Pengaruh Hujan Terhadap Bangunan
Pengaruh Hujan Terhadap Bangunan
Iklim Indonesia yang tropis lembab berbeda dengan iklim negara empat musim atau
negara dengan iklim tropis kering seperti daerah Timur Tengah. Hal ini
menyebabkan bangunan di Indonesia harus memperhatikan iklim tropis basah ini,
diantaranya adalah menyangkut tentang hujan dan bagaimana bangunan
beradaptasi dengan hujan. Tak jarang bangunan di Indonesia didesain dengan
dasar yang salah kaprah tentang bagaimana mengatasi hujan. Desain dengan gaya
modern minimalis, mediterania atau klasik yang berasal dari luar negeri sebaiknya
didesain dengan memperhatikan curah hujan yang tinggi ini.
Bagi Anda yang tinggal di daerah dengan curah hujan tinggi, beberapa hal berikut
perlu kita perhatikan dalam merancang bangunan rumah atau lainnya:
Atap bangunan yang terbaik adalah yang dapat menjadi payung bangunan,
seperti bila kita sedang memakai payung untuk berlindung saat hujan.
Atap yang mirip payung dapat melindungi, namun seperti orang yang
berpayung juga, percikan air yang jatuh ke tanah masih bisa mengenai
bagian bawah bangunan seperti kaki dinding. Hal ini menyebabkan dinding
yang terkena air hujan sebaiknya diberi lapisan trasraam (kedap air) yang
baik.
Desain atap yang terbaik yang sudah teruji adalah desain atap dengan
genteng yang memang dapat mengalirkan air hujan dengan cepat, adapun
berbagai macam genteng dan bentuknya bisa kita jumpai beraneka ragam
saat ini. Desain atap datar juga bisa digunakan, namun membutuhkan
penanganan khusus agar tidak merembes air, misalnya dengan memberikan
pelapis anti rembes. Jenis atap lain seperti rangka baja dengan penutup
galvalum juga cukup populer saat ini.
Pintu atau jendela yang terkena air hujan atau cipratannya haruslah dapat
menahan air hujan pula dalam arti dibuat dari bahan yang tahan air, misalnya
kayu yang kuat seperti kayu jati, atau bahan aluminium, UPVC dan
sebagainya.
Konstruksi bangunan dapat melemah bila terkena air hujan terus menerus,
misalnya terkena tetesan air terus menerus pada bagian struktur yang
terbuka, misalnya kolom dan balok yang terbuka. Selain itu juga dapat
menimbulkan korosi pada bahan besi yang kurang terlindung cat atau pelapis
lainnya.
Pada daerah pesisir pantai, kadar garam yang tinggi juga lebih merusak pada
material besi.
Air hujan sebaiknya bisa dibuang dari sekitar bangunan dengan membuatkan
sistem drainase yang baik. Saat ini alternatifnya juga menggunakan kembali
air hujan dengan cara menampungnya dalam tong tadah hujan untuk
digunakan keperluan lainnya seperti menyiram tanaman dan mencuci bendabenda. Biopori juga bisa dibuat pada tanah dan area sekitar taman, biopori
merupakan lubang-lubang di tanah yang dapat menyerap air hujan sehingga
tidak terlalu membuat banjir disekitar rumah.
Keretakan Dinding
Retak dinding adalah sering kali kita jumpai pada sebagian rumah. Pengadukan
konvensional yang dilakukan pada tanah (membawa campuran tanah) juga bisa
menyebabkan terjadinya keretakan.
Keretakan didinding digolongkan menjadi dua, yakni retak struktur dan retak rambut.
Retak struktur adalah keretakan yang terjadi pada dinding seperti terbelah dari atas
kebawah maupun horisontal, sedang retak rambut berupa garis-garis tipis yang
membentuk banyak pecahan.
Retak rambut sangat mudah diperbaiki, cukup dengan plamir, waterproofind dan cat
sudah bisa kita tutup retakan tersebut dengan baik. Keretakan pada dinding dapat
mengakibatkan rembesan air ke dalam ruangan yang bisa menimbulkan kerusakan
pada cat dan berkembangnya jamur dan bilamana rembesan air yang terus menerus
pada saat musim hujan maka lambat laun akan menimbulkan noda dan cat
mengelupas.
Cat Mengelupas
Mengelupasnya cat sangat dipengaruhi oleh kualitas cat yang digunakan. Perlu
anda ketahui bahwa cat bersifat makin lama makin keras, sehingga tidak dapat
mengikuti pergerakan permukaan dinding. Cat berkualitas rendah daya rekatnya
tidak maksimal sehingg bisa berakibat lapisan dempul terangkat bisa diberi lapisan
cat akhir. Demikian pula bisa kualitas dempul tidak cocok dengan cat akan
menyebabkan terjadi pengelupasan. Pengelupasan cat lebih beresiko terjadi pada
permukaan cat lama, karena cat lama yang sudah termakan usia, kualitasnya
kurang baik, dan aplikasi pengecatan yang kurang tepat.
Bagaimana mengatasinya? kita bersihkan dulu bagian cat yang mengelupas dan
kemudian ratakan permukaannya, sehingga tidak terjadi perbedaan ketebalan. Beri
lapisan cat dasar agar lapisan cat akhir dapat melekat dengan sempurna.
Noda di Plafon
Atap rumah yang bocor di waktu hujan akan menyisakan masalah di musim
selanjutnya. Dimana bahan plafon yang menggunakan tripleks atau gypsum sangat
mudah dihinggapi jamur. Ciri cirinya mudah diketahui yakni permukaan plafon
menguning dan bila dibiarkan akan menimbulkan noda hitam.
Bila plafon terbuat dari bahan tripleks, maka kita harus mengganti seluruh plafon.
Bilamana kita menggunakan gypsum, maka cukup memperbaiki area yang bernoda.
Perbaikan plafon dari bahan gypsum sangat mudah, bila area plafon yang terkena
noda tidak terlalu meluas maka cukup mengganti gypsum sesuai ukuran yang rusak.
Kemudian kita dapat mencat ulang pada seluruh area plafon sehingga area
tambalan gypsum yang rusak akan terlihat baru kembali.
HUJAN ASAM
Sejarah hujan asam :
Hujan asam dilaporkan pertama kali di Manchester, Inggris, yang menjadi kota
penting dalam Revolusi Industri. Pada tahun 1852, Robert Angus Smith menemukan
hubungan antara hujan asam dengan polusi udara. Istilah hujan asam tersebut mulai
digunakannya pada tahun 1872. Ia mengamati bahwa hujan asam dapat mengarah
pada kehancuran alam.
Walaupun hujan asam ditemukan pada tahun 1852, baru pada tahun 1970-an para
ilmuwan mulai mengadakan banyak melakukan penelitian mengenai fenomena ini.
Kesadaran masyarakat akan hujan asam di Amerika Serikat meningkat pada tahun
1990-an setelah di New York Times memuat laporan dari Hubbard Brook
Experimental Forest di New Hampshire tentang banyaknya kerusakan lingkungan
yang diakibatkan oleh hujan asam.
Gerakan angin tersebut ada yang bersifat makro, yakni yang mempunyai daerah
sebab musabab antarbenua dan antarsamudra, jadi berkawasan gerak yang sangat
luas. Lainnya adalah mikro atau lebih baik disebut angin-angin lokal.
TEKANAN DAN HISAPAN ANGIN
Sering orang-orang Jawa kuno dikeritik oleh kaum teknik, karena mereka membuat
konstruksi soko-guru dan balok-balok tumpuk pada rumah-rumah atau pendopopendopo joglo jawa kuno, yang dianggapnya menghamburkan kayu dan karenanya
mahal. Maka pernah suatu lembaga resmi membuat pendopo joglo dengan
konstruksi ringan dan ekonomis. Satu kali terkena angin kencang dan
merubuhkannya. Ternyata arsitek nenek moyang kita lebih hebat terhadap pengaruh
angin dan hisapan angin.
Cara-cara untuk mengatasinya adalah
a. Buatlah tanggul atau perisai di luar rumah, di tepi halaman misalnya dengan
penanaman pohon-pohon yang tepat untuk dijadikan perisai. Pohon yang paling
ideal adalah yang cepat bertumbuh tetapi berumur awet, akarnya kuat menahan
angin dan kayunya elastic, daunnya kecil dan halus, luwes atau elastic juga
menahan tekanan angin tanpa mudah rontok dan patah, sedapat mungkin berguna
atau sedikitnya tidak mengurangi kesuburan tanah. Dari segi fisik, pohon-pohoin
cemara yang tinggi yang ditanam rapat sungguh sangat baik dijadikan dinding
penaggulangan angin. Akar-akarnya kuat dan hampir tidak bias tumbang. Lagi ia
praktis sebagai penahan halilintar.
b. Pilihlah tanah persil yang terlindung pada lereng di belakang gunung dan
sebagainya, yang sebenarnya juga berprinsip sebagai perisai. Dari penyelidikan
angin local, orang dapat menarik kesimpulan tempat-tempat mana yang terkena
angin.
c. Dari penelitian tanah di sekitar rumah yang aka dibangun, orang dapat
memanfaatkan efek rem dari tanah yang tidak rata atau penuh dengan pohon dan
predu semak-semak. Sehingga angin yang dating sudah terhambat dan
kecepatannya berkrang.
d. Buatlah gedung yang relative rendah untuk untuk daerah-daerah angin kencang,
dengan atap yang tidak berlereng curam.
e. Bentuk dan konstruksi gedung pun harus diwujudkan begitu rupa, sehingga dayadaya tekanan positif di pihak angin mendapat sanggahan yang memadai dan
berfungsi sebagai perisai juga. Sedangkan di pihak hisapan negative daya hisap di
jawab dengan daya tarik menahan bagian-bagian yang mudah terpental keluar.
Gambar 1. Pohon-pohon cemara yang tinggi dan yang ditanam rapat sungguh baik
dijadikan dinding penanggulangan angin. Akar-akarnya kuat bertahan dan hampir
tidak bisa tumbang. Juga praktis dapat berfungsi sebagai penyalur/penahan bahaya
petir.
Gejala
Asap mengepul vertical
Arah angin tampak dari serabut-serabut
lepas dari asap.
Angin terasa di wajah. Daun berisik. Kepulan
asap condong menunjukkan arah angin
Daun dan ranting kecil bergerak terus dan
dapat mengibarkan bendera ringan.
Menghambur debu dan menerbangkan
kertas.
Pohon-pohon kecil bergoyang
Cabang-cabang besar pohon bergerak.
Payung sulit dikuasai
Kecepatan
(mph)
<1
kmph
4,6
13
1,6 4,8
47
6,4 11,2
8 12
12,8 19,2
13 18
20,8 29,6
19 24
31,2 39,2
25 31
40,8 50,4
32 38
52 61,6
39 46
63,2 74,4
47 54
76 87,2
11
64 75
12
> 75
7
8
9
10
55 63
88,8
103,6
105,2
120
120
BEBAN ANGIN
Besarnya beban angin yang bekerja pada struktur bangunan tergantung dari
kecepatan angin, rapat massa udara, letak geografis, bentuk dan ketinggian
bangunan, serta kekakuan struktur. Bangunan yang berada pada lintasan angin,
akan menyebabkan angin berbelok atau dapat berhenti. Sebagai akibatnya, energi
kinetik dari angin akan berubah menjadi energi potensial, yang berupa tekanan atau
hisapan pada bangunan.
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi besarnya tekanan dan hisapan pada
bangunan pada saat angin bergerak adalah kecepatan angin. Besarnya kecepatan
angin berbeda-beda untuk setiap lokasi geografi. Kecepatan angin rencana biasanya
didasarkan untuk periode ulang 50 tahun. Karena kecepatan angin akan semakin
tinggi dengan ketinggian di atas tanah, maka tinggi kecepatan rencana juga
demikian. Selain itu perlu juga diperhatikan apakah bangunan itu terle tak di
perkotaan atau di pedesaan. Seandainya kecepatan angin telah diketahui, tekanan
angin yang bekerja pada bagunan dapat ditentukan dan dinyatakan dalam gaya
statis ekuivalen.
Pola pergerakan angin yang sebenarnya di sekitar bangunan sangat rumit, tetapi
konfigurasinya telah banyak dipelajari serta ditabelkan. Karena untuk suatu
bangunan, angin menyebabkan tekanan maupun hisapan, maka ada koefisien
khusus untuk tekanan dan hisapan angin yang ditabelkan untuk berbagai lokasi
pada bangunan.
Untuk memperhitungkan pengaruh dari angin pada struktur bangunan, pedoman
yang berlaku di Indonesia mensyaratkan beberapa hal sebagai berikut:
- Tekanan tiup angin harus diambil minimum 25 kg/m.
- Tekanan tiup angin di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai, harus
diambil minimum 40 kg/m.
Untuk tempat-tempat dimana terdapat kecepatan angin yang mungkin
mengakibatkan tekanan tiup yang lebih besar. Tekanan tiup angin (p) dapat
ditentukan berdasarkan rumus empris:
p = V/16 (kg/m)
dimana V adalah kecepatan angin dalam satuan m/detik.
Berhubung beban angin akan menimbulkan tekanan dan hisapan, maka
berdasarkan percobaan-percobaan, telah ditentukan koefisien-koefisien bentuk
tekanan dan hisapan untuk berbagai tipe bangunan dan atap. Tujuan dari
penggunaan koefisien-koefisien ini adalah untuk menyederhanakan analisis.
Sebagai contoh, pada bangunan gedung tertutup, selain dinding bangunan, struktur
atap bangunan juga akan mengalami tekanan dan hisapan angin, dimana besarnya
tergantung dari bentuk dan kemiringan atap (Gambar 4). Pada bangunan gedung
yang tertutup dan rumah tinggal dengan tinggi tidak lebih dari 16 m, dengan lantailantai dan dinding-dinding yang memberikan kekakuan yang cukup, struktur
utamanya (portal) tidak perlu diperhitungkan terhadap angin.
Pada pembahasan di atas, penga ruh angin pada bangunan dianggap sebagai
beban-beban statis. Namun perilaku dinamis sebenarnya dari angin, merupakan hal
yang sangat penting. Efek dinamis dari angin dapat muncul dengan berbagai cara.
Salah satunya adalah bahwa angin sangat jarang dijumpai dalam keadaan tetap
(steadystate). Dengan demikian, bangunan gedung dapat mengalami beban yang
berbalik arah. Hal ini khususnya terjadi jika gedung berada di daerah perkotaan.
Seperti diperlihatkan pada Gambar 3, pola aliran udara di sekitar gedung tidak
teratur. Jika gedung-gedung terletak pada lokasi yang berdekatan, pola angin
menjadi semakin kompleks karena dapat terjadi suatu aliran yang turbulen di antara
gedung-gedung tersebut. Aksi angin tersebut dapat menyebabkan terjadinya
goyangan pada gedung ke berbagai arah.
Angin dapat menyebabkan respons dinamis pada bangunan sekalipun angin dalam
keadaan mempunyai kecepatan yang konstan. Hal ini dapat terjadi khususnya pada
struktur-struktur yang actore fleksibel, seperti struktur atap yang menggunakan
kabel. Angin dapat menyebabkan berbagai distribusi gaya pada permukaan atap,
yang pada gulirannya dapat menyebabkan terjadinya perubahan bentuk, baik
perubahan kecil maupun perubahan yang besar. Bentuk baru tersebut dapat
menyebabkan distribusi tekanan maupun tarikan yang berbeda, yang juga dapat
menyebabkan perubahan bentuk. Sebagai akibatnya, terjadi gerakan konstan atau
flutter (getaran) pada atap. Masalah flutter pada atap merupakan hal penting dalam
mendesain struktur fleksibel tersebut. Teknik mengontrol fenomena flutter pada atap
mempunyai implikasi yang cukup besar dalam desain. Dengan Efek dinamis angin
juga merupakan masalah pada struktur bangunan gedung bertingkat banyak, karena
adanya fenomena resonansi yang dapat terjadi.
KECEPATAN ANGIN
Secara umum, kecepatan angin terus bertambah seiring dengan pertambahan
ketinggiannya, seperti yang ditunjukkan pada gambar. Tingkat pertambahan
kecepatan angin ini merupakan faktor dari kekasaran tanah, yang awalnya
diperlambat dari tanah hingga makin cepat sesuai pertambahan ketinggian. Semakin
banyak halangan pada keadaan sekeliling (pohon, gedung, rumah, dsb), ketinggian
yang diperlukan angin untuk mencapai kecepatan maksimum (Vmax) juga semakin
besar.
pada jarak 3 4 meter dan kolom perkuatan yang miring posisinya pada jarak 6 8
meter, serta menggunakan slop dan balok atas dinding.
2. Lokasi terlindungi. Bangunan berada pada permukaan tanah yang lebih rendah,
sehingga angin yang bergerak tertahan oleh permukaan tanah yang tinggi.
3. Menanam pohon pada jarak yang cukup (minimal 6 meter) dari bangunan.
4. Ketinggian bangunan dan penggunaan atap yang tidak curam.
5. Membangun bangunan baru atau rumah atau lainnya, memerhatikan persyaratan
penting, yaitu:
- Lebar atau bentang bangunan idealnya
- Bahan kerangka bangunan
- Hubungan antar unsur (slop, kolom, balok ring, dll)
- Hubungan kuda-kuda dengan ring balok
- Bahan kuda-kuda dengan menggunakan baja atau kayu
- Terjadi momen pada hubungan kuda-kuda dan ring balok.