Anda di halaman 1dari 27

info NTT

Blog 404 - Kliping Internet Provinsi NTT

Beranda
Pemprov
Portal RI
Pos Kupang
NTT Terkini
Wikipedia
Undana

Jumat, 11 Februari 2011


Kabupaten Timor Tengah Utara Kaya Potensi Pariwisata Minim Promosi
Laporan Silnusa, Ako Uskono, Zeth Besie. Ditulis oleh Alex
Kefamenanu, NTT Online - Timor Tengah Utara (TTU) memiliki keaneka-ragaman sumber daya
alam maupun sumber daya budaya. Potensi ini dapat ditumbuh kembangkan untuk pembangunan
kepariwisataan daerah guna peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tapi, mengapa dibiarkan
tertidur

Kabupaten TTU merupakan salah satu Kabupaten dari 20 Kabuaten/Kota yang ada di Propinsi
Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan ibukotanya Kefamenanu. Letaknya di tengah Pulau Timor,
bagian utara yang berbatasan langsung dengan wilayah Ambenu, Daerah Enklave Republic
Demokratik Timot Leste (RDTL).

Di Kabupten ini memiliki beraneka ragam kekayaan sumber daya alam maupun sumber daya
budaya, yang dapat ditumbuh kembangkan untuk pembangunan kepariwisataan daerah dan untuk
mewujudkannya, diperlukan sumberdaya manusia yang berkualitas, profesional, kreatif, inisiatif
dan inovatif disertai perencanaan dan program rill serta terpadu.

Seluruh potensi aneka kekayaan alam, budaya dan religius serta sejumlah daya dukung
kepariwisataan di TTU seakan sedag merentang tawa, mengulas senyum untuk didatangi,
dikunjungi bahkan untuk berinvestasi di sub sektor pariwisata.
Luas wilayah Kabupaten TTU adalah 2.669,70 Km atau 266,970 Ha. Dari segi astronomis,
daerah ini terbentang antara 124 0402 sampai 24 4600 Bujur Timur; dan antara 9 0248
sampai 9 3736 Lintang Selatan. Sebelah Utara berbatasan dengan Ambenu (daerah Enclave
RDTL), Selatan dengan Kabupaten Timor Tengah Selatan; Timur dengan Kabupaten Belu dan
Barat dengan Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kupang.
Dari aspek klimatologi, suhu udara di Kabupaten ini sangat bervariasi tergantung curah hujan
setiap tahun.Keadaan curah hujan yang tidak menentu sangat berpengaruh terhadap pergantian
musim serta aktivitas manusia.
Faktor-faktor penyebabnya antara lain topografi wilayah yang bergunung-gunung, berbukitbukit, diselang-selingi dataran-dataran rendah dan padang-padang sabana. Faktor lain, barangkali
kondisi lingkungan hidup khususnya dunia flora/ vegetasi yang tidak seimbang, turut
menentukan variabilitas iklim tersebut.

Dari aspek kependudukan. berbagai tradisi lisan dan tulisan sejarah serta laporan etnografis,
penduduk di Kabupaten TTU menunjukkan hasil pembauran berbagai ras dan kelompok etnis
yang berlangsung sejak awal mula. Ada penduduk asli (Melenesia), penduduk migran
(Austronesia dan deutro Malayu), penduduk keturunan campuran (Topasses), para pedagang dan
sebagainya.
Pembauran ini berlangsung demikian lama berabad-abad lampau dan tanpa terasa telah
membentuk penduduk di kabupaten ini. Walau demikian, di antara banyak kesamaan, terdapat
pula perbedaan-perbedaan di antara penduduk terutama di tiga wilayah besar dalam Kabupaten
TTU (Biboki, Insana, Miomaffo). Dan untuk menelusurinya kembali, diperlukan studi-studi
historiografi dan etnografis yang intensif.
Ditinjau dari bahasa daerah, penduduk di TTU sehari-harinya menggunakan Bahasa Dawan
Atoni, yang lazimnya disebut Laes Meto, Uab Meto atau Molok Meto. Pemakaian bahsa ini
cukup umum, namun ada pula perbedaan-perbedaan ciri khas etnis Biboki, Insana dan
Miomaffo, maka dari pemakaian bahasa ini nampaknya ciri khas pembedanya berupa dialek/
logat: Miomaffo Barat, Miomaffo Timur, Noemuti, Insana, dan Biboki. Dengan kata lain dari
pengucapan kata-kata, kita dapat membedakan identitas etnis seseorang.
Dalam kehidupan sehari-hari, selain laes meto, uab meto, atau molok meto ini, sebagian besar
masyarakat juga menggunakan alat bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dengan sesama
manusia, sebagai bahasa nasional.
Sosial Budaya
Masih terlestarinya berbagai potensi wisata budaya dan religius serta wisata alam, dibenarkan
oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadis Budpar) Kabupaten TTU, Wilybrodus
Apaut.
Kepada NTT Online di ruang kerjanya, Sabtu (23/05/09) lalu, Kadis Budpar TTU, Wilybrodus
Apaut menjelaskan, manusia dikenal dan dipahami dari kebudayaannya. Segala tutur kata dan
perilakunya adalah ekspresi-ekspresi pola dan tingkat budaya yang dihayatinya.
Sebagai makluk rasional, Atoin meto di Kabupaten Timr Tengah Utara memiliki wujud fisik/
material kebudayaan seperti; rumah, peralatan/ perlengkapan hidup, senjata, rumah dan
sebagainya.
Sistem nilai budaya diekspresikan melalui pranata-pranata; (1) Pranata Kekerabatan; (2) Pranata
Ekonomis; (3) Pranata Pendidikan; (4) Pranata Politis; (5) Pranata Seni; (6) Pranata Keagamaan;
(7) Pranata Jasmani; (8) Pranata Ilmiah (sistem Kearifan lokal).
Sumber semua wujud kebudayaan di atas, jelas Wilybrodus Apaut, adalah ide atau gagasan, adat
istiadat, norma-norma dan nilai-nilai sebagai landasan filosofis, etis dan moral kebudayaan Atoin
meto di Kabupaten Timor Tengah Utara.

Maka eksistensi Atoin Timor dan realitas kebudayaannya dapat dirangkum dalam pikiran bahwa
ia lahir dari methologi, dari methologi ia menciptakan simbol-simbol yang membahasakan atau
mengungkapkan makna seluruh realitas masa lampau.
Dalam kehidupan sehari-hari, ia berperilaku dalam tindakan-tindakan simbolis yang
mengaktualisasikan relasinya dengan masa lampau demi arti dan makna sebuah kehidupan.
Realitas sosial menunjukkan bahwa kehidupannya di dalam masyarakat tersusun dalam strukturstruktur. Ada pemimpin; pembantu pimpinan dan bawahan (rakyat). Relasinya dengan sesama
manusia dilihat dalam kerangka hubunga kekerabatannya yang berpengaruh kuat pada pranata
lainnya.
Agama dan Kepercayaan Asli
Menurut data statistik, jelas Wilybrodus Apaut, mayoritas penduduk di Kabupaten Timor Tengah
Utara menganut Agama Katolik, Kristen Protestan, Islam, Hindu dan Buddha. Namun dalm
kenyatan, agama Katolik misalnya masih terus diberangi system kepercayaan asli tehadap usi
neon (Wujud Tertinggi); Arwah nenek Moyang; Dewi Bumi dan Dewa Air serta adanya Roh-roh
Halus.
Sistem kepercayaan asli inilah, jelas Kadis Wilybrodus Apaut, yang mewarnai segala perilaku
dan tindakan ritual sepanjang fase kehidupan (lahir, kawin, mati) dan aktifitas-aktifitas
ekonomisnya (upacara-upacara ritual menurut kalender pertanian).
Dunia kehidupan Atoin Meto, jelas Kadis Budpar, terdiri dari dunia fana dan dunia baka. Karena
itu ada juga kepercayaan akan hidup sesudah kematin, dimaksudkan agar arwah orang mati dapat
hidup layak di dunia para arwah di alam baka.
Pemerintahan
Kabuapten Timor Tengah Utara meliputi tiga wilayah yakni Biboki, Insana, dan Miomaffo
(bekas-bekas swapraja di Jaman belanda). Di jaman pemerintahan sekarang, terdapat 24
kecamatan, 143 desa dan 31 kelurahan.
Kefamenanu adalah Ibu Kota Kabupaten Timor tengah Utara, tentu menjadi pula pusaat
pertumbuhan dan perkembangan pembangunan dari multi aspek. Mulai dari aspek pemerintahan,
pendidikan, pos dan telekomunikasi, ekonomi, pertahanan dan keamanan, agama, infrastruktur
dan transportasisampai kebudayaan dan pariwisata.
Dengan kata lain, kefamenanu juga menjadi pusat pelayanan publik yang menjangkau seluruh
aspek kehidupan sosial. Berkaitan dengan itu, jika TTU sebagai salah satu daerah tujuan wisata
di Propinsi Nusa Tenggara Timur, sudah pasti kefamenanu menjadi destinasi utamanya.
Walaupun demikian, jika diterawang dari karakter layanan wisatanya, Kefamenanu pada level
lokal dan regional lebih tepat dijadikan sebagai tempat wisata MICE (Meeting, Insentive,
Converence and Exhibition).

Hal itu dimungkinkan oleh kelengkapan berbagai prasarana dan sarana (jaringan jalan, listrik,
telepon dan Air), tersedianya aneka usaha jasa layanan wisata (Biro Perjalanan, Hotel,
Restaurant dan Balai Konvensi) dan didukung pula oleh kelengkapan fasilitas publik yang
memadai (Bank, Money Changer, Kantor Post, Pasar, Terminal, Pusat Pertokoan, Rumah Sakit,
Pos Polisi, Universitas dan sebainya).
Potensi Wisata
Ada beraneka ragam potensi objek wisata di Kabupaten Timur Tengah Utara. Banyaknya obyek
atau potensi tersebut mendorong Pemerintah Kabupaten TTU membentuk Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata (Budpar) pada tahun 2001 untuk menyelenggarakan kegiatan pelestarian, promosi
dan pengembangannya.
Wilybrodus Apaut mengemukakan, setelah terbentuknya Dinas Budpar, ada dua hal pokok yang
menjadi pilar utama yang harus dilakukan. Pertama, aspek kebudayaan. Kebudayaan bisa
menjadi menarik kalau dilestarikan dan dibina serta dipasarkan. Kedua, aspek kepariwisataan.
Kebudayaan akan menjadi menarik bila dinikmati oleh banyak orang.
Kebudayaan tidak hanya menjadi ritus yang seremonial belaka tetapi bisa lebih dari itu yakni
menjadi suatu daya tarik tersendiri bagi umat manusia.
Agar kebudayaan bisa menjadi salah satu aset pariwisata yang menarik, jelas Kadis Budpar TTU,
pihaknya ke depan akan bekerja sama dengan media cetak dan elektronik guna pemasaran atau
promosi.
Wilybrodus Apaut juga tak mengelak kalau dibilang pariwisata TTU terlihat mati suri. Penilaian
semacam itu, menurutnya, adalah suatu kenyataan. Untuk menghidupkan dan
mengembangkannya butuh partisipasi semua pihak dan butuh dukungan media cetak.
Kami butuh sumbangan pemikiran dari teman-teman media cetak dalam hal promosi dan
pengembangan pariwisata di daerah, ujar Wilybrodus Apaut.
Berbicara tentang keanekaragaman potensi pariwisata, jelas Kadis Bupdar TTU, pihaknya telah
mengelompokannya berdasarkan jenis antara lain objek wisata alam dan objek wisata religius,
objek wisata tantangan dan objek wisata minat khusus.
Di samping itu, ada objek wisata alam seperti panorama alam berupa air tarjun, gua-gua,
kawasan pegunungan hutan dan berbagai jenis tumbuhan dan dunia fauna yang penuh
mempesona, menjanjikan satu kunjungan ilmiah yang tak pernah habis.
Perkampungan tradisional, rumah-rumah adat, barang-barang peninggalan historis dan
sebagainya adalah situs dan benda cagar budaya yang tak terkira nilainya.
Sepanjang tahun, jelas Wilybrodus Apaut perayaan upacara-upacara adat, atraksi-atraksi seni
budaya, pengelaran pacuan kuda dan berbagai perlombaan olah raga tradisional adalah festival-

festival yang sangat mengagumkan penuh pesona hiburan yang tak terlupakan.
Semuanya sangat resprentif dan mulai terkenal yang membutuhkan polesan untuk
pengembangan dan pemasarannya.
Dana Terbatas
Kepala Bidang (Kabid) Kepariwisataan Dinas Budpar TTU, Drs. Hendrikus Saunoah, M.Hum,
mengatakan, persoalan utama yang dihadapi Dinas Budpar TTU adalah tebatasnya dana. Akibat
terbatasnya dana, membuat pihaknya tak bisa bekerja maksimal. Selama ini, Dinas Budpar hanya
bisa melakukan pendataan atau inventarisasi objek wisata.
Persoalan lainnya adalah Pemda TTU menjadikan Dinas Budpar bukan sebagai leading sector
tetapi hanya sebagai dinas penunjang saja. Namun, walaupun keadaannya seperti itu, kata Kabid
Kepariwisataan, pihaknya tak pernah mengenal kata mundur, tetapi akan tetap berusaha.
Kami sudah lakukan pendataan aset. Saat mau melakukan penataan, kami tak ada dana. Tapi
kami sudah memulainya dengan penulisan Buku Dari Noetoko Ke Kefamenanu yang terbit pada
tahun 2005 dengan oplah 1000 eksemplar, dan Buku tentang Lopo yang terbit tahun 2006
dengan oplah 1000 eksemplar, ujarnya.
Selain buku, jelas Hendrik Saunoah, Dinas Budpar TTU juga mencetak leaflet tentang Upacara
Kurek di Noemuti. Buku dan leaflet sudah disebarkan ke Dinas Budpar Propinsi NTT, Badan
Perpustakaan Negara di Kupang, Kantor Perpustakaan Negara di Pusat dan Kementerian Budpar
RI di Jakarta.
Ke depan, kata Kabid Kepariwisataan, pihaknya akan memperindah objek wisata dengan sarana
dan prasarana pendukung. Selama ini, di setiap objek tak dilengkapi dengan sarana pendukung
pariwisata. Selain itu, pihaknya juga akan mendirikan pusat-pusat souvenir sebagai cinderamata
bagi wisatawan yang datang berkunjung.
Agenda lain ke depam, kata Hendrik Saunoah, Dinas Budpar akan menyelenggarakan event
tahunan seperti di bidang pertanian ada upacara memasuki kebun, tanam hingga panen. Ada
pesta panen, injak padi, ikat jagung atau budaya bertani.
Hendrik Saunoah, menambahkan, selama ini yang menjadi andalan wisata di TTU ada tiga yakni
Tanjung Bastian, Pengembangan Kota Terpadu atau Kota Satelit di Wini dan Kolam Oeluan
sebagai tempat pemandian. Objek wisata Tanjung Bastian mempunyai nilai lebih karena berada
di perbatasan dekat dengan Kota Satelit di Wini dan masuk dalam wilayah pengembangan kota
terpadu (KTM).
Begitu orang masuk ke Kota Satelit langsung bisa melihat Tanjung Bastian," ujarnya.
Ditambahkannya, untuk mendukung pengembangan Tanjung Bastian, pemerintah sudah
membuat tata ruang. Ke depan, tinggal mengisi ruang-ruang di Tanjung Bastian. Untuk
mengisinya, jelas Hendrik, Dinas Budpar tak bisa hanya mengandalkan APBD Kabupaten TTU

tetapi membutuhkan dukungan DAK atau Dana Alokasi Khusus dan APBN.
Menjadikan Oeluan Sebagai Agrowisata
Selama ini, Kolam Oeluan hanya difungsikan sebagai tempat pemandian saja. Setiap hari libur,
banyak orang yang berekreasi wi tempat ini sekedar untuk mandi. Selama ini, Kolam Oeluan
sangat ramai dikunjungi warga Kota Kefamenanu. Selain mandi, para pengunjung umumnya
memanfaatkan waktu dengan menikmati sejuknya pepohonan karena di tempat itu ada hutan
yang kaya akan faunanya.
Yang perlu dikembangkan ke depan adalah bagaimana menjadikan Sumber Oeluan sebagai
Agrowisata. Di sekitar Oeluan harus dikembangkan pertanian atau perkebunan untuk
mendukung objek tersebut, ujar Kadis Budpar TTU, Wilybrodus Apaut, S.Sos, M.AP.
Kepada media ini, Kadis Budpar, menjelaskan, selain pengembangan tanaman pangan dan
perkebunan, di sekitar Oeluan juga berpotensi untuk menjadikan daerah itu sebagai industri
gerabah. Alasannya, tanah di Oeluan adalah tanah merah yang bisa dijadikan sebagai bahan baku
pembuatan gerabah.
Kadis Budpar TTU mengatakan, untuk mendorong pengembangan pariwisata di TTU, pihaknya
terus melakukan kampanye sadar wisata kepada masyarakat.
Dengan terbentuknya Dinas Pariwisata ini menunjukan suatu bukti bahwa daerah ini sudah
mempunyai suatu cita-cita sehingga prospek pariwisata TTU ke depan akan semakin lebih bagus,
ujarnya.
Selama ini, Dinas Budpar disebut sebagai instansi penunjang karena dilakukan secara alami atau
swadaya masyarakat. Ke depan, kata dia, untuk menggairahkan kunjungan wisatawan, pihaknya
akan mendorong sektor jasa perhotelan, restaurant dan biro perjalanan untuk meningkatkan
pelayanannya dan akan mengklasifikasikan jenis hotel di TTU.
Kami akan beri pelatihan peningkatan standar mutu layanan hotel dan restaurant, ujarnya.
Sementara itu, untuk mendorong sektor pariwisata, Dinas Budpar akan terus membina 60-an
sanggar budaya dan akan memberikan pelatihan sanggar seni budaya dan akan diberikan
pendampingan dan pembinaannya. Selain itu, Dinas Budpar TTU juga akan memberdayakan dan
membentuk kelompok sadar wisata (KSW) pada setiap objek wisata.
Tak ada promosi, pariwisata TTU mati suri
Pembangunan pariwisata di Kabupaten TTU tidak berjalan alias berjalan di tempat atau mati
suri. Ini terjadi oleh karena tidak ada promosi dan kerja sama dengan media cetak dan elektronik.
Demikian penilaian salah seorang Pengusaha Hotel Cendana di Kefamenanu, Alberth Angi.
Kepada wartawan di Hotel Cendana Sabtu (23/5/09) lalu, Alberth Angi, menyatakan
keprihatinannya atas ketidak-seriusan pemerintah membangun keopariwisataan TTU.

Saya kasih contoh, Kolam Oeluan itu Tirta Oeluan yang kerja baru diserahkan ke Pemda tetapi
pengelolaannya tidak berjalan. Sekarang Pemda bangun lagi kolam renang di Taekas tetapi juga
tidak berjalan. Ini yang saya namakan pariwisata TTU mati suri atau tidak berjalan karena tidak
ada promosi, ujarnya.
Alberth Angi, mengatakan, setiap objek wisata yang dibangun seharusnya dikelola secara
profesional karena proses pembangunannya sudah mengeluarkan biaya yang tak sedikit. Di
tempat pemandian Oeluan misalnya, alangkah bagusnya ada sanggar-sanggar tenun adat dan
kalau ada acara bisa digelar di Oeluan.
Selama ini orang hanya pergi mandi langsung pulang, tak ada hiburan di sana. Di sana harus
ada acara rutin untuk memancing orang berkunjung ke Oeluan, ujarnya.
Alberth Angi menambahkan, hingga saat ini, pemerintah juga belum pernah memberikan
pendidikan dan pelatihan tentang pelayanan perhotelan dan restaurant bagi para pegawai hotel
agar bisa melayani tamu secara baik.
Alberth Angi berharap, ke depan, pemerintah harus melibatkan para pengusaha dalam
pembangunan pariwisata seperti di Flores. Dimana, pengusaha sangat aktif dalam mendorong
majunya pariwisata di daerah.
Kenapa di Flores bisa, koq kita di Kefa tidak bisa? Pemerintah harus libatkan para pengusaha,
ujarnya.
Selanjutnya, dalam hal mendorong percepatan pembangunan pariwisata, pemerintah tidak boleh
mempersulit sistem perijinan. Pemerintah harus bisa menjemput bola. Kalau ada perusahaan
yang ijinnya sudah mati, pada saat turun lapangan langsung memperbaharui ijin operasionalnya.
Dengan terlibatnya para pengusaha jasa perhotelan ran restaurant, jelas Alberth Angi, maka akan
menggerakan sektor riil sehingga akan terjadi pertumbuhan dan pengembangan ekonomi lokal.
Saat ini diakuinya, banyak investor yang sudah ke Kefamenanu dan sudah berinvestasi milyaran
rupiah. Hal itu diketahuinya karena banyak investor yang menginap di Hotel Cendana miliknya.
Dari komunikasi yang dibangun, diketahui ada banyak pengusaha atau investor yang mau
berinvestasi di TTU tetapi masih terbentur dengan kendala sarana dan prasarana pendukung.
Saat ini yang perlu dilakukan adalah penataan objek saja. Pemerintah juga perlu memberikan
motivasi kepada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan objek wisata dan sanggar seni.
Karena itu akan mendatangkan pendapatan bagi masyarakat. Pendapatan yang diperoleh bisa
membiayai pendidikan anak-anak, ujarnya.
Suatu hal yang juga perlu diperhatikan adalah masalah penempatan pegawai di Dinas Budpar.
Para pegawai yang ditempatkan agar tidak sekedar memenuhi persyaratan kepangkatan tetapi
harus punya jiwa kepariwisataan. Jangan menempatkan tukang besi ke Dinas Pariwisata nanti
dia tidak bisa bekerja,ujar Alberth Angi mengeritik.

Harus punya kemauan


Hingga saat ini, Pemerintah Kabupaten TTU melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata TTU,
belum pernah mengajak kalangan akademisi dari Perguruan Tinggi (PT) Univesritas Timor
(Unimor) untuk membicarakan masalah kepariwisataan TTU.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unimor, Salesius Vitalis Olne, S.Sos,
mengatakan, kehadiran PT di daerah seharusnya dipandang sebagai modal utama pengembangan
sumber daya manusia termasuk di bidang kepariwisataan. Dengan demikian, perguruan tinggi
akan terlibat secara langsung dalam penyusunan program pembangunan pariwisata.
Namun, hal ini bukan menjadi kendala utama. Yang terpenting adalah bagaimana merubah pola
pikir atau cara pandang masyarakat tentang pentingnya pariwisata. Ini yang butuh proses.
Kepada wartawan di kediamannya Benpasi Kefamenanu, Sabtu (23/5/09) lalu, Dekan Fisip
Unimor, Salesius Vitalis Olne, S.Sos, mencontohkan, pengelolaan objek wisata Oeluan hingga
saat ini masih sebatas sebagai tempat pemandian dan itu pun hanya dilakukan oleh anak-anak
saja, sementara masyarakat umum tidak memanfaatkan jasa objek tersebut untuk mandi.
Orang TTU itu sangat merasa jijik untuk mandi bersama di kolam. Kalau mandi biasanya pakai
kain dari atas sampai di bawah. Jadi, yang perlu dipikirkan adalah merubah cara pandang atau
pola pikirnya, ujar Salesius Vitalis Olne.
Berbicara tentang pembangunan pariwisata, kata Dekan FISIP Unimor ini, tentunya berpulang
pada kemauan pemerintah melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sesuai dengan visi
dan misi instansi tersebut. Jangan hanya sebatas buat program saja tetapi harus ada aksi nyata,
ujarnya.
Ada beberapa hal yang disampaikan Salesius Vitalis Olne, dalam rangka pengembangan
pariwisata. Pertama, pola rekruitmen pegawai yang baru dan penempatan yang sudah ada perlu
memperhatikan wawasan pariwisata. Jika Pemda berniat kembangkan wisata budaya, maka yang
perlu diperhatikan pula adalah harus ada penerjemah di setiap objek wisata.
Di samping itu juga, perlu merekrut warga dari Sonaf untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS)
dan kemudian menempatkan kembali PNS tersebut di objek wisata yang ada di Sonaf atau dekat
Sonaf sehingga mengetahui secara persis objek wisata tersebut.
Kedua, di Tanjung Bastian, jangan hanya cuma objek pacuan kuda saja tetapi harus ada objek
atau event yang rutin dilaksanakan di tempat itu sehingga bisa memancing orang berkunjung ke
Tanjung Bastian. Dari aspek sosial, orang akan terbiasa berkunjung ke Tanjung Bastian pada
hari-hari tertentu.
Salesius Vitalis Olne juga mengeritik usaha promosi pemda yang dilakukan sebatas membuat
leaflet saja. Menurutnya, perlu ada promosi lewat media cetak dan elektronik serta pertukaran
budaya.

Sumber :
http://www.nttonlinenews.com/ntt/index.php?option=com_content&view=article&id=3536:kabu
paten-timor-tengah-utara-kaya-potensi-pariwisata-minim-promosi&catid=40:pariwisata&Itemid=57
25 Mei 2009
Sumber Gambar:
http://www.atambua.kppn.net/?pilih=hal&id=21
http://www.nttonlinenews.com/ntt/index.php?option=com_content&view=article&id=3536:kabu
paten-timor-tengah-utara-kaya-potensi-pariwisata-minim-promosi&catid=40:pariwisata&Itemid=57
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Timor_Tengah_Utara
Diposkan oleh emang blog di 02.18
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog

2013 (1)

2011 (44)
o Februari (44)
Nusa Tenggara Timur (NTT)
Basis perekonomian NTT diperkuat
Sumberdaya Alam Provinsi NTT
Kota Kupang
Pantai Lasiana, Kuta di Kupang
Memimpikan Kota Kupang Sebagai Kota Yang Sehat
Kabupaten Timor Tengah Utara Kaya Potensi Pariwisa...
Noetoko, Kota Tua di Kabupaten Timor Tengah Utara
Melancong ke Timor Tengah Selatan
Kabupaten Timor Tengah Selatan
Waingapu Nun Jauh Di sana (Sumba Timur)
Hasil Survei Tim Universitas Indonesia Sumba Timu...
Kabupaten Sumba Timur
Menelusuri Potensi Wisata di Pulau Sumba
Kabupaten Sumba Tengah
Kabupaten Sumba Barat Daya
Penduduk Sumba Barat

Keruni, Ibu Kota lama Sumba Barat


Maumere (Kabupaten Sikka)
Kabupaten Sikka
Kabupaten Sabu Raijua
Penduduk Sabu Raijua
Rote Ndao : Gerbang Terluar Indonesia
Nagekeo Butuh Sentuhan Kreatifitas
Indahnya Ngada
Kabupaten Ngada
Pertumbuhan Ekonomi Manggarai Timur Capai 6,14 Per...
10 Tips Perjalanan ke Pulau Komodo (Manggarai Bara...
Manggarai Barat Menggeliat
Kabupaten Manggarai
Penduduk Lembata
Lembata I Love You - John Wawin
Beginilah Tradisi Ekstrem di Lembata
Ibu Kota Kabupaten Kupang Dipindah
Kabupaten Kupang
Flores Timur: Perkembangan yang tertinggal
Potensi Wisata Flores Timur Perlu Go Internasional...
Ende
Ende, "Rahim" Pancasila
Penduduk Belu
Kabupaten Belu
Sejarah Alor
Taman Laut Alor
Alor - Solor, Perluasan Konservasi Kawasan Laut Da...

Link Pemkab - Pemkot

Alor
Belu
Ende
Flores Timur
Kupang (Kabupaten)
Kupang (Kota)
Lembata
Manggarai
Ngada
Rote Ndao
Sikka
Sumba Barat
Sumba Tengah
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara

Pemprov NTT

Entri Populer

Kota Kupang
Asal Muasal Nama Kupang Nama Kupang sesungguhnya diambil dari nama raja Helong
: Nai Koepan atau Lai Koepan yang menguasai dan memer...

Ibu Kota Kabupaten Kupang Dipindah


Bupati Kupang Ayub Titu Eki mengumumkan secara resmi rencana pemindahan pusat
pemerintahan Kupang dari Jalan Soeharto No. 1 Kota Kupang ke ...

Kabupaten Kupang
Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan di Negara Republik
Indonesia. Kabupaten ini memiliki 27 buah pulau, dan 18 buah ...

Kabupaten Belu
1. Letak Geografis & Administrasi Kabupaten Belu Kabupaten Belu terletak pada
koordinat 12435 12612 Bujur Timur dan 857 ...

Kabupaten Sumba Tengah


Kabupaten Sumba Tengah merupakan salah satu dari 21 Kabupaten yang ada di dalam
wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan ibukota kabup...

Kabupaten Timor Tengah Utara Kaya Potensi Pariwisata Minim Promosi


Laporan Silnusa, Ako Uskono, Zeth Besie. Ditulis oleh Alex Kefamenanu, NTT Online Timor Tengah Utara (TTU) memiliki keaneka-ragaman sum...

Kabupaten Sumba Barat Daya


Kabupaten Sumba Barat Daya merupakan bagian dari Pulau Sumba dan merupakan salah
satu Kabupaten di Propinsi NTT yang membentang antara 900 ...

Rote Ndao : Gerbang Terluar Indonesia

Oleh: Beni Jusuf Pulau Rote. Pernah dengar nama ini? Rote adalah pulau (berpenghuni)
terluar Indonesia di bagian selatan. Catatan : ...

Kabupaten Ngada
Letak Geografis 8o20 8o57 LS dan 120o48 121o11 BT, Luas wilayah 1.620,92
Km2; Batas Wilayah Utara berbatasan dengan Laut Flores, Timur...

Waingapu Nun Jauh Di sana (Sumba Timur)


Pulau Sumba, anda tahu dimana? Sebuah pulau di jajaran kepulauan di Nusa Tenggara
Timur, nun jauh disana. Penulis ingat karena dulu waktu di...

Total Tayangan Laman


52,281

Link NTT

Alor - Wikipedia
Alor, Islands - indonesiatraveling.com
Belu - Regional Investment
Belu, Hasil Sensus Penduduk 2010 - BPS
Ende - blogspot.com
Ende - Wikipedia
Ende, Berkelana - amadeuz.org
Ende, Profil Kesehatan - Depkes
Ende, Taman Nasional Kelimutu - Dephut
Flores Islands
Flores Monitor
Flores News
Flores Star - Pos Kupang
Flores Timur - Facebook
Flores Timur - Regional Investment
Flores Timur, Kota Larantuka - Wikimapia

Flores, Media Komunikasi Pariwisata


Kupang - Undana
Kupang - Unwira
Kupang News - Pos Kupang
Kupang, Kabupaten - BPS (Statistik)
Kupang, Kabupaten - Regional Investment
Kupang, Kota - BPS (Statistik)
Kupang, Kota - regional Investment
Kupang, Kota, Daftar Perusahaan - indoNETWORK
Kupang, Kota, Peta Topografi - geospasial.bnpb.go.id
Kupang, Kota, Photos - Panoramio
Kupang, Kota, Profil dan Peta Kemiskinan 2009 - BPS
Lembata - BPS (Statistik)
Lembata - Regional Investment
Lembata - Wikipedia
Manggarai - Regional Investment
Manggarai Barat - BPS (Statistik)
Manggarai dan Manggarai Barat, Inventarisasi Mangan - Pusat Sumberdaya Geologi
Manggarai Timur - Facebook
Manggarai, Kab - Facebook
Manggarai, Peta - Bappenas
Nagekeo, Pertanian Berkelanjutan - Unud
Ngada - Facebook
Ngada - Refional Investment
Ngada, District - uia.no
Ngada, Survai Pendahuluan Batubara - Pusat Sumberdaya Geologi
NTT - Bank NTT
NTT - BPS (Statistik)
NTT - Dinas Komunikasi dan Informasi
NTT - gresnews
NTT - Perwakilan BPK
NTT - petantt.com
NTT - setyanovanto.info
NTT - Spirit NTT
NTT Online News
NTT Studies - NTT Knowledge Portal - Forum Academia NTT
NTT, Give Water To The People of East Nusa Tenggara
NTT, Jumlah Penduduk, Luas Daerah, dan Kepadatan Penduduk menurut Kabupaten
2009 - BPS
NTT, Konservasi Tanaman Cendana - bisnisukm.com
NTT, Litbang Pertanian - BPTP
NTT, Map Tourism - indonesia-tourism.com
NTT, Peta 21 Kab/Kota - nttprov,go.id
NTT, Profil 21 Kab/Kota - Depdagri
NTT, Profil Kesehatan 2007 - Depkes
NTT, Radio Stations - asiawaves.net

NTT, Regional - Pos Lupang


NTT, Tantangan Pembangunan - smeru.or.id
NTT, Tourism Departement - goseentt.com
Rote Ndao - Facebook
Rote Ndao - Regional Investment
Sabu Raijua - blogspot.com
Sabu Raijua - gresnews
Sabu Raijua - Pos Kupang
Sabu Raijua, Hasil Sensus Penduduk 2010 - BPS
Sikka - Facebook
Sikka - Komunitas Orang Maumere
Sikka - Regional Investment
Sikka - Wikipedia
Sikka, Maumere - Pelabuhan
Sikka, Maumere, Potensi Bawah Laut - metrotvnews.com
Sumba Barat - Geographical Names
Sumba Barat - Geographical Names
Sumba Barat - Wikipedia
Sumba Barat Daya - Facebook
Sumba Barat Daya - sumbabaratdaya.com
Sumba Barat, Capaian Pengentasan Kemiskinan 2005 - Bappenas
Sumba Barat, Hasil Sensus Penduduk 2010 - BPS
Sumba Barat, Inventarisasi Mineral Logam - Pusat Sumberdaya Geologigo.id
Sumba Island
Sumba Tengah - Facebook
Sumba Timur - Regional Investment
Sumba Timur - waingapu.com
Sumba Timur, Capaian Pengentasan Kemiskinan 2005 - Bappenas
Sumba Timur, Waingapu Airport Map - maplandia.com
Sumba Timur, Waingapu Weather - wunderground.com
Sumba Timur, Waingapu, Perjalanan - ayowisata.wordpress.com
Timor Tengah Selatan - Regional Investment
Timor Tengah Selatan, Dalam Angka (2009) - BPS
Timor Tengah Selatan, Keadaan Umum dan Lingkungan - Depkes
Timor Tengah Selatan, Kerajaan Amanatun - arkeologi.web.id
Timor Tengah Utara - gresnews
Timor Tengah Utara - Regional Investment
Timor Tengah Utara - wordpress.com

Cuaca Kupang
Weather in
Kupang - Indonesia

27C

Partly Cloudy
Humidity is 66%
Wind is ENE 4 m/s
Visibility is 9 km
Pressure is 1011 mbar
Forecast for Kupang

Cuaca Maumere - Sikka


Weather in
Maumere - Indonesia

28C
Mostly Cloudy
Humidity is 68%
Wind is N 0 m/s
Visibility is 10 km
Pressure is 1008 mbar
Forecast for Maumere

Cuaca Waingapu - Sumba Timur


Weather in
Waingapu - Indonesia

28C
Partly Cloudy
Humidity is 72%
Wind is CALM 0 m/s
Visibility is 14 km
Pressure is 1010 mbar
Forecast for Waingapu

Pengunjung
Pengunjung

widget

Pengikut
coonyheen

GO GREEN DENGAN GEOTHERMAL


Minimnya Green Building
Konsep Kemasan Go Green
Aplikasi Komersial pada Optimasi Nanopartikel
Flying Car Bukan Sekedar Mimpi

Mengenai Saya
emang blog
Lihat profil lengkapku
Template Awesome Inc.. Gambar template oleh Lingbeek. Diberdayakan oleh Blogger.

Kabupaten Timor Tengah Utara Kaya Potensi Pariwisata Minim Promosi


Laporan Silnusa, Ako Uskono, Zeth Besie. Ditulis oleh Alex
Kefamenanu, NTT Online - Timor Tengah Utara (TTU) memiliki keaneka-ragaman sumber daya
alam maupun sumber daya budaya. Potensi ini dapat ditumbuh kembangkan untuk pembangunan
kepariwisataan daerah guna peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tapi, mengapa dibiarkan
tertidur

Kabupaten TTU merupakan salah satu Kabupaten dari 20 Kabuaten/Kota yang ada di Propinsi
Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan ibukotanya Kefamenanu. Letaknya di tengah Pulau Timor,
bagian utara yang berbatasan langsung dengan wilayah Ambenu, Daerah Enklave Republic
Demokratik Timot Leste (RDTL).

Di Kabupten ini memiliki beraneka ragam kekayaan sumber daya alam maupun sumber daya
budaya, yang dapat ditumbuh kembangkan untuk pembangunan kepariwisataan daerah dan untuk
mewujudkannya, diperlukan sumberdaya manusia yang berkualitas, profesional, kreatif, inisiatif
dan inovatif disertai perencanaan dan program rill serta terpadu.

Seluruh potensi aneka kekayaan alam, budaya dan religius serta sejumlah daya dukung
kepariwisataan di TTU seakan sedag merentang tawa, mengulas senyum untuk didatangi,
dikunjungi bahkan untuk berinvestasi di sub sektor pariwisata.
Luas wilayah Kabupaten TTU adalah 2.669,70 Km atau 266,970 Ha. Dari segi astronomis,
daerah ini terbentang antara 124 0402 sampai 24 4600 Bujur Timur; dan antara 9 0248
sampai 9 3736 Lintang Selatan. Sebelah Utara berbatasan dengan Ambenu (daerah Enclave
RDTL), Selatan dengan Kabupaten Timor Tengah Selatan; Timur dengan Kabupaten Belu dan
Barat dengan Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kupang.
Dari aspek klimatologi, suhu udara di Kabupaten ini sangat bervariasi tergantung curah hujan
setiap tahun.Keadaan curah hujan yang tidak menentu sangat berpengaruh terhadap pergantian
musim serta aktivitas manusia.
Faktor-faktor penyebabnya antara lain topografi wilayah yang bergunung-gunung, berbukitbukit, diselang-selingi dataran-dataran rendah dan padang-padang sabana. Faktor lain, barangkali
kondisi lingkungan hidup khususnya dunia flora/ vegetasi yang tidak seimbang, turut
menentukan variabilitas iklim tersebut.
Dari aspek kependudukan. berbagai tradisi lisan dan tulisan sejarah serta laporan etnografis,
penduduk di Kabupaten TTU menunjukkan hasil pembauran berbagai ras dan kelompok etnis
yang berlangsung sejak awal mula. Ada penduduk asli (Melenesia), penduduk migran
(Austronesia dan deutro Malayu), penduduk keturunan campuran (Topasses), para pedagang dan
sebagainya.
Pembauran ini berlangsung demikian lama berabad-abad lampau dan tanpa terasa telah
membentuk penduduk di kabupaten ini. Walau demikian, di antara banyak kesamaan, terdapat
pula perbedaan-perbedaan di antara penduduk terutama di tiga wilayah besar dalam Kabupaten
TTU (Biboki, Insana, Miomaffo). Dan untuk menelusurinya kembali, diperlukan studi-studi
historiografi dan etnografis yang intensif.
Ditinjau dari bahasa daerah, penduduk di TTU sehari-harinya menggunakan Bahasa Dawan
Atoni, yang lazimnya disebut Laes Meto, Uab Meto atau Molok Meto. Pemakaian bahsa ini
cukup umum, namun ada pula perbedaan-perbedaan ciri khas etnis Biboki, Insana dan
Miomaffo, maka dari pemakaian bahasa ini nampaknya ciri khas pembedanya berupa dialek/
logat: Miomaffo Barat, Miomaffo Timur, Noemuti, Insana, dan Biboki. Dengan kata lain dari
pengucapan kata-kata, kita dapat membedakan identitas etnis seseorang.
Dalam kehidupan sehari-hari, selain laes meto, uab meto, atau molok meto ini, sebagian besar
masyarakat juga menggunakan alat bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dengan sesama
manusia, sebagai bahasa nasional.
Sosial Budaya
Masih terlestarinya berbagai potensi wisata budaya dan religius serta wisata alam, dibenarkan

oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadis Budpar) Kabupaten TTU, Wilybrodus
Apaut.
Kepada NTT Online di ruang kerjanya, Sabtu (23/05/09) lalu, Kadis Budpar TTU, Wilybrodus
Apaut menjelaskan, manusia dikenal dan dipahami dari kebudayaannya. Segala tutur kata dan
perilakunya adalah ekspresi-ekspresi pola dan tingkat budaya yang dihayatinya.
Sebagai makluk rasional, Atoin meto di Kabupaten Timr Tengah Utara memiliki wujud fisik/
material kebudayaan seperti; rumah, peralatan/ perlengkapan hidup, senjata, rumah dan
sebagainya.
Sistem nilai budaya diekspresikan melalui pranata-pranata; (1) Pranata Kekerabatan; (2) Pranata
Ekonomis; (3) Pranata Pendidikan; (4) Pranata Politis; (5) Pranata Seni; (6) Pranata Keagamaan;
(7) Pranata Jasmani; (8) Pranata Ilmiah (sistem Kearifan lokal).
Sumber semua wujud kebudayaan di atas, jelas Wilybrodus Apaut, adalah ide atau gagasan, adat
istiadat, norma-norma dan nilai-nilai sebagai landasan filosofis, etis dan moral kebudayaan Atoin
meto di Kabupaten Timor Tengah Utara.
Maka eksistensi Atoin Timor dan realitas kebudayaannya dapat dirangkum dalam pikiran bahwa
ia lahir dari methologi, dari methologi ia menciptakan simbol-simbol yang membahasakan atau
mengungkapkan makna seluruh realitas masa lampau.
Dalam kehidupan sehari-hari, ia berperilaku dalam tindakan-tindakan simbolis yang
mengaktualisasikan relasinya dengan masa lampau demi arti dan makna sebuah kehidupan.
Realitas sosial menunjukkan bahwa kehidupannya di dalam masyarakat tersusun dalam strukturstruktur. Ada pemimpin; pembantu pimpinan dan bawahan (rakyat). Relasinya dengan sesama
manusia dilihat dalam kerangka hubunga kekerabatannya yang berpengaruh kuat pada pranata
lainnya.
Agama dan Kepercayaan Asli
Menurut data statistik, jelas Wilybrodus Apaut, mayoritas penduduk di Kabupaten Timor Tengah
Utara menganut Agama Katolik, Kristen Protestan, Islam, Hindu dan Buddha. Namun dalm
kenyatan, agama Katolik misalnya masih terus diberangi system kepercayaan asli tehadap usi
neon (Wujud Tertinggi); Arwah nenek Moyang; Dewi Bumi dan Dewa Air serta adanya Roh-roh
Halus.
Sistem kepercayaan asli inilah, jelas Kadis Wilybrodus Apaut, yang mewarnai segala perilaku
dan tindakan ritual sepanjang fase kehidupan (lahir, kawin, mati) dan aktifitas-aktifitas
ekonomisnya (upacara-upacara ritual menurut kalender pertanian).
Dunia kehidupan Atoin Meto, jelas Kadis Budpar, terdiri dari dunia fana dan dunia baka. Karena
itu ada juga kepercayaan akan hidup sesudah kematin, dimaksudkan agar arwah orang mati dapat
hidup layak di dunia para arwah di alam baka.

Pemerintahan
Kabuapten Timor Tengah Utara meliputi tiga wilayah yakni Biboki, Insana, dan Miomaffo
(bekas-bekas swapraja di Jaman belanda). Di jaman pemerintahan sekarang, terdapat 24
kecamatan, 143 desa dan 31 kelurahan.
Kefamenanu adalah Ibu Kota Kabupaten Timor tengah Utara, tentu menjadi pula pusaat
pertumbuhan dan perkembangan pembangunan dari multi aspek. Mulai dari aspek pemerintahan,
pendidikan, pos dan telekomunikasi, ekonomi, pertahanan dan keamanan, agama, infrastruktur
dan transportasisampai kebudayaan dan pariwisata.
Dengan kata lain, kefamenanu juga menjadi pusat pelayanan publik yang menjangkau seluruh
aspek kehidupan sosial. Berkaitan dengan itu, jika TTU sebagai salah satu daerah tujuan wisata
di Propinsi Nusa Tenggara Timur, sudah pasti kefamenanu menjadi destinasi utamanya.
Walaupun demikian, jika diterawang dari karakter layanan wisatanya, Kefamenanu pada level
lokal dan regional lebih tepat dijadikan sebagai tempat wisata MICE (Meeting, Insentive,
Converence and Exhibition).
Hal itu dimungkinkan oleh kelengkapan berbagai prasarana dan sarana (jaringan jalan, listrik,
telepon dan Air), tersedianya aneka usaha jasa layanan wisata (Biro Perjalanan, Hotel,
Restaurant dan Balai Konvensi) dan didukung pula oleh kelengkapan fasilitas publik yang
memadai (Bank, Money Changer, Kantor Post, Pasar, Terminal, Pusat Pertokoan, Rumah Sakit,
Pos Polisi, Universitas dan sebainya).
Potensi Wisata
Ada beraneka ragam potensi objek wisata di Kabupaten Timur Tengah Utara. Banyaknya obyek
atau potensi tersebut mendorong Pemerintah Kabupaten TTU membentuk Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata (Budpar) pada tahun 2001 untuk menyelenggarakan kegiatan pelestarian, promosi
dan pengembangannya.
Wilybrodus Apaut mengemukakan, setelah terbentuknya Dinas Budpar, ada dua hal pokok yang
menjadi pilar utama yang harus dilakukan. Pertama, aspek kebudayaan. Kebudayaan bisa
menjadi menarik kalau dilestarikan dan dibina serta dipasarkan. Kedua, aspek kepariwisataan.
Kebudayaan akan menjadi menarik bila dinikmati oleh banyak orang.
Kebudayaan tidak hanya menjadi ritus yang seremonial belaka tetapi bisa lebih dari itu yakni
menjadi suatu daya tarik tersendiri bagi umat manusia.
Agar kebudayaan bisa menjadi salah satu aset pariwisata yang menarik, jelas Kadis Budpar TTU,
pihaknya ke depan akan bekerja sama dengan media cetak dan elektronik guna pemasaran atau
promosi.
Wilybrodus Apaut juga tak mengelak kalau dibilang pariwisata TTU terlihat mati suri. Penilaian

semacam itu, menurutnya, adalah suatu kenyataan. Untuk menghidupkan dan


mengembangkannya butuh partisipasi semua pihak dan butuh dukungan media cetak.
Kami butuh sumbangan pemikiran dari teman-teman media cetak dalam hal promosi dan
pengembangan pariwisata di daerah, ujar Wilybrodus Apaut.
Berbicara tentang keanekaragaman potensi pariwisata, jelas Kadis Bupdar TTU, pihaknya telah
mengelompokannya berdasarkan jenis antara lain objek wisata alam dan objek wisata religius,
objek wisata tantangan dan objek wisata minat khusus.
Di samping itu, ada objek wisata alam seperti panorama alam berupa air tarjun, gua-gua,
kawasan pegunungan hutan dan berbagai jenis tumbuhan dan dunia fauna yang penuh
mempesona, menjanjikan satu kunjungan ilmiah yang tak pernah habis.
Perkampungan tradisional, rumah-rumah adat, barang-barang peninggalan historis dan
sebagainya adalah situs dan benda cagar budaya yang tak terkira nilainya.
Sepanjang tahun, jelas Wilybrodus Apaut perayaan upacara-upacara adat, atraksi-atraksi seni
budaya, pengelaran pacuan kuda dan berbagai perlombaan olah raga tradisional adalah festivalfestival yang sangat mengagumkan penuh pesona hiburan yang tak terlupakan.
Semuanya sangat resprentif dan mulai terkenal yang membutuhkan polesan untuk
pengembangan dan pemasarannya.
Dana Terbatas
Kepala Bidang (Kabid) Kepariwisataan Dinas Budpar TTU, Drs. Hendrikus Saunoah, M.Hum,
mengatakan, persoalan utama yang dihadapi Dinas Budpar TTU adalah tebatasnya dana. Akibat
terbatasnya dana, membuat pihaknya tak bisa bekerja maksimal. Selama ini, Dinas Budpar hanya
bisa melakukan pendataan atau inventarisasi objek wisata.
Persoalan lainnya adalah Pemda TTU menjadikan Dinas Budpar bukan sebagai leading sector
tetapi hanya sebagai dinas penunjang saja. Namun, walaupun keadaannya seperti itu, kata Kabid
Kepariwisataan, pihaknya tak pernah mengenal kata mundur, tetapi akan tetap berusaha.
Kami sudah lakukan pendataan aset. Saat mau melakukan penataan, kami tak ada dana. Tapi
kami sudah memulainya dengan penulisan Buku Dari Noetoko Ke Kefamenanu yang terbit pada
tahun 2005 dengan oplah 1000 eksemplar, dan Buku tentang Lopo yang terbit tahun 2006
dengan oplah 1000 eksemplar, ujarnya.
Selain buku, jelas Hendrik Saunoah, Dinas Budpar TTU juga mencetak leaflet tentang Upacara
Kurek di Noemuti. Buku dan leaflet sudah disebarkan ke Dinas Budpar Propinsi NTT, Badan
Perpustakaan Negara di Kupang, Kantor Perpustakaan Negara di Pusat dan Kementerian Budpar
RI di Jakarta.
Ke depan, kata Kabid Kepariwisataan, pihaknya akan memperindah objek wisata dengan sarana

dan prasarana pendukung. Selama ini, di setiap objek tak dilengkapi dengan sarana pendukung
pariwisata. Selain itu, pihaknya juga akan mendirikan pusat-pusat souvenir sebagai cinderamata
bagi wisatawan yang datang berkunjung.
Agenda lain ke depam, kata Hendrik Saunoah, Dinas Budpar akan menyelenggarakan event
tahunan seperti di bidang pertanian ada upacara memasuki kebun, tanam hingga panen. Ada
pesta panen, injak padi, ikat jagung atau budaya bertani.
Hendrik Saunoah, menambahkan, selama ini yang menjadi andalan wisata di TTU ada tiga yakni
Tanjung Bastian, Pengembangan Kota Terpadu atau Kota Satelit di Wini dan Kolam Oeluan
sebagai tempat pemandian. Objek wisata Tanjung Bastian mempunyai nilai lebih karena berada
di perbatasan dekat dengan Kota Satelit di Wini dan masuk dalam wilayah pengembangan kota
terpadu (KTM).
Begitu orang masuk ke Kota Satelit langsung bisa melihat Tanjung Bastian," ujarnya.
Ditambahkannya, untuk mendukung pengembangan Tanjung Bastian, pemerintah sudah
membuat tata ruang. Ke depan, tinggal mengisi ruang-ruang di Tanjung Bastian. Untuk
mengisinya, jelas Hendrik, Dinas Budpar tak bisa hanya mengandalkan APBD Kabupaten TTU
tetapi membutuhkan dukungan DAK atau Dana Alokasi Khusus dan APBN.
Menjadikan Oeluan Sebagai Agrowisata
Selama ini, Kolam Oeluan hanya difungsikan sebagai tempat pemandian saja. Setiap hari libur,
banyak orang yang berekreasi wi tempat ini sekedar untuk mandi. Selama ini, Kolam Oeluan
sangat ramai dikunjungi warga Kota Kefamenanu. Selain mandi, para pengunjung umumnya
memanfaatkan waktu dengan menikmati sejuknya pepohonan karena di tempat itu ada hutan
yang kaya akan faunanya.
Yang perlu dikembangkan ke depan adalah bagaimana menjadikan Sumber Oeluan sebagai
Agrowisata. Di sekitar Oeluan harus dikembangkan pertanian atau perkebunan untuk
mendukung objek tersebut, ujar Kadis Budpar TTU, Wilybrodus Apaut, S.Sos, M.AP.
Kepada media ini, Kadis Budpar, menjelaskan, selain pengembangan tanaman pangan dan
perkebunan, di sekitar Oeluan juga berpotensi untuk menjadikan daerah itu sebagai industri
gerabah. Alasannya, tanah di Oeluan adalah tanah merah yang bisa dijadikan sebagai bahan baku
pembuatan gerabah.
Kadis Budpar TTU mengatakan, untuk mendorong pengembangan pariwisata di TTU, pihaknya
terus melakukan kampanye sadar wisata kepada masyarakat.
Dengan terbentuknya Dinas Pariwisata ini menunjukan suatu bukti bahwa daerah ini sudah
mempunyai suatu cita-cita sehingga prospek pariwisata TTU ke depan akan semakin lebih bagus,
ujarnya.
Selama ini, Dinas Budpar disebut sebagai instansi penunjang karena dilakukan secara alami atau

swadaya masyarakat. Ke depan, kata dia, untuk menggairahkan kunjungan wisatawan, pihaknya
akan mendorong sektor jasa perhotelan, restaurant dan biro perjalanan untuk meningkatkan
pelayanannya dan akan mengklasifikasikan jenis hotel di TTU.
Kami akan beri pelatihan peningkatan standar mutu layanan hotel dan restaurant, ujarnya.
Sementara itu, untuk mendorong sektor pariwisata, Dinas Budpar akan terus membina 60-an
sanggar budaya dan akan memberikan pelatihan sanggar seni budaya dan akan diberikan
pendampingan dan pembinaannya. Selain itu, Dinas Budpar TTU juga akan memberdayakan dan
membentuk kelompok sadar wisata (KSW) pada setiap objek wisata.
Tak ada promosi, pariwisata TTU mati suri
Pembangunan pariwisata di Kabupaten TTU tidak berjalan alias berjalan di tempat atau mati
suri. Ini terjadi oleh karena tidak ada promosi dan kerja sama dengan media cetak dan elektronik.
Demikian penilaian salah seorang Pengusaha Hotel Cendana di Kefamenanu, Alberth Angi.
Kepada wartawan di Hotel Cendana Sabtu (23/5/09) lalu, Alberth Angi, menyatakan
keprihatinannya atas ketidak-seriusan pemerintah membangun keopariwisataan TTU.
Saya kasih contoh, Kolam Oeluan itu Tirta Oeluan yang kerja baru diserahkan ke Pemda tetapi
pengelolaannya tidak berjalan. Sekarang Pemda bangun lagi kolam renang di Taekas tetapi juga
tidak berjalan. Ini yang saya namakan pariwisata TTU mati suri atau tidak berjalan karena tidak
ada promosi, ujarnya.
Alberth Angi, mengatakan, setiap objek wisata yang dibangun seharusnya dikelola secara
profesional karena proses pembangunannya sudah mengeluarkan biaya yang tak sedikit. Di
tempat pemandian Oeluan misalnya, alangkah bagusnya ada sanggar-sanggar tenun adat dan
kalau ada acara bisa digelar di Oeluan.
Selama ini orang hanya pergi mandi langsung pulang, tak ada hiburan di sana. Di sana harus
ada acara rutin untuk memancing orang berkunjung ke Oeluan, ujarnya.
Alberth Angi menambahkan, hingga saat ini, pemerintah juga belum pernah memberikan
pendidikan dan pelatihan tentang pelayanan perhotelan dan restaurant bagi para pegawai hotel
agar bisa melayani tamu secara baik.
Alberth Angi berharap, ke depan, pemerintah harus melibatkan para pengusaha dalam
pembangunan pariwisata seperti di Flores. Dimana, pengusaha sangat aktif dalam mendorong
majunya pariwisata di daerah.
Kenapa di Flores bisa, koq kita di Kefa tidak bisa? Pemerintah harus libatkan para pengusaha,
ujarnya.
Selanjutnya, dalam hal mendorong percepatan pembangunan pariwisata, pemerintah tidak boleh
mempersulit sistem perijinan. Pemerintah harus bisa menjemput bola. Kalau ada perusahaan

yang ijinnya sudah mati, pada saat turun lapangan langsung memperbaharui ijin operasionalnya.
Dengan terlibatnya para pengusaha jasa perhotelan ran restaurant, jelas Alberth Angi, maka akan
menggerakan sektor riil sehingga akan terjadi pertumbuhan dan pengembangan ekonomi lokal.
Saat ini diakuinya, banyak investor yang sudah ke Kefamenanu dan sudah berinvestasi milyaran
rupiah. Hal itu diketahuinya karena banyak investor yang menginap di Hotel Cendana miliknya.
Dari komunikasi yang dibangun, diketahui ada banyak pengusaha atau investor yang mau
berinvestasi di TTU tetapi masih terbentur dengan kendala sarana dan prasarana pendukung.
Saat ini yang perlu dilakukan adalah penataan objek saja. Pemerintah juga perlu memberikan
motivasi kepada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan objek wisata dan sanggar seni.
Karena itu akan mendatangkan pendapatan bagi masyarakat. Pendapatan yang diperoleh bisa
membiayai pendidikan anak-anak, ujarnya.
Suatu hal yang juga perlu diperhatikan adalah masalah penempatan pegawai di Dinas Budpar.
Para pegawai yang ditempatkan agar tidak sekedar memenuhi persyaratan kepangkatan tetapi
harus punya jiwa kepariwisataan. Jangan menempatkan tukang besi ke Dinas Pariwisata nanti
dia tidak bisa bekerja,ujar Alberth Angi mengeritik.
Harus punya kemauan
Hingga saat ini, Pemerintah Kabupaten TTU melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata TTU,
belum pernah mengajak kalangan akademisi dari Perguruan Tinggi (PT) Univesritas Timor
(Unimor) untuk membicarakan masalah kepariwisataan TTU.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unimor, Salesius Vitalis Olne, S.Sos,
mengatakan, kehadiran PT di daerah seharusnya dipandang sebagai modal utama pengembangan
sumber daya manusia termasuk di bidang kepariwisataan. Dengan demikian, perguruan tinggi
akan terlibat secara langsung dalam penyusunan program pembangunan pariwisata.
Namun, hal ini bukan menjadi kendala utama. Yang terpenting adalah bagaimana merubah pola
pikir atau cara pandang masyarakat tentang pentingnya pariwisata. Ini yang butuh proses.
Kepada wartawan di kediamannya Benpasi Kefamenanu, Sabtu (23/5/09) lalu, Dekan Fisip
Unimor, Salesius Vitalis Olne, S.Sos, mencontohkan, pengelolaan objek wisata Oeluan hingga
saat ini masih sebatas sebagai tempat pemandian dan itu pun hanya dilakukan oleh anak-anak
saja, sementara masyarakat umum tidak memanfaatkan jasa objek tersebut untuk mandi.
Orang TTU itu sangat merasa jijik untuk mandi bersama di kolam. Kalau mandi biasanya pakai
kain dari atas sampai di bawah. Jadi, yang perlu dipikirkan adalah merubah cara pandang atau
pola pikirnya, ujar Salesius Vitalis Olne.
Berbicara tentang pembangunan pariwisata, kata Dekan FISIP Unimor ini, tentunya berpulang
pada kemauan pemerintah melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sesuai dengan visi
dan misi instansi tersebut. Jangan hanya sebatas buat program saja tetapi harus ada aksi nyata,

ujarnya.
Ada beberapa hal yang disampaikan Salesius Vitalis Olne, dalam rangka pengembangan
pariwisata. Pertama, pola rekruitmen pegawai yang baru dan penempatan yang sudah ada perlu
memperhatikan wawasan pariwisata. Jika Pemda berniat kembangkan wisata budaya, maka yang
perlu diperhatikan pula adalah harus ada penerjemah di setiap objek wisata.
Di samping itu juga, perlu merekrut warga dari Sonaf untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS)
dan kemudian menempatkan kembali PNS tersebut di objek wisata yang ada di Sonaf atau dekat
Sonaf sehingga mengetahui secara persis objek wisata tersebut.
Kedua, di Tanjung Bastian, jangan hanya cuma objek pacuan kuda saja tetapi harus ada objek
atau event yang rutin dilaksanakan di tempat itu sehingga bisa memancing orang berkunjung ke
Tanjung Bastian. Dari aspek sosial, orang akan terbiasa berkunjung ke Tanjung Bastian pada
hari-hari tertentu.
Salesius Vitalis Olne juga mengeritik usaha promosi pemda yang dilakukan sebatas membuat
leaflet saja. Menurutnya, perlu ada promosi lewat media cetak dan elektronik serta pertukaran
budaya.
Sumber :
http://www.nttonlinenews.com/ntt/index.php?option=com_content&view=article&id=3536:kabu
paten-timor-tengah-utara-kaya-potensi-pariwisata-minim-promosi&catid=40:pariwisata&Itemid=57
25 Mei 2009
Sumber Gambar:
http://www.atambua.kppn.net/?pilih=hal&id=21
http://www.nttonlinenews.com/ntt/index.php?option=com_content&view=article&id=3536:kabu
paten-timor-tengah-utara-kaya-potensi-pariwisata-minim-promosi&catid=40:pariwisata&Itemid=57
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Timor_Tengah_Utara

Anda mungkin juga menyukai