Pendahuluan
1.1
menciptakan peluang. Banyak orang yang berhasil dan sukses karena memiliki
kemampuan berpikir kreatif dan inovatif. Karya dan karsa hanya terdapat pada orangorang yang berpikir kreatif. Tidak sedikit orang dan perusahaan yang berhasil meraih
sukses karena memiliki kemampuan kreatif dan inovatif. Proses kreatif dan inovatif
tersebut biasanya diawali dengan memunculkan ide-ide dan pemikiran-pemikiran baru
uintuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Sedangkan dalam organisasi
perusahaan, proses kreatif dan inovatif dilakukan melalui kegiatan penelitian dan
pengembangan (research and development) untuk meraih pasar. Baik ide, pemikiran
maupun tindakan kreatif tidak lain untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
Sesuatu yang baru dan berbeda merupakan nilai tambah barang dan jasa yang menjadi
sumber keunggulan untuk dijadikan peluang. Jadi kewirausahaan merupakan suatu
kemampuan dalam menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengelolaan
sumber daya dengan cara-cara baru
tekhnologi baru (2) Penemuan pengetahuan ilmiah baru, (3) Perbaikan produk barang
dan jasa yang ada, (4) Penemuan cara-cara baru untuk menghasilkan barang yang
lebih banyak dengan sumber daya yang lebih efisien.
Kreatifitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan
cara-cara, baru dalam pemecahan masalah dan menemukan peluang (thinking new
things). Sedangkan inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam
rangkan pemecahan masalah dan menemukan peluang (doing new thing). Jadi,
kreativitas adalah kemampuan untuk memikirkan sesuatu yang baru dan berbeda.
Sesuatu yang baru dan berbeda tersebut dapat dalam bentuk hasil seperti barang dan
jasa, dan bias dalam bentuk proses seperti ide, metode, dan cara. Sesuatu yang baru
dan berbeda yang diciptakan melalui proses berpikir kreatif dan bertindak inovatif
meruapakan nilai tambah (valur added) dan merupakan keunggulan yang berharga.
Nilai tambah yang berharga adalah sumber peluang bagi wirausaha. Ide kreatif
akanmuncul apabila wirausaha look at old and think something new or different.
Sukses kewirausahaan akan tercapai apabila berpikir dan melakukan sesuatau yang
baru atau sesuatu yang lama dengan cara-cara baru (thing and doing new things or old
thing in new way) (Zimmer, 1996: 51)
yang baru dan berbeda (inovasi). Tahap proses penciptaan sesuatu yang baru dan
berbeda itulah yang disebut tahap kewirausahaan. Tahapan inovasi banyak
dipengaruhi oleh berbagai factor, baik dari pribadi maupun lingkungan. Factor pribadi
yang memicu kewirausahaan adalah motif berprestasi, komitmen, nilai-nilai pribadi,
pendidikan dan pengalaman. Sedngkan factor pemicu yang berasal dari lingkungan
pada masa inovasi adalah peluang, model peran, dan aktivitas. Perilaku
kewirausahaan merupakan fungsi dari kopetensi, insentif, dan lingkungan.
pengetahuan
tentang
manajemen
dan
organisasi
bisnis.
Sedangkan
bekal
konteks ekonomi maupun social, kejujuran, integritas dantepat janji merupakan mosal
social yang dapat menumbuhkan kepercayaan dan memelihara hubungan baik untuk
jangka panjang.
untuk melaksanakan
pekerjaan/kegiatan. Wirausaha
tidak hanya
Skill
Knowledge
=
Capability
Authority
=
Cmpetency
Commitmet
=
Intellectual capital
Pada bagian di atas tampak bahwa Intellectual Capital = Competence x
Commitment, artinya meskipun ia memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi apabila
tidak disertai dengan komitmen, maka wirausaha tersebut tidak akan dapat
menggunakan mosal intelektualnya. Demikian pula, Competence=Capability x
Authority, artinya bahwa wirausaha yang kompeten adalah wirausaha yang kompeten
adalah wirausaha yang memiliki kemampuan dan wewenang sendiri dalam
pengelolaan usahanya (kemandirian). Wirausaha selalu bebas menentukan usahanya,
tidak tergantung pada orang lain. Selanjutnya, Capability = Skill x Knowledge, artinya
bahwa kapabilitas wirausaha sangat di tentukan oleh pengetahuan dan keterampilan
atau kecakapan. Pengetahuan, keterampilan taua kecakapan yang dilengkapi dengan
sikap dan morivasi untuk selalu berprestasi membentuk kepribasian wirausaha.
Dalam dunia bisnis, yang disebut kompetensi inti (core competency) adalah
kreativitas dan inovasi guna menciptakan nilai tambah untuk meraih keunggulan,
yang tercipta melalui pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan.
Pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan merupakan kompetensi inti
wirausaha untuk menciptakan daya saing khusus agar memiliki posisi tawar-menawar
yang kuat dalam persaingan.
BAB DUA
Konsep Dasar
Kewirausahaan
kewirausahaan
dianggap
hanya
dapat
dilakukan
melalui
pengalaman langsung di lapangan dan merupakan bakat yang dibawa sejak lahir
(entrepreneurship are born not made), sehingga kewirausahaan tidak dapat dipelajari
dan diajarkan. Sekarang, kewirausahaan bukan hanya urusan lapangan, tetapi
merupakan disiplin ilmu yang dapat dipelajari dan diajarkan.Enterpreneurship are
not only born but also made, artinya kewirausahaan tidak hanya bakat bawaan sejak
lahir atau urusan pengalaman lapangan, tetapi juga dapat dipelajari dan diajarkan.
Seseorang yang memiliki bakat kewiraushaan dapat mengembangkan bakatnya
melalui pendidikan. Mereka yang menjadi entrepreneur adalah orang-orang yang
mengenal potensi (traits) dan belajar mengembangkan potensi untuk menangkap
peluang serta mengorganisir usaha dalam mewujudkan cita-citanya. Oleh karena itu,
untuk manjadi wirausaha yang sukses, memiliki bakat saja tidak cukup, tetapi juga
harus memiliki pengetahuan mengenai segala aspek usaha yang akan ditekuninya.
Dilihat dari perkembangannya, sejak awal abad ke-20 kewirausahaan sudah
diperkenalkan di beberapa Negara. Misalnya di Belanda dikenal dengan
ondernemer, di Jerman dikenal dengan unternehmer. Di beberapa Negara,
kewirausahaan memiliki banyak tanggung jawab antara lain tanggung jawab dalam
mengambil keputusan yang menyangkut kepemimpinan teknis, kepemimpinan
organisasi dan komersial, penyediaan modal, penerimaan dan penanganan tenaga
kerja, pembelian, penjualan, pemasangan iklan, dan lain-lain. Kemudian, pada tahun
1950-an pendidikan kewiraushaan mulai dirintis di beberapa Negara seperti di Eropa,
Amerika, dan Canada. Bahkan sejak tahun 1970-an banyak universitas yang
mengajarkan entrepreneurship atau small business managementatau new
venture management. Pada tahun 1980-an, hamper 500 sekolah di Amerika Serikat
memberikan pendidikan kewirausahaan. Di Indonesia, pendidikan kewirausahaan
masih terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja.
Sejalan
yang
cepat
pada paradigma
(distinctive), yaitu ada teori, konsep, dan metode ilmiah yang lengkap.
(2)
(3)
(4)
akan memiliki motivasi, optimisme, dan berlomba untuk menciptakan cara cara
baru yang lebih efisien, efektif, inovatif, fleksibel dan adaptif.
10
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create
the newand different thing) . Bahkan, entrepreneurship secara sederhana sering
juga diartikan sebagai prinsip atau kemampuan wirausaha (Ibnu Soedjono, 1993;
Meredith, 1996; Marzuki Usman, 1997).
Istilah kewirausahaan berasal dari terjemahan entrepreneurship, yang dapat
diartikan sebagai the backbone of economy, yaitu syaraf pusat perekonomian
suatu bangsa (Soeharto Wirakusumo, 1997:1). Secara epistimologi, kewirausahaan
merupakan nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) atau
suatu proses dalam mengerjakan suatu yang baru (creative) dan sesuatu yang
berbeda (innovative) . menurut Thomas W Zimmerer (1996: 51), kewirausahaan
adalah applying creativity and innovation to sholve the problems and to exploit
opportunities that people face everyday. Kewirausahaan adalah penerapan
kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan upaya untuk
memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari. Kewirausahaan merupakan
gabungan dari kreativitas, inovasi, dan keberanian menghadapi risiko yang
dilakukan dengan cara kerja keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru.
Kreativitas, oleh Zimmerer (1996: 51) diartikan sebagai kemampuan untuk
mengambangkan ide-ide baru untuk menemukan cara-cara baru dalam
memecahkan persoalan dan menghadapi peluang (creativity
is the ability to
develop new ideas and to discover new ways of looking at problems and
opportunities).
11
optimisme,
dorongan
semangat,
dan
kemampuan
untuk
memanfaatkan peluang usaha. Menurut Sri Edi Swasono (1978: 38), dalam
konteks bisnis, wirausaha adalah pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha adalah
wirausaha. Wirausaha adalah pelopor dalam bisnis, innovator, penanggung risiko,
yang mempunyai visi ke depan, dan memiliki keunggulan dalam berprestasi di
bidang usaha.
12
Norman
M.
Scarborough
dan
Thomas
W.Zimmerer
(1993:5)
kemapuan dan perilaku seseorang sebagai pengusaha. Bahkan Dun Steinhoff dan
John F. Burgess (1993: 4), memandang kewirausahaan sebagai pengelola
perusahaan kecil atau pelaksana perusahaan kecil. Menurutnya, entrepreneur is
consideredto have the same meaning as small business owner-manager or
small business operator.
Beberapa konsep kewirausahaan seakan-akan identik dengan kemampuan
para pengusaha dalam dunia usaha (business). Padahal kewirausahaan tidak selalu
identik dengan watak atau ciri pengusaha semata, karena sifat ini dimiliki jua oleh
bukan pengusaha. Wirausaha mencakup semua aspek pekerjaan baik sebagai
karyawan swasta maupun pemerintah (Soeparman Soemahamidjaja, 1980).
Wirausaha adalah mereka yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif
dengan jalan mengembangkan ide, dan meramu sumber daya untuk menemukan
peluan (opportunity) dan perbaikan (preparation) hidup (Prawirakusumo, 1997:
5).
Rumusan entrepreneur yang berkembang sekarang ini sebenarnya banyak
berasal dari konsep Schumpeter
13
bidang teknik dan komersial ke dalam bentuk praktik. Inti dari fungsi pengusaha
adalah pengenalan dan pelaksanaan kemungkinan-kemungkinan baru dalam
bidang perekonomian. Kemungkinan-kemungkinan baru yang dimaksud oleh
Schumpeter adalah : Pertama, memperkenalkan produk baru atau kualitas baru
suatu barang yang belum dikenal oleh konsumen. Kedua,
melakukan suatu
metode produksi baru, dari suatu penemuan ilmiah baru dan cara-cara baru untuk
menangani suatu produk agar menjadi lebih mendatangkan keuntungan. Ketiga,
membuka suatu pemasar baru yaitu pasar yang belum pernah ada atau belum
pernah dimasuki cabang industri yang bersangkutan. Keempat, pembukaan suatu
sumber dasar baru, atau setengah jadi atau sumber-sumber yang masih harus
dukembangkan. Kelima, pelaksanaan organisasi baru (Yuyun Wirasasmita, 1982:
33-34)
Menurut Schumpeter (1934), fungsi pengusaha bukan pencipta atau
penemu kombinasi-kombinasi baru (kecuali kalau kebetulan), tetapi lebih
merupakan pelaksanaan dari kombinasi-kombinas yang kreatif. Perngusaha
tersebut biasanya, memiliki sikap yang khusus seperti sikap pedangang, pemilik
industri,
dan
bentuk-bentuk
usaha
lainnya
yang
sejenis.
Schumpeter
mengemukakan dua tipe sikap dari dua subjek ekonomi, yaitu sikap pengusaha
kecil biasa dan sikap pengusaha benar-benar. Sikap pengusaha yang benarbenarlah yang kemusia berkembang lebih cepat.
Kewiraushaan
(entrepreneursjip)
muncul
apabila
seseorang
berani
kemampuan
untuk
menemukan
14
dan
mengevaluasi
peluang,
15
(5) Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru
(creative) , dan sesuatu yang
bermanfaat
2.4
Keyakinan,
WATAK
ketergantungan,
16
untuk
berprestasi,
berorientasi
laba,
ketekunan
ketabahan,
tekad
kerja
dan
keras
yang wajar.
(4) Kepemimpinan
(5) Keorisinilan
17
(8) Value of achievement over money, yaitu lebih menghargai prestasi daripada
uang.
Selanjutnya, Arthur Kuriloff dan John. M. Mempil (1993: 20),
mengemukakan karakteristik kewirausahaan dalam bentuk nilai-nilai dan perilaku
kewirausahaan seperti pada table 2.2.
Wirausaha selalu berkomitmen dalam melakukan tugasnya sampai berhasil.
Ia tidak setengah-setengah dalam melakukan pekerjaanya. Karena itu, ia selalu
teku, ulet, pantang menyerah sebelum pekerjaanya berhasil. Tindakannya tidak
didasari oleh spekulasi melainkan perhitungan yang matang. Ia berani mengambil
risiko terhadap pekerjannya karena sudah diperhitungkan. Oleh sebab itu,
wirausaha selalu berani mengambil risiko yang moderat, artinya risiko yang
diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi
risiko yang didukung oleh komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus
berjuang mencari peluang sampai memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata /
jelas dan objektif, dan merupakan umpan balik (feedback) bagi kelancaran
kegiatnnya. Dengan semangat optimisme yang tinggi karena ada hasil yang
diperoleh, maka uang selalu dikelola secara proaktif dan dipandang sebagai
sumber daya bukan tujuan akhir.
TABEL 2.2 Nilai-nilai dan Perilaku Kewirausahaan
VALUES
Commitment
BEHAVIOR
Staying with a task until finished
Moderate risk
Seeing
opportunities
Objectivity
Feedback
Optimism
Money
Proactive
activity
management
planning
Sumber: Fundamental Small Business Management. 1993. hal.20.
18
Beberapa cirri kewirausahaan yang dikemukakan oleh para ahli seperti di atas,
secara ringkas dikemukakan oleh Vernon A Musselman (1989: 155), Wasty Sumanto
(1989), dan Geoffey Meredith (1989: 5) dalam bentuk ciri-ciri berikut:
(1) Keinginan yang kuat untuk berdiri sendiri.
(2) Kemauan untuk mengambil risiko.
(3) Kemampuan untuk berlajar dari pengalaman.
(4) Memotivasi diri sendiri.
(5) Semangat untuk bersaing.
(6) Orientasi pada kerja keras.
(7) Percaya pada diri sendiri.
(8) Dorongan untuk berprestasi.
(9) Tingkat energi yang tinggi.
(10)
Tegas.
(11)
Wasty Sumanto (1989: 5) menambah cirri-ciri yang ke-12 dan ke-13 sebagai
berikut :
(12)
(13)
Tidak bergantung pada alam dan berusaha untuk tidak menyerah pada alam.
Geoffey Meredith (1989: 5) menambahkan cirri yang ke-14 sampai dengan
ke-16 yaitu:
(14)
Kepemimpinan.
(15)
Keorisinilan.
(16)
19
(2) Berorientasi pada prestasi, yang tercermin dalam pandangan dan bertindak
(sees and act) terhadap peluang, orientasi efisiensi, mengutamakan kualitas
pekerjaan, berencana, dan menutamakan monitoring.
(3) Komitmen kepada orang lain, misalanya dalam mengadakan kontrak dan
hubungan bisnis.
Secara eksplisit, Dan Stenhoff dan John F Burgess (1993: 38) ,
mengemukakan beberapa karakteristik yang diperlukan untuk menjadi wirausaha
yng berhasil, meliputi:
(1) Memiliki visi dan tujuan usaha yang jelas.
(2) Bersedia menanggung risiko waktu dan uang.
(3) Berencana, mengorganisir.
(4) Kerja keras sesuai dengan tingkat kepentingannya.
(5) Mengembangkan hubungan dengan pelanggan, pemasok, pekerja, dan yang
lainnya.
(6) Bertanggung jawab terhadap keberhasilan dan kegagalan.
Keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat diperngaruhi juga oleh sifat
dan kepribadian seseorang. The Officer Of Advocacy of Small Business
Administration (1989) yang dikutip oleh Dan Steinhoff dan John F Burgess (1993:
37) mengemukakan bahwa kewirausahaan yang berhasil pada umumnya memiliki
sifat-sifat kepribadian (entrepreneurial personality) sebagai berikut:
(1) They have the self-confidence to work hard independently and understand that
the risk taking is part of the equation for success.
(2) They have organization ability, can get goals, are results-oriented, and tale
responsibility for the results of their endeavors-good or bad.
(3) They are creative and seek an outlet for their creativity in an
entrepreneurship.
(4) They enjoy challengesand find personal fulfilment in seeing their ideas
through to completion.
20
21
orang lainnya, sehingga ia lebih suka kerja keras walaupun dalam waktu yang
relative lama.
(9) Motivation to excel, yaitu memiliki dorongan untuk selalu unggul. Ia selalu
ingin lebih unggul, lebih berhasil dalam mengerjakan apa yang dilakukannya
dengan melebihi standard yang ada.motivasi ini muncul dari dalam diri
(internal) dan jarang dari eksternal.
(10)
Orientation to the future, yaitu berorientasi pada masa yang akan dating.
yang
berimajinasi
danmencoba
menyatakan
daya
kreativitas
serta
22
(6) Menyatakan
suatu
prakarsa setelah
gagasan awalnya
diterima
dan
lingkup memandang punjauh dan berdaya juang tinggi, karena sukses tidak
dating tanpa dasar atau tiba-tiba.
(12)
Adanya perluasan pasar dan pihak lain yang bersaing mendorong keamuan
keras untuk mebuat perencanaan lebih baik, bekerja lebih baik, untuk
mebcapai hasil lebih baik bahkan yang terbaik dan berbeda.
(13)
Sikap hati-hati dan cermat mendorong kesiapan bekrja sama dengan pihak
intorspeksi dan kesediaan, serta sikap responsive dan arif terhadap umpan
balik (feedback), kritik dan saran.
(16)
menyimak informasi dari pihak lain dengan meletakkan posisi dan sikap
sendiri, danm mengendalikan diri sendiri terhadap sesuatu soal yang dianggap
belum jelas.
23
(17)
Menjaga dan memajukan nilai dan perilaku yang telah menjadi keyakinan
dirinya, integritas pribadi yang mengandung citra dan harga diri, selalu
bersikap adil, adil, dan sangat menjaga kepercayaan yang telah diberikan oleh
orang lain.
Menurut Ahmad Sanusi, dalam konteks tersebut para wirausaha tidak
memiliki profil yang sama, masing-masing orang memiliki profilnya sendiri.
24
ORIENTASI
MATERI
MATERI
Tanggung
jawab
ilmu
kreativitas
Sikap
pelatihan
Positif
Keuntungan materi
pelayanan
ORIENTASI
Pengalaman
NONPerhitungan
Kira-kira
perhitungan
mistik
Risiko
Etnosentrisme
Pelaris
Tata cara leluhur
25
Menghadap ke Mana
(fengshui)
Keuntungan
26
kemandirian dan kemampuan sendiri. Seseorang yang memiliki masalah sendiri tanpa
manunggu bantuan orang lain.
Kepercayaan diri di atas, baik langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
sikap mental seseorang. Gagasan, karsa, inisiatif, kreatifivitas, keberanian, ketekunan,
semangat kerja keras, kegairahan berkarya, dan sebagainya banyak di pengaruhi oleh
tingkat kepercayaan diri seseorang yang berbaur dengan pengetahuan keterampilan
dan kewaspadaannya (Soesarsono Wijandi, 1988: 37). Kepercayaan diri merupakan
landasan yang kuat untuk meningkatkan karsa dan karya seseorang. Sebaliknya setiap
karya yang dihasilkan akan menumbuhkan dan meningkatkan kepercayaan diri.
Kreatifitas, inisiatif,kegairahan kerja dan ketekunan akan banyak mendorong
seseorang untuk mencapaikarya yang memberikan kepuasan batin, yang kemudian
akan mempertebal kepercayaan diri. Pada gilirannya orang yang memiliki
kepercayaan diri akan memiliki kemampuan untuk bekerja sendiri dalam
mengorganisir, mengawasi, dan meraihnya (the ability of a organize a business
himself and could run, control and embrace) (Soeparman Sumahamidjaja, 1997: 12).
Kunci keberhasilan dalam bisnis adalah untuk memahami diri sendiri. Oleh sebab itu,
wirausaha yang sukses adalah wirausaha yang mandiri dan percaya diri (Yuyun
Wirasasmita, 1994:2).
2. Berorientasi Tugas dan Hasil
Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil, adalah orang yang selalu
mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan
ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik, dan berinisiatif.
Berinisiatif artinya selalu ingin mencari dan memulia. Untuk memulai diperlukan niat
yang tekad dan kuat, serta karsa yang besar. Sekali sukses atau berprestasi, maka
sukses berikutnya akan menyusul, sehingga usahanya semakin maju dan semakin
berkembang. Dalam kewirausahaan, peluang hanya diperoleh apabila ada inisiatif.
Perilaku inisiatif ini biasanya diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman yang
bertahun-tahun, dan pengembangannya diperoleh dengan cara disiplin diri, berpikir
kritis, tanggap, bergairah, dan semangat berprestasi.
3. Keberanian Mengambil Risiko
27
Kemauan dan kemampuan untuk mengambil risiko merupakan salah satu nilai utama
dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil risiko akan sukar
memulai atau berinisiatif. Menurut Angelita S. Bajaro, seorang wirausaha yangberani
menanggung risiko adalah orang yang selalu ingin jadi pemenang dan memenangkan
dengan cara yang baik (Yuyun Wirasasmita, 1994: 2). Wirausaha adalah orang yang
lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk mencapai kesuksesan atau
kegagalan daripada usaha yang kurang menantang. Oleh sebab itu, wirausaha kurang
menyukai risiko yang terlalu rendah atau yang terlalu tinggi. Risiko yang terlalu
rendah akan memperoleh sukses yang relatif rendah. Sebaliknya, risiko yang tinggi
kemungkinan memperoleh sukses yang tinggi, tetapi dengan kegagalan yang sangat
tinggi. Oleh sebab itu, ia akan lebih menyukai risiko seimbang <moderat>. Dengan
demikian, keberanian untuk menanggung risiko yang menjadi nilai kewirausahaan
adalah pengambilan risiko yang penuh dengan perhitungan dan realistis. Kepuasan
yang besar diperoleh apabila berhasil dalam melaksanakan tugas-tuigasnya secara
realistis. Situasi risiko kecil dan situasi risiko tinggi dihinsari karena sumber kepuasan
tidak mungkin didapat pada masing-masing situasi tersebut. Artinya, wirausaha
menyukai tantangan yang sukar namun dapat dicapai, (Geoffrey G Meredith, 1996:
37). Wirausaha menghindari situasi risiko yang rendah karena tidak ada tantangan,
dan menjauhi situasi risik yang tinggi karena ingin berhasil Dalam situasi risiko dan
ketidakpastian inilah, wirausaha mengambil keputusan yang engandung potensi
kegagalan atau keberhasilan. Pada situasi ini, menurut Meredith (1996:38), ada dua
alternatif atau lebih yang harus dipilih, yaitu alternatif yang mengandung risiko dan
alternatif yang konservatif. Pilihan terhadap risiko ini sangat tergantung pada :
a) Daya tarik setiap alternatif.
b) Kesediaan untuk rugi.
c) Kemungkinan relatif untuk sukses atau gagal.
Untuk bisa memilih, sangat ditentukan oleh kemampuan wirausaha untuk
mengambil risiko. Selanjutnya, kemampuan untuk mengambil risiko ditentukan oleh :
a) Keyakinan pada diri sendiri.
b) Kesediaan untuk menggunakan kemampuan dalam mencari peluang
dan kemungkinan untuk memperoleh keuntungan.
28
semakin
besar
keyakinan
orang
tersebut
akan
kesanggupan
untuk
memperngaruhi hasil dan keputusan, dan semakin besar pula kesediaan seseorang
untuk mencoba apa yang menurut orang lain sebagai risiko (Meredith, 1996: 39). Jadi,
pengambila risiko lebih menyukai tantangan dan peluang. Oleh sebab itu, pengambil
risiko ditemukan pada orang-orang yang inovatif dan kreatif yang merupakan bagian
terpenting dari perilaku kewirausahaan.
4. Kepemimpinan
Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpianan,
kepeloporan, keteladanan. Ia selalu ingin tampil beda, lebih dulu, lebih menonjol.
Dengan menggunakan kememapuan kreativitas dan inovasi, ia selalu menampilkan
barang dan jasa-jasa yang dihasilkannya dengan cepat, lebih dulu dan segera berada di
pasar. Ia selalu menampilkan produk dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga ia
menjadi pelopor baik dalam proses produksi maupun pemasaran. Ia selalu
memnfaatkan perbedaan sebagai suatu yang menambah nilai. Karena itu, perbedaan
bagi seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan merupakan sumber pembaharuan
untuk menciptakan nilai. Ia selalu ingin bergaul untuk mencari peluang, terbuka untuk
menerima kritik dan saran yang kemudian diadikan peluang. Dalam karya dan
karsanya, wirausaha selalu ingin tampil mbaru dan berbeda. Karya dankarsa yang
berbeda akan dipandang sebagai sesuatu yang baru dan dijadikan peluang. Banyak
hasil karya wirausaha berbeda dan dipandang baru, seperti komputer, mobil,
minuman, dan produk makanan lainnya. Contoh sederhana adalah Toyota yang
hampir setahun sekali menghasilkan produk mobil baru. Disebut produk mobil kijang
baru karea penampilannya, interiornya, bentuk, dan asesorisnya berbeda dengan yang
sudah ada. Karena berbeda, maka disebut baru. Akibatnya, nilai jual kijang baru lebih
mahal daripada Kijang lama. Inilah nilai tambah yang diciptakan oleh wiraisaha yang
memiliki kepeloporan.
29
30
31
32
dasarnya.
Misalnya,
seseorang
pedagang
tidak
bisa
menghasilkan ide-ide baru kalui ia tidak mengetahui konsep-konsep atau komponenkomponen dasar tentang perdagangan.
Tahap 3: Transfromasi (Transformation), yaitu menyangkut persamaan dan
perbedaan pandangan di antara informasi yang terkumpul (involves viewing the
similarities and the difference among the information collected). Transformasi, ialah
mengidentifikasi persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan yang ada tentang
informasi yang terkumpul. Dalam tahap ini di perlukan dua tipe berpikir, yaitu
berpikir konvergen dan divergen. Berpikir konvergen (convergent thinking), adalah
kemampuan untuk melihat persamaan dan hubungan di antara data dan kejadian yang
bermacam-macam. Sedangkan berpikir divergen (divergent thinking) , adalah
kemampuan untuk melihat perbedaan-perbedaan antara data dan kejadian-kejadian
yang beranekaragam.
Ada beberapa cara untuk meningkatkan kemampuan metransformasi informasi
ke dalam ide-ide, yaitu yang dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Evaluasi bagian-bagian situasi beberapa saat, cobalah ambil gambaran
luasnya.
2) Susun kembali unsur-unsur situasi itu. Disamping melihat komponenkomponen masalah/isu dalam susunan dan perspektif yang bebeda-beda, kita
harus mampu melihat perbedaan dan persamaan secara cermat.
3) Sebelum melihat suatu pendekatan khusus terhadap situasi tertentu, ingat
bahwa dengan beberapa pendekatan mungkin keberhasilan akan dicapai.
4) Lawan godaan yang membuat penilaian kita tergesa-gesa dalam memecahkan
persoalan atau mencari peluang.
Tahap 4: Penetasan (Incubation), yaitu menyiapkan pikiran bahwa sadar untuk
merenungkan informasi yang terkumpul ,(allows the subconcious mind to reflect on
33
the informaton collected). Pikiran bawah sadar memerlukan waktu untuk mereflesikan
informasi.
Untuk mempertinggi tahap inkubasi dalam proses berpikir kreatif dapat
dilakukan dengan cara:
1) Menjauhkan diri dari situasi. Melakukan sesuatu yang tidak terkait dengan
masalah atau peluang secara keseluruhan sehingga kita dapat berpikir di
bawah sadar.
2) Sediakan waktu untuk mengkhayal. Meskipun mengkhayal seolah-olah
melakukan sesuatu yang tidak berguna, akan tetapi khayalan merupakan
begian terpenting dari proses kreatif.
3) Santai dan bermain secara teratur. Anda dapat berpikir kreatif dengan ide-ide
besar pada waktu bermain atau santai. Ide-ide besar sering muncul pada waktu
bermain golf, mendengarkan musik, di kebun / taman, atau tempat tidur.
4) Berkhayal tentang masalah atau peluang. Berpikir berbagai masalah sebelum
tidur merupakan cara efektif untuk mendorong poikiran anda bekerja waktu
tidur.
5) Kejarlah masalah atau peluang meskipun dalam lingkungan yang berbeda di
mana saja.
Tahap 5: Penerangan (Illumination). Penerangan akan muncul pada tahap inkubasi,
yaitu ketika ada pemecahan spontan yang menyebabkan adanya titik terang (occurs at
some point during the incubation stage when a spontaneous breaktrough causes the
light bulb to go on). Pada tahap sebelumnya muncul bersama-sama menghasilkan
ide-ide kreatif dan inovatif.
Tahap 6: Pengujian (Verification). Menyangkut validasi keakuratan dan manfaat ideide yang muncul (involves validating the idea as accurate and useful) yang dapat
dilakukan pada masa percobaan, proses simulasi, tes pemasaran, membangun pilot
project, membangun prototipe, dan aktivitas lain yang dirancang untuk membuktikan
ide-ide baru yang akan diimplementasikan.
Tahap 7: Implementasi (Implementation). Mentransformasikan ide-ide ke dalam
praktik bisnis (involves transforming the idea into a business reality).
34
35
Ide-ide kreatif
akan menghasilkan
36
keberhasilan atau
37
Always be on the look out for new opportunities, yaitu selalu mencari
peluang bar. Wirausaha harus selalu mencari peluang baru atau
menemukan cara baru untuk menciptakan peluang.
3)
Keep
it
simple,
yaitu
berpikir
sederhana.
Wirausaha
selalu
5)
Shoot for the stop, yaiut selalu mengejar yang terbaik, terunggul dan
ingin cepat mencapai sasaran. Wirausaha tidak pernah segan, mereka
selalu bermimpi besar. Meskipun tidak selalu benar, mimpi besar adalah
sumber penting untuk inovasi dan visi.
6)
Dont be ashamed to start small, yaitu jangan malu untuk memulai dari
hal-hal yang kecil. Banyak perusahaan besar yang berhasil karena
dimulai dari usaha kecil.
7)
Dont fear failure: learn from it, yaitu jangan takut gagal, belajarlah
dari kegagalan. Wirausaha harus tahu bahwa inovasi yang terbesar
berasal dari kegagalan.
8)
Never give up, yaitu tidak pernah menyerah atau berhenti karena
wirausaha bukan orang yang mudah menyerah.
9)
Go for it, yaitu untuk terus mengejar apa yang diinginkan. Orang yang
pantng menyerah selalu mengejar apa yang belum dicapainya. Sebelum
tujuannya tercapai, maka ia akan mengejarnya.
38
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Percaya bahwa kehidupan tidak dikuasi oleh nasib dan orang tertentu.
8)
9)
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Orang yang terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru akan lebih siap untuk
menanggapi segala peluang, tantangan dan perubahan sosial, misalnya dalam
mengubah standar hidupnya. Orang-orang yang terbuka terhadap ide-ide baru ini
merupakan wirausaha yang inovatif dan kreatif yang ditemukan dalam jiwa
kewirausahaan. Menurut Yurgen Kocka (1975), Pandangan yang luas dan dinamis
serta kesediaan untuk pembaharuan, bisa lebih cepat berkembang dalam lapangan
industri, tidak lepas dari suatu latar belakang pendidikan, pengalaman perjalananyang
banyak (Yuyun Wirasasmita, 1982: 44)., dalam konteks ini, juga dijumpai perpaduan
39
yang nyata antara usaha perdagangan yang sistematis dan rasional dengan
kemampuan bereaksi terhadap kesempatan-kesempatan yang didasari keberanian
berusaha. Wirausaha adalah kepribadian unggul yang mencerminkan budi yang luhur
dan suatu sifat yang pantas diteladani, karena atas dasar kemampuannya sediri dapat
melahirkan suatu sumbangsih dan karya untuk kemajuan kemanusiaan yang
berlandaskan kebenaran dan kebaikan.
Seperti telah diungkapkan bahwa wirausaha sebenarnya adalah seorang inovator atau
individu yang mempunyai kemampuan naluriah untuk melihat benda-benda materi
sedemikian rupa yang kemusia terbukti benar, mempunyai semangat dan kemampuan
serta pikiran untuk menaklukkan cara berpikir yang tidak berubah, dan mempunyai
kemampuan untuk bertahan terhadap oposisi sosial (Heijrachman Ranupandoyo,
1982: 1). Wirausaha berperan dalam mencari kombinasi-kombinasi baru yang
merupakan gabungan dari lima proses inovasi yaitu menemukan pasar-pasar baru,
pengenalan barang-barang baru, metode produksi baru, sumber-sumber penyediaan
bahan-bahan mentah baru, serta organisasi industri baru. Wirausaha merupakan
inovator yang dapat menggunakan kemampuan untuk mencari kreasi-kreasi baru.
Dalam perusahan, wirausaha adalah seorang inisiator atau organisator penting suatu
perusahan. Menurut Dusselman (1989: 16), seseorang yang memiliki jiwa
kewirausahaan ditandai oleh pola-pola tingkah laku sebagai berikut:
1)
2)
3)
Kemampuan
manajerial,
yaitu
usaha-usaha
yang
dilakukan
untuk
4)
(a)
Usaha perencanaan
(b)
(c)
(d)
40
Menurut Kathleen L. Hawkins & Peter A. Turla (1986) pola tingkah laku
kewirausahan diatas tergambar pula dalam perilaku dan kemampuan sebagai berikut:
(1)
Kepribadian, aspek ini bisa diamati dari segi kreativitas, disiplin diri,
kepercayaan diri, keberanian menghadapi risiko, memiliki dorongan, dan
kemauan kuat.
(2)
Hubungan, dapat dilihat dari indikator komunikasi dan hubungan antarpersonal, kepemimpinan, dan manajemen.
(3)
(4)
(5)
Keuangan, indikatornya adalah sikap terhadap uang dan cara mengatur uang.
David McClelland (1961: 205) mengemukakan enam ciri perilaku
kewirausahaan, yaitu:
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
41
FAKTOR
KEBERHASILAN
Kemauan dan
Kemampuan
Kesempatan dan
peluang
Luar diri
Perilaku
Luar diri
perilaku
Ketidaksempurnaan/
Kelemahan
Kesempatan
peluang
FAKTOR KEGAGALAN
Sumber: H.M Sujuti Jahja, ibid, hal. Exibit 6.
42
Pemenuhan diri
CONTOH DALAM
ORGANISASI
Selfactualization
needs
Tantangan kerja
Status
Esteem Needs
Jabatan
Berteman
Bekerja
Social Needs
Teman
Stabilitas
Security Needs
Jaminan
Pensiun
Physiological Needs
Gaji
Perlindungan
43
(estem needs), dan kebutuhan akan aktualisasi diri (self-actualization needs). Gambar
2.6 menunjukkan hierarki kebutuhan menurut Abraham Maslow.
Teori Maslow pada gambar 2.6, kemudia oleh Clayton Alderfer dikelompokkan
menjadi tiga kelompok, yang dikenal denga teori excistance, relatedness, and growth
(ERG).
Pertama, kebutuhan akan eksistensi (excistance) yaitu menyangkut keperluan material
yang harus ada (termasuk physiological need and security need dari Maslow).
Kedua, ketergantungan (, relatedness), yaitu kebutuhan untuk mempertahankan
hubungan interpersonal (termasuk social and esteem need dari Maslow)
Ketiga, kebutuhan perkembangan (growth), yaitu kebutuhan intrinsik untuk
perkembangan personal (termasuk self-actualization need dan esteem need dari
Maslow).
(2)
Need fot power (nPow): The need to make other behave in a way that they
would not have behaved otherwise.
(3)
Need for affiliation (nAff): The desire for friendly and close interpersonal
relationships.]
Kebutuhan berprestasi wirausaha (nAch) terlihat dalam bentuk tindakan untuk
melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibanding sebelumnya.
Wirausaha yang memiliki motif berprestasi tinggi pada umumnya memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
(1)
(2)
44
(3)
(4)
(5)
Kebutuhan
akan
kekuasaan
(nPow),
yaitu
hasrat
untuk
mempengaruhi,
mengendalikan, dan menguasai orang lai. Ciri umumnya adalah senang bersaing,
berorientasi pada status, dan cenderung lebih berorientasi pada status dan ingin
memperngaruhi orang lain.
Kebutuhan utnuk berafiliasi (naff), yaitu hasrat untuk diterima dan disukai oleh orang
lain. Worausaha yang memiliki motivasi berafiliasi tinggi lebih menyukai
persahabatan, bekerja sama daripada persaingan, dan saling pengertian. Menurut
Stephen P. Robbins (1993: 214), kebutuhan yang kedua dan ketigalah yang erat
kaitannya dengan keberhasilan manajer saat ini.
Ahli psikologi lain, Frederick Herzberg (1987) dalam teori motivation- hygiene
mengemukakan bahwa hubungan dan sikap individu terhadap pekerjaannya
merupakan salah satu dasar yang sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan
seseorang. Ada dua faktor dasar motivasi yang menetukan keberhasilan kerja, yaitu
faktor yang membuat orang merasa puas (satisfaction) dan faktor yang membuat
orang tidak merasa puas (dis-satisfaction).faktor internal yang membuat orang
memperoleh kepuasan kerja (job-satisfaction)meliputi prestasi (achievement),
pengakuan (recognition), pekerjaan (the work it self), tanggung jawab (responsibility),
kemajuan (advancement), dan kemungkinan berkembang
(possibility of growth).
45
the individual. Kecenderungan yang kuat untuk bertindak dalamsuatu arah tertentu
tergantung pada kekuatan harapan yang akan dihasilka dari tindakannya dan
ketertarikan lain yang dihasilkan bagi seseorang. Menurut Victor Vroom, ada tiga
variabel yang saling berhubungan yaitu: (1) Attrativeness, merupakan imbalan yang
diperoleh dari pekerjaan, (2) Performance-reward linkage, yaitu hubungan antar
imbalan yang diperoleh dan kinerja, dan (3) Effort performance linkage, yaitu
hubungan antara usaha dan kinerja yang dihasilkan. Ada tiga prinsip dari teori
harapan (expectancy theory), yaitu:
1)
P = f(M x A)
M = f(V1 x E)
V2 = f(V1 x 1)
antara jumlah valensi yang melekat pada perolehan tingkt kedua dengan
instrumental (I).
Menurut Nasution (1982: 26), Louis Allen (1986: 70), ada tiga fungsi motif, yaitu:
(1)
(2)
(3)
(2)
(3)
(4)
The desire for the prestige that come to being a business owner.
(5)
46
(6)
(7)
Alasan keuangan, yaitu untuk mencari nafkah, untuk menjadi kaya, untuk
mencari pendapatan tambahan, sebagai jaminan stabilitas keuangan.
(2)
Alasan social, memperoleh gengsi / status, untuk dapat dikenal dan dihormati,
untuk menjadi contoh bagi orang tua di desa, agar dapat bertemu dengan orang
banyak.
(3)
(4)
Alas an pemenuhan diri, yaitu untuk menjadi atasan / mandiri, untuk mencapai
sesuatu yang diinginkan, untuk menghindari ketergantungan pada orang lain,
untuk menjadi lebih produktif, dan untuk menggunakan kemampuan pribadi.
Menurut Zimmerer (19896: 3) ada beberapa peluang yang dapat di ambil dari
kewirausahaan, yaitu:
(1)
(2)
(3)
(4)
kewirausahaan.
BAB
TIGA
3. Menjelaskan cirri-ciri proses
perrumbuhan kewirausahaan.
47
4. Memahami langkah-langkah
menuju keberhasilan
wirausaha.
PROSES
KEWIRAUSAHAAN
48
Pribadi:
Pribadi:
Sosiologi:
Pribadi:
Organisasi:
Pribadi:
Pribadi:
Sosiologi:
Pribadi:
Organisasi:
Pencapaian
Pengambil
Jaringan
- -Wirausahawan
Kelompok
Pencapaianlocus
locus
Pengambilresiko
resiko
Jaringankelompok
kelompok
Wirausahawan
Kelompok
ofofcontrol
Ketidakpuasan
Orang
- -Pemimpin
Strategi
Sumber: William
D Bygrave, (1996), The Portable
Mtua
B A Entrepreneurship,
hal
control
Ketidakpuasan
Orangtua
Pemimpin
Strategi
Toleransi
Pendidikan
Keluarga
Manajer
Struktur
Toleransi 3
Pendidikan
Keluarga
- Manajer
Struktur
pengambil
Usia
Model
peranan
- -Komitmen
Budaya
pengambilresiko
resiko
Usia
Model
peranan
Komitmen
Budaya
ip, hal 3
Nilai-nilai
pribadi
Komitmen
Visi
Produk
Nilai-nilai pribadi
Komitmen
- Visi
Produk
Pendidikan
Pendidikan
Kewirausahaan berkembang dan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi ini dipicu
Pengalaman
Pengalaman
oleh factor pribadi, lingkungan, dan sosiologi. Factor individu yang
memicukewirausahaan adalah pencapaian locus of control, toleransi, pengambilan
INOVASI
KEJDIAN
IMPLEMENTASI
PERTUMBUHAN
INOVASI
KEJDIANPEMICU
PEMICU
IMPLEMENTASI
PERTUMBUHAN
risiko, nilai-nilai pribadi, pendidikan, pengalaman, usia, komitmen, dan
ketidakpuasan. Sedangkan factor pemicuyang berasal dari lingkungan ialah
Lingkungan:
Lingkungan:
Lingkungan:
Lingkungan:
Lingkungan:
Lingkungan:
peluang,model
peran,
aktivitas,
pesaing,
incubator,
sumber
daya,
dan
kebijakan
Peluang
Kompetisi
Pesaing
Peluang
Kompetisi
Pesaing
Model
Pelanggan
pemerintah. Sedangkan, factor Sumber
pemicu
yang
meliputi
Modelperanan
peranan
Sumberdaya
daya berasal darilingkungan social
Pelanggan
Aktivitas
Inkubator
Pemasok
Aktivitaskeluarga, orang tua dan jaringan
Inkubator kelompok. Sepertihalnya pada
Pemasok
tahap
Kebijakan
Pemerintah
Investor,
Kebijakan Pemerintah
Investor,Bankir
Bankir
perintisankewirausahaan, maka pertumbuhan kewirausahaan sangat tergantungpada
kemampuan
pribadi,
organisasi,
dan
lingkungan.
Factor
Sumber: William
D Bygrave, (1996),
The Portable
M B A Entrepreneurship,
hal.3.
mempengaruhi
petumbuhan
kewirausahaan
adalah pesaing,
lingungan
yang
3.3
(2)
(3)
Tahap menciptakan sendiri barang dan jasa baru yang berbeda (creating new
and different).
Pada tahap pertama, yaitu proses imitasi dan duplikasi, para wirausaha mulai
meniru ide-ide orang lain, misalnya untuk memulai atau merintis usaha barunya
diawali dengan meniru usaha orang lain, dalam menciptakan jenis barang yang akan
dihasilkan meniru yang sudah ada. Teknik produksi, desain, pemrosesan, organisasi
usaha, dan pola pemasarannya meniru yang sudah ada. Beberapa keterampilan
tertentu diperoleh melalui magang atau pengalaman baik dari lingkungan keluarga
maupun orang lain. Akan tetapi tidak sedikit pula wirausaha yang berhasil karena
proses pengamatan.
Selanjutnya, pada tahap duplikasi dan pengembangan, para usaha mulai
mengembangkan ide-ide barunya. Dalam tahap duplikasi produk misalnya, wirausaha
mulai mengembangkan produknya melalui diversifikasi dan diferensiasi dengan
50
didesain sendiri. Demikian pula dalam organisasi usaha dan pemasaran mulai
dikembangkan model-model pemasaran sendiri. Meskipun pada tahap ini mengalami
perkembangan yang lambat dan cenderung kurang dinamis, tetapi sudah ada sedikit
perubahan. Misalnya desain dan teknik yang cenderung monoton, mungkin berubah
tiga sampai lima tahun sekali, pemasaran cenderungdikuasai oleh bentuk-bentuk
monopsoni oleh para pedagang pengumpul seperti usaha kecilpad umumnya.
Beberapa wirausaha diantaranya ada juga yang mengikuti model pemasaran dan
cenderung berperan sebagai market follower dan beberapa perusahaan lagi mengikuti
kehendakpedagang pengumpul. Setelah tahap duplikasi dan pengembang, kemudian
tahap menciptakan sendiri sesuatu yang baru dan berbeda melalui ide-ide sendiri
sampai terus berkembang. Pada tahap ini wirausaha biasanya mulai bosan dengan
proses produksi yang ada, keingintahuan, ketidakpuasan terhadap hasil yang sudah
ada mulai timbul dan adanya keinginan untuk mencapai hasil yang lebih unggul
secara menggebu. Pada tahap ini organisasi usaha mulai diperluas dengan skala yang
luas pula, produk mulai diciptakan sendiri berdasarkan pengamatan pasar dan
berdasarkan kebutuhan konsumen, ada keinginan untuk menjadi penantang pasar
(market challenger) bahkan pemimpin pasar (market leader). Produk-produk unik
yang digerakan oleh pasar (market driven) mulai diciptakan dan disesuaikan dengan
perkembangan teknik yang ada. Beberapa industri kecil tertentu, misalnya industri
kecil sepatu dan konveksi mulai menantang pasar (market challenger), sedangkan
industri lainnya yang menggunakan teknik produksi tradisional dan semi modern
masih menjadi pengikut pasar (market follower).
Dilihat prosesnya, Zimmerer (1996: 15-16) membagi tahap perkembangan
kewirausahaan menjadi dua, yaitu:
(1)
(2)
Tahap pertumbuhan.
51
3.4
52
Wirausaha
Usaha
Kemauan
Kemampuan
Ide
Semangat
dan kerja
keras
Loyalitas
dan Tanggung
Jawab
Untuk menjadi wirausaha yang sukses, pertama-tama harus memiliki ide atau
visi bisnis (business vision) yang jelas, kemudian ada kemauan dan keberanian untuk
menghadapi risiko baik waktu maupun uang. Apabila ada kesiapan dalam menghadapi
risiko, langkah berikutnya adalah membuat perencanaan usahamengorganisasikan dan
menjalankannya. Agar usahanya berhasil, selain harus kerja keras sesuai dengan
urgensinya, wirusaha harus mampu mengembangkan hubungan,baik dengan
mitrausahanya maupun dengan semua pihak yang terkait dengan kepentingan
perusahaan.
3.5
pada
kemampuan
pribadi
wirausaha.
Zimmerer
(1996:
14-15)
(2)
memvisualisasikan
mengelola
usaha,
sumber
daya
53
kemampuan
manusia,
mengkoordinasikan,
maupun
kemampuan
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Pendapatan yang tidak menentu. Baik pada tahap awal maupun tahap
pertumbuhan, dalam bisnis tidak ada jaminan untuk terus memperoleh
pendapatan yang berkesinambungan. Dalam kewirausahaan, sewaktu-waktu bisa
54
rugi dan sewaktu-waktu juga bisa untung. Kondisi yang tidak menentu dapat
membuat seseorang mundur dari kegiatan berwirausaha.
(2)
(3)
Perlu kerja keras dan waktu yang lama. Wirusaha biasanya bekerja sendiri
mulai dari pembelian, pengolahan, penjualan, dan pembukuan. Waktu yang lama
dan keharusan bekerja keras dalam berwirausaha mengakibatkan orang yang
ingin menjadi wirausaha menjadi mundur. Ia kurang terbiasa dalam menghadapi
tantangan. Wirausaha yang berhasil pada umumnya menjadikan tantangan
sebagai peluang yang harus dihadapi dan ditekuni.
(4)
3.6
55
KEUNTUNGAN
KERUGIAN
Otonomi
Pengorbanan Personal
Tantangan
Awal
Kontrol Fisik
WIRAUSAHA
Sumber: Peggy Lambing and Charles L. Kuehl, Entrepreneurship, Tahun 2000 hal. 20.
(2)
(3)
56
(2)
Beban tanggung jawab. Wirausaha harus mengelola semua fungsi bisnis, baik
pemasaran, keuangan, personil maupun pengadaan dan pelatihan.
(3)
57
Bab Empat
Setelah mempelajari bab ini, anda
diharapkan mampu:
1.
PROFIL WIRAUSAHA
erbagai ahli mengemukakan profil wirausaha dengan pengelompokan
yang berbeda-beda. Ada yang pengelompokan berdasarkan pemiliknya,
pengelompokkan berdasarkan perkembangannya dan pengelompokkan
perbaikan-perbaikan
terhadap
standar
tradisional,
bukan
(3)
58
memperkenalkan teknik dan produk baru, tetapi juga dalam pasar dan sumber
pengadaan, peningkatan teknik manajemen, dan metode distribusi baru. Ia
mengadakan proses dinamis pada produk, proses, hasil, sumber pengadaan,
dan organisasi yang baru.
Sedangkan Zimmerer (1996) mengelompokkan profil kewirausahaan sebagai berikut:
(1)
(2)
Home-Based New Ventures, yaitu uasaha yang dirintis dari rumah/ tempat
tinggalnya.
(3)
(4)
Compreneurs, yaitu usaha yang dilakukan oleh dua orang wirausaha yang
bekerjasama sebagai pemilik dan menjalankan usaha bersama-sama.
4.2
Dilihat dari ruang lingkupnya wirausaha memiliki dua fungsi, yaitu fungsi makro dan
fungsi mikro. Secara makro, wirausaha berperan sebagai panggerak, pengendali, dan
pemacu perekonomian suatu bangsa. Di Amerika Serikat, Eropa Barat, dan Negaranegara di Asia, kewirausahaan menjadi kekuatun ekonomi Negara tertentu, sehingga
Negara-negara tersebut menjadi kekuatan ekonomi dunia yang kaya dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi. Hasil-hasil dari penemuan
ilmiah, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi rekayasatelah
menghasilkan kreasi-kreasi baru dalam produk barang dan jasa-jasa yang berskala
global. Semua itu merupakan hasil dari proses dinamis wirausaha yang kreatif.
Bahkan para wirausahalah yang berhasil menciptakan lapangan kerja dan mendorong
pertumbuhan ekonomi. Wirausahalah yang berani mengambil risiko, memimpin, dan
mendorong pertumbuhan ekonomi. Tanpa dorongan, energi, dan dedikasi para
wirausaha, pembentukan (formasi) investasi pada perusahaan-perusahaan baru tidak
akan pernah terjadi. Menurut J.B. Say, wirausaha adalah orang yang menggeser
59
(2)
(b)
(c)
(d)
(b)
60
(c)
(d)
(2)
(3)
(4)
Captain of industri, yang mulai sebagai teknisi atau tukang dalam satu bidang
keahlian, kemudian berhasil menemukan sesuatu yang baru, bukan dengan
sengaja melainkan karena hasil temuan dan kehebatan daya cipta.
(2)
(3)
intrapreneur, yaitu orang yang tidak menemukan sesuatu (produk) yang baru,
tetapi menggunakan temuan orang lain dan dipakai pada unit usaha yang
bersangkutan (Marzuki Usman 1977: 4), misalnya dalam membuat desain/ rancangan
suatu produk yang sesuai dengan permintaan pasar. Fungsi intrapreneur adalah
61
4.3
Dalam konteks persaingan global yang semakin terbuka seperti sekarang ini, banyak
tantangan yang harus dihadapi. Setiap Negara harus bersaing dengan menonjolkan
keunggulan sumber daya masing-masing. Negara-negara yang unggul dalam sumber
dayanya akan memenangkan persaingan. Sebaliknya Negara-negara yang tidak
memiliki keunggulan bersaing dalam sumber daya akan dalam persaingan dan tidak
akan mencapai banyak kemajuan. Negara-negara yang memiliki keunggulan bersaing
adalah Negara-negara yang dapat memberdayakan sumber daya ekonominya
(conomic empowering) dan memberdayakan sumber daya manusianya (resources
empowering) secara nyata sumber-sumber dapat diberdayakan apabila sumber daya
manusia memiliki keterampilan kreatif dan inovatif. Di Indonesia sumber daya
manusia betul-betul menghadapi tantangan dan perasaingan yang kompleks.
Tantangan tersebut tampak sperti Gambar 4.1.
62
Tantangan
Tantangan
Pengangguran
Pengangguran
Tantangan
Tantangan
Sumber
SumberDaya
Daya
Kewirausahaan
Kewirausahaan
Tantangan
Tantangan
Etika
Etika
Tantangan
TantanganTanggung
Tanggung
Jawab
JawabSosial
Sosial
Tantangan
TantanganKemajuan
Kemajuan
Teknologi
Teknologi
Tantangan
TantanganGaya
GayaHidup
Hidup
dan
dan
Kecenderunganya
Kecenderunganya
Tantangan persaingan global, tantangan pertumbuhan penduduk, tantangan
pengangguran, tantangan tanggung jawab social, keanekaragaman ketenagakerjaan,
dan tantangan etika, tantangan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan,dan
tantangan gaya hidup beserta kecenderungan-kecenderunganya merupakan tantangan
yang saling terkait stu sama lain. Dalam persaingan global, semua sumber daya antar
Negara akan bergerak bebas tanpa batas. Sumber daya alam, Sumber daya manisia,
ilmu pengetahuan teknologi, dan gaya hidup akan melewati batas-batas Negara.
Hanya sumber daya yang memiliki keunggulanlah yang dapat bertahan dalam
persaingan. Demikian juga pertumbuhan penduduk dunia yang cepat disertai
persaingan yang tinggi akan menimbulkan berbagai angkatan kerja yang kompetitif
dan akan menimbulkan pengangguran bagi sumber daya manusia yang tidak memiliki
keunggulan dan daya saing yang kuat.
Untuk menghadapi bebagai tantangan tersebut diperlukan sumber daya yang
berkualitas yang dapat menciptakan berbagai keunggul, baik keunggulan komparatif
(comparative advantages) maupun keunggulan kompetitif (competitive advantages),
diantaranya melalui proses kreatif dan inovatif wirausaha.
Untuk dapat bersaing dipasar global sangat diperlukan barang dan jasa yang
berdaya saing tinggi yaitu barang dan jasa yang memiliki keunggulan-keunggulan
63
tertentu. Untuk menghasilkan barang dan jasa yang berdaya saing tinggi diperlukan
tingkat efisiensi yang tinggi. Tingkat efisiensi yang tinggi ditentukan oleh kualitas
sumber daya manusia yang tinggi, yaitu sumber daya manusia yang profesional dan
terampil yang dapat menciptakan nilai tambah baru dan mampu menjawab tantngan
baru. Selanjutnya kualitas sumber daya manusia yang tinggi tersebut hanya dapat
ditentukan oleh system pendidikan yang menghasilkan sumber daya yang kreatif dan
inovatif. Sumber daya kretif dan inovatif hanya terdapat pada wirausaha. Oleh sebab
itu,wirausahalah yang mampu menciptakan keunggulan bersaing melalui kemampuan
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create the new and different).
BAB LIMA
65
Ada tiga risiko yang dapat dievaluasi, yaitu: (1) Risiko pasar atau risiko
persaingan, (2) Risiko financial, dan (3) Risiko teknik. Risiko pasar terjadi akibat
adanya ketidakpastian pasar. Risiko financial terjadi akibat rendahnya hasil penjualan
dan tingginya biaya. Risiko teknik terjadi sebagai akibat adanya kegagalan teknik.
Pada hakikatnya, ketidakpastian pasar terjadi akibat dari berbagai factor seperti
lingkungan, ekonomi, teknologi, demografi, dan social politik.
Menurut Zimerer (1996:82) kreativitas sering kali muncul dalam bentuk ide-ide untuk
menghasilkan barang dan jasa-jasa baru. Ide itu sendiri bukan peluang dan tidak akan
muncul bila wirausaha tidak menngadakan evaluasi dan pengamatan secara terus
menerus. Banyak ide yang betul-betul asli, akan tetapi sebagian besar peluang tercipta
ketika wirausaha memiliki cara pandang baru terhadap ide yang lama. Pertanyaanya,
bagaimana ide bias menjadi peluang ? Ada beberapa cara, yaitu:
(1) Ide dapat digerakkan secara internal melalui perubahan cara-cara/metode yang
lebih baik untuk melayani dan memuaskan pelanggan dalam memenuhi
kebutuhannya.
(2) Ide dapat dihasilkan dalam bentuk produk dan jasa baru.
(3) Ide dapat dihasilkan dalam bentuk modifikasi bagaimana pekerjaan dilakukan
atau modifikasi cara melakukan suatu pekerjaan.
Hasil dari ide-ide tersebut secara keseluruhan adalah perubahan dalam bentuk arahan
atau
petunjuk bagi perusahaan atau kreasi baru tentang barang yang dihasilkan
perusahaan. Banyak wirausaha yang berhasil bukan atas ide sendiri tetapi hasil
pengamatan dan penerapan ide-ide orang lain yang bias dijadikan peluang.
66
(1) Menciptakan Produk Baru dan Berbeda. Ketika ide dimunculkan secara riil
atau nyata, misalnya dalam bentuk barang atau jasa baru, maka produk dan
jasa tersebut harus berbeda dengan produk dan jasa yang ada di pasar. Selain
itu, produk dan jasa tersebut harus menciptakan nilai bagi pembeli atau
penggunanya. Agar berguna, barang dan jasa itu harus bernilai bagi konsumen
baik pelanggan maupun konsumen potensial lainnya. Oleh sebab itu,
wirausaha harus benar-benar mengetahui perilaku konsumen dipasar. Dalam
mengamati perilaku pasar, paling sedikit ada dua unsure pasar yang perlu
diperhatikan:
(a) Permintaan terhadap barang/jasa yang dihasilkan.
(b) Waktu penyerahan dan waktu permintaan barang/jasa.
Dengan demikian, jelaslah bahwa wirausaha yang sukses perlu
menciptakan produk dan jasa unggul yang memberikan nilai kepada
konsumen. Misalnya apakah produk-produk barang dan jasa tersebut dapat
meningkatkan efisiensi bagi pemakainya ? Berapa besarnya? Apakah
perbaikan dalam efisiensi dapat diketahui juga oleh pembeli potensial?
Berapa persen target yang ingin dicapai dari segmentasi pasar tersebut?
Pertanyaan-pertanyaan di atas penting dalam menciptakan peluang.
Secara implisit, apabila wirausaha baru memfokuskan pada segmen
pasar, maka secara spesifik peluang itu akan sangat tergantung pada
perilaku segmen pasar. Kemampun untuk memperoleh peluang itu sendiri
sangat tergantung pada kemampuan wirausaha untuk menganalisis pasar
yang meliputi aspek:
(a) Kemampuan untuk menganalisis demografi pasar.
(b) Kemampuan untuk menganalisis sifat serta tingkah laku pesaing.
(c) Kemampuan untuk menganalisis keunggulan bersaing pesaing dan
kefakuman pesaing yang dianggap dapat menciptakan peluang.
(2) Mengamati Pintu Peluang.
67
VERSUS
Kapanilitas dan
sumber-sumber
untuk mencapai
target.
VERSUS
Usaha pengembangan
yang dilakukan
pesaing
VERSUS
Pasar yang
ditargetka
n
Keagresifan perilaku
pesaing sebelunya
dalam mempertahankan
pasar yang mereka
68
kapabilitas
dan
sumber-sumberyang
dimiliki
(b)
(c)
Bilapesaing
tidak
begitu
pagresif
untuk
(e)
(f)
Perusahaan baru memiliki kemampuan dan sumbersumber untuk menghasilkan produk barunya.
(3) Analisis Produk dan Proses Produksi Secara Mendalam. Analisis ini
sangat penting untuk menjamin apakah jumlah dan kualitas produk yang
dihasilkan memadai atau tidak. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk membuat
produk tersebut ? Apakah biaya yang kita keluarkan lebih efisien daripada
biaya yang dikeluarkan oleh pesaing ?
69
(4) Menaksir Biaya Awal, yaitu biaya awal yang diperlukan oleh usaha baru.
Dari mana sumbernya dan untuk apa digunakan? Berapa yang diperlukan
untuk operasi, untuk perluasan dan untuk biaya lainnya ?
(5) Memperhitungkan Risiko yang Mungkin Terjadi, misalnya risiko teknik,
risiko financial, dan risiko pesaing. Risiko pesaing adalah kemampuan dan
kesediaan pesaing untuk mempertahankan posisinya dipasar. Risiko pesaing
meliputi pertanyaan: (1) Kemungkinan kesamaan dan keunggulan produk apa
yang dikembangkan pesaing ? (2) Tingkat keberhasilan apa yang telah dicapai
oleh pesaing dalam pengembangan produknya ? (3) Seberapa jauh dukungan
keuangan pesaing bagi pengembangan produk baru dan produk yang
diperkenalkannya ? (4) Apakah perusahaan baru cukup kuat untuk mengatasi
serangan-serangan pesaing ?
Sedangkan risiko teknik berhubungan dengan proses pengembangan
produk yang cocok dengan yang diharapkan atau menyangkut suatu objek
penentu apakah ide secara actual dapat ditransformasi menjadi produk yang
siap dipasarkan dengan kapabilitas dan karakteristiknya. Risiko finansial
adalah risiko yang timbul sebagai akibat ketidakcukupan finansial baik dalam
tahap pengembangan produk baru maupun dalam menciptakan dan
mempertahankan perusahaan untuk mendukung biaya produk baru,
Analisis kelemahan, kekuatan, peluang, dan ancaman atau analisis
strength, weakness, opportunity, and threat (SWOT) sangat pentingan dalam
menciptakan keberhasilan perusahaan baru.
Jiwa
dan
watak
kewirausahaan
tersebut
dipengaruhi
oleh
70
71
skill,
yaitu
kemampuan
berhitung
dan
kemampuan
72
secara
efektif
dan
efisien,
mencari
sumber
dana
dan
(memotivasi),
dan
mengendalikan
orang-orang
yang
menjalankan perusahaan.
8) Satisfying customer by providing high quality product, yaitu memberi
kepuasan kepada pelanggan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang
bermutu, bermanfaat, dan memuaskan.
9) Knowing how to compete, yaitu mengetahui strategi/cara bersaing. Wirausaha,
harus dapat mengungkapkan kekuatan (strength), kelemahan (weakness),
peluang(opportunity), dan ancaman (threat) dirinya dan pesaing. Ia harus
menggunakan analisis SWOT baik terhadap dirinya maupun terhadap pesaing.
10) Copying with regulations and paperwork, yaitu membuat aturan/pedoman
yang jelas (tersurat, tidak tersirat).
73
hubungan personal, seperti kemampuan berelasi dan menjalin kemitraan antarperusahaan. Ia harus mengetahui hubungan inter-personal secara sehat.
Sedangkan
menurut
Norman
M.Scarborough
(1993),
kompetensi
74
75
harus memiliki kepribadia khusus yaitu penuh pendirian, realistis, pebuh harapan, dan
pebuh komitmen. Modal yang cukup, bias diperoleh apabila perusahaan mampu
mengembangkan hubungan baik dengan lembaga-lembaga keuangan, karena dengan
hubungan baik itulah akan menambah kepercayaan dari penyandang dana.
Penggunaan dana tersebut harus efektif agar memperoleh kepercayaan yang terusmenerus. Menurut Ronald J. Ebert (2000: 117) bahwa efektivitas manajer perusahaan
tergantung pada keterampilan dan kemampuan. Keterampilan dasar manajemen
(Basic Management Skill) tersebut meliputi:
1) Techincal skill, yaitu keterampilan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas
khusus, seperti sekretasi, akuntan-auditor, dan ahli gambar,
2) Human relations skill,
b)
c)
76
yang merupakan kekuatan bagi dirinya dan harus memperbaiki kelemahan agar
menghasilkan keunggulan. Kelemahan dan kekuatan yang kita miliki atau kekuatan
dan kelemahan yang dimiliki penting meruakan peluang yang harus digali. Kekuatankekuatan dan kelemahan-kelemahan tersebut biasanya tampak dalam berbagai hal,
misalnya dalam pelayanan, harga barang, kualitas barangm distribusi, promosi, dan
lain-lain. Variabel-variabel dalam bauran pemasaran (marketing mix) secara strategis
pada umumnya bias dijadikan peluang. Semua informasi tentang kekuatan dan
kelemahan perusahaan dapat diperoleh dari berbagai sumber, misalnya pelanggan,
karyawan, lingkungan sekitar, distributor, laporan rutin, periklanan, dan pameran
dagang.
Jelaslah bahwa kemampuan tertentu mutlak diperlukan bagi seorang
wirausaha. Seperti telah dikemukakan lima kompetensi yang merupakan fungsi dari
kapabilitas yang diperlukan, yaitu technical, marketing, financial, personnal, and
management. Wirausaha sebagai manajer dan sekaligus sebagai pemiliki perusahaan
dalam mencapai keberhasilan usahanya harus memiliki pengetahuan, keterampilan
dan sikap, tujuan, pandai mencari peluang, dan adaptif dalam menghadapi perubahan.
Menurut Small Business Development Center , untuk mencapai keberhasilan usaha
yang dimiliki sendiri, sangatlah tergantung pada:
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Minimize
the
threats
to
business,
77
yaitu
kemampuan
untuk
(3)
Menurut Alan C. Filley dan Robert W Pricer (1991: 1) .. karena perusahaan kecil
tergantung pada lingkungan setempat, maka perusahaan tersebut akan berhasil bila
lingkungan stabil. Jadi asumsinya lingkungan harus stabil. Oleh sebab itu, pada
umumnya perusahaan kecil menggunakan kecapakan khusus atau human skill.
Human skill adalah kemampuan untuk berkerja, memahami, dan kemampuan untuk
memotivasi orang-orang, baik sebagai individu maupun berkelompok. Selanjutnya,
conceptual skill merupakan mental ablity untuk menganalisis dan mendiagnosis
situasi yang kompleks. Jadi, ability diartikan sebagai kapasitas seseorang untuk
melakukan berbagai tugas dalam suatu perusahaan. Dalam rumusam yang lebih
sederhana, kemampuan berwirausaha bias dilihat dari keteramilan manajerial. Robert
Katz yang dikutip oleh Stephen P.Robbins (1993) mengemukakan tentang
management skill, yang meliputi kemampuan technical,human,dan conceptual.
Technical skill adalah kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan craft firm.
Human skill adalah kemampuan bersosialisasi, bergaul, dan berkomunikasi, dan
conceptual skill adalah kemampuan merencanakan, merumuskan, meramalkan, atau
memprediksikan.
78
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi wirausaha
yang berhasil seseorang harus memiliki bekal pengetahuan kewirausahaan dan bekal
keterampilan kewirausahaan. Bekal pengetahuan yang terpenting adalah bekal
pengetahuan bidang usaha yand dimasuki dan lingkungan usaha, pengetahuan tentang
peran dan tanggung jawab, pengetahuan tentang kepribadian dan kemampuan diri,
pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis. Sedangkan bekal keteramilan
memperhitungkan risiko, keterampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambah,
keterampilan dalam memimpin dan mengelola, keterampilan berkomunikasi dan
berinteraksi, serta keterampilan teknis bidang usaha ( Soesarsono Wijandi, 1988: 29).
79