Bab12-Yusran Assagaf
Bab12-Yusran Assagaf
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sumber daya manusia merupakan faktor penting bagi setiap organisasi, sebab
tanpa sumber daya manusia tujuan dan sasaran organisasi tidak akan tercapai sesuai
yang direncanakan. Oleh karena itu peranan sumber daya manusia sangat penting
dalam setiap organisasi.
Pentingnya peranan sumber daya manusia bagi setiap organisasi diharapkan
dapat meningkatkan kinerja karyawan, untuk itu sumber daya manusia perlu
memiliki skill atau keterampilan yang handal dalam menangani setiap pekerjaan,
sebab dengan adanya skill yang handal maka secara langsung dapat meningkatkan
kinerja karyawan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan dalam suatu
perusahaan adalah budaya kerja, dimana faktor tersebut sangat erat kaitannya
dalam meningkatkan kinerja karyawan, sebab dengan terciptanya budaya kerja
yang baik dan ditunjang oleh kerja sama dengan sesama karyawan, maka
akan tercapai hasil yang dapat meningkatkan kinerja kerja karyawan. (Tika,
2008 : 120)
Berkaitan dengan pentingnya masalah budaya kerja terhadap kinerja
karyawan, maka hal ini perlu diperhatikan pada perusahaan PT. Hadji Kalla yakni
sebuah perusahaan yang bergerak di bidang dealer mobil Toyota, dimana dalam
menunjang aktivitas operasional perusahaan maka salah satu upaya yang perlu
2. Variabel manakah dari budaya kerja inisiatif individual, toleransi risiko dan
dukungan manajemen yang dominan berpengaruh terhadap kinerja karyawan
pada PT. Hadji Kalla Cabang Alauddin Makassar.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan :
a) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh budaya kerja yang meliputi :
inisiatif individual, toleransi risiko dan dukungan manajemen terhadap kinerja
karyawan pada PT. Hadji Kalla Cabang Alauddin Makassar.
b) Untuk menganalisis variabel budaya kerja yang paling dominan berpengaruh
terhadap kinerja karyawan pada PT. Hadji Kalla Cabang Alauddin Makassar.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dikemukakan dalam penulisan ini adalah :
a) Sebagai bahan masukan bagi pimpinan PT. Hadji Kalla Cabang Alauddin
Makassar, mengenai pengaruh budaya kerja dalam kaitannya dengan peningkatan
kinerja karyawan.
b) Memberikan kontribusi bagi peningkatan keilmuan bagi kalangan akademisi dan
peneliti lainnya mengenai budaya kerja dalam kaitannya dengan peningkatan
kinerja kerja karyawan.
Bab II
Bab III
Bab VI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Akhir-akhir ini tampak suatu fenomena administratif pada tingkat yang belum
pernah terlihat sebelumnya, yaitu semakin besarnya perhatian semakin banyak pihak
terhadap pentingnya manajemen sumber daya manusia. Perhatian yang semakin besar
tersebut ditunjukkan baik oleh para politisi, para tokoh industri, para pembentuk opini
yaitu para pimpinan media massa para birokrat di lingkungan pemerintahan maupun
oleh para ilmuwan yang menekuni berbagai cabang ilmu, terutama ilmu-ilmu sosial.
Manajemen sumber daya manusia merupakan terjemahan dari Man Power
Management dan dianggap mempunyai pengertian yang sama dan Personal
Management atau manajemen personalia. Secara umum, baik istilah manajemen
sumber daya manusia maupun istilah manajemen personalia sama-sama diartikan
sebagai manajemen kepegawaian dalam hal ini orang-orang yang mengadakan kerja
sama dalam mencapai tujuan dari organisasi yang bersangkutan.
Manajemen sumber daya manusia memiliki arti penting sebagai salah satu
fungsi manajemen selain fungsi manajemen pemasaran, keuangan, dan produksi, di
mana manajemen sumber daya manusia meliputi usaha-usaha/aktivitas-aktivitas suatu
organisasi dalam mengelola sumber daya manusia yang dimilikinya secara umum
dimulai dari proses pengadaan karyawan, penempatan, pengelolaan, pemeliharaan,
pemutusan hubungan kerja, hingga hubungan industrial. Departemen sumber daya
manusia yang ada dalam suatu organisasi membantu karyawan dan organisasi
mencapai tujuan mereka. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka studi tentang
manajemen sumber daya manusia akan menunjukkan bagaimana seharusnya suatu
organisasi
memperoleh,
menggunakan,
mengembangkan,
mengevaluasi
dan
dan
pengawasan
kegiatan-kegiatan
pengadaan,
pengembangan,
aktivitas manajemen sumber daya manusia sering disebut juga sebagai fungsi-fungsi
manajemen sumber daya manusia.
Rivai (2009 : 1) mengemukakan bahwa manajemen sumber daya manusia
merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segi-segi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian.
Menurut Schuler dalam buku Sutrisno (2009 : 4) mengemukakan bahwa :
"Manajemen sumber daya manusia merupakan pengakuan tentang pentingnya tenaga
kerja organisasi sebagai sumber daya manusia yang sangat penting dalam memberi
kontribusi bagi tujuan-tujuan organisasi, dan menggunakan beberapa fungsi dan
kegiatan untuk memastikan bahwa sumber daya manusia tersebut digunakan secara
efektif dan adil bagi kepentingan individu, organisasi dan masyarakat."
Fokus manajemen sumber daya manusia terletak pada upaya mengelola
sumber daya manusia di dalam dinamika interaksi antara organisasi pekerja yang
seringkali memiliki kepentingan berbeda. Manajemen sumber daya manusia meliputi
penggunaan sumber daya manusia secara produktif dalam mencapai tujuan-tujuan
organisasi dan pemuasan kebutuhan pekerja secara individual.
Jadi manajemen sumber daya manusia dapat juga merupakan kegiatan
perencanaan, pengadaan, pengembangan, pemeliharaan, serta penggunaan sumber
daya manusia untuk mencapai tujuan baik secara individu maupun organisasi.
Walaupun objeknya sama-sama manusia, namun pada hakikatnya ada perbedaan
hakiki antara manajemen sumber daya manusia dengan manajemen tenaga kerja atau
dengan manajemen personalia.
10
11
12
13
1. Asumsi dasar
Dalam budaya kerja terdapat asumsi dasar yang dapat berfungsi sebagai pedoman
bagi anggota maupun kelompok dalam organisasi untuk berperilaku.
2. Keyakinan yang dianut
Dalam budaya kerja terdapat keyakinan yang dianut dan dilaksanakan oleh para
anggota perusahaan. Keyakinan ini mengandung nilai-nilai yang dapat berbentuk
slogan atau motto, asumsi dasar, tujuan umum perusahaan, filosofi usaha, atau
prinsip-prinsip menjelaskan usaha.
3. Pimpinan atau kelompok pencipta dan pengembangan budaya kerja.
Budaya kerja perlu diciptakan dan dikembangkan oleh pemimpin perusahaan atau
kelompok tertentu dalam perusahaan tersebut.
4. Pedoman mengatasi masalah
Dalam perusahaan, terdapat dua masalah pokok yang sering muncul, yakni
masalah adaptasi eksternal dan masalah integrasi internal. Kedua masalah tersebut
dapat diatasi dengan asumsi dasar dan keyakinan yang dianut bersama anggota
organisasi.
5. Berbagai nilai (sharing of value)
Dalam budaya kerja perlu berbagi nilai terhadap apa yang paling diinginkan atau
apa yang lebih baik atau berharga bagi seseorang.
6. Pewarisan (learning process)
14
Asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota perusahaan perlu
diwariskan kepada anggota-anggota baru dalam organisasi sebagai pedoman
untuk bertindak dan berperilaku dalam perusahaan tersebut.
7. Penyesuaian (adaptasi)
Perlu penyesuaian anggota kelompok terhadap peraturan atau norma yang berlaku
dalam kelompok atau organisasi tersebut, serta adaptasi perusahaan terhadap
perubahan lingkungan.
2.3 Jenis-Jenis Budaya Kerja
Sedangkan jenis-jenis budaya kerja berdasarkan proses informasi dan
tujuannya menurut Tika (2008 : 7) adalah :
1. Berdasarkan Proses Informasi
Robert E. Quinn dan R. McGrath (dalam buku Arie Indra Chandra) membagi
budaya organisasi berdasarkan proses informasi terdiri dari :
a) Budaya rasional
Dalam budaya ini, proses informasi individual (klarifikasi sasaran
pertimbangan logika, perangkat pengarahan) diasumsikan sebagai sarana bagi
tujuan kinerja yang ditunjukkan (efisiensi, produktivitas dan keuntungan atau
dampak)
b) Budaya ideologis
Dalam budaya ini, pemrosesan informasi intuitif (dari pengetahuan yang
dalam, pendapat dan inovasi) diasumsikan sebagai sarana bagi tujuan
revitalisasi (dukungan dari luar, perolehan sumber daya dan pertumbuhan)
15
c) Budaya konsensus
Dalam budaya ini, pemrosesan informasi kolektif (diskusi, partisipasi dan
konsensus) diasumsikan untuk menjadi sarana bagi tujuan kohesi (iklim,
moral dan kerja sama kelompok)
d) Budaya hierarkis
Dalam budaya hierarkis, pemrosesan informasi formal (dokumentasi,
komputasi
dan
evaluasi)
diasumsikan
sebagai
sarana
bagi
tujuan
b.
16
Hal ini merupakan bagian dari komitmen kolektif dari karyawan. Mereka bangga
sebagai seorang pegawai/karyawan suatu perusahaan. Para karyawan mempunyai
rasa memiliki, partisipasi, dan rasa tanggungjawab atas kemajuan perusahaannya.
c.
d.
perilaku
karyawan.
Dengan
dilebarkannya
mekanisme
kontrol,
Sebagai integrator
Budaya kerja dapat dijadikan sebagai integrator karena adanya sub budaya baru.
Kondisi seperti ini biasanya dialami oleh adanya perusahaan-perusahaan besar di
mana setiap unit terdapat para anggota perusahaan yang terdiri dari sekumpulan
individu yang mempunyai latar belakang budaya yang berbeda.
f.
g.
17
i.
j.
18
Kebersamaan
Kebersamaan adalah sejauh mana anggota organisasi mempunyai nilai-nilai inti
yang dianut secara bersama.
Derajat kebersamaan dipengaruhi oleh unsur orientasi dan imbalan. Orientasi
dimaksudkan pembinaan kepada anggota-anggota organisasi khususnya anggota
baru maupun melalui program-program latihan. Melalui program orientasi,
anggota-anggota baru organisasi diberi nilai-nilai budaya yang perlu dianut secara
bersama oleh anggota-anggota organisasi. Di samping orientasi kebersamaan,
juga dipengaruhi oleh imbalan dapat berupa kenaikan gaji, jabatan (promosi),
hadiah-hadiah, tindakan-tindakan lainnya yang membantu memperkuat komitmen
nilai-nilai inti budaya kerja.
2.
Intensitas
Intensitas adalah derajat komitmen dari anggota-anggota perusahaan kepada nilainilai inti budaya kerja. Derajat intensitas bisa merupakan suatu hasil dari struktur
imbalan. Oleh karena itu, pimpinan perusahaan perlu memperhatikan dan
mentaati struktur imbalan yang diberikan kepada anggota-anggota perusahaan
guna menanamkan nilai-nilai budaya kerja.
Menurut Stepen P. Robbins dalam buku Tika (2008 : 10) menyatakan adalah
10 karakteristik yang apabila dicampur dan dicocokkan, akan menjadi budaya kerja.
Kesepuluh karateristik budaya organsisasi tersebut sebagai berikut :
19
1. Inisiatif Individual
Yang dimaksud inisiatif individual adalah tingkat tanggung jawab, keberadaan
atau independensi yang dipunyai setiap individu dalam mengemukakan pendapat.
Inisiatif tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan suatu perusahaan
sepanjang menyangkut ide untuk memajukan dan mengembangkan perusahaan.
2. Toleransi terhadap Tindakan Berisiko
Dalam budaya kerja perlu ditekankan, sejauh mana para pegawai dianjurkan
untuk dapat bertindak agresif, inovatif dan mengambil resiko. Suatu budaya kerja
dikatakan baik, apabila dapat memberikan toleransi kepada anggota/para pegawai
untuk
dapat
bertindak
agresif
dan
inovatif
untuk
memajukan
4. Integrasi
Integrasi dimaksudkan sejauh mana suatu perusahaan dapat mendorong unit-unit
perusahaan untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi. Kekompakan unit-unit
20
perusahaan dalam bekerja dapat mendorong kualitas dan kuantitas pekerjaan yang
dihasilkan.
5. Dukungan Manajemen
Dukungan manajemen dimaksudkan sejauh mana para manajer dapat memberikan
komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas terhadap bawahan.
Perhatian manajemen terhadap bawahan (karyawan) sangat membantu kelancaran
kinerja suatu perusahaan.
6. Kontrol
Alat kontrol yang dapat dipakai adalah peraturan-peraturan atau norma-norma
yang berlaku dalam suatu perusahaan. Untuk itu diperlukan sejumlah peraturan
dan tenaga pengawas (atasan langsung) yang dapat digunakan untuk mengawasi
dan mengendalikan perilaku pegawai/karyawan dalam suatu perusahaan.
7. Identitas
Identitas dimaksudkan sejauh mana para anggota/karyawan suatu perusahaan
dapat mengidentifikasikan dirinya sebagai satu kesatuan dalam perusahaan dan
bukan sebagai kelompok kerja tertentu
8.
Sistem Imbalan
21
Sistem imbalan dimaksudkan sejauh mana alokasi imbalan (seperti kenaikan gaji,
promosi dan sebagainya) didasarkan atas prestasi kerja pegawai, bukan sebaliknya
didasarkan atas senioritas, sikap pilih kasih, dan sebagainya. Sistem imbalan yang
didasarkan atas prestasi kerja pegawai dapat mendorong pegawai/karyawan suatu
perusahaan untuk bertindak dan berperilaku inovatif dan mencari prestasi kerja
yang maksimal sesuai kemampuan dan keahlian yang dimilikinya.
Sebaliknya, sistem imbalan yang didasarkan atas senioritas dan pilih kasih, akan
berakibat tenaga kerja yang punya kemampuan dan keahlian dapat berlaku pasif
dan frustasi. Kondisi semacam ini dapat berakibat kinerja perusahaan menjadi
terhambat.
9.
22
23
berdasarkan.
2. Konsistensi
Teori konsistensi menekankan adanya dampak positif budaya kuat pada efektivitas
organisasi dan bahwa sistem keyakinan, nilai dan simbol yang dihayati serta
dipahami secara luas oleh para anggota organisasi memiliki dampak positif pada
kemampuan mereka dalam mencapai konsensus dan melakukan tindakan-tindakan
yang terkoordinasi. Konsep fundamentalnya adalah sistem kontrol implisit, yang
24
25
26
Model budaya kerja dan efektivitas kinerja perusahaan dapat dilihat pada
skema di bawah ini.
GAMBAR I
HUBUNGAN ANTARA BUDAYA KERJA DENGAN KINERJA PERUSAHAAN
ADAPTABILITY
- Internal Flexibility
- External focus
MISSION
- Meaning
- Direction
+
EFECTIVENES
S
INVOLVEMENT
- Informal processes
- Formal structure
CONSISTENCY
- Normative integration
- Predictability
-
27
3. Dukungan Manajemen
Dukungan manajemen dimaksudkan sejauh mana para manajer dapat memberikan
komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas terhadap bawahan.
Perhatian manajemen terhadap bawahan (karyawan) sangat membantu kelancaran
kinerja suatu perusahaan.
28
internal dan eksternal. Sejauh mana tujuan perusahaan telah tercapai dapat dilihat dari
seberapa besar perusahaan memenuhi tuntutan lingkungannya. Memenuhi tuntutan
lingkungan berarti dapat memanfaatkan kesempatan atau mengatasi tantangan
lingkungan atau ancaman dari lingkungan dalam rangka menghadapi atau memenuhi
tuntutan dan perubahan-perubahan di lingkungan perusahaan.
Pembinaan dan pengembangan karyawan baru ataupun lama dalam
perusahaan adalah merupakan salah satu kegiatan dalam rangka menyesuaikan diri
dengan perubahan dan perkembangan karyawan. Karena itu perlu dilakukan penilaian
atas pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh karyawan atau yang dinamakan dengan
penilaian kinerja atau penilaian prestasi kerja.
Prestasi kerja karyawan dipengaruhi oleh bermacam-macam ciri pribadi dari
masing-masing individu. Dalam perkembangan yang kompetitif dan mengglobal,
perusahaan membutuhkan karyawan yang berprestasi tinggi. Pada perkembangan
selanjutnya pekerja memerlukan umpan balik atas kinerja mereka sebagai pedoman
bagi tindakan-tindakan mereka pada masa yang akan datang, oleh karena itu,
penilaian seharusnya menggambarkan kinerja karyawan.
Manajemen maupun karyawan perlu umpan balik tentang kerja mereka. Hasil
penilaian kinerja karyawan dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan
memberikan umpan balik kepada karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka.
Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk
menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya memiliki derajat kesediaan
dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah
29
cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa
yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.
Kinerja (performance) mengacu kepada kadar pencapaian tugas-tugas yang
membentuk sebuah pekerjaan pegawai. Kinerja merefleksikan seberapa baik pegawai
memenuhi persyaratan sebuah pekerjaan. Sering disalah tafsirkan sebagai upaya
(effort), yang mencerminkan energi yang dikeluarkan, kinerja diukur dari segi hasil.
Kinerja karyawan merupakan istilah yang berasal dari kata Job Performance
atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai
seseorang), dapat pula diartikan sebagai perbandingan hasil yang dicapai dengan
peran serta dengan tenaga kerja per satuan waktu.
Defenisi kinerja menurut Mangkunegara (2008 : 9) yaitu kinerja karyawan
(prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya.
Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan untuk
menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya memiliki derajat kesediaan
dan tingkat kemampuan tertentu. Untuk itu jika perusahaan ingin membangun
kemampuan bersaing melalui sumber daya manusia sebagai sumber keunggulan
kompetitif, maka perlu diadakan sistem penilaian terhadap kinerja orang-orang dalam
organisasi. Walaupun efek dari penilaian tidak selalu bersifat hitam dan putih, namun
suatu aktivitas penilaian haruslah menjadi bagian dari kegiatan strategis organisasi.
Karena itu, sistem penilaian harus di pandang sebagai salah satu strategi untuk
mendorong prestasi kerja dan pengembangan karyawan.
30
31
Budaya Kerja
Feed
Back
Inisiatif individu
Toleransi risiko
Kinerja karyawan
Dukungan
manajemen
32
2.9 Hipotesis
Dalam kaitannya dengan permasalahan yang telah dikemukakan, maka
penulis mengemukakan hipotesis atas masalah tersebut di atas adalah :
1. Bahwa budaya kerja yang terdiri dari inisiatif individual, toleransi risiko dan
dukungan manajemen berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan
pada PT. Hadji Kalla Cabang Alauddin Makassar.
2. Diduga pula bahwa variabel yang dominan berpengaruh terhadap kinerja
karyawan pada PT. Hadji Kalla Cabang Alauddin Makassar adalah inisiatif
individu.
33
DAFTAR PUSTAKA
Eugene McKenna dan Nie Beech, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi
pertama, cetakan pertama, Penerbit : ANDI, Yogyakarta.
Hasibuan, H. Malayu S.P. 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta :
Bumi Aksara.
Malthis, Robert L. & John H. Jackson. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia,
Terjemahan oleh Jimmy Sadeli & Bayu Prawira Hie. Jakarta Salemba Empat.
Mangkunegara, Anwar Prabu, 2005, Perilaku dan Budaya Organisasi, cetakan
pertama, Penerbit : Remaja Rosda Karya, Malang
Moeljono, Djokosantoso, 2005, Budaya Organisasi dalam Tantangan, Penerbit :
Elex Media Komputindo, Jakarta.
Moh. Pabundu Tika, 2008, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja
Perusahaan, cetakan kedua, Penerbit : Bumi Aksara, Jakarta.
Mangkunegara, Anwar Prabu, 2008, Perencanaan dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia, edisi kedua, cetakan ketiga, Penerbit : Refika Aditama,
Bandung
Rachmawati, Nuraini Eka, 2004, Paradigma Baru Manajemen Sumber Daya
Manusia sebagai Basis Meraih Keunggulan Kompetitif, edisi pertama,
cetakan pertama, Penerbit : Ekonisia, Yogyakarta.
Rivai, Veithzal, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan,
edisi kedua, cetakan kedua, RajaGrafindo Persada, Jakarta
Ruky S. Achmad, 2006, Sumber Daya Berkualitas, Mengubah Visi Menjadi
Realita, cetakan kedua, Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Sutrisno, Edy, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi pertama, cetakan
pertama, Penerbit : Kencana Prenada Media Group, Jakarta
Sofyandi, Herman, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi pertama,
cetakan pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta
T. Hani Handoko dan Rahmawati, Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi revisi
cetakan kedua, Penerbit : BPFE, Yogyakarta
Yuniarsih Tjutju, dan Suwatno, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, cetakan
pertama, Penerbit : Alfabeta, Bandung