Anda di halaman 1dari 23

Bab 7 Dasar-dasar

Konsepsi Buatan

Tujuan Instruksional Umum


Memahami dasar-dasar konsepsi buatan sehingga
dapat merujuk pasangan yang memerlukan solusi
tepat dan benar kepada fasilitas pelayanan
kesehatan yang berwenang.

Tujuan Instruksional Khusus


1. Mengetahui sejarah teknik FIV
2. Mengetahui syarat untuk mengikuti program FIV
3. Mengetahui prosedur FIV

This is the first time weve solved all the problems


at once. Were at the end of the beginning not the
beginning of the end.
Patrick Steptoe, 1978

Infertilitas saat ini masih menjadi masalah di tengah


masyarakat.
Dierkirakan 10% pasangan mengalami kesulitan
untuk mendapatkan keturunan.
Pada penelitian yang telah dilakukan di Inggris
disimpulkan paling tidak 1 dari 6 pasangan akan
mencari pertolongan ke dokter spesialis untuk
masalah infertilitas, baik yang bersifat primer (tidak
mampu untuk hamil) ataupun sekunder (tidak
mampu untuk menambah jumlah anak)

Penyebab Infertilitas
1. Faktor perempuan: gangguan ovulasi (25%),
kerusakan tuba (15%), endometriosis (10%)
2. Faktor pria (25%)
3. Kombinasi antara faktor pria dan perempuan
4. Faktor yang tidak diketahui (20%)

Sejarah Fertilisasi In Vitro


(FIV)
Semenjak keberhasilan dr. Edwards Steptoe
melahirkan bayi tabung pertama di dunia pada
1978, terjadi peningkatan jumlah siklus FIV yang
sangat signifikan di seluruh dunia.
Saat ini 1/50 persalinan di Swedia berasal dari
program FIV, sementara di Austria 1/60, sedangkan
di Amerika Serikat adalah 1/80.

Dasar dari Ilmu FIV sudah berkembang semenjak


zaman Aristoteles. Pada 1786 Hunter melakukan
inseminasi buatan pertama pada manusia. Sims
pada 1866 melakukannya dengan menggunakan
donor.
Pada pertengahan abad XX, Thibault sukses
melakukan FIV pada kelinci. Pada 1965 Edwars
mendapatkan oosit manusia pertama yang
dibutuhkan waktu +/- 37 jam untuk mencapai
tingkat matur setelah diambil dari ovarium dengan
menggunakan teknik biopsi.

Edwars dalam meraih gelar doktornya menemukan


bahwa sel telur manusi mempunyai waktu yang
lebih lama untuk matang dan sebelum dibuahi,
harus terjadi maturasi dan kapasitasi terlebih
dahulu.Oosit tersebut berhasil diambil
perlaparoskopi.
Keberhasilan kelahiran bayi tabung oleh Edwards
Steptoe membuat negara lain untuk mencobanya
juga, Australia pada 1980, USA 1981, dan Indonesia
pada 2 Mei 1988 di RSAB Harapan Kita Jakarta.

Semenjak itu, kemajuan FIV berkembang pesar


dengan ditemukannya teknik-teknik baru seperti
gamete intrafallopian transfer (GIFT), zyote
intrafallopian transfer (ZIFT), assisted hatching, dan
intra cytoplasmic sperm injection (ICSI) yang
mampu mengatasi faktor pria dengan
mempertimbangkan konsentrasi, morfologi, dan
motilitas.

Data Program FIV Klinik FIV


Klinik Fertilitas Yasmin FKUI
RSCM
2006-2007
Tahun
Fertilizati Cleavage Biochemi Clinical
Implantat Average
2006/
n=20

on Rate

rate

cal
Pregnanc
Pregnanc y Rate
y Percycle Per Cycle

ion rate

of
patients
age

69,7%

97%

35%

20%

9,7%

32,25
tahun

100%

60%

36%

11,1%

35,70
tahun

2007/n=2 54,8%
5

Syarat FIV
1. Telah dilakukan pengelolaan infertilitas
selengkapnya
2. Terdapat indikasi yang sangat jelas
3. Memahami seluk-beluk prosedur konsepsi
buatan secara umum
4. Mampu memberikan izin atas dasar pengertian
(informed consent)
5. Mampu membiayai prosedur ini dan kalau
berhasil mampu membiayai persalinan serta
membesarkan bayinya.

Prosedur
Persiapan
Stimulasi Ovarium
Pengambilan Sel Telur
Pengambilan Sperma
Inseminasi
Kultur Embrio
Transfer Embrio

Persiapan Pasien
Pasien harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Infertilitas faktor pria yang tidak dapat dikoreksi
setelah operasi rekonstruksi dalam waktu 1
tahun.
2. Infertilitas karena faktor tuba yang tidak dapat
dikoreksi atau setelah operasi rekonstruksi dalam
waktu 1 tahun tidak terjadi kehamilan.
3. Infertilitas disebbkan oleh endometriosis yang
tidak dapat dikoreksi atau setelah dikoreksi
dengan tindakan operasi dilanjutkan inseminasi
intrauterine tetapi tidak terjadi kehamilan.

4. Infertilitas yang tidak terjelaskan dalam waktu 3


tahun dan tindakan medikamentosa ataupun
inseminasi intrauterine tidak menghasilkan
kehamilan.
5. Kegagalan fungsi ovarium karena proses kanker
yang sebelumnya sel telur atau embrio telah
dibekukan.
6. Terdapat penyakit yang diturunkan secara genetik
(single gene disease).

Stimulasi Ovarium
Bertujuan menghasilkan ovum lebih banyak
daripada siklus alami.
Protokol yang terbanyak digunakan dalam stimulasi
ovarium saat ini dalah long protocol yang
menekankan terhadap fungsi hipofisis dan ovarium
sejak fase midlutel sampai kadar estradiol
<50pg/ml.
Setelah tercapat kondisi tersebut, baru dilakukan
stimulasi dengan gonadotropin. Dosis gonadotropin
yang digunakan sangat bergantung pada usia
pasien, berat badan, nilai FSH, dan jumlah folikel
antral.

Protokol lain yang digunakan dalam stimulai


ovarium adalah shrot protocol yang memberikan
GnRH agonis pada hari ke-2 haid bersamaan
dengan pemberian gonadotropin. Jika
dibandingkan dengan long protocol, metode ini
memiliki angka kehamilan yang lebih rendah.

Pengambilan Sel Telur/Oosit


(Oocyte Retrieval)
Dilakukan saat dijumpai minimal 3 buah folikel
berdiameter 20 mm.
Dilakukan secara transvaginal dengan bantuan USG.
Tindakan dengan anestesi dapat meningkatkan
keberhasilan pengambilan oosit (randomized
blinded study)
Tindakan hanya dengan analgesik hanya dilakukan
apabila jumlah oosit <3.

Sperm Recovery
Pada kasus sperma tidak ditemukan pada ejakulasi,
maka pengambilan sperma dilakukan dengan
tindakan operatif untuk mengambil sperma
langsung dari epididymis atau testis dengan cara:
Percutaneous Epididymal Sperm Aspiration (PESA)
Testicular Sperm Aspiration (TESA)
Testicular Sperm Extraction (TESE)
Microsurgical Epididymal Sperm Aspiration (MESA)

Intracytoplasmic Sperm
Injection (ICSI)
Hal ini dilakukan untuk mengatasi masalah
oligozoospermia, azoospermia, atau kualitas semen
yang buruk.
Saat ini tindakan ICSI mendapat perhatian utama
karena keamanan prosedur ICSI dan hubungan
dengan output bayi yang dilahirkan yang
kemungkinan dapat terjadi kerusakan DNA karena
komplikasi prosedur.

Kultur Embrio dan Transfer


Embrio
Setelah dilakukan inseminasi, dilakukan observasi
untuk memastikan apakah terjadi fertilisasi atau
tidak.
Setiap 24 jam dilakukan penilaian terhadap
pembelahan sel embrio.
Waktu transfer embrio yang tepat masih menjadi
perdebatan.
Teknik yang digunakan untuk transfer embrio:
pembersiah serviks, pengisian kandung kencing,
penggunaan soft catheter, dummy transfer, dilatasi
seviks, atau USG guided embrio transfer.
Keberhasilan dinilai 2 minggu setelah transfer.

Luteal Support
Pemberian GnRH agonis akan mengganggu proses
implantasi, sehingga diperlukan pemberian
hormone progesterone, kombinasi estrogenprogesterone, atau HCG dalam berbagai sediaan,
dosis, maupun rute pemberian.

Kriopreservasi
Untuk menyimpan embrio yang tersisa dengan
teknik: slow freezing, rapid freezing, atau vitrifikasi.

Anda mungkin juga menyukai