Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM DIGITAL FOTOGRAMETRI DASAR

ACARA I
Nama : Ridho Dwi Dharmawan
NIM

: 13/3467915/GE/7546

Nilai Total:

Asisten : 1. Yudhistira Tri Nurteisa


2. Yosi Nuki Fitra P.
Tanggal : 4 November 2014

1)

Mengapa foto udara perlu dilakukan koreksi?


Ketika dilakukan suatu pemotretan foto udara banyak terjadi gangguan yang tidak
dapat dihindari. Foto udara yang dihasilkan pasti mengalami distorsi yang
diakibatkan oleh kamera maupun faktor eksrenal lain yang mempengaruhi
pemotretan udara. Distorsi ini menyebabkan kesalahan informasi yang diperoleh
dari foto udara untuk keperluan pengukuran sehingga pengukuran menjadi tidak
akurat. Oleh karena itu, sebelum melakukan pemrosesan foto udara, diperlukan
koreksi terlebih dahulu untuk meminimalkan distorsi tersebut.
Nilai

2)

Apa saja distorsi yang terjadi, bagaimana cara koreksi distorsi tersebut? Silakan boleh
disertai gambar penjelasan!
A. Faktor dalam
a. Distorsi lensa
Distorsi lensa merupakan kesalahan pada foto yang disebabkan karena pengaruh
dari lensa kamera yang digunakan. Lensa memiliki kecenderungan
membengkokan perjalanan sinar sehingga tidak jatuh pada posisi yang tepat
pada bidang fokal. Distorsi lensa ini akan menyebabkan bergesernya titik pada
foto dari posisi yang sebenarnya, sehingga akan memberikan ketelitian
pengukuran yang kurang baik, namun tidak mempengaruhi kualitas spektral dan
atau ketajaman citra yang dihasilkan. Distorsi lensa ini dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu :
a) Distorsi Radial
Radial Lens Distortion terjadi karena adanya perubahan arah sinar setelah
melalui perspektif center yang tidak lain merupakan pusat lensa. Perubahan
arah sinar ini terjadi karena adanya sudut offaxial pada kamera dan adanya
kekurangsempurnaan pada manufaktur lensa. Distorsi ini akan terjadi
sepanjang arah garis radial dari principal point. Semakin jauh jarak radial dari
principal point maka semakin besar pula besarnya pergeseran titik pada foto
yang diakibatkan karena distorsi radial ini.
Besarnya distorsi radial pada suatu titik di foto dapat dinyatakan dengan
rumus berikut (Ayman):
x = r * (x xp) / r
y = r * (y yp) / r
Dimana r dapat dihitung dengan rumus berikut :

LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI DASAR | Ridho Dwi Dharmawan

r = K1 r3 + K2 r5 + K3 r7
Distorsi ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu distori Barel dan distorsi
Pin Chusion. Distorsi Barel biasanya ternjadi pada kamera dengan lensa Wide
Angle sedangkan distorsi Pin Chusion biasa terjadi pada kamera dengan Tele
(teropong).

Gambar 1. Distorsi Radial

Corrected Image
Barrel Distorsion
Pin Chusion Distortion
b) Distorsi Tangensial
Distorsi Tangensial ini disebabkan karena adanya ketidakselarasan
komponen pada sistem lensa. Ketidakselarasan ini menyebabkan proyeksi
sinar dari masingmasing pusat lensa tidak berada pada satu garis lurus
sehingga bayangan sinar tidak jatuh pada lokasi yang semestinya pada foto.

Gambar 2. Distorsi Tangenial


Besarnya pergeseran (Ayman) :
x = (1 + p3 r2) {p1 (r2 + 2x2) + 2 p2 x y}
y = (1 + p3 r2) {2 p1 x y + p2 (r2 + 2y2)}
Dimana :
r = {( x xp)2 + (y yp)2}0.5
x = x xp
y = y yp

LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI DASAR | Ridho Dwi Dharmawan

Distorsi Tangensial
b. Pergerakan Wahana
Wahana pemotretan udara sangat rentan dengan berbagai gangguan seperti
misalnya angin. Adanya gangguan ini akan menyebabkan pergerakan wahana
yang tidak stabil yang menyebabkan pula pada pergerakan kamera yang dibawa
sehingga akan terjadi berbagai distorsi pada foto hasil pemotretan. Distorsi ini
berupa perubahan skala dan rotasi pada foto udara (omega, phi dan kappa).
Perubahan skala terjadi akibat adanya saat wahana mengalami perubahan
ketinggian terbang.
c. Perspective Projection
Kamera akan memproyeksikan semua berkas sinar dengan system proyeksi
sentral dimana pusat lensa merupakan pusat proyeksinya.

Gambar 8. Perbandingan Proyeksi Orthogonal pada Peta dan Proyeksi Sentral


pada Foto Udara
Proyeksi sentral ini pula lah yang menyebabkan adanya relief displacement.
Relief displacement merupakan perpindahan obyek pada foto udara yang
diakibatkan karena adanya perbedaan ketinggian pada obyek yang terekam.
Semakin tinggi obyek dan semakin jauh jarak radial obyek tersebut dari principal
point maka semakin besar pula perpindahannya akibat relief displacement ini.
Besarnya pergeseran dapat dihitung dengan rumus:
d=
d = perpindahan letak lcarena relief
h = tinggi objek di atas datum, yang gambarnya mengalami perpindahan
r = jarak radial antara titik pusat foto udara ke gambaran objek yang mengalami
perpindahan letak (satuan ukuran d dan r harus sama).
H = tinggi terbang di atas bidang datum yang dipilih unruk pengukuran h.
B. Faktor Luar
a. Atmospheric Refractionraksi
Distorsi yang diakibatkan karena refraksi atmosfer diakibatkan karena perjalanan
sinar menuju perspective center (pusat lensa) melewati berbagai lapisan dengan

LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI DASAR | Ridho Dwi Dharmawan

suhu, tekanan dan kelembaban yang berbeda. Masing masing lapisan ini
memiliki index bias yang berbedabeda pula, sehingga perjalanan sinar dari
obyek di bumi menuju perspective center tidak akan lurus sebagaimana
mestinya. Distorsi ini akan terjadi sepanjang arah garis radial dari titik nadir.
Semakin jauh dari titik nadir, maka distorsi yang terjadi juga akan semakin besar.

Gambar 4. Refraksi Atmosfer


Besarnya distorsi akibat refraksi atmosfer ini dapat dituliskan dalam persamaan
matematis sebagai berikut :
r = k r {1 + r2 / c2}
Dimana k merupakan koefisien refraksi atmosfer pada saat pemotretan. Perlu
diketahui bahwa persamaan ini hanya bisa diterapkan pada foto udara vertikal
yang benar benar tegak. Sehingga akan sulit dilakukan koreksi distorsi refraksi
atmosfer pada foto udara sendeng (oblique). Adapun besarnya perpindahan
letak posisi titik pada foto dapat dihitung dengan rumus berikut ini:
x = k x (r2 / c2 + 1)
y = k y (r2 / c2 + 1)
b. Efek Kelengkungan Bumi (Earth Curvature)
Permukaan bumi yang melengkung akan menyebabkan distorsi pula pada hasil
pemotretan udara sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 6. Semakin luas
daerah yang tercover pada suatu frame foto maka akan semakin besar pula
distorsi yang diakibatkan kelengkungan bumi.

Besarnya distorsi dapat dihitung dengan rumus:

H = tinggi terbang
r = jarak titik dari principal point
R = radius bumi
f = principal distance
Nilai

LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI DASAR | Ridho Dwi Dharmawan

3)

Jelaskan hasil Foto Udara sebelum dan sesudah dilakukan koreksi! Harap sertai dengan
penjelasan dan gambar!
Gambar sebelum koreksi

Gambar setelah koreksi

Penjelasan :

Penjelasan

Nilai

4) Pada masing-masing foto udara sebelum dikoreksi dan setelah dikoreksi buatlah garis
diagonal dari masing-masing sudut foto udara tersebut untuk menentukan letak
Principal Point. Ukurlah jarak minimal 3 obyek dari titik tersebut kemudian masukkan
pada tabel!

LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI DASAR | Ridho Dwi Dharmawan

5)

Saat melakukan koreksi, Anda mendapatkan jendela CAMERA VIEWER, silakan


printscreen jendela tersebut, dan jelaskan artinya
1
2
3
4
5

Keterangan:
1. Model kamera yang digunakan
2. Panjang fokus kamera sebenarnya
3. Ukuran format sensor kamera yang digunakan
4. Koordinat titik prinsipal pada foto
5. Distorsi lensa yang terjadi
Nilai

6)

Apa saja faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keakuratan koreksi foto udara?
Faktor yang mempengaruhi keakuratan koreksi
a. Parameter yang digunakan untuk koreksi
b. Jenis distorsi yang terjadi pada foto udara
c. Metode pengkoreksian
d. Jenis kamera
Nilai

LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI DASAR | Ridho Dwi Dharmawan

7)

Jelaskan tips agar proses koreksi efektif dan efisien!


Sebelum melakukan koreksi foto udara sebaiknya diketahui terlebih dahulu distorsi
yang terjadi. Meminimalkan distrosi merupakan tujuan utama dari koreksi foto
udara sehingga akan lebih efiesien jika jenis distorsi sudah diketahui. Selain itu,
agar koreksi foto lebih efektif diakukan pengaturan parameter koreksi untuk
mengoptimalkan proses pengkoreksian.
Nilai

LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI DASAR | Ridho Dwi Dharmawan

Anda mungkin juga menyukai