil analisa kimia
menunjukkan bahwa batulempung disini dapat digunakan sebagai bahan
pelebur pada pembuatan keramik bodi berwarna dengan suhu bakar di
bawah 1000o C, juga untuk bahan baku industri batubata, genting dan
pendukung bahan baku semen.
Table III.5.2.3 Hasil analisa kimia batulempung dari Distrik Teluk Arguni
Bawah
JENIS UJI
NO
CONTOH
SiO2
KBA19A
KM09
KM52
Al2O3
Fe2O3
TiO2
CaO
Mg
O
Na2O
K2O
Hilang
pijar
65,25
7,48
2,10
0,27
8,60
2,15
2,38
1,54
10,22
57,07
10,88
6,10
0,39
8,97
1,88
1,77
1,50
11,44
52,78
14,94
3,64
0,35
8,96
2,42
2,43
2,60
11,88
37
37
III.5.2.3 Batupasir/pasir
Batupasir pada umumnya didominasi oleh komponen kuarsa dengan
semen lempung dan feldspar termasuk dalam Formasi Steenkool.
Batupasir di daerah ini dapat digunakan sebagai bahan campuran semen
beton, pembuatan batako, paving blok dan lainnya.
III.5.2.4 Gypsum
Seperti halnya batupasir, gypsum ditemukan sebagai sisipan-sisipan tipis
dalam batulempung/lempung. Cadangan gypsum di Distrik Teluk Arguni
Bawah susah dihitung karena ditemukan setempat-setempat sebagai
sisipan dalam lempung.
III.5.2.5 Batubara
Batubara yang tersingkap di Sungai Udap, Desa Warmeno nomor KDR
05A dan KDR 05B berwarna hitam, kusam, ringan, garis gores coklat, tebal
> 60 cm, umumnya terkekarkan dengan arah jurus dan lapisan berkisar
antara N 175-185E/20-21.
Tabel III.5.2.5 Hasil analisa proximat batubara dari Distrik Teluk Arguni
Bawah
PARAMETER ANALISA
KDR 05 A
KDR 05B
19,65 %
19,20 %
19,26 %
18,76 %
Abu (ash)
5,61 %
5,55 %
39,53 %
39,10 %
35,60 %
36,59 %
5222 cal/g
5230 cal/g
1,54 %
1,56 %
56
59
38
38
calori value berkisar antara 5222 5230 cal/g dengan total belerang yang
cukup tinggi yaitu berkisar antara 1,54% 1,56% dimungkinkan sebagai
bahan baku energi.
39
39
40
40
III.6.2.1 Batugamping
Batugamping yang ditemukan di Distrik Teluk Etna sedikitnya terdapat 2
(dua) jenis batugamping yang berbeda sifat fisik dan umurnya, yaitu:
batugamping biokalkarenit umumnya mengandung foram, koral, sisa
cangkang kerang dan ganggang, setempat lempungan sampai terhablur
halus. Jenis batugamping yang lainnya (Pra-Tersier) umumnya pasiran.
berlapis baik dan dolomitan, terhablur halus setempat kapuran, keras,
sedikit pirit dan lempungan. Jenis batugamping ini disebut batugamping
klastik.
Enam contoh batugamping yang telah dianalisa dengan menggunakan
metoda kimia kering yaitu XRF untuk mengetahui unsur kimia dan
kandungan karbonat (Tabel III.6.2.1).
Tabel III.6.2.1 Hasil analisa kimia batugamping dari Distrik Teluk Etna
sebagai berikut:
KODE
CONTOH
PARAMETER (%)
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
TiO2
Na2O
K2O
CaCO3
LOI
MnO
KDC 02
1.08
2.01
0.24
53.31
0.02
0.02
0.05
92.26
42.71
0.01
KDC 08
19.30
1.88
0.26
31.20
0.92
0.02
0.09
53.79
46.26
0.01
KDC 09
69.39
7.63
2.83
8.44
0.05
0.28
1.46
14.60
8.57
0.01
KDC 11
4.65
2.44
0.20
52.44
0.02
0.02
0.12
89.50
40.05
0.02
KDC 24
1.52
1.94
0.15
52.08
0.04
0.01
0.10
90.06
44.05
0.01
KDC 31
2.85
1.95
0.35
53.10
0.03
0.01
0.11
90.65
41.54
0.01
41
41
III.6.2.2 Batulempung/lempung
Batulempung yang ditemukan di Distrik Teluk Etna pada umumnya hanya
merupakan sisipan sisispan dalam batupasir berwarna abu-abu
kecoklatan setempat kaolinan dan menyerpih.
III.6.2.3 Batupasir/pasir
Batupasir berwarna abu-abu kecoklatan dan kekuningan, berukuran butir
menengah-kasar, terpilah baik, menyudut sampai membundar tanggung,
pejal sampai berlapis tebal. Batupasir ini pada umumnya didominasi oleh
komponen kuarsa dengan semen lempung dan feldspar, setempat
mengandung pirit, mika, karbonan, glukonitan dan termalihkan, termasuk
dalam satuan batuan pra Tersier.
Lokasi dan jumlah cadangan
Batupasir ini terutama tersingkap di timurlaut Teluk Etna dan di sekitar
Desa Waripi dengan luas penyebaran cadangan tidak kurang dari 12.210
ha.
III.6.2.4. Diorit/andesit
Diorit yang tersingkap di daerah ini berwarna abu-abu kehitaman berbutir
sedang sampai kasar, bersifat porfiri dengan komponen kuarsa, felspar dan
horenblenda. Dua contoh batuan andesit telah di uji petrografi, nama
batuan secara mikroskopis adalah andesit hornblenda (Tabel III.6.2.4).
Tabel III.6.2.4 Hasil Uji Petrografi Batuan Beku
Mineral Penyusun
KYR 20
KYR 23
Plagioklas (%)
16
18
Piroksen (%)
Hornblende (%)
12
13
Biotit (%)
Feldspar (%)
39
35
42
42
Gelas (%)
15
12
Xenolith (%)
Andesit hornblende
Andesit hornblende
Nama batuan
III.6.2.5. Logam
Melihat asosiasi batuan diorit dengan batuan-batuan disekitarnya yang
termineralisasi kemungkinan di Distrik Teluk Etna bisa ditemukan
mineral-mineral logam dasar dan logam mulia. Untuk hal itu telah
dilakukan analisa kimia mineral terhadap singkapan batuan diorit, urat
kuarsa dan sedimen sungai (stream sediment). (Tabel III.6.2.5).
Tabel III.6.2.5 Hasil analisa kimia contoh batuan dan konsentrat dari Distrik
Teluk Etna
KODE
CONTOH
Cu (ppm)
Pb (ppm)
Zn (ppm)
Ag (ppm)
Au (ppb)
KDC07A
108
80
101
134
KDC07B
11
17
29
KDC06PC
22
45
18
15
560
KDC06SS
18
24
40
25
4200
Catatan:
PARAMETER (%)
43
43
III.6.2.6 Batubara
Batubara berwarna hitam kecoklatan, warna gores coklat, kilap buram
padat agak
ringan berlapis setempat konkoidal. Jurus/kemiringan
o
o
N297 /E20 .- N305o/E17o , terdiri dari 3 (tiga) seam dengan ketebalan
masing masing 1.3, 1.6, 2.2 m. Untuk mengetahui kualitas batubaranya
dilakukan analisa proximat ( Tabel III.6.2.6).
Tabel III.6.2.6 Hasil analisa proximat batubara dari Distrik Teluk Etna
PARAMETER ANALISA
KDC 17
KDC 20
25.20
31.65
23.67
28.64
Abu (ash)
5.99
5.04
36.08
38.22
34.26
28.10
4499
4346
0.68
0.56
28
29
44
44
45
45
III.7.2.1 Batugamping
Berdasarkan ciri fisiknya, batugamping yang ditemukan di Distrik Yamor
pada umumnya mempunyai jenis dan kualitas yang sama dengan yang
ditemukan di Distrik Teluk Etna. Empat contoh dari batugamping telah
dianalisa dengan menggunakan metoda kimia kering yaitu XRF untuk
mengetahui unsur kimia dan kandungan karbonat (Tabel III.7.2.1).
Tabel III.7.2.1 Hasil analisa kimia batugamping dari Distrik Yamor
KODE
CONTOH
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
PARAMETER (%)
TiO2
Na2O
K2O
CaCO3
LOI
MnO
KYR01
5.53
2.03
0.20
50.24
0.03
0.02
0.08
88.09
41.50
0.01
KYR06
4.73
1.95
0.40
51.22
0.03
0.02
0.08
88,09
41.50
0.01
KYR21
1.18
1.93
0.35
53.90
0.04
0.02
0.06
93.24
41.50
0.01
KYR22
5.01
2.11
0.20
50.95
0.03
0.03
0.10
87.12
41.54
0.02
III.7.2.2 Batulempung/lempung
Batulempung yang ditemukan di Distrik Yamor pada umumnya berupa
lempung pasiran dan batulumpur mikaan dan glukonitan yang telah
46
46
III.7.2.3 Batupasir/pasir
Batupasir berwarna abu-abu kecoklatan dan kekuningan, berukuran butir
menengah-kasar, terpilah baik, menyudut sampai membundar tanggung,
pejal sampai berlapis tebal. Secara megaskopis batupasir ini pada
umumnya didominasi oleh komponen kuarsa dengan semen lempung dan
feldspar, setempat mengandung pirit, mika, karbonan, glukonitan dan
termalihkan, termasuk kedalam batuan pra Tersier. Tiga contoh batupasir
telah dianalisa dan jenis batupasirnya masing-masing adalah batupasir
quartzwacke, batupasir lithic wacke dan batupasir sub litharenite (Tabel
III.7.2.3) hasilnya di bawah ini.
Tabel III.7.2.3 Hasil Uji Petrografi Batuan Siliklastika di Distrik Yamor
R
%
NO
KODE
CONTOH
Qtz
%
F
%
L
%
C
%
NAMA
BATUAN
KYR 16
56
20
quartzwacke
KYR 19
41
10
26
14
lithic wacke
KYR 27
70
13
sub
litharenite
III.7.2.4 Granit
Granit/granodiorit berwarna abu-abu kehitaman dan coklat kemerahan
disusun oleh mineral kuarsa, felspar dan mineral-mineral lainnya,
berukuran butir sedang sampai kasar dengan relief yang bervariasi.
47
47
III.7.2.5 Batubara
Berdasarkan informasi penduduk batubara tersingkap di Desa Muri,
disebelah baratlaut Urubika dengan waktu tempuh selama 6 jam jalan kaki.
III.7.2.6 Logam
Melihat asosiasi batuan diorit dengan batuan-batuan di sekitarnya yang
termineralisasi kemungkinan di Distrik Yamor bisa ditemukan mineralmineral logam dasar dan logam mulia. Untuk hal itu telah dilakukan
analisa kimia mineral terhadap 2 (dua) buah singkapan batuan granit
dan batupasir serta 2 (dua) buah pasir sedimen sungai (stream sediment)
(Tabel III.7.2.6).
Tabel III.7.2.6 Hasil analisa kimia contoh batuan dan konsentrat pasir
sungai dari Distrik Yamor
KODE
CONTOH
Cu (ppm)
Pb (ppm)
Zn (ppm)
Ag (ppm)
Au (ppb)
KYR02
23
KYR20
25
53
70
KYR28SS
56
44
91
KYR29SS
14
18
15
150
Catatan:
1%
PARAMETER (%)
= 1000 ppb
48
48
BAB.IV
KESIMPULAN
Hasil iventarisasi sumberdaya mineral, energi dan bahan galian yang
dilakukan di 7 (tujuh) Distrik Kaimana, Buruway, Teluk Arguni, Teluk
Etna, Teluk Arguni Bawah, Kambrau dan Yamor Kabupaten Kaimana
dapat disimpulkan bahwa jenis dan potensi sumberdaya yang terdapat di
masing-masing distrik sangat bervariasi. Batuan yang tersingkap pada
umumnya berasal dari endapan batuan sedimen, batuan plutonik granit,
intrusi diorit/andesit dan batuan malihan berumur pra Tersier hingga
Kuarter.
49
49