TEKNIK
PENGELOLAAN
JALAN
SERI PANDUAN PEMELIHARAAN JALAN KABUPATEN
Penyusun :
Ir. Moch. Tranggono, M.Sc.
Tim Konsultasi/ Narasumber :
Dr. Ir. Furqon Affandi, M.Sc.
Dr. Djoko Widajat, M.Sc.
Dr. Ir. Siegfred, M.Sc.
Dr. Anwar Yamin, M.Sc.
Ir. Kurniadji, M.Sc.
Ir. Nono, M.Sc.
Ir. Effendi Radia, M.T.
Ir. Edy Junaedi
Ir. Iriansyah
Editor :
Dr. Ir. Anwar Yamin, M.Sc.
Dr. Djoko Widajat, M.Sc.
Ir. Yohanes Ronny
Diterbitkan oleh :
Balai Bahan dan Perkerasan Jalan Puslitbang Prasarana Transportasi
Jl. A.H. Nasution 264, Ujung Berung Bandung 40294
Telp. (022) 7811878, Fax. (022) 7802726
e-mail: bbpj_p3j@melsa.net.id
bbpj_jaka@telkom.net
bbpj_jaka@telkom.net
ii
Kata Pengantar
Seri panduan pemeliharaan jalan kabupaten ini disusun berdasarkan
kebutuhan kegiatan pemeliharaan jaringan jalan yang efisien dengan
kualitas yang baik dan juga untuk mendukung tenaga teknik jalan di
daerah, khususnya di kabupaten, yang diharapkan dapat membantu
pelaksanaan penyelengaraan pemeliharaan jalan di daerah dengan
baik.
Buku seri panduan pemeliharaan jalan kabupaten ini terdiri atas
beberapa buku dan kemungkinan dapat terus bertambah disesuaikan
dengan kebutuhan dan situasi yang ada pada pemeliharaan jalan
kabupaten pada umumnya. Buku ini merupakan salah satu konsep
dasar yang disusun berdasarkan NSPM yang berkaitan dan juga hasil
kajian/ bahan-bahan pelatihan/ workshop yang selama ini dilakukan
oleh Balai Bahan dan Perkerasan Jalan Puslitbang Prasarana
Transportasi.
Buku seri panduan panduan pemeliharaan jalan ini diharapkan dapat
memberikan gambaran yang lebih jelas bagi teknisi dan pihak-pihak
yang terkait di daerah untuk memahami apa sebetulnya kegiatan
pemeliharaan jalan dan juga dapat digunakan sebagai petunjuk dasar
dalam melaksanakan pekerjaan pemeliharaan jalan di daerah.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada banyak pihak-pihak yang
telah membantu dalam kegiatan penyusunan seri panduan ini. Kami
mengharapkan dengan telah diterbitkan dan juga dari penerapan di
lapangan dapat memperoleh masukan-masukan kembali berupa
saran dan tanggapan guna penyempurnaan selanjutnya.
Tim Penyusun
iii
Daftar Isi
Kata Pengantar ...........................................................................................................................................iii
Daftar Isi .....................................................................................................................................................iv
Daftar Tabel................................................................................................................................................vi
Daftar Gambar ..........................................................................................................................................vii
Pendahuluan ................................................................................................................................................1
A. Konsep Pengelolaan Pemeliharaan Jalan..........................................................................................3
1. Umum ............................................................................................................................................. 3
2. Pemeliharaan Jalan ........................................................................................................................ 3
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
Pemeliharaan vs Pembangunan......................................................................................... 3
Tujuan Pemeliharaan Jalan................................................................................................. 5
Penurunan Kondisi Jalan ................................................................................................... 7
Kategori Kegiatan Pemeliharaan Jalan...........................................................................11
Tujuan.................................................................................................................................19
Tahapan Pengelolaan Pemeliharaan Jalan .....................................................................20
Siklus Pada Pengelolaan Pemeliharaan Jalan.................................................................24
Sistim Pengelolaan Perkerasan (Pavement Management System,
PMS)....................................................................................................................................29
Bagian-Bagian Jalan............................................................................................................................72
2.1. Tipikal Penampang Jalan..................................................................................................72
iv
Lain-lain ............................................................................................................................102
Daftar Tabel
Tabel A.1 Perbedaan Kegiatan Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan......................4
Tabel A.2 Jenis Kerusakan Perkerasan Beraspal.............................................................8
Tabel A.3 Kategori Kegiatan Pemeliharaan Jalan (HDM IV: Odoki, 2000) ............13
Tabel A.4 Tahapan dalam Pengelolaan Pemeliharaan Jalan........................................21
Tabel A.5 Contoh Siklus Manajemen dari Tahapan Pengelolaan Pemeliharaan Jalan
27
Tabel A.6 Potensial Penggunaan Peralatan dan Buruh Terampil...............................42
Tabel A.7 Standar Penanganan Pemeliharaan: Jalan Beraspal ....................................44
Tabel A.8 - Standar Penanganan Pemeliharaan: Jalan Tidak Beraspal..........................53
Tabel A.9 - Standar Penanganan Pemeliharaan: Bangunan Pelengkap Jalan ...............54
Tabel A.10 - Standar Penanganan Pemeliharaan: Bangunan Pelengkap Jalan .................55
Tabel A.11 Matriks Prioritas Pemeliharaan Jalan..........................................................57
Tabel A.12 Kategori Lalu Lintas .....................................................................................57
Tabel B.1 Panjang Jalan Menurut Status Tahun 2000..................................................71
Tabel B.2 Jenis Permukaan Jaringan Jalan di Indonesia ..............................................72
Tabel B.3 Klasifikasi Jalan Kabupaten. ..........................................................................88
Tabel B.4 Ketentuan Jalan Desa......................................................................................89
Tabel B.6 Ketentuan Dasar untuk bagian-bagian Jalan Kabupaten...........................90
Tabel B.5 Batasan Penggunaan Kendaraan di Jalan Kabupaten.................................91
vi
Daftar Gambar
Gambar A.1 - Hubungan Kondisi dan Akumulasi Beban Kendaraan
..........................................................................................5
Gambar A.2 Mekanisme dan Interaksi Kerusakan Beraspal
(Paterson, 1987) ...........................................................11
Gambar A.3 - Penanganan Kegiatan Pemeliharaan (Bina Marga)...15
Gambar A.4 Tahapan dalam Pengelolaan Pemeliharaan Jalan .....22
Gambar A.5 Siklus Manajemen Pemeliharaan Jalan ......................25
Gambar A.6 Ilustrasi Penggunaan PMS...........................................30
Gambar A.7 Fungsi PMS dalam Pengelolaan Aset Jalan...............31
Gambar A.8 Siklus Manajemen pada HDM IV..............................35
Gambar A.9 Arsitektur System HDM..............................................35
Gambar A.10 Skenario Analisa dengan HDM IV pada Tingkat
Penyusunan Program ..................................................36
Gambar A.11 Hasil Analisa Rougness pada Jaringan Jalan...........36
Gambar A.12 Struktur Organisasi Pengelolaan Pemeliharaan Jalan
........................................................................................38
Gambar B.1 Komposisi Panjang Jalan di Indonesia Berdasarkan
Statusnya .......................................................................70
Gambar B.2 Tipikal Penampang Jalan Beraspal .............................73
Gambar B.3 Tipikal Penampang Jalan Tidak Beraspal ..................73
Gambar B.4 Bagian-bagian Jalan.......................................................74
Gambar B.5 Diagram Fungsi Jalan Kabupaten ..............................89
vii
Pendahuluan
Seiring dengan dilaksanakannya kebijakan otonomi daerah di
Indonesia, tanggung jawab administratif dalam pemeliharaan dan
pengembangan jaringan jalan regional beralih ke pemerintah daerah.
Peralihan tanggung jawab tersebut sudah sewajarnya harus dapat
dimbangi dengan kemampuan pemerintah daerah dalam
kemampuan teknik dalam penyelenggaraan jalan.
Untuk itu maka dilakukan pengembangan suatu buku panduan yang
dirasakan masih terbatas tersedia di daerah-daerah yang dilakukan
dengan bekerjasama dengan pemerintah Jepang melalui melalui
Japan International Coorporation Agency (JICA). Panduan yang disusun
ini adalah merupakan seri panduan pemeliharaan jalan kabupaten
yang diharapkan dapat mudah dipahami oleh tenaga teknis di daerah
dan seri yang diterbitkan tersebut terdiri atas:
- Teknik Pengelolaan Jalan;
- Teknik Evaluasi Kinerja Perkerasan Lentur;
- Teknik Pemeliharaan Perkerasan Lentur;
- Teknik Bahan Perkerasan Jalan.
Pada buku Teknik Pengelolaan Jalan, diuraikan mengenai konsep
dasar mengenai pengelolaan jalan dan teknik jalan di Indonesia pada
umumnya, jalan kabupaten khususnya. Pada seri yang lain, yaitu
buku Teknik Evaluasi Kinerja Perkerasan Lentur, diuraikan
mengenai cara-cara melakukan evaluasi kondisi perkerasan lentur
yang meliputi kegiatan inspeksi lapangan dan perencanaan teknis
pada pemeliharaan rutin dan periodik. Selanjutnya pada buku
Teknik Pemeliharaan Perkerasan Lentur, diuraikan mengenai
metode pemeliharaan standar. Namun untuk lebih mudah dipahami,
sebelumnya diurakan mengenai jenis struktur perkerasan berikut
dengan persyaratan masing-masing struktur. Pada buku terakhir,
yaitu Teknik Bahan Perkerasan Jalan. Diuraikan mengenai jenis dan
persyaratan bahan dasar yang digunakan pada perkerasan jalan,
termasuk pelaksanaan produksi bahan campuran tersebut.
2. Pemeliharaan Jalan
2.1. Pemeliharaan vs Pembangunan
Dengan selesainya pembangunan suatu jaringan jalan, maka kegiatan
penyelenggaraan jalan sekarang telah berubah penekanannya, yaitu
dari pekerjaan pembangunan jalan baru menuju ke pekerjaan
3
Pemeliharaan
Proyek
Proses
Waktu
Lokasi
Terbatas
Tersebar
Relatif tinggi
Relatif rendah
Pendekatan pelaksanaan
menyangkut
pengelolaan
Secara umum dapat dijelaskan bahwa ada tiga tujuan utama dari
pemeliharaan jalan adalah sebagai berikut (World Bank, 1988):
Deformasi
Cacat
Permukaan
Cacat Tepi
Perkerasan
JENIS
CIRI
Retak memanjang
Retak melintang
Retak tidak beraturan
Retak selip
Retak blok
Retak buaya
Alur
Keriting
Amblas
Sungkur
Lubang
Delaminasi
Pelepasan butiran
Pengausan
Kegemukan
Tambalan
Gerusan tepi
Penurunan tepi
8,16
P
DF = 0.086
8,16
dimana:
P = Beban sumbu.
DF = Faktor daya rusak kendaraan (Damage Factor) atau sering
disebut dengan faktor ekivalensi.
Persamaan tersebut di atas menunjukkan bahwa daya rusak suatu
beban as meningkat secara eksponensial apabila beban ditambah.
Sehingga apabila suatu beban as tunggal dinaikkan dari 8.160 kg
menjadi 16.320 kg (kurang lebih 2 kalinya) maka kerusakkan pada
jalan yang akan terjadi adalah menjadi 16 kalinya. Dengan adanya
pertambahan volume beban lalu lintas yang ekponensial tersebut
maka akan mempercepat terjadinya kerusakan dan umur rencana
dari perkerasan tidak akan tercapai.
10
RETAK
(% luas)
ALUR
(mm)
UMUR
UMUR
AIR MERESAP
PERCEPATAN
DEFORMASI
PENURUNAN KEKUATAN
DAN KEKAKUAN
AMBLAS/
SUNGKUR
LUBANG
PERBEDAAN MUTU
DAN KINERJA
PELEPASAN BUTIR
GELOMBANG/KERITING
(TAMBALAN)
(TAMBALAN)
(TAMBALAN DALAM)
PERUBAHAN
GESER & VOLUME
KETIDAKRATAAN
11
12
Tabel A.3 Kategori Kegiatan Pemeliharaan Jalan (HDM IV: Odoki, 2000)
Kategori Kegiatan
Tipe Kegiatan
Pemeliharaan Rutin
(Routine Maintenance)
Mempunyai siklus
tertentu (Cyclic)
Kegiatan pemeliharaan
rutin yang dilakukan
secara terjadwal dengan
interval tertentu untuk
mengantisipasi akibat
dari pengaruh
lingkungan.
Keadaan/ kondisi
kerusakan yang ada
(Reactive)
Kegiatan perbaikan
kerusakan jalan secara
responsif berdasarkan
kondisi kerusakan yang
terjadi untuk
mengantisipasi
kerusakan ringan akibat
pengaruh lalu lintas dan
lingkungan.
Jalan Beraspal:
Pekerjaan tersebut
dilaksanakan tiap
tahun.
Dananya dialokasikan
tiap tahun.
Uraian
13
Tipe Kegiatan
Pencegahan
(Preventive)
Jalan Berasapal:
Pelaburan
(Resurfacing)
Penambahan lapis
permukaan guna
memperbaiki integritas
dan kedap air dan tidak
untuk meningktakan
kekuatan strukutr dari
perkerasan
Jalan Beraspal:
Pekerjaan
direncanakan dengan
interval beberapa
tahun.
Secara tipikal dana
harus dialokasikan
untuk tiap tahun atau
hanya pada awalnya
saja.
Uraian
Pemeliharaan Khusus
(Special Works)
Pekerjaan tsb tidak
dapat dipastikan
diawal.
Pelapisan Tambah
(Overlay)
Penambahan tebal
lapisan perkerasan
dengan tebal tertentu
guna meningkatkan
insgritas struktural dan
menginkatkan kekuatan
struktur dari perkerasan
Jalan Beraspal:
Rekonsruksi
Perkerasan
(Pavement
Reconstruction)
Jalan Beraspal:
Pekerjaan Darurat
(Emergency works)
Penanganan jalan
secara darurat untuk
jalan yang terhambat
atau tertutup akibat
bencana alam atau
kecelakaan kendaraan.
Dibutuhkan dana
khusus/ dana
kontigensi & dapat
dimasukkan kedalam
pemeliharaan tahunan.
14
Inlay
Mill and Replace
Full pevement Recosntruction
Penanggulangan Kecelakaan
kendaraan.
Penanggulangan Bencana
alam.
NILAI
KEMANTAPAN
Perawatan Jalan
Rehabilitasi Jalan
Peningkatan Jalan
Penunjangan Jalan
1
WAKTU
Batas kemantapan
Batas Kekritisan
15
b. Rehabilitasi
Rehabilitasi jalan merupakan kegiatan penanganan terhadap
setiap kerusakan yang tidak diperhitungkan dalam desain, yang
berakibat menurunnya kondisi kemantapan pada bagian/ tempat
tertentu dari suatu ruas jalan dengan kondisi pelayanan mantap.
Dengan rehabilitasi, maka penurunan kondisi kemantapan
tersebut dapat dikembalikan pada kondisi kemantapan sesuai
rencana yang diperkirakan. Kegiatan ini dilaksanakan untuk
mengatasi kerusakan-kerusakan pada segmen tertentu yang
mengakibatkan penurunan yang tidak wajar pada kemampuan
pelayanan jalan pada bagian-bagian tertentu.
c. Penunjangan Jalan
Penunjangan jalan merupakan kegiatan penanganan untuk dapat
meningkatkan kemampuan pelayanan pada ruas jalan pada
kondisi kemampuan pelayanan tidak mantap atau kritis, agar ruas
jalan tersebut tetap dapat berfungsi melayani lalu lintas dan agar
kondisi jalan pada setiap saat tidak semakin menurun. Kegiatan
ini merupakan kegiatan pemeliharaan jalan yang bersifat darurat/
sementara.
d. Peningkatan Jalan
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan adalah suatu kegiatan
untuk memperbaiki kondisi jalan yang kemampuannya tidak
mantap atau kritis, sampai suatu kondisi pelayanan yang mantap
sesuai dengan umur rencana yang ditetapkan. Kegiatan ini
merupakan kegiatan penanganan jalan yang dapat meningkatkan
kemampuan strukturalnya sesuai dengan umur rencana jalan
tersebut.
Sedangkan untuk kondisi pelayanan mantap, tidak mantap, dan
kritis didefinisikan sebagai berikut:
Kondisi Pelayanan Mantap
Kondisi pelayanan sejak konstruksi masih baru sampai dengan
kondisi pelayanan pada batas kemantapan (atau akhir umur
rencana), dengan penurunan nilai kemantapan wajar seperti yang
16
Tujuan Pengelolaan
Tipikal
Staf
Pengelolaan
yang terkait
Pengelola
senior and
pengambil
keputusan
Lingkup Jaringan
Rentang Waktu
Menentukan
standar jalan yang
meminimalkan
biaya.
Menentukan biaya
yang dibutuhkan
untuk mendukung
standar yang telah
didefinisikan.
Pemrograman Menentukan
program pekerjaan
yang dilaksanakan
dalam suatu periode
waktu anggaran.
Persiapan
Desain Teknis
Persiapan kontrak
atau dokumen
kontrak
Seluruh jaringan
Jangka panjang
(strategis)
Jangka
menengah
(taktis)
Pengelola dan
pemegang
anggaran
Tahun anggaran
Pelaksanaan
Sesaat
Pengawas
Lapangan
Perencanaan
Umum
Melaksanakan
tugas-tugas sebagai
bagian dari aktifitas
pekerjaan
21
22
dan evaluasi
direncanakan
pemeliharaan
pemeliharaan
24
26
Pendefinisian tujuan
(a) Menentukan
standar yang
dapat
meminimumkan
total biaya
pemeliharaan
jaringan jalan
secara
keseluruhan.
Programming
Preperation
Operation
Penentuan
program pekerjaan
yang dapat
dilakukan untuk
tahun anggaran
yang akan datang.
Melakukan
aktivitas pekerjaan
pemeliharaan
(b) Penerbitan
kontrak atau
instruksi kerja
(b) Menentukan
alokasi dana yang
dibutuhkan untuk
mendukung
standar yang telah
ditentukan
sebelumnya
tersebut.
Penilaian kebutuhan
Penilaian dilakukan
dengan survai
kondisi pada
keseluruhan jaringan
untuk ruas-ruas yang
membutuhkan
pemeliharaan
periodik dan
perbaikan kerusakan
permukaan jalan.
Penilaian dilakukan
dengan
membandingkan
pengukuran kondisi
dengan standar
untuk pemeliharaan
periodik dan
beberapa
pekerjaan
perbaikan jalan;
Sedangkan untuk
pemeliharaan
perawatan jalan dan
pemeliharaan darurat
dipergunakan data
sekunder yanga ada
(data sejarah
perawatan jalan).
Sedangkan untuk
perawatan jalan
dan pemeliharaan
khusus didasarkan
pada catatan
historikal yang ada.
27
(a) Penilaian
dilakukan
dengan
melakukan
survai
lapangan
secara detail
untuk menilai
kondisi dan
membandingk
an dengan
standar
desain untuk
pemeliharaan
periodik.
(b) Format kontrak
yang sesuai
atau instruksi
kerja pilihan.
Tingkat keparahan
dan jumlah dari
pekerjaan
dicantumkan
untuk:
Inspeksi secara
detail untuk
kegiatan
perbaikan
kerusakan
permukaan dan
pemeliharaan
periodik
Pekerjaan
perawatan
perkerasan
jalan
Programming
Preperation
Operation
(a) Penanganan
ditentukan
dengan
mempergunakan
kisaran standar
untuk
memberikan
kisaran kebutuhan
biaya
Pilihan pekerjaan
yang tersedia untuk
memulihkan
kondisi sesuai
dengan standar
yang ada sudah
ditentukan jenisnya
Standar kinerja
yang sesuai dipilih
sesuai dengan
aktifitas pekerjaan
Tingkat biaya
digunakan dan
dilakukan dengan
pemilihan prioritas
agar program yang
diusulan sesuai
dengan anggrana
yang tersedia
(b) Penganan
ditentukan
dengan
menggunakan
standar yang
tetap
Penentuan Biaya
dan Prioritas
(b) Mempersiapkan
Daftar satuan
pekerjaan (Bill of
quantity)
(a) Menerbitkan
standar-standar
yang berkaiatan
dengan
pelaksanaan
pemeliharaan
Melaksanakan
target yang sudah
ditentukan (buruh,
bahan, dan
peralatan) sesuai
dengan standar
yang telah
ditentukan
Memasukan
program kegiatan
pemeliharaan
tahunan yang telah
disusun
(b) Menerbitkan
perkiraan
kebutuhan biaya
pemeliharaan
jalan keseluruhan
28
(a) Melakukan
desain teknis,
gambat teknik,
dll
(b) Mempersiapkan
& pelaksanaan
pemilihan
kontraktor dan
penerbitan
instruksi mulai
kerja
Melaksanakan dan
mengawasi
pekerjaan
pemeliharaan
Programming
Preperation
Operation
Tinjauan ulang
untuk perkiraan
sebelum
dimulainya siklus
perencanaan
umum selanjutnya
Tinjauan ulang
terhadap
program yang
dihasilkan
sebelum
dimulainya
siklus yang
selanjutnya
Tinjauan ulang/
diperiksa
kembali
terhadap desain,
kontrak atau
instruksi kerja
Tinjauan ulang
terhadap
pencapaian
target yg
dihasilkan
Tinjauan ulang
terhadap prosedur
perencanaan
umum yang ada
Panjang siklus
Tinjauan ulang
terhadap
prosedur
prpgram
tahunan yang
dilakukan
Tipikal satu tahun
Tinjauan ulang
terahadap
prosedur desain
Tinjauan ulang
terhadap
prosedur untuk
mengelola
ektifitas
pekerjaan
Tipikal dalam
harian atau
mingguan
33
3.4.4. HDM IV
HDM IV (Highway Development and Management versi 4) adalah suatu
program aplikasi komputer yang dikembangkan oleh World Bank
dan digunakan sebagai alat bantu untuk melakukan analisa dalam
kegiatan pengelolaan dan pembangunan pada suatu jaringan jalan.
Tujuan yang diharapkan dari pengembangan kegiatan ini adalah
antara lain:
- Standarisasi dalam kegiatan analisa ekonomi dan analisa teknis
dari suatu pembiayaan jalan (road ekspenditure);
- Rasionalisasi pada tahapan kegiatan planning, programming,
budged appraisal dan formulasi kebijakan;
- Memanfaatkan kemajuan teknologi IT dalam kegiatan
pengelolaan jalan.
Software aplikasi ini terus berkembang dan yang terakhir adalah
HDM ver 2.0. HDM IV adalah merupakan pengembangan dari
HDM III. Penyempurnaan teru dilakukan dan salah satu
penyempurnaan yang dilakukan adalah memperbaiki model
kerusakan jalan yang mencakup suatu rentang yang lebih besar dari
tipe-tipe perkerasan.
Proses yang dilakukan pada HDM ini mencakup untuk analisaanalisa pada kegiatan-kegiatan Planning, Programming, Preperation
dan Operation seperti yang ditunjukkan pada Gambar A.8.
Sedangkan pada Gambar A.9 diilustrasikan struktur dari Modulmodul yang ada pada HDM.
34
Activity
Time
horizon
Staff
Spatial
responsible coverage
Data
detail
Planning
Long term
(Strategic)
Senior
Network-wide Coarse/
Management
summary
and
policy level
Mode of
computer
operation
Automatic
Medium
Middle-level Network or
term
professionals sub-network
(tactical)
Preparation Budget year Junior
Scheme level/
Professional section
Programming
Operations
Fine/
detailed
Interactive
Run 1
Run 2
Run 3
Run 4
Run 5
Base
Unlimited
High
Medium
Low
(Annual 10
Million
Constrain)
(Annual 8
Million
Constrain)
(Annual 6
Million
Constrain)
Routine Only
% of Network
(Annual)
5.60%
4.00%
3.70%
689
498
455
366
Annual Cost
1.97
1.51
1.31
1.03
% of Network
(Annual)
7.80%
7.10%
6.30%
5.20%
960
871
777
648
Annual Cost
6.36
5.76
5.13
4.23
8.32
7.27
6.43
5.26
0.51
0.68
0.97
1.1
9.73
4.01
4.61
5.23
6.02
3.00%
- Overlays
10yr (IRI)
Gambar A.10 Skenario Analisa dengan HDM IV pada Tingkat Penyusunan Program
16
14
12
10
IRI (Unconstrain)
8
Constrain (10M
Annual)
Constrain (8M
Annual)
Constrain (6M
Annual)
Routine Only
6
4
2
2014
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
0
2005
Roughness (IRI)
Year
36
37
Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa tidak ada staf khusus yang
yang bertugas untuk melaksanakan kegiatan pemeliharaan darurat.
Pada umumnya, personil yang nantinya ditugaskan untuk kegiatan
pemeliharaan darurat ini dapat diambilkan dari personil yang
bertugas pada pemeliharaan rutin dan periodik. Ketika kejadian
bencana tersebut muncul dan harus dilaksanakan kegiatan
pemeliharaan darurat, adalah normal mengurangi kegiatan rutin
sampai ke keadaan minimum dan menggunakan sumber daya yang
ada guna mengatasi kondisi darurat tersebut.
Karena sifat pekerjaan pemeliharaan jalan yang berbeda antara
pemeliharaan rutin dengan pemeliharaan periodik, maka mekanisme
yang dilakukan pada kegiatan pemeliharaan rutin dilakukan dengan
sistim Mandor Jalan. Sedangkan untuk pemeliharan periodik
diberlakukan sama seperti pada kegiatan pembangunan jalan dimana
menggunakan pengawas lapangan.
Pemeliharaan rutin yang meliputi kegiatan-kegiatan: pembersihan
jalan/ bangun pelengkap jalan, pengendalian tanaman/ pemotongan
rumput, dan pemeliharaan gorong-gorong/ saluran samping
dilakukan oleh Juru Jalan dan untuk beberapa juru jalan dikoordinir
oleh Mandor Jalan. Mandor Jalan tersebut juga melakukan
38
Kegiatan
Peralatan
Buruh
Baik1)
Baik
Jelek
Baik
Jelek
Baik
Perbaikan Struktur
Jelek
Baik
Baik
Jelek
Baik
Jelek
Jelek
Baik
Jelek
Baik
Pemotongan rumput
Jelek
Baik
Jelek
Baik
Penimbunan aggregat
Baik
Cukup
Baik
Cukup
Baik
Cukup
Perkerasan Jalan;
Bahu Jalan
Drainase selokan tepi jalan;
Bangunan pelengkap jalan, seperti: gorong-gorong, jembatan,
patok jarak, tembok penahan tanah.
43
Jenis
Pelepasan
Butir
(Ravelling)
Kegemukan
(Bleeding)
Lubang
(potholes)
Gompal
(Edge Break)
Penurunan
Tepi (Edge
Drop)
Kerusakan Utama
Luas
Keparahan
(%
atau
panjang
kedalaman
segmen)
-
< 10
> 20
Kategori
Cuaca &
Lalin
Semua
kategori
Semua
kategori
Kerusakan Lain
Keparahan
(%
Jenis
panjang
segmen)
-
Aktifitas Kegiatan
Catatan
Semua
kategori
< 150 mm
Semua
kategori
> 150 mm
Semua
kategori
Erosi tepi
perkerasan
> 150 mm
> 20
Semua
kategori
> 50 mm
> 50
Semua
kategori
44
Alur (Rutting)
pada Jenis
Perkerasan
Burda/ Burda
dan Lapen
diatas
pondasi
granular
Keparahan
atau
kedalaman
Luas
(%
panjang
segmen)
Kerusakan Lain
Kategori
Cuaca &
Lalin
Curah
hujan >
1500 mm/
thn atau
LHR >
1000 smp
< 10 mm
Curah
hujan <
1500mm/
thn atau
LHR >
1000 smp
Jenis
Keparahan
(%
panjang
segmen)
Retak
(cracks)
pada jejak
roda
<5
Retak
(cracks)
yang tidak
berkaitan
dgn jejak
roda
Retak
(cracks)
pd jejak
roda
Retak
(cracks)
yang tidak
berkaitan
dgn jejak
roda
>5
< 10
< 10
< 10
> 10
< 20
> 20
45
Aktifitas Kegiatan
Catatan
Keparahan
atau
kedalaman
1015 mm
> 15 mm
Luas
(%
panjang
segmen)
> 10
< 10
> 10
Kerusakan Lain
Kategori
Cuaca &
Lalin
Semua
kategori
Semua
kategori
Semua
kategori
Keparahan
(% panjang
segmen)
Aktifitas Kegiatan
Semua
retak
(cracks)
yang
terjadi
Retak
(cracks)
pd alur yg
terjadi
Retak lain
Penambalan permukaan
(Surface patching)
Semua
retak
(cracks)
yang
terjadi
Jenis
46
Catatan
Alur (Rutting)
pada Jenis
Perkerasan
Beton aspal
diatas lapisan
pondasi
granular
Kerusakan Lain
Keparahan
atau
kedalaman
Luas
(% panjang
segmen)
Kategori
Cuaca &
Lalin
< 10 mm
Curah
hujan >
1500 mm/
thn
atau
LHR
>1000
smp
Semua
retak
(cracks)
yang
terjadi
Curah
hujan
<1500
mm/ thn
Semua
retak
(cracks)
yang
terjadi
atau
LHR
<1000
smp
Jenis
Keparahan
(% panjang
segmen)
<5
5 - 10
> 10
< 10
10 20
> 20
Retak lain
Aktifitas Kegiatan
47
Diperlukan penyelidikan
lanjutan
Penambalan Struktur (Deep
patching) dan Pelaburan
Permukaan Aspal (Surface
Dressing) pada kerusakan
retak lainnya
Catatan
Alur (Rutting)
pada Jenis
Perkerasan
Beton aspal
diatas lapisan
pondasi
granular
Kerusakan Lain
Keparahan
atau
kedalaman
Luas
(% panjang
segmen)
Kategori
Cuaca &
Lalin
> 10 mm
<5
Semua
kategori
< 10 mm
Curah
hujan >
1500 mm/
thn
atau
LHR
>1000
smp
Jenis
Keparahan
(% panjang
segmen)
Aktifitas Kegiatan
Retak
yang tjd
pada alur
Penambalan permukaan
(Surface patching)
Retak lain
Semua
retak
(cracks)
yang
terjadi
<5
5 - 10
> 10
Diperlukan penyelidikan
lanjutan
48
Catatan
Keparahan
atau
kedalaman
Luas
(% panjang
segmen)
Kerusakan Lain
Kategori
Cuaca &
Lalin
Curah
hujan
<1500
mm/ thn
atau
LHR
<1000
smp
> 10 mm
<5
Semua
kategori
Jenis
Semua
retak
(cracks)
yang
terjadi
Keparahan
(% panjang
segmen)
Aktifitas Kegiatan
< 10
10 20
> 20
Diperlukan penyelidikan
lanjutan
Retak
yang
terjadi
pada alur
Penambalan permukaan
(Surface patching)
Retak lain
49
Catatan
Alur (Rutting)
pada Jenis
Perkerasan
Beton aspal
diatas lapisan
pondasi
stabilisasi
semen/ kapur
Keparahan
atau
kedalaman
< 5 mm
Kerusakan Lain
Luas
(% panjang
segmen)
Kategori
Cuaca &
Lalin
>5
Semua
kategori
Curah
hujan >
1500 mm/
tahun
atau
Jenis
Keparahan
(% panjang
segmen)
Semua
retak
(cracks)
yang
terjadi
Semua
retak
(cracks)
yang
terjadi
Aktifitas Kegiatan
< 10
> 10
LHR >
1000 smp
50
Catatan
Keparahan
atau
kedalaman
Luas
(% panjang
segmen)
Kerusakan Lain
Keparahan
(% panjang
segmen)
Jenis
Curah
hujan
<1500
mm/ tahun
atau
Semua
retak
(cracks)
yang
terjadi
< 20
> 20
Semua
retak
(cracks)
yang
terjadi
LHR
<1000
smp
5-10 mm
> 10
Aktifitas Kegiatan
Kategori
Cuaca &
Lalin
Semua
kategori
51
Catatan
Kerusakan Lain
Keparahan
atau
kedalaman
Luas
(% panjang
segmen)
Kategori
Cuaca &
Lalin
> 10 mm
<5
Semua
kategori
>5
Semua
kategori
Jenis
Keparahan
(% panjang
segmen)
Retak yang
terjadi pada
alur
Semua
retak
(cracks)
yang
terjadi
Aktifitas Kegiatan
Penambalan permukaan
(Surface patching)
Retak lain
52
Catatan
Jenis
Ketebalan
Lapisan
Agregat
(Gravel
thickness)
Perubahan
bentuk
(Deformation)
dan cacat
permukaan
(Surface
deffect)
Keparahan/
kedalaman
Kerusakan Lain
Jenis
Keparahan
(%
panjang
segmen)
Semua
kategori
Pengkerikilan ulang
(regravelling)
Semua
kategori
Luas (%
panjang
segmen)
Kategori
Cuaca &
Lalin
< 50
mm
> 20
53
Aktifitas Kegiatan
Catatan
Bagian Jalan
Perkerasan Jalan
Saluran samping
Kerusakan
Keparahan
Luas
(%
panjang
segmen)
Setiap kejadian
Pembersihan kotoran
penghalang
Bekas kecelakaan
kendaraan
Setiap kejadian
Pembersihan dan
perbaikan bekas
kecelakaan kendaraan
Pendangkalan
Tergerus
Dinding saluran runtuh
54
Aktifitas Kegitan
Pemeliharaan
Catatan
Bagian Jalan
Kerusakan
Keparahan
Luas
(%
panjang
segmen)
Tergerus pada
pembuangan
Kerusakan struktur
Bangunan pelengkap jalan
Kotor
Rusak
Hilang
Perubahan bentuk
Tergerus
Pertumbuhan tanaman
yang tinggi
Terganggunya
pandangan
pengendara
55
Aktifitas Kegitan
Pemeliharaan
Catatan
56
LL-2
LL-3
LL-4
LL-5
LL-6
LL-7
LL-8
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
24
27
30
33
36
39
22
25
28
31
34
37
40
23
26
29
32
35
38
41
42
43
44
45
46
47
48
LHR
Jenis Perkerasan
LL-1
Jalan Strategis
Diperkeras
LL-2
> 1.000
Diperkeras
LL-3
500 1.000
Diperkeras
LL-4
200 500
Diperkeras
LL-5
> 200
Tidak Diperkeras
LL-6
< 200
Diperkeras
LL-7
50 200
Tidak Diperkeras
LL-8
< 50
Tidak Diperkeras
57
58
59
4.6.2. Dikontrakkan
Pada umumnya pola penanganan ini dilakukan untuk pekerjaan
pemeliharaan periodik, namun dimungkinkan juga untuk pekerjaan
pemeliharaan rutin apabila dinas teknis yang bersangkutan belum
mempunyai UPR atau peralatan yang dimiliki kurang memadai.
60
B. Jalan di Indonesia
1. Umum
Jalan merupakan satu kesatuan sistim jaringan jalan dapat
didefinisikan sebagai prasarana transportasi darat yang meliputi
segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas lalu lintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali
jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi yang merupakan urat
nadi kehidupan masyarakat mempunyai peranan penting dalam
usaha pengembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam
rangka tersebut, jalan mempunyai peranan untuk mewujudkan
sasaran pembangunan seperti pemerataan pembangunan dan hasilhasilnya, serta pertumbuhan ekonomi.
Sebagai bagian sistem transportasi nasional, jalan mempunyai
peranan yang sangat penting terutama dalam mendukung bidang
ekonomi, sosial budaya, lingkungan, politik, serta pertahanan dan
keamanan. Dari aspek ekonomi, jalan sebagai modal sosial
masyarakat merupakan katalisator diantara proses produksi, pasar,
dan konsumen akhir. Dari aspek sosial budaya, keberadaan jalan
membuka cakrawala masyarakat yang dapat menjadi wahana
perubahan sosial, membangun toleransi, dan mencairkan sekat
budaya. Dari aspek lingkungan, keberadaan jalan diperlukan untuk
mendukung pembangunan berkelanjutan, Dari aspek politik,
keberadaan jalan menghubungkan dan mengikat antardaerah,
sedangkan dari aspek pertahanan dan keamanan, keberadaan jalan
memberikan akses dan mobilitas dalam rangka penyelenggaraan
sistem pertahanan dan keamanan.
Peranan-peranan tersebut diatas sangatlah vital bagi kehidupan
bangsa karena dengan adanya jalan akan dicapai kemudahankemudahan dan keseimbangan pertumbuhan antar daerah.
61
2. Pengelompokan Jalan
Menurut Undang-undang No. 38 tahun 2004 tentang jalan, sesuai
dengan peruntukannya, jalan dibedakan atas:
Jalan Khusus
Jalan ini dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan, atau
kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri dan bukan
diperuntukkan bagi lalu lintas umum dalam rangka distrubusi
barang dan jasa yang dibutuhkannya. Termasuk Jalan khusus
tersebut antara lain adalah: jalan dalam kawasan pelabuhan, jalan
kehutanan, jalan perkebunan, jalan inspeksi pengairan, jalan di
kawasan industri, dan jalan di kawasan permukiman yang belum
diserahkan kepada pemerintah.
Jalan Umum
Jalan ini diperuntukkan bagi lalu lintas umum; jalan umum dapat
dikelompokkan menurut: sistem, fungsi, status, dan kelas.
2.1. Sistem Jaringan Jalan
Sistem jaringan jalan adalah merupakan satu kesatuan jaringan jalan
yang saling menghubungkan dan mengikat pusat-pusat
pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh
pelayanannya dalam satu hubungan hierarkis. Penyusunan sistim
jaringan jalan dilakukan dengan mengacu pada rencana tata ruang
wilayah dan dengan memperhatikan keterhubungan antar dan/ atau
di dalam kawasan perkotaan, dan kawasan pedesaan. Sistim jaringan
jalan tersebut dibedakan atas:
2.1.1. Sistim Jaringan Jalan Primer
Merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan
distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di
tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa
distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan.
Penyusunan sistem jaringan jalan primer dilakukan dengan
mengikuti rencana tata ruang dan memperhatikan keterhubungan
antarkawasan perkotaan yang merupakan pusat-pusat kegiatan
sebagai berikut:
62
Fungsi jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal dan jalan lingkungan
yang terdapat pada sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan
jalan sekunder dibedakan atas:
2.2.1. Jalan Arteri Primer
Jalan arteri primer mengubungkan antar pusat kegiatan nasional atau
antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah.
Persyaratan teknis untuk jalan ini adalah:
- Didesain berdasarkan kecepatan paling rendah 60 km/ jam,
lebar badan jalan paling rendah adalah 11 meter;
- Mempunyai kapasitas lebih besar dari volume lalu lintas ratarata;
- Lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas
ulang alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal;
- Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien;
- Tidak boleh terputus walaupun memasuki kawasan perkotaan/
pengembangan perkotaan.
2.2.2. Jalan Kolektor Primer
Jalan kolektor primer menghubungkan antarpusat kegiatan wilayah
atau menghubungkan antar pusat kegiatan wilayah dengan pusat
kegiatan lokal. Persyaratan teknis untuk jalan ini adalah:
- Didesain berdasarkan kecepatan paling rendah 40 km/ jam,
lebar badan jalan paling rendah adalah 9 meter;
- Mempunyai kapasitas lebih besar dari volume lalu lintas ratarata;
- Lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas
ulang alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal;
- Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien;
- Tidak boleh terputus walaupun memasuki kawasan perkotaan/
pengembangan perkotaan.
2.2.3. Jalan Lokal Primer
Jalan lokal primer menghubungkan pusat kegiatan nasional dengan
pusat kegiatan lingkungan atau pusat kegiatan wilayah dengan pusat
kegiatan lingkungan atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan
lokal, pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, dan
64
66
Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan
jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan
membayar tol guna pengembalian investasi, pemeliharaaan, dan
pengembangan jalan tol. Tujuan diselenggarakan jalan tol adalah
antara lain untuk meringankan beban dana pemerintah melalui
partisipasi pengguna jalan. Persyaratan jalan tol mempunyai
spesifikasi dan pelayanan yang lebih tinggi dari pada jalan umum
yang ada. Jalan tol sebagai bagian dari sistem jaringan jalan umum
merupakan lintas alternatif dan dalam keadaan tertentu, jalan tol
dapat tidak merupakan lintas alternatif.
Wewenang penyelenggaraan jalan tol berada pada Pemerintah Pusat
dan sebagian dari wewenang tersebut dilaksanakan oleh badan yang
dibentuk oleh Menteri, berada di bawah, dan bertanggung jawab
kepada Menteri. Badan tersebut adalah Badan Pengatur Jalan Tol
(BPJT) yang anggotanya terdiri atas unsur pemerintah pusat, unsur
pemangku kepentingan, dan unsur masyarakat. Sedangkan untuk
pengusahaan jalan tol dilakukan oleh Pemerintah dan/atau badan
usaha yang memenuhi persyaratan tertentu.
2.3.2. Jalan Provinsi
Merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota,
atau antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
Wewenang penyelenggaraan jalan ini dilakukan oleh Pemerintah
Provinsi.
2.3.3. Jalan Kabupaten
Merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak
termasuk pada jalan nasional dan jalan provinsi, yang
menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan,
antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan
lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem
jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis
kabupaten. Kewenangan penyelenggaraan jalan ini dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten.
2.3.4. Jalan Kota
Merupakan jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan
67
68
69
Jalan
Propinsi
8%
Jalan
Desa
43%
Jalan Kota
5%
Jalan
Kabupaten
39%
70
No
Propinsi
Jalan
Nasional
Jalan
Propinsi
Jalan
Desa
Jumlah
Nanggroe Aceh D
1,144.02
1,701.82
12,686.76
345.00
13,025.00
28,902.60
Sumatera Utara
1,305.96
2,919.72
20,743.00
2,379.00
11,658.00
39,005.68
Sumatera Barat
871.95
1,288.41
10,778.32
1,587.13
6,219.00
20,744.81
Riau
838.56
2,162.82
9,225.00
1,414.00
3,171.00
16,811.38
Jambi
853.27
1,566.68
5,126.00
408.00
3,385.00
11,338.95
Sumatera Selatan
1,006.95
1,624.99
3,754.00
770.00
6,507.00
13,662.94
Bangka Belitung
912.59
Bengkulu
750.43
1,500.29
10,508.00
1,139.69
912.59
323.00
2,776.00
15,857.72
931.00
5,428.00
10,719.92
Lampung
851.26
2,369.97
10
DKI Jakarta
153.50
1,328.99
11
Banten
456.43
12
Jawa Barat
1,062.22
1,994.41
16,221.00
915.00
17,776.00
37,968.63
13
Jawa Tengah
1,215.46
2,525.55
17,933.90
4,525.06
25,417.00
51,616.97
14
DI Yogyakarta
15
Jawa Timur
16
Bali
17
18
5,902.37
7,384.86
456.43
158.34
690.25
3,834.00
210.00
1,821.00
6,713.59
1,783.49
1,439.18
21,887.00
1,120.00
23,193.00
49,422.67
405.93
673.40
6,373.43
217.00
46,801.00
54,470.76
541.22
1,763.61
4,777.00
240.00
2,007.00
9,328.83
1,121.85
2,939.86
11,175.00
563.00
5,496.00
21,295.71
19
Kalimantan Barat
1,006.62
1,788.96
7,370.00
436.00
6,355.00
16,956.58
20
Kalimantan Tengah
1,707.53
1,059.26
4,261.00
342.00
4,768.00
12,137.79
21
Kalimantan Selatan
864.07
1,056.38
3,628.00
216.00
29,801.00
35,565.45
22
Kalimantan Timur
1,226.21
1,640.07
5,301.00
313.00
4,862.00
13,342.28
23
Sulawesi Utara
1,360.39
1,310.52
6,625.00
784.00
849.00
10,928.91
24
Gorontalo
468.22
25
Sulawesi Tengah
1,592.99
2,037.06
5,421.00
341.00
3,676.00
13,068.05
26
Sulawesi Selatan
1,669.57
1,618.51
15,905.00
496.00
10,110.00
29,799.08
27
Sulawesi Tenggara
612.60
1,487.36
4,077.00
398.00
3,334.00
9,908.96
28
Maluku
464.68
1,611.87
5,168.00
173.00
949.00
8,366.55
29
Maluku Utara
30
Irian Jaya
Jumlah Total
468.22
688.93
1,701.96
1,872.60
9,140.00
187.00
4,442.00
17,343.56
688.93
26,271.03
46,498.71
223,058.10
25,535.56
243,826.00
565,189.40
Catatan:
Untuk Propinsi Bangka Belitung Gabung Dengan Sumatera Selatan
Untuk Propinsi Banten Gabung Dengan Jawa Barat
Untuk Propinsi Gorontalo Gabung Dengan Sulawesi Utara
Untuk Propinsi Maluku Utara Gabung Dengan Maluku
Sumatera
Aspal
(%)
Tidak
Aspal
(%)
Jalan Propinsi
Total
(%)
Aspal
(%)
Tidak
Aspal
(%)
Jalan Kabupaten
Total
(%)
Aspal
(%)
Tidak
Aspal
(%)
Total
(%)
99,60
0,40
100
88,80
11,20
100
36,86
63,14
100
100
100
99,40
0,60
100
61,05
38,95
100
Kalimantan
64,10
35,90
100
73,20
26,80
100
39,46
60,54
100
Sulawesi
93,80
6,20
100
91,10
8,90
100
39,57
60,43
100
Irian
41,40
58,60
100
65,50
34,50
100
17,34
82,66
100
98
100
84,42
15,58
100
39,36
60,64
100
88,30
11,70
100
88,20
11,80
100
43,09
56,91
100
Jawa
Lainnya
Indonesia
Bagian-Bagian Jalan
2.1. Tipikal Penampang Jalan
Secara tipikal bagian-bagian jalan beraspal dan jalan tidak beraspal
dapat ditunjukan pada Gambar B.2 dan Gambar B.3. Berdasarkan
peraturan pemerintah di bidang jalan yang ada, bagian-bagian jalan
yang dimaksud tersebut meliputi ruang manfaat jalan, ruang milik
jalan, dan ruang pengawasan jalan seperti yang akan dijelaskan
berikut ini.
72
73
SALURAN PENANGKAP
PENGENDALI ARUS
SALURAN ALAM
GORONG-GORONG
SALURAN PEMBUANG
SALURAN SAMPING
BAHU
LAJUR LALU LINTAS
Gambar B.4 Bagian-bagian Jalan
74
77
Kebijakan
dan
78
Penyusunan
Pedoman
melalui sistim
dan reformasi
dalam bentuk kartu dan digital dengan susunan sesuai yang ditetapkan.
Leger jalan tersebut digunakan untuk:
- Penyusunan rencana dan program pembangunan jalan;
- Pendataan tentang sejarah perkembangan suatu ruas.
Leger jalan tersebut, sekurang-kurangnya memuat data sebagai berikut:
a. Data identitas jalan, yang meliputi:
-
Jalan
Jembatan
Terowongan
Bangunan pelengpak lainnya
Perlengkapan jalan
Tanah dasar
Luas lahan
Data perolehan
Nilai perolehan
Bukti perolehan/ sertifikat (kalau ada)
86
sesuai dengan umur rencana yang ditetapkan, yaitu: Kelas IIIA, IIIB
dan IIIC dengan muatan sumbu terberat (MST) sebesar 8 Ton.
Volume lalu lintas pada kelas jalan tersebut dikelompokkan kedalam
volume lalu lintas rendah, seperti yang ditunjukkan pada Tabel B.3.
Namun kadangkala dimungkinkan terjadi pada jalan tersebut dengan
volume lalu lintas normal. Sehingga dalam metode perencanaannya,
baik tebal perkerasan dan juga perencanaan geometriknya harus
disesuaikan dengan keadaan volume lalu lintas yang ada, yaitu volume
lalu lintas rendah(lhr 1.000 smp) atau volume lalu lintas normal
(LHR > 1.000 smp) .
Syarat minimal digunakan bila anggaran tidak mencukupi, pekerjaan
layak secara ekonomis, dan sumber daya mendukung/ memadai.
LHR
(smp)
Lebar
Perkerasan
(m)
Tipe
Permukaan
Lokal Primer
> 500
5,5
Aspal
Lokal
Sekunder
200 500
5,5
Aspal
50 200
5,5
Min Kerikil
dan Maks
Aspal
Lokal
Sekunder
< 50
5,5
Kerikil
Kelas
Jalan
Fungsi Jalan
III A
III B
III C
88
Keterangan
Tipe
Permukaan
Keterangan
Fungsi Jalan
Untuk roda 4
Untuk Roda 3/
Roda 2
Lingkungan
Primer
6,5
3,5
Min Kerikil
dan maks
Aspal (roda
4) dan maks
plesteran
semen (roda
3/ roda 2);
Lingkungan
Sekunder
6,5
3,5
Untuk jalan yang dapat dilalui roda 4, LHR direncanakan < 500 smp.
III A
Lokal Primer
III A
III B
Pusat Kecamatan
Pusat Kecamatan
Lokal Sekunder
III C
III C
Lokal Sekunder
Desa
Desa
Desa
Desa
Desa
Desa
89
KELAS III A
1000 500
KELAS III B
500 - 200
200 - 50
KELAS III C
< 50
D
2
B
2
G
2
D
1
B
1
G
1
D
1
B
1
G
1
D
1
B
1
G
1
Maks
6.0
6.0
6.0
4.5
4.5
4.5
4.5
4.5
4.5
3.5
3.5
3.5
Min
4.5
4.5
4.5
3.5
3.5
3.5
3.5
3.5
3.5
3.0
3.0
3.0
Maks
2.0
1.5
1.5
1.5
1.5
1.0
1.5
1.0
1.0
1.0
1.0
0.8
Min
1.5
1.0
0.8
1.0
1.0
0.8
1.0
0.8
0.8
0.8
0.8
0.8
Maks
10.0
9.0
9.0
8.0
7.5
6.5
7.5
6.5
6.5
5.5
5.5
5.5
5.5
5.0 4.5
12 m
10 m
4%-6%
6%-7%
4.5
LEBAR
PERKERASAN (M)
LEBAR
BAHU JALAN (M)
LEBAR
BADAN JALAN (M)
4.0
4.0
12 m
8m
4%-6%
6%-7%
Kendaraan bermotor
roda 4 yg dapat
digunakan
III A
Lebar 2,5 m,
Panjang 18 m
MST 8 ton.
III B
Lebar 2,5 m,
Panjang 12 m
MST 5 ton.
III C
Lebar 2,1 m,
Panjang 9 m
MST 3.5 ton.
MST 8 Ton
MST 5 Ton
91
Lampiran
Daftar NSPM yang terkait dengan pemeliharaan
SNI 03-1738-1989
SNI 03-1742-1989
3.
SNI 03-1743-1989
4.
SNI 03-1744-1989
5.
SNI 03-1964-1990
6.
SNI 03-1965-1990
7.
SNI 03-1966-1990
8.
SNI 03-1967-1990
9.
SNI 03-1975-1990
L.1.2. Spesifikasi
1.
SNI 03-4798-1998
2.
SNI 03-4799-1998
Sedang
3.
SNI 03-4800-1998
4.
SNI 03-6388-2000
SNI 03-1732-1989
2.
SNI 03-1737-1989
3.
SNI 03-2403-1991
4.
SNI 03-2416-1991
5.
SNI 03-2843-1992
6.
SNI 03-2844-1992
7.
SNI 03-2852-1992
8.
SNI 03-2583-1992
9.
SNI 03-3424-1994
Pd M-15-1997-03
2.
Pd M-30-1998-03
3.
SK SNI M-07-199403
4.
SK SNI M-08-199403
5.
SK SNI M-09-199403
6.
SK SNI M-10-199403
7.
Pd M-15-1998-03
8.
Pd M-27-1998-03
9.
Pd M-06-1999-03
10. Pd M-10-1999-03
11. Pd T-01-1999-03
12. Pd T-04-1999-03
13. Pd M-05-1997-03
14. Pd M-06-1997-03
15. Pd M-07-1997-03
16. Pd M-08-1997-03
17. Pd M-14-1998-03
18. Pd M-31-1998-03
19. Pd M-32-1998-03
20. 026/T/BM/1999
21. 032/T/BM/1996
22. 030/T/BM/1996
23. 030A/T/BM/1996
24. 031A/T/BM/1996
25. 034/T/BM/1997
26. 035/T/BM/1997
27. 032A/T/BM/1996
28. 03/Mn/B/1983
29. 01/PT/B/1983
30. 02/PT/B/1983
31. 03/PT/B/1983
32. 04/PT/B/1983
33. 05/PT/B/1983
34. 06/PT/B/1983
35. 07/PT/B/1983
36. 08/PT/B/1983
37. 09/PT/B/1983
38. 10/PT/B/1983
39. 11/PT/B/1983
40. 12/PT/B/1983
41. 13/PT/B/1983
42. 14/PT/B/1983
L.2.2. Spesifikasi
1.
Pd S-15-1996-03
Pd S-16-1996-03
3.
SK SNI S-02-199303
4.
Pd S-01-1997-03
5.
Pd S-15-1996-03
6.
Pd S-16-1996-03
008/T/BM/1999
2.
009/T/BM/1999
3.
023/T/BM/1999
4.
5.
05/T/BNKT/1992
6.
010/T/BM/1999
7.
024/T/BM/1999
8.
025/T/BM/1999
Kepadatan Mutlak
9.
023/T/BM/1999
L.3. Lain-lain
1.
Puslitbang Jalan,
Juni 1996
2.
3.
Report No.
SD/10, Dirjen
Bina Marga, Juni
1983
102
Daftar Pustaka
Austroads (1987), A Guide to The Visual Assessment of Pavement Condition,
ISBN 0 85588198 4, Sydney, Australia.
Asphalt Institute (1967). Asphalt in Pavement Maintenance. Manual Series
No.16 (MS-16). The Asplat Institute, College Park, Maryland, USA.
Departemen Pekerjaan Umum (2004), Buku Spesifikasi Umum Pekerjaan
Jalan, Jakarta.
Furqon Affandi (2003), Perkerasan Beton Semen Untuk Jalan dengan Lalulintas Rendah dan Menengah, Assosiasi Semen Indonesia, Jakarta.
HDM-4 Manual. Volume I Overview of HDM-4 ISBN 2-84060-059-5.
Iriansyah (2003), Campuran Aspal Beton - Bahan Pelatihan Perkerasan Jalan
dan Geoteknik, Bandung.
Kurniadji (2002), Bahan Lokakarya Penyebaranluasan Standar dan Iptek
Bidang Jalan, Bandung.
Madi Hermadi (2003), Bahan Aspal - Bahan Pelatihan Perkerasan Jalan dan
Geoteknik, Bandung.
Nyoman (2002), Manual Pekerjaan Campuran Beraspal Panas, Bandung.
Petunjuk Teknis Analisa Biaya dan Harga Satuan Pekerjaan Jalan Kabupaten
No.015/T/BT/1995, Bina Marga, Jakarta.
Richard Robinson (1998), Road Maintenance Management Concept and
System, The University and the Swedish National Road Administration,
United Kingdom.
Sjamsul Qamar (1996), Penambangan dan Pengelolaan Asbuton, One Day
Seminar on Asbuton Technology, Ujung Pandang.
Salim Mahmud (2003), Teknik Pemeliharaan Jalan - Bahan Pelatihan
Perkerasan Jalan dan Geoteknik, Bandung.
Tranggono (2004), Pengkajian Teknologi Pemeliharaan Jalan Kabupaten,
Bandung.
TRRL (1987), Overseas Road Note 1, Maintenance Management for District
Engineer, Crowthorne Berkshire, UK.
TRRL (1987), Overseas Road Note 2, Maintenance Techniques for District
Engineer, Crowthorne Berkshire, UK.
TRRL (1988), Overseas Road Note 15, Guidelines for the design and
operation of road management systems, Crowthorne Berkshire, UK.
103
TRRL (2003), Overseas Road Note 20, Management of rural road networks,
Crowthorne Berkshire, UK.
TRRL (1993), Overseas Road Note 31, Guidelines to the structural design of
bitumen-surfaced roads in tropical and sub-tropical countries, Crowthorne
Berkshire, UK.
TRL (1994), Maintenance of Roadside Areas and Drainage, International Road
Maintenance Handbook Volume I, United Kingdom.
TRL (1994), Maintenance of Unpaved Road, International Road Maintenance
Handbook Volume II, United Kingdom.
TRL (1994), Maintenance of Paved Road, International Road Maintenance
Handbook Volume III, United Kingdom.
TRL (1994), Maintenance of Structures and Traffic Control Design,
International Road Maintenance Handbook Volume IV, United Kingdom.
United Nations Economic Commission for Africa (1982), Road Maintenance
Handbook, Practical Guidelines For Road Maintenance in Africa, Volume III
Paved Road, Ministere de la Cooperation et du Development, Paris.
104
105
Indeks