Anda di halaman 1dari 79

BAB SATU

Setelah mempelajari bab ini,


anda di harapkan mampu:
1. Memahami
konsep
umum kewirausahaan.
2. Memahami
kunci
sukses kewirausahaan.

Pendahuluan
1.1

Kewirausahaan Gambaran Ringkas

1.1.1 Inti dan Hakikat Kewirausahaan.


Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak orang yang menafsirkan dan memandang
bahwa kewirausahaan identih dengan apa yang dimiliki baru dilakukan usahawan
atau wiraswasta. Pandangan tersebut tidaklah tepat, karena jiwa dan sikap
kewirausahaan (entrepreneurship) tidak hanya dimiliki oleh usahawan akan tetapi
dapat dimiliki oleh setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif baik
kalangan usahawan maupun masyarakat umum seperti petani karyawan, pegawai
pemerintah, mahasiswa, guru, dan pimpinan oraganisasi lainnya.
Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang di jadikan
dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari
kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
(create new and different)

melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk

menciptakan peluang. Banyak orang yang berhasil dan sukses karena memiliki
kemampuan berpikir kreatif dan inovatif. Karya dan karsa hanya terdapat pada orangorang yang berpikir kreatif. Tidak sedikit orang dan perusahaan yang berhasil meraih
sukses karena memiliki kemampuan kreatif dan inovatif. Proses kreatif dan inovatif
tersebut biasanya diawali dengan memunculkan ide-ide dan pemikiran-pemikiran baru
uintuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Sedangkan dalam organisasi
perusahaan, proses kreatif dan inovatif dilakukan melalui kegiatan penelitian dan
pengembangan (research and development) untuk meraih pasar. Baik ide, pemikiran
maupun tindakan kreatif tidak lain untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.

Sesuatu yang baru dan berbeda merupakan nilai tambah barang dan jasa yang menjadi
sumber keunggulan untuk dijadikan peluang. Jadi kewirausahaan merupakan suatu
kemampuan dalam menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengelolaan
sumber daya dengan cara-cara baru

dan berbeda, melalui: (1) Pengembangan

tekhnologi baru (2) Penemuan pengetahuan ilmiah baru, (3) Perbaikan produk barang
dan jasa yang ada, (4) Penemuan cara-cara baru untuk menghasilkan barang yang
lebih banyak dengan sumber daya yang lebih efisien.
Kreatifitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan
cara-cara, baru dalam pemecahan masalah dan menemukan peluang (thinking new
things). Sedangkan inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam
rangkan pemecahan masalah dan menemukan peluang (doing new thing). Jadi,
kreativitas adalah kemampuan untuk memikirkan sesuatu yang baru dan berbeda.
Sesuatu yang baru dan berbeda tersebut dapat dalam bentuk hasil seperti barang dan
jasa, dan bias dalam bentuk proses seperti ide, metode, dan cara. Sesuatu yang baru
dan berbeda yang diciptakan melalui proses berpikir kreatif dan bertindak inovatif
meruapakan nilai tambah (valur added) dan merupakan keunggulan yang berharga.
Nilai tambah yang berharga adalah sumber peluang bagi wirausaha. Ide kreatif
akanmuncul apabila wirausaha look at old and think something new or different.
Sukses kewirausahaan akan tercapai apabila berpikir dan melakukan sesuatau yang
baru atau sesuatu yang lama dengan cara-cara baru (thing and doing new things or old
thing in new way) (Zimmer, 1996: 51)

1.1.2 Jiwa dan Sikap Kewirausahaan


Proses kreatis dan inovatif hanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki jiwa dan
sikap kewirausahaan, yaitu orang yang per caya diri (yakin, optimis, dan penuh
komitmen), berinisiatif (energik dan percaya diri), memiliki motif berprestasi
(berorientasi hasil dan berwawasan ke depan), memiliki jiwa kepemimpinan (berani
tampil berbeda), dan berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan (karena itu
suka akan tantangan).

1.1.3 Proses Kewirausahaan


Kewirausahaan diawali dengan proses imitasi dan duplikasi, kemudian berkemabang
menjadi proses pengembangan, dan berakhir pada adalah proses penciptaan sesuatu

yang baru dan berbeda (inovasi). Tahap proses penciptaan sesuatu yang baru dan
berbeda itulah yang disebut tahap kewirausahaan. Tahapan inovasi banyak
dipengaruhi oleh berbagai factor, baik dari pribadi maupun lingkungan. Factor pribadi
yang memicu kewirausahaan adalah motif berprestasi, komitmen, nilai-nilai pribadi,
pendidikan dan pengalaman. Sedngkan factor pemicu yang berasal dari lingkungan
pada masa inovasi adalah peluang, model peran, dan aktivitas. Perilaku
kewirausahaan merupakan fungsi dari kopetensi, insentif, dan lingkungan.

1.1.4 Fungsi dan Peran Wirausaha


Secara umum, wirausaha memiliki dua peran, yaitu sebagai penemu (inovator) dan
sebagai perencana (planner) . sebagai penemu, wirausaha menemukan dan
menciptakan produk baru, teknologi dan cara baru, ide-ide baru, dan organisasi usaha
baru. Sedangkan sebagai perencana, wirausaha berperan merancang usaha baru,
merencanakan strategi perusahaan baru, merencanakan ide-ide dan peluang dalam
perusahaan, dan menciptakan organisasi perusahaan baru.

1.1.5 Ide dan Peluang Kewirausahaan


Ide akan menjadi peluang apabila wirausaha bersedai melakukan evaluasi terhadap
peluang secara terus-menerus melalui proses penciptaan sesuatu yang baru dan
berbeda, mengamati pintu peluang, menganalisis proses secara mendalam, dan
memperhitungkan risiko yang mungkin terjadi. Untuk memperoleh peluang wirausaha
harus memiliki berbagai kemampuan dan pengatahuan seperti kemampuan untuk
menghasilkan produk atau jasa baru, menghasilkan nilai tambah naru, merintis usaha
baru, melakukan proses atau teknik baru, dan mengembangkan organisasi baru.

1.1.6 Bekal Pengatahuan dan Keterampilan Wirausaha


Selain bekal kemampuan, wirausaha juga perlu memiliki pengatahuan dan
keterampilan. Bekal pengetahuan yang harus dimiliki wirausaha meliputi: (1) Bekal
pengetahuan mengenai usaha yang akan memasuki.dirintis dan lingkungan usaha
yang ada, (2) Bekal pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab, dan (3) Bekal

pengetahuan

tentang

manajemen

dan

organisasi

bisnis.

Sedangkan

bekal

keterampilan yang harus dimiliki wirausaha meliputi: (1) Bekal keterampilan


konseptual dalam mengatur strategi dan memperhitungkan risiko, (2) Bekal
keterampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambah, (3) Bekal keterampilan dalam
memimpin dan mengelola, (4) Bekal keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi,
dan (5) Bekal keterampilan teknik usaha yang akan dilakukannya.

1.1.7 Merintis Usaha Baru


Dalam dunia bisnis seperti sekarang ini, umumnya dikenal tiga cara untuk memasuki
suatu usaha nisnis, yaitu: (1) Merintis usaha baru sejak awal, (2) Membeli perusahaan
yang telah ada, (3) Kerja sama manajemen (franchising).
Untuk memulai usaha baru atau merintis usaha baru, modal utama yang
harus ada pertama kali adalah ide, baik itu ide untuk melakukan proses imitasi dan
duplikasi, ide untuk melakukan pengembangan, atau ide untuk menciptakan sesuatu
yang baru dan berbeda. Setelah ad aide, lakukan analisis kelayakan usaha termasuk
analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (strenght, weekness,opportunity,
and treat-SWOT).
Selanjutnya, ada beberapa hal yang haris diperhatikan dalam merintis usaha
baru, antara lain: (1) Bidang usaha dan jenis usaha yang akan dirintis, (2) Bentuk
usaha dan bentuk kepemilikan usaha dan jenis usaha yang akan dipilih, (3) Tempat
usaha yang akan dipilih, (4) Organisasi usaha yang akan digunakan, (5) Jaminan
usaha yang mungkin diperoleh, (6) Lingkungan usaha yang akan berpengaruh. Untuk
mengelola usaha tersebut harus diawali dengan (1) Perencanaan usaha, (2)
Pengelolaan keuangan, (3) Aksi strategis usaha, (4) Teknik pengembangan usaha.

1.1.8 Etika kewirausahaan


Terlepas dari tujuan berwirausaha yang bias berbdea baik secara social ataupun
ekonomi, ada beberapa etika berwirausaha yang penting dan harus diperhatikan, yaitu:
(1) Kejujuran, (2) Intergritas, (3) Menepati janji, (4) Kesetiaan, (5) Kewajaran, (6)
Suka membantu orang lain, (7) Menghornati orang lain, (8) Warga Negara yang baik
dan taat hokum, (9) Mengejar keunggulan, dan (10) Bertanggung jawab. Dalam

konteks ekonomi maupun social, kejujuran, integritas dantepat janji merupakan mosal
social yang dapat menumbuhkan kepercayaan dan memelihara hubungan baik untuk
jangka panjang.

1.2 Kompetensi Kewirausahaan


Menurut Michael Harris (2000: 19), kompetensi adalah: are underlying bodies of
knowledge, abilities, experiences, and other requirement necessary to successfully
perfom the job. Wirausaha yang sukses pada umumnya ialah mereka yang memiliki
kompetensi, yaitu seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, dan
kualitas individu yang meliputi sikap, motivasi, nilai serta tingkah laku yang
diperlukan

untuk melaksanakan

pekerjaan/kegiatan. Wirausaha

tidak hanya

memerlukan pengetahuan tapi juga keterampilan. Keterampilan-keterampilan tersebut


di antaranya keterampilan manajerial (managerial skill), keterampilan konseptual
(conceptual skill), dan keterampilan memahami, mengerti, berkomunikasi, dan
berealsi (human skill) dan keterampilan merumuskan masalah dan mengambil
keputusan (decision making skill), keterampilan mengatur dan menggunakan waktu
(time management skill), dan keterampilan teknik lainnya secara spesifik. Akan tetapi
memiliki pengetahuan dan keterampilan saja tidaklah cukup. Wirausaha harus
memiliki sikap positif, motivasi, dan selalu berkomitmen terhadap pekerjaan yang
sedang dilakukannya.
Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
individu (personality) yang langsung berpengaruh pada kinerja. Kinerja bagi
wirausaha merupakan tujuan yang selalu ingin dicapainya.

Skill

Knowledge

=
Capability

Authority

=
Cmpetency

Commitmet

=
Intellectual capital
Pada bagian di atas tampak bahwa Intellectual Capital = Competence x
Commitment, artinya meskipun ia memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi apabila
tidak disertai dengan komitmen, maka wirausaha tersebut tidak akan dapat
menggunakan mosal intelektualnya. Demikian pula, Competence=Capability x
Authority, artinya bahwa wirausaha yang kompeten adalah wirausaha yang kompeten
adalah wirausaha yang memiliki kemampuan dan wewenang sendiri dalam
pengelolaan usahanya (kemandirian). Wirausaha selalu bebas menentukan usahanya,
tidak tergantung pada orang lain. Selanjutnya, Capability = Skill x Knowledge, artinya
bahwa kapabilitas wirausaha sangat di tentukan oleh pengetahuan dan keterampilan
atau kecakapan. Pengetahuan, keterampilan taua kecakapan yang dilengkapi dengan
sikap dan morivasi untuk selalu berprestasi membentuk kepribasian wirausaha.
Dalam dunia bisnis, yang disebut kompetensi inti (core competency) adalah
kreativitas dan inovasi guna menciptakan nilai tambah untuk meraih keunggulan,
yang tercipta melalui pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan.
Pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan merupakan kompetensi inti
wirausaha untuk menciptakan daya saing khusus agar memiliki posisi tawar-menawar
yang kuat dalam persaingan.

BAB DUA
Konsep Dasar
Kewirausahaan

Setelah mempelajari bab ini, anda


diharapkan mampu:
1 Memahami kewirausahaan sebagai
suatu disiplin ilmu yang dapat
dipelajari dan diajarkan.
2 Memahami
objek
studi
kewirausahaan.
3 Memahami hakikat kewirausahaan
sebagai kiat dalam meningkatkan
kualitas hidup.
4 Memahami karakteristik dan nilainilai kewirausahaan.
5 Menggambarkan
sikap
dan
kepribadian kewirausahaan.

2.1 Disiplin Ilmu Kewirausahaan


Ilmu kewirausahan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang
nilai, kemapuan (ability) dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup
untuk memperoleh peluang dengan berbagai risiko yang mungkin dihadapinya. Dalam
konteks bisnis, menurut Thomas W.Zimmerer (1996) Enterpreneurship is the result
of a disciplined, systematic process of applying creativity an innovations to needs an
opportunities in the marketplace. Kewirausahaan adalah hasil dari suatu disiplin,
proses sistematis penerapan kreativitas dan inovasi dalam memenuhi kebutuhan dan
peluang dipasar.
Dahulu,

kewirausahaan

dianggap

hanya

dapat

dilakukan

melalui

pengalaman langsung di lapangan dan merupakan bakat yang dibawa sejak lahir
(entrepreneurship are born not made), sehingga kewirausahaan tidak dapat dipelajari
dan diajarkan. Sekarang, kewirausahaan bukan hanya urusan lapangan, tetapi
merupakan disiplin ilmu yang dapat dipelajari dan diajarkan.Enterpreneurship are
not only born but also made, artinya kewirausahaan tidak hanya bakat bawaan sejak
lahir atau urusan pengalaman lapangan, tetapi juga dapat dipelajari dan diajarkan.
Seseorang yang memiliki bakat kewiraushaan dapat mengembangkan bakatnya
melalui pendidikan. Mereka yang menjadi entrepreneur adalah orang-orang yang
mengenal potensi (traits) dan belajar mengembangkan potensi untuk menangkap

peluang serta mengorganisir usaha dalam mewujudkan cita-citanya. Oleh karena itu,
untuk manjadi wirausaha yang sukses, memiliki bakat saja tidak cukup, tetapi juga
harus memiliki pengetahuan mengenai segala aspek usaha yang akan ditekuninya.
Dilihat dari perkembangannya, sejak awal abad ke-20 kewirausahaan sudah
diperkenalkan di beberapa Negara. Misalnya di Belanda dikenal dengan
ondernemer, di Jerman dikenal dengan unternehmer. Di beberapa Negara,
kewirausahaan memiliki banyak tanggung jawab antara lain tanggung jawab dalam
mengambil keputusan yang menyangkut kepemimpinan teknis, kepemimpinan
organisasi dan komersial, penyediaan modal, penerimaan dan penanganan tenaga
kerja, pembelian, penjualan, pemasangan iklan, dan lain-lain. Kemudian, pada tahun
1950-an pendidikan kewiraushaan mulai dirintis di beberapa Negara seperti di Eropa,
Amerika, dan Canada. Bahkan sejak tahun 1970-an banyak universitas yang
mengajarkan entrepreneurship atau small business managementatau new
venture management. Pada tahun 1980-an, hamper 500 sekolah di Amerika Serikat
memberikan pendidikan kewirausahaan. Di Indonesia, pendidikan kewirausahaan
masih terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja.
Sejalan

dengan tuntutan perubahan

yang

cepat

pada paradigma

pertumbuhan yang wajar (growth-equity paradigma shift) dan perubahan ke arah


globalisasi (globalization paradigma shift) yang menuntut adanya keunggulan,
pemerataan, dan persaingan, Maka dewasa sedang terjadi perubahan paradigma
pendidikan (paradigma shift) . Menurut Soeharto Prawirokusumo (1997:4)
pendidikan kewiraushaan telah diajarkan sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri yang
independent (independent academic discipline), karena :
(1)

Kewirausahaan berisi body of knowledge

yang utuh dan nyata

(distinctive), yaitu ada teori, konsep, dan metode ilmiah yang lengkap.
(2)

Kewirausahaan memiliki dua konsep, yaitu posisi venture start-up dan


venture-growth, ini jelas tidak masuk dalam kerangka pendidikan
manajemenumum (frame work general management courses) yang
memisahkan antara manajemen dan kepemilikan usaha (business
ownership).

(3)

Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki objek tersendiri,


yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuau yang baru dan berbeda
(ability to create new and different things) .

(4)

Kewirausahaan merupakan alat untuk menciptakan pemerataan berusaha


dan pemerataan berusaha dan pemerataan pendapatan (wealth creation
process an entrepreneurial endeavor by its own night, nations
properity, individualself-reliance) atau kesejahteraan rakyat yang adil
dan makmur.
Seperti halnya ilmu manajemen yang awalnya berkembang di bidang

industri, kemudian berkembang dan diterapkan di berbagai bidang lainnya, maka


disiplin ilmu kewirausahaan dalam perkembangannya mengalami evolusi yang
pesat. Pada mulanya kewirausahaan berkembang dalam bidang perdagangan,
pendidikan, kesehatan, dan institusi institusi lain sebagai lembaga pemerintah,
perguruan tinggi, dan lembaga swadaya lainnya. Dalam bidang bidang tertentu,
kewirausahaan telah dijadikan kompetensi inti (core competency) dalam
menciptakan perubahan, pembaharuan, dan kemajuan. Kewirausahaan tidak hanya
dapat digunakan sebagai kiat kiat bisnis jangka pendek tetapi juga sebagai kiat
kehidupan secara umum dalam jangka panjang untuk menciptakan peluang.
Dibidang bisnis misalnya, perusahaan sukses dan memperoleh peluang besar
karena memiliki kreativias dan inovasi. Melalui proses kreatif dan inovatif,
wirausaha menciptakan nilai tambah atas barang atau jasa. Nilai tambah barang
dan jasa yang diciptakan melalui proses kreatif dan inovatif banyak menciptakan
berbagai keunggulan termasuk keunggulan bersaing. Perusahaan seperti
Microsoft, Sony, dan Toyota Motor, merupakan contoh perusahaan yang sukses
dalam produknya, karena memiliki kreativitas dan inovasi di bidang teknologi.
Demikian juga di bidang pendidikan, kesehatan dan pemerintahan, kemajuan
kemajuan tertentu dapat diciptakan oleh orang orang yang memiliki semangat,
jiwa kreatif dan inovatif. David Osborne & Ted Gaebler (1992) dalam bukunya
Reinventing Government mengemukakan bahwa dalam perkembangan dunia
dewasa ini dituntut pemerintah yang berjiwa kewirausahaan (Enterpreneurial
Government). Dengan memiliki jiiwa kewirausahaan, maka birokrasi dan institusi

akan memiliki motivasi, optimisme, dan berlomba untuk menciptakan cara cara
baru yang lebih efisien, efektif, inovatif, fleksibel dan adaptif.

2.2 Ojek studi Kewirausahaan


Seperti telah dikemukakan di atas, kewirausahaan mempelajaari tentang nilai,
kemampuan, dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan berinovasi. Oleh sebab
itu, objek studi kewirausahaan adalah nilai-nilai dan kemampuan (ability)
seseorang yang diwujudkan dalam bentuk perilaku. Menurut Soeparman
soemahamidjaja (1997 : 14-15), kemampuan seseorang yang menjadi objek
kewirausahaan meliputi :
(1) Kemampuan merumuskan tujuan hidup/usaha. Dalam merumuskan tujuan
hidup/usaha tersebut perlu perenungan, koreksi, yang kemudian berulangulang dibaca dan diamati sampai memahami apa yang menjadi kemauannya.
(2) Kemampuan memotivasi diri untuk melahirkan suatu tekad kemauan yang
menyala-nyala.
(3) Kemauan untuk berinisiatif, yaitu mengerjakan sesuatu yang baik tanpa
menunggu perintah orang lain, yang dilakukan berulang-ulang sehingga
menjadi kebiasaan berinisiatif.
(4) Kemampuan inovasi, yang melahirkan kreativitas (daya cipta) setelah
dibiasakan berulang-ulang akan melahirkan motivasi. Kebiasaan inovatif
adalh desakan dalam diri untuk selalu mencari berbagai kemungkinan baru
atau kombinasi baru apa saja yang dapat dijadikan peranti dalm menyajikan
barang dan jasa bagi kemakmuran masyarakat.
(5) Kemampan untuk membentuk modal uang atau barang modal (capital
goods).
(6) Kemampuan untuk mengatur waktu dan membiasakan diri untuk selalu
tepat waktu dalm segala tindakan melalui kebiasaan yang selalu tidak
menunda pekerjaan.
(7) Kemampuan mental yang dilandasi dengan agama.

10

(8) Kemampuan untuk membiasakn diri dalam mengambil hikmah dari


pengalaman yang baik maupun menyakitkan.

2.3 Hakikat Kewirausahaan


Meskipun sampai sekarang ini belum ada terminology yang persisi sama tentang
kewirausahaan (entrepreneurship) , akan tetapi pada umumnya memiliki hakikat
yang hamper sama yaitu merujuk pada sifat, watak dan ciri-ciri yang melekat pada
seseorang yang mempunyai kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif
ke dalam dunia usaha yang nyata dan dapat mengembangkannya dengan tangguh
(Peter F.Drucker,1994). Menurut

Drucker, kewirausahaan adalah suatu

kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create
the newand different thing) . Bahkan, entrepreneurship secara sederhana sering
juga diartikan sebagai prinsip atau kemampuan wirausaha (Ibnu Soedjono, 1993;
Meredith, 1996; Marzuki Usman, 1997).
Istilah kewirausahaan berasal dari terjemahan entrepreneurship, yang dapat
diartikan sebagai the backbone of economy, yaitu syaraf pusat perekonomian
suatu bangsa (Soeharto Wirakusumo, 1997:1). Secara epistimologi, kewirausahaan
merupakan nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) atau
suatu proses dalam mengerjakan suatu yang baru (creative) dan sesuatu yang
berbeda (innovative) . menurut Thomas W Zimmerer (1996: 51), kewirausahaan
adalah applying creativity and innovation to sholve the problems and to exploit
opportunities that people face everyday. Kewirausahaan adalah penerapan
kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan upaya untuk
memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari. Kewirausahaan merupakan
gabungan dari kreativitas, inovasi, dan keberanian menghadapi risiko yang
dilakukan dengan cara kerja keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru.
Kreativitas, oleh Zimmerer (1996: 51) diartikan sebagai kemampuan untuk
mengambangkan ide-ide baru untuk menemukan cara-cara baru dalam
memecahkan persoalan dan menghadapi peluang (creativity

is the ability to

develop new ideas and to discover new ways of looking at problems and
opportunities).

Sedangkan, inovasi diartikan

sebagai kemampuan untuk

menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan-persoalan dan

11

peluang untik meningkatkan dan memperkaya kehidupan (innovation is the ability


to apply creative solution to those problems and opportunities to enhance or to
enrich peoples live) . Menurut Harvards Theodore Levitt yang dikutip Zimmerer
(1996: 51), kreativitas adalah thinking new things(berpikir sesuatu yang baru),
sedangkan inovasi adalah doing new things(melakukan sesuatu yang baru).
Keberhasilan wirausaha akan tercapai apabila berpikir melakukan sesuatu yang
baru atau sesuatu yang lama yang dilakukan dengan cara yang baru (thinking and
doing new things or old thing in new ways). Menurut zimmerer (1996: 51), ide
kreatif akan muncul apabila wirausaha melihat sesuatu yang lama dan memikirkan
sesuatu yang baru atau berbeda (look at something old and think something new
or different).
Dari pandangan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan
(entrepreneurship) adalah suatu kemampuan (ability) dalam berpikir kreatif dan
berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan
siasat, kiat, dan proses dalam menghadapi tantangan hidup.
Istilah entrepreneurship, sebenarnya berasal dari kata entrepreneur.
Menurut Soeparman Soemahamidjaja (1997:2), istilah ini pertama kali digunakan
oleh Cantilon dalam Essai sur la natuedu commerce (1755), yaitu sebutan bagi
para pedagang yang membeli barang di daerah-daerah dan kemudian menjualnya
dengan harga yang tidak pasti.
Dalam konteks manajemen, pengertian entrepreneur adalah seseorang yang
memiliki kemampuan dalam menggunakan sumber daya seperti financial(money),
bahan mentah (materials) , dan tenaga kerja (labor), untuk menghasilkan produk
baru, bisnis baru, proses produksi, atau pengembangan organisasi usaha (Marzuki
Usman, 1997:3). Entrepreneur, adalah seseorang yang memiliki kombinasi unsurunsur (elemen-elemen) internal yang meliputi kombinasi motivasi, visi,
komunikasi,

optimisme,

dorongan

semangat,

dan

kemampuan

untuk

memanfaatkan peluang usaha. Menurut Sri Edi Swasono (1978: 38), dalam
konteks bisnis, wirausaha adalah pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha adalah
wirausaha. Wirausaha adalah pelopor dalam bisnis, innovator, penanggung risiko,
yang mempunyai visi ke depan, dan memiliki keunggulan dalam berprestasi di
bidang usaha.

12

Norman

M.

Scarborough

dan

Thomas

W.Zimmerer

(1993:5)

mengemukakan definisi wirausaha sebagai berikut:


An entrepreneur is one who creates a new business in the face of risk and
uncertainty for the purposeof achieving profit and growth by indentifyng
opportunities and assembling the necessary resources to capitalize on those
opportunities
Menurut Dan Steinhoff dan John F.Burgess (1993: 35) wirausaha adalah
orang yang mengorganisir, mengelola, dan berani menanggung risiko untuk
menciptakan usaha baru dan peluang berusaha.
A person who organizes, manages, and assumes the risk of a business ao
entreprise is an entrepreneur. Entrepreneur is individual who risks financial,
material, and human resource a new way to create a new business concept or
opportunities within an existing firm
Beberapa konsep entrepreneur

di atas lebih menekankan pada

kemapuan dan perilaku seseorang sebagai pengusaha. Bahkan Dun Steinhoff dan
John F. Burgess (1993: 4), memandang kewirausahaan sebagai pengelola
perusahaan kecil atau pelaksana perusahaan kecil. Menurutnya, entrepreneur is
consideredto have the same meaning as small business owner-manager or
small business operator.
Beberapa konsep kewirausahaan seakan-akan identik dengan kemampuan
para pengusaha dalam dunia usaha (business). Padahal kewirausahaan tidak selalu
identik dengan watak atau ciri pengusaha semata, karena sifat ini dimiliki jua oleh
bukan pengusaha. Wirausaha mencakup semua aspek pekerjaan baik sebagai
karyawan swasta maupun pemerintah (Soeparman Soemahamidjaja, 1980).
Wirausaha adalah mereka yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif
dengan jalan mengembangkan ide, dan meramu sumber daya untuk menemukan
peluan (opportunity) dan perbaikan (preparation) hidup (Prawirakusumo, 1997:
5).
Rumusan entrepreneur yang berkembang sekarang ini sebenarnya banyak
berasal dari konsep Schumpeter

(1934). Menurut Schumpeter, entreprenuer

merupakan pengusaha yang melaksanakan kombinasi-kombinasi baru dalam

13

bidang teknik dan komersial ke dalam bentuk praktik. Inti dari fungsi pengusaha
adalah pengenalan dan pelaksanaan kemungkinan-kemungkinan baru dalam
bidang perekonomian. Kemungkinan-kemungkinan baru yang dimaksud oleh
Schumpeter adalah : Pertama, memperkenalkan produk baru atau kualitas baru
suatu barang yang belum dikenal oleh konsumen. Kedua,

melakukan suatu

metode produksi baru, dari suatu penemuan ilmiah baru dan cara-cara baru untuk
menangani suatu produk agar menjadi lebih mendatangkan keuntungan. Ketiga,
membuka suatu pemasar baru yaitu pasar yang belum pernah ada atau belum
pernah dimasuki cabang industri yang bersangkutan. Keempat, pembukaan suatu
sumber dasar baru, atau setengah jadi atau sumber-sumber yang masih harus
dukembangkan. Kelima, pelaksanaan organisasi baru (Yuyun Wirasasmita, 1982:
33-34)
Menurut Schumpeter (1934), fungsi pengusaha bukan pencipta atau
penemu kombinasi-kombinasi baru (kecuali kalau kebetulan), tetapi lebih
merupakan pelaksanaan dari kombinasi-kombinas yang kreatif. Perngusaha
tersebut biasanya, memiliki sikap yang khusus seperti sikap pedangang, pemilik
industri,

dan

bentuk-bentuk

usaha

lainnya

yang

sejenis.

Schumpeter

mengemukakan dua tipe sikap dari dua subjek ekonomi, yaitu sikap pengusaha
kecil biasa dan sikap pengusaha benar-benar. Sikap pengusaha yang benarbenarlah yang kemusia berkembang lebih cepat.
Kewiraushaan

(entrepreneursjip)

muncul

apabila

seseorang

berani

mengembangkan usaha-usaha atau ide0ide barunya. Proses kewirausahaan


meliputi semua fungsi, aktivitasm dan tindakan yang berhubungan dengan
perolehan peluan dan pencuptaan organisasi usaha. Oleh sebab itu, wirausaha
adalah orang yang memperoleh peluang dan menciptakan suatu organisasi untuk
mengejar peluang iut (Bygrave, 1995).
Menurut Meredith (1996 :9), wirausaha berarti memadukan watak
pribadi,keuangan, dan sumber daya. Oleh karena itu, berwirausaha merupakan
suatu pekerjaan atau karier yang harus bersifat fleksibel dan imajinatif, mampu
merencanakan, mengambil risiko, mengambil keputusan-keputusan dan tindakantindakan untuk mencapai tujuan (Mereditg, 1996:9). Syarat berwirausahaharus
memiliki

kemampuan

untuk

menemukan

14

dan

mengevaluasi

peluang,

mengumpulkan sumber-sumber daya yang diperlukan dan bertindak untuk


memperoleh keuntungan dari peluang-peluang itu. Esensi dari kewirausahaan
adalah menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses kombinasi antara sumber
daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing. Menurut Zimmerer
(1996: 51), nilai tambah tersebut diciptakan melalaui cara-cara sebagai berikut:
(1) Pengembangan teknologi baru ( developing new technology)
(2) Penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge)
(3) Pebaikan produk dan jasa yang sudah ada (improving existing products or
services)
(4) Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang
lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit (finding different ways of
providing more goods and services with fewer resources).
Meskipun di antara para ahli ada yang lebih menekankan kewirausahaan
pada peran pengusaha kecil, akan tetapi sifat ini dimiliki juga oleh bukan
pengusaha. Jiwa kewirausahaan ada pada setiap orang yang memiliki perilaku
inovatif dan kreatif dan pada setiap orang yang menyukai perubahan,
pembaharuan, kemajuan, dan tantangan. Misalnya birokrat, mahasiswa, dosen,
dan masyarakat lainnya.
Dari beberapa konsep yang dikemukakan di atas, ada enam hakikat penting
kewirausahaan, yaitu:
(1) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang
dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat dan hasil
bisnis (Ahmad Sanusi, 1994).
(2) Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru dan berbeda (ability to create the new and different) (Drucker, 1959)
(3) Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam
memcahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki
kehidupan(usaha) (Zimmerer, 1996).
(4) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha
(start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth) (Soeharto Prawiro,
1997).

15

(5) Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru
(creative) , dan sesuatu yang

berbeda (innovative) yang

bermanfaat

memberikan nilai lebih.


(6) Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan
mengombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk
memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara
mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, enemukan
cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa baru yang lebih efisien,
memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru
untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.
Berdasarkan keenam konsep di atas, secara ringkas kewirausahaan dapat
didefinisikan sebagai suatu kemampuan kreatif dan inovatif (create new and
different ) yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses, dan perjuangan untuk
menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian
untuk menghadapi risiko.

2.4

KARAKTERISTIK DAN NILAI-NILAI HAKIKI


KEWIRAUSAHAAN

2.4.1 Karakteristik Kewirausahaan


Banyak ahli yang mengemukakan karakteristik kewirausahaan dengan konsep
yang berbeda-beda. Geoffrey G.Meredith (1996: 5-6) misalnya mengemukakan
ciri-ciri dan watak kewirausahaan seperti berikut
TABEL: 2.1 Ciri-ciri dan Watak Kewirausahaan
CIRI
(1) Percaya diri

Keyakinan,

WATAK
ketergantungan,

individualistis, dan optimisme.


(2) Berorientasi pada tugas dan Kebutuhan
hasil

16

untuk

berprestasi,

berorientasi

laba,

ketekunan

ketabahan,

tekad

kerja

dan
keras

mempunyai dorongan kuat, energik dan


inisiatif
(3) Pengambilan risiko dan suka Kemampuan untuk mengambil risiko
tantangan

yang wajar.

(4) Kepemimpinan

Perilaku sebagai pemimpin, bergaul


dengnan orang lain, menanggapi saransaran danm kritik.

(5) Keorisinilan

Inovatif dan kreatif serta flesibel.

(6) Berorientasi ke masa depan


Pandangan ke depan, perspektif.
Sumber: Geoffrey G.Meredith, et al, Kewirausahaan: Teori dan Praktik, Ed. 5.h.
5-6
Ahli lain, seperti M. Scarborough dan Thomas W.Zimmerer (1993: 6-7)
mengemukakan delapan karakteristik, yang meliputi:
(1) Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha
yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan selalu
mawas diri.
(2) Preference for moderate risk, yaitu lebih memilih risiko yang moderat, artinya
ia selalu menghindari risiko, baik yang trerlalu rendah maupun risiko yang
terlalu tinggi.
(3) Confidence in their ability to success, yaitu percaya akan kemampuan dirinya
untuk berhasil.
(4) Desire for immediate feedback, yaitu selalu menghendaki umpan balik yang
segera.
(5) High level of energy, yaitu memiliki semangat kerja keras untuk mewujudkan
keinginannya demi masa depan yang lebih baik.
(6) Future orientation, yaitu berorientasi ke masa depan, perspektif, dan
berwawasan jauh ke depan.
(7) Skill at organizing, yaitu memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan
sumber daya untuk menciptakan nilai t ambah.

17

(8) Value of achievement over money, yaitu lebih menghargai prestasi daripada
uang.
Selanjutnya, Arthur Kuriloff dan John. M. Mempil (1993: 20),
mengemukakan karakteristik kewirausahaan dalam bentuk nilai-nilai dan perilaku
kewirausahaan seperti pada table 2.2.
Wirausaha selalu berkomitmen dalam melakukan tugasnya sampai berhasil.
Ia tidak setengah-setengah dalam melakukan pekerjaanya. Karena itu, ia selalu
teku, ulet, pantang menyerah sebelum pekerjaanya berhasil. Tindakannya tidak
didasari oleh spekulasi melainkan perhitungan yang matang. Ia berani mengambil
risiko terhadap pekerjannya karena sudah diperhitungkan. Oleh sebab itu,
wirausaha selalu berani mengambil risiko yang moderat, artinya risiko yang
diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi
risiko yang didukung oleh komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus
berjuang mencari peluang sampai memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata /
jelas dan objektif, dan merupakan umpan balik (feedback) bagi kelancaran
kegiatnnya. Dengan semangat optimisme yang tinggi karena ada hasil yang
diperoleh, maka uang selalu dikelola secara proaktif dan dipandang sebagai
sumber daya bukan tujuan akhir.
TABEL 2.2 Nilai-nilai dan Perilaku Kewirausahaan
VALUES
Commitment

BEHAVIOR
Staying with a task until finished

Moderate risk

Not gambling, cut choosing a middle course

Seeing

And grasping them

opportunities

Observing reality clearly

Objectivity

Analyzing timely performance data to guide

Feedback

Optimism

Showing confidence in novel situations

Money

Seeing it as resource and not an end it self

Proactive

Managing through reality based on forward

activity

management
planning
Sumber: Fundamental Small Business Management. 1993. hal.20.

18

Beberapa cirri kewirausahaan yang dikemukakan oleh para ahli seperti di atas,
secara ringkas dikemukakan oleh Vernon A Musselman (1989: 155), Wasty Sumanto
(1989), dan Geoffey Meredith (1989: 5) dalam bentuk ciri-ciri berikut:
(1) Keinginan yang kuat untuk berdiri sendiri.
(2) Kemauan untuk mengambil risiko.
(3) Kemampuan untuk berlajar dari pengalaman.
(4) Memotivasi diri sendiri.
(5) Semangat untuk bersaing.
(6) Orientasi pada kerja keras.
(7) Percaya pada diri sendiri.
(8) Dorongan untuk berprestasi.
(9) Tingkat energi yang tinggi.
(10)

Tegas.

(11)

Yakin pada kemampuan sendiri.

Wasty Sumanto (1989: 5) menambah cirri-ciri yang ke-12 dan ke-13 sebagai
berikut :
(12)

Tidak suka uluran tangan dari pemerintah/pihak lain di masyarakat.

(13)

Tidak bergantung pada alam dan berusaha untuk tidak menyerah pada alam.
Geoffey Meredith (1989: 5) menambahkan cirri yang ke-14 sampai dengan

ke-16 yaitu:
(14)

Kepemimpinan.

(15)

Keorisinilan.

(16)

Berorientasi ke masa depan dan penuh gagasan.


Dalam mencapai keberhasilannya, seorang wirausaha memiliki cirri-ciri

terentu pula. Dalam Entrepreneurshipand Small Entreprise Development


Report (1986) yang dikutip oleh M. Scarboroughdan Thomas W.Zimmerer
(1993: 5) dikemukakan beberapa karakteristik kewirausahaan yang berhasil,
diantaranya memiliki ciri-ciri:
(1) Proaktif, yaitu berinisiatif dan tegas (assertive).

19

(2) Berorientasi pada prestasi, yang tercermin dalam pandangan dan bertindak
(sees and act) terhadap peluang, orientasi efisiensi, mengutamakan kualitas
pekerjaan, berencana, dan menutamakan monitoring.
(3) Komitmen kepada orang lain, misalanya dalam mengadakan kontrak dan
hubungan bisnis.
Secara eksplisit, Dan Stenhoff dan John F Burgess (1993: 38) ,
mengemukakan beberapa karakteristik yang diperlukan untuk menjadi wirausaha
yng berhasil, meliputi:
(1) Memiliki visi dan tujuan usaha yang jelas.
(2) Bersedia menanggung risiko waktu dan uang.
(3) Berencana, mengorganisir.
(4) Kerja keras sesuai dengan tingkat kepentingannya.
(5) Mengembangkan hubungan dengan pelanggan, pemasok, pekerja, dan yang
lainnya.
(6) Bertanggung jawab terhadap keberhasilan dan kegagalan.
Keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat diperngaruhi juga oleh sifat
dan kepribadian seseorang. The Officer Of Advocacy of Small Business
Administration (1989) yang dikutip oleh Dan Steinhoff dan John F Burgess (1993:
37) mengemukakan bahwa kewirausahaan yang berhasil pada umumnya memiliki
sifat-sifat kepribadian (entrepreneurial personality) sebagai berikut:
(1) They have the self-confidence to work hard independently and understand that
the risk taking is part of the equation for success.
(2) They have organization ability, can get goals, are results-oriented, and tale
responsibility for the results of their endeavors-good or bad.
(3) They are creative and seek an outlet for their creativity in an
entrepreneurship.
(4) They enjoy challengesand find personal fulfilment in seeing their ideas
through to completion.

20

Dengan menggabungkan pandangan Timmons dan McClelland (1961),


Thomas F.Zimmerer (1996: 6-8) memperluas karakteristik sikap dan perliaku
kewirausahaan yang berhasil sebagai berikut:
(1) Commitment and determination, yaitu memiliki komitmen dan tekad yang
bulat untuk mencurahkan semua perhatiannya pada usaha. Sikap tang setangah
hati mengakibatkan besarnya kemungkinan untuk gagal dalam berwirausaha.
(2) Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab baik dalam
mengendalikan sumber daya yang digunakan maupun tanggung jawab
terhadap keberhasilan beriwirausaha. Oleh karena itu, akan mawas diri secara
internal.
(3) Opportunity obsession, yaitu selalu berambisi untuk selalu mencari peluang.
Keberhasilan wirausaha selalu diukur dengan keberhasilan untuk mecapai
tujuan. Pencapaian tujuan terjadi apabila ada peluang.
(4) Tolerance for risk, ambiguity, and uncertainty, yaitu tahap terhadap risiko dan
ketidakpastian. Wirausaha harus belajar untuk mengelola risiko dengan cara
mentransfer risiko ke pihak lain seperti bank, investor, konsumen, pemasok,
dan lain-lain. Wirausaha yang berhasil biasanya memiliki toleransi terhadap
pandangan yang berbeda dan ketidakpastian.
(5) Self confidence, yaitu percaya diri. Ia cenderung optimis dan memiliki
keyakinan yang kuat terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk berhasil.
(6) Creativity and flexibility, yaitu berdaya cipta dan luwes. Salah satu kunci
pentinga adalah kemampuan untuk menghadapiperubahan ekonomi dunia
yang serba cepat sering kali membawa kegagalan. Kemampuan untuk
menanggapi perubahan yang cepat dan fleksibel tentu saja memerlukan
kreativitas yang tinggi.
(7) Desire if immediatefeedback, yaitu selalu memerlukan umpan balik yang
segera. Ia selalu ingin mengetahui hasil dari apa yang dikerjakannya. Oleh
karena itu, dalam memperbaiki kinerjanya, ia selalu memiliki kemauan untuk
menggunakan ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya dan selalu belajar dari
kegagalan.
(8) High level of energy, yaitu memili tingkat energi yang tinggi. Wirausaha yang
berhasil biasanya memiliki daya juang yang lebih tinggi disbanding rata-rata

21

orang lainnya, sehingga ia lebih suka kerja keras walaupun dalam waktu yang
relative lama.
(9) Motivation to excel, yaitu memiliki dorongan untuk selalu unggul. Ia selalu
ingin lebih unggul, lebih berhasil dalam mengerjakan apa yang dilakukannya
dengan melebihi standard yang ada.motivasi ini muncul dari dalam diri
(internal) dan jarang dari eksternal.
(10)

Orientation to the future, yaitu berorientasi pada masa yang akan dating.

Untuk tumbuh dan berkembang, ia selalu berpandangan jauh ke masa depan


yang lebih baik.
(11)

Willingness to learn from failure, yaitu selalu belajar dari kegagalan.

Wirausaha yang berhasil tidak pernah takur gagal. Ia selalu memfokuskan


kemampuannya pada keberhasilannya.
(12)

Leadership ability, yaitu kemampuan dalam kepemimpinan. Wirausaha

yang

berhasil memiliki kemampuan untuk menggunakan pengaruh tanpa

kekuatan (power), ia harus lebih memiliki taktik mediator dan negotiator


daripada dictator.
Menurut Ahmad Sanusi (1994) ada beberapa kecenderungan profil pribadi
wirausaha yang dapat diangkat dari kegiatan sehari-hari, diantaranya:
(1) Tidak menyenangi lagi hal-hal yang sudah terbiasa/tetap/sudah teratur/diatur
dan jelas. Ia selalu bosan dengan kegiatan rutin sehingga timbul harapanharapan dan keinginan untuk selalu berubah, ada tambahan, pengayaan, atau
perbaikan mutu (nilai tambah yang berbeda).
(2) Suka memandang ke luar, berorientasi pada aspek-aspek yang lebih luas dari
soal yang dihadapi untuk memperoleh peluang baru.
(3) Makin berani, karena merasa perlu untuk menunjukan sikap kemandirian atau
prakarsa atas nama sendiri.
(4) Suka

berimajinasi

danmencoba

menyatakan

daya

kreativitas

serta

memperkenalkan hasil-hasilnya kepada pihak lain.


(5) Karena sendiri, maka ada keinginan berbeda atau maju, dan toleransi terhasap
perbedaan pihak lain.

22

(6) Menyatakan

suatu

prakarsa setelah

gagasan awalnya

diterima

dan

dikembangkan, serta dapat dipertanggung jawabkan dari beberapa sudut.


Prakarsa dianggap tidak final, bahkan terbuka untuk modifikasi dan
perubahan.
(7) Dengan kerja keras dan kemajuan tahap demi tahap yangtercapai timbul
rasapercaya diri dan sikap optimisme yang lebih mendasar.
(8) Sikap dan perliaku kewirausahaan di atas, dikombinasikan dengan
keterampilan manajemen usaha dalam bentuk perencanaan dan pengembangan
produksi penetrsi/pengembangan pasar, organisasi dankomunikasi perusahaan,
keuangan dan lain-lain.
(9) Meskipun asasnya bekerja keras, cermat dan sungguh-sungguh namun aspek
risiko tidak bias dilepaskan sampai batas yang dapat diterima.
(10)

Dengan risiko tersebut, dibulatkan tekad, komitmen, dan kekukuhan hati

terhadap alternative yang dipilih.


(11)

Berhubung yang di tuju ada kemajuan yang terus-menerus, maka ruang

lingkup memandang punjauh dan berdaya juang tinggi, karena sukses tidak
dating tanpa dasar atau tiba-tiba.
(12)

Adanya perluasan pasar dan pihak lain yang bersaing mendorong keamuan

keras untuk mebuat perencanaan lebih baik, bekerja lebih baik, untuk
mebcapai hasil lebih baik bahkan yang terbaik dan berbeda.
(13)

Sikap hati-hati dan cermat mendorong kesiapan bekrja sama dengan pihak

lain yang sama-samamencari kemajuan dan keuntungan. Akan tetapi, jika


perlu, ia harus ada kesiapan untuk bersaing.
(14)

Ujian, godaan, hambatan, dan hal-hal yang tidak terduga dianggap

tantangan untuk mencari berbagai ikhtiar.


(15)

Memiliki toleransi terhadap kesalahan operasional atau penilaian. Ada

intorspeksi dan kesediaan, serta sikap responsive dan arif terhadap umpan
balik (feedback), kritik dan saran.
(16)

Punya kemampuan intensif dan seimbang dalam memperhatikan dan

menyimak informasi dari pihak lain dengan meletakkan posisi dan sikap
sendiri, danm mengendalikan diri sendiri terhadap sesuatu soal yang dianggap
belum jelas.

23

(17)

Menjaga dan memajukan nilai dan perilaku yang telah menjadi keyakinan

dirinya, integritas pribadi yang mengandung citra dan harga diri, selalu
bersikap adil, adil, dan sangat menjaga kepercayaan yang telah diberikan oleh
orang lain.
Menurut Ahmad Sanusi, dalam konteks tersebut para wirausaha tidak
memiliki profil yang sama, masing-masing orang memiliki profilnya sendiri.

2.4.2 Nilai- nilai Hakiki Kewirausahaan


Masing-masing karakteristik kewirausahaan di atas memililki makna-makna dan
perangai tersendiri yang disebut nilai. Milto Rockeach (1973: 4), membedakan konsep
nilai menjadi dua, yaitu nilai sebagai sesuatu yang dimiliki oleh seseorang (person
has value). Pandangan pertama, manusia mempunyai nilai yaitu sesuatu yang
dijadikan ukuran baku bagi persepsinya terhadap dunia luar. Menurut Sidharta
Poespadibrata (1993: 91) watak seseorang merupakan sekumpulan perangai yang
tetap. Sekumpulan perangai yang tetap itu, watak dan perangai yang melekat pada
kewirausahaan dan menjadi cirri-ciri kewirausahaan dapat dipandang sebagai sisitem
nilai kewirausahaan.
Nilai-nilai kewirausahaan di atas identik dengan system nilai yang melekat
pada system nilai manajer. Sperti di kemukakan oleh Andreas A. Danandjaja (1986),
Andras Budihardjo (1991) dan Sidharta Poespadibrata (1993), dalam system nilai
manajer ada dua kelompok nilai, yaitu: (1) Sistem nilai pribadi, (2) Sistem nilai
kelompok atau organisasi. Dalam system nilai pribadi terdapat empat jenis system
nilai, yaitu: (1) Nilai primer pragmatic, (2) Nilai primer moralistic, (3) Nilai primer
afektif, dan (4) Nilai bauran. Dalam system nilai primer pragmatic terkandung
beberapa unsure diantaranya perencanaan, prestasi, produktivitas, kemampuan,
kecakapan, kreativitas, kerjasama, kesempatan. Sedangkan dalam nilai moralistic
terkandung unsure-unsur keyakinan, jaminan, martabat pribadi, kehormatan, dan
ketaatan.
Dalam kewirausahaan, system niali primer pragmatic tersebut dapat dilihat
dari watak, jiwa dan perilakunnya, misalnya selalu kerja keras, tegas, mengutamakan
prestasi, keberanian mengambil risiko, prodiktivitas, kreativitas, inovatif, kualitas

24

kerja, komitmen dan kemampuan mecari peluang. Selanjutnya, nilai moralistic


meliputi keyakinan atau percaya diri, kehormatan, kepercayaan, kerjasama, kejujuran,
keteladanan, dan keutamaan.
Sujuti Jahya (1977) membagi niali-nilai kewirausahaan tersebut ke dalam dua
dimensi nilaii yang berpasangan, yaitu:
1) Pasangan system nilai kewirausahaan yang berorientasi materi dan
berorientasi non-materi.
2) Nilai-nilai yang berorientasi pada kemajuan dan nilai-nilai kebiasaan.
Pada gambar 2.1 ada empat nilai dengan orientasi dan cirri masing-masing,
sebagai berikut:
1) Wirausaha yang berorientasi kemajuan untuk memperoleh, cirri-cirinya
pengambil risiko, terbuka terhadap teknologi, dan mengutamakan materi.
2) Wirausaha yang berorientasi pada kemajuan tetapi bukan untuk mengejar
materi. Wirausaha ini hanya ingin mewujudkan rasa tanggung jawab,
pelayanan, sikap positif, dan kretivitas.
3) Wirausaha yang berorientasi pada materi, dengan berpatokan pada kebiasaan
yang sudah ada, misalnya dalam perhitungan usaha dengan kira-kira, sering
menghadap ke arah tertentu (aliran fengshui) supaya berhasil.
GAMBAR 2.1 Model Sistem Nilai Wirausaha
ORIENTASI KEMAJUAN
Pengambilan
Risiko
Teknologi

ORIENTASI
MATERI
MATERI

Tanggung
jawab
ilmu
kreativitas
Sikap
pelatihan
Positif
Keuntungan materi
pelayanan
ORIENTASI
Pengalaman
NONPerhitungan
Kira-kira

perhitungan
mistik

Risiko
Etnosentrisme
Pelaris
Tata cara leluhur

25

Menghadap ke Mana
(fengshui)

Keuntungan

Sumber: H.M Sujuti Jahja, ib. id. Hal. Exibit 4


4) Wirausaha yang berorentasi pada non materi, dengan bekerja berdasarkan
kebiasaan, wirausaha model ini biasanya tergantung pada pengalaman, berhitung
dengan menggunakan mistik, paham etnosentris, dan taat pada tata cara leluhur.
Penerapan masing-masing nilai sangat tergantung pada fokus dan tujuan
masing-masing wirausaha.
Dari beberapa ciri kewirausahaan di atas, ada beberapa nilai hakiki penting
dari kewirausahaan, yaitu:
1. Percaya diri (self-confidence)
Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam
menghadapi tugas atau pekerjaan (Soesarsono Wijandi, 1988: 33). Dalam praktik,
sikap dan kepercayaan ini merupakan sikap dan keyakinan untuk memulai,
melakukan dan menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh sebab
itu, kepercayaan diri memiliki nilai keyakinan, optimisme, individualitas, dan
ketidaktergantungan. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki
keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan (Zimmerer, 1996:7).
Keprcayaan diri ini bersifat internal, sangat relatif, dan dinamis, dan banyak di
tentukan oleh kemampuannya untuk memulai, melaksanakan, dan menyelesaikan
suatu pekerjaan. Orang yang percaya diri memiliki kemampuan untuk menyelsaikan
pekerjaan dengan sistematis, berencana, efektif, dan efisiean. Kepercayaan diri juga
selalu ditunjukkan oleh ketenangan, ketkunan, kegairahan, dan kemantapan dalam
melakukan pekerjaan.
Keberanian yang tinggi dalam mengambil risiko dan perhitungan yang matang
yang diikuti dengan optimisme harus disesuaikan dengan kepercayaan diri. Oleh
sebab itu, optimisme dan keberanian mengambil risiko dalam menghadapi suatu
tantangan dipengaruhi oleh kepercayaan diri. Kepercayaan diri juga ditentukan oleh

26

kemandirian dan kemampuan sendiri. Seseorang yang memiliki masalah sendiri tanpa
manunggu bantuan orang lain.
Kepercayaan diri di atas, baik langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
sikap mental seseorang. Gagasan, karsa, inisiatif, kreatifivitas, keberanian, ketekunan,
semangat kerja keras, kegairahan berkarya, dan sebagainya banyak di pengaruhi oleh
tingkat kepercayaan diri seseorang yang berbaur dengan pengetahuan keterampilan
dan kewaspadaannya (Soesarsono Wijandi, 1988: 37). Kepercayaan diri merupakan
landasan yang kuat untuk meningkatkan karsa dan karya seseorang. Sebaliknya setiap
karya yang dihasilkan akan menumbuhkan dan meningkatkan kepercayaan diri.
Kreatifitas, inisiatif,kegairahan kerja dan ketekunan akan banyak mendorong
seseorang untuk mencapaikarya yang memberikan kepuasan batin, yang kemudian
akan mempertebal kepercayaan diri. Pada gilirannya orang yang memiliki
kepercayaan diri akan memiliki kemampuan untuk bekerja sendiri dalam
mengorganisir, mengawasi, dan meraihnya (the ability of a organize a business
himself and could run, control and embrace) (Soeparman Sumahamidjaja, 1997: 12).
Kunci keberhasilan dalam bisnis adalah untuk memahami diri sendiri. Oleh sebab itu,
wirausaha yang sukses adalah wirausaha yang mandiri dan percaya diri (Yuyun
Wirasasmita, 1994:2).
2. Berorientasi Tugas dan Hasil
Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil, adalah orang yang selalu
mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan
ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik, dan berinisiatif.
Berinisiatif artinya selalu ingin mencari dan memulia. Untuk memulai diperlukan niat
yang tekad dan kuat, serta karsa yang besar. Sekali sukses atau berprestasi, maka
sukses berikutnya akan menyusul, sehingga usahanya semakin maju dan semakin
berkembang. Dalam kewirausahaan, peluang hanya diperoleh apabila ada inisiatif.
Perilaku inisiatif ini biasanya diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman yang
bertahun-tahun, dan pengembangannya diperoleh dengan cara disiplin diri, berpikir
kritis, tanggap, bergairah, dan semangat berprestasi.
3. Keberanian Mengambil Risiko

27

Kemauan dan kemampuan untuk mengambil risiko merupakan salah satu nilai utama
dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil risiko akan sukar
memulai atau berinisiatif. Menurut Angelita S. Bajaro, seorang wirausaha yangberani
menanggung risiko adalah orang yang selalu ingin jadi pemenang dan memenangkan
dengan cara yang baik (Yuyun Wirasasmita, 1994: 2). Wirausaha adalah orang yang
lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk mencapai kesuksesan atau
kegagalan daripada usaha yang kurang menantang. Oleh sebab itu, wirausaha kurang
menyukai risiko yang terlalu rendah atau yang terlalu tinggi. Risiko yang terlalu
rendah akan memperoleh sukses yang relatif rendah. Sebaliknya, risiko yang tinggi
kemungkinan memperoleh sukses yang tinggi, tetapi dengan kegagalan yang sangat
tinggi. Oleh sebab itu, ia akan lebih menyukai risiko seimbang <moderat>. Dengan
demikian, keberanian untuk menanggung risiko yang menjadi nilai kewirausahaan
adalah pengambilan risiko yang penuh dengan perhitungan dan realistis. Kepuasan
yang besar diperoleh apabila berhasil dalam melaksanakan tugas-tuigasnya secara
realistis. Situasi risiko kecil dan situasi risiko tinggi dihinsari karena sumber kepuasan
tidak mungkin didapat pada masing-masing situasi tersebut. Artinya, wirausaha
menyukai tantangan yang sukar namun dapat dicapai, (Geoffrey G Meredith, 1996:
37). Wirausaha menghindari situasi risiko yang rendah karena tidak ada tantangan,
dan menjauhi situasi risik yang tinggi karena ingin berhasil Dalam situasi risiko dan
ketidakpastian inilah, wirausaha mengambil keputusan yang engandung potensi
kegagalan atau keberhasilan. Pada situasi ini, menurut Meredith (1996:38), ada dua
alternatif atau lebih yang harus dipilih, yaitu alternatif yang mengandung risiko dan
alternatif yang konservatif. Pilihan terhadap risiko ini sangat tergantung pada :
a) Daya tarik setiap alternatif.
b) Kesediaan untuk rugi.
c) Kemungkinan relatif untuk sukses atau gagal.
Untuk bisa memilih, sangat ditentukan oleh kemampuan wirausaha untuk
mengambil risiko. Selanjutnya, kemampuan untuk mengambil risiko ditentukan oleh :
a) Keyakinan pada diri sendiri.
b) Kesediaan untuk menggunakan kemampuan dalam mencari peluang
dan kemungkinan untuk memperoleh keuntungan.

28

c) Kemampuan uintuk menilai situasi risiko secara realistis.


Di atas dikemukakan bahawa pengambilan risiko berkaitan dengan kepercayaan
diri sendiri. Artiya, semakin besar keyakinan seseorang pada kemampuan sendiri,
maka

semakin

besar

keyakinan

orang

tersebut

akan

kesanggupan

untuk

memperngaruhi hasil dan keputusan, dan semakin besar pula kesediaan seseorang
untuk mencoba apa yang menurut orang lain sebagai risiko (Meredith, 1996: 39). Jadi,
pengambila risiko lebih menyukai tantangan dan peluang. Oleh sebab itu, pengambil
risiko ditemukan pada orang-orang yang inovatif dan kreatif yang merupakan bagian
terpenting dari perilaku kewirausahaan.
4. Kepemimpinan
Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpianan,
kepeloporan, keteladanan. Ia selalu ingin tampil beda, lebih dulu, lebih menonjol.
Dengan menggunakan kememapuan kreativitas dan inovasi, ia selalu menampilkan
barang dan jasa-jasa yang dihasilkannya dengan cepat, lebih dulu dan segera berada di
pasar. Ia selalu menampilkan produk dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga ia
menjadi pelopor baik dalam proses produksi maupun pemasaran. Ia selalu
memnfaatkan perbedaan sebagai suatu yang menambah nilai. Karena itu, perbedaan
bagi seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan merupakan sumber pembaharuan
untuk menciptakan nilai. Ia selalu ingin bergaul untuk mencari peluang, terbuka untuk
menerima kritik dan saran yang kemudian diadikan peluang. Dalam karya dan
karsanya, wirausaha selalu ingin tampil mbaru dan berbeda. Karya dankarsa yang
berbeda akan dipandang sebagai sesuatu yang baru dan dijadikan peluang. Banyak
hasil karya wirausaha berbeda dan dipandang baru, seperti komputer, mobil,
minuman, dan produk makanan lainnya. Contoh sederhana adalah Toyota yang
hampir setahun sekali menghasilkan produk mobil baru. Disebut produk mobil kijang
baru karea penampilannya, interiornya, bentuk, dan asesorisnya berbeda dengan yang
sudah ada. Karena berbeda, maka disebut baru. Akibatnya, nilai jual kijang baru lebih
mahal daripada Kijang lama. Inilah nilai tambah yang diciptakan oleh wiraisaha yang
memiliki kepeloporan.

29

5. Berorientasi ke Masa Depan


Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki prespektif
dan pandangan ke masa depan. Karena memiliki pandangan yang jauh ke masa depan,
maka ia selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya. Kuncinya pada kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan yang susah ada sekarang.
Meskipun dengan risiko yang mungkin terjadi, ia teap tabah mencari peluag dan
tantangan demi pembaharuan masa depan. Pandangan yang jauh ke depan, membuat
wirausaha tidak cepat puas dengan kars yang sudah ada sekarang. Oleh sebab itu, ia
selalu mempersiapkannya denga mencari suatu peluang.
6. Keorisinalan: Kreativitas dan Inovasi
Nilai inovatif, kreatif dan fleksibel merupakan unsur-unsur keorisinilan seseorang.
Wirausaha yang inovatif adalah orang yang kreatif dan yakin denganadanya cara-cara
baru yang lebih baik (Yuyun Wirasasmita, 1994: 7). Ciri-cirinya, adalah:
a) Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukannya saat ini, meskipun
cara tersebut cukup baik.
b) Selalu menuangkan imajinsai dalam pekerjaanya.
c) Selalu ingin tampil berbeda atau selalu memanfaatkan perbedaan.
Harvards Theodore Levitt mengemukakandefinisi inovasi dankreativitas lebih
mengarah pada konsep berpikir dan bertindak yang baru (think new and doing new).
Kreativitas adalah ability to develop new ideas and to discover new ways of looking at
problem and opportunities. Sedangkan, innovation is ability to apply creative
solutions to those problems and opportunities to enhance or to enrich peoples live.
Menurut Levitt, kreativitas adalah berpikir sesuatu yang baru (thingking new things)
dan inovasi adalah melakukan sesuatu yang baru (doing new things). Oleh karena itu,
menurut Levitt, kewirausahaan adalah berpikir danbertindak sesuatu yang baru atau
berpikir sesutu yang lama dengan cara-cara baru. Hal ini sejalan dengan pendapat
Soeparman Soehamidjaja (1997: 10) bahwa kewirausaaan adalah ability to creat
the new and different.
Zimmerer (1996:5), dalam bukunya Entrepreneurship and The New Venture
Formation , mengungkapkan bahwa:

30

Sometimes creativity involves generating something from nothing. However,


creativity is more likely to result in collaborating on the present, in puttin old
things together in new ways, or in taking something away to create something
simpler or better.
Dari definisi di atas, kreativitas mengandung pengertian, yaitu:
1) Opennes to experience, yaitu terbuka terhadapa pengalaman. Ia selalu
berminat dan tanggap terhadap gejala di sekitar kehidupannya dan sadar
bahwa di dalamya terdapat individu yang berperilaku sistematis.
2) Creative imagination, yaitu kreatif dalam berimajinasi. Wirausaha
memiliki kemampuan untuk bekerja dengn penuh imajinasi.
3) Confidence and content in ones own evaluation, yaitu cakap dan memiliki
keyakinan atas penilaian dirinya dan teguh pendirian.
4) Satisfaction in facing and attacking problems and in resolving confusion
or inconsistency, yaitu selalku memiliki kepuasan dalam menghadapi dan
memecahkan persoalan.
5) Has a duty responsibility to achieve, yatu memiliki tugas dan rasa
tanggung jawab untuk berprestasi.
6) Inteligence and energetic, yaitu dan memiliki kecerdasan dan energik.

2.4.3 Berpikir Kreatif dalam Kewirausahaan


Hasil penelitian terhadap otak manusia, menunjukkan bahwa fungsi otak manusia
dibagi menjadi dua bagian, yaitu fungsi tak sebelah kiri dan otak sebela kanan. Setiap
bagian otak memiliki fungsi spesifik dan menangkap informasi yang berbeda. Fungsi
bagian otak yang satu lebih dominan daripada begian yang lain. Fungsi otak sebelah
kiti dikendalikan secar linier (berpikir vertikal), sedangkan otak sebelah kanan lebih
mengandalkan pada berpikir lateral. Otak sebelah kiri berperan menangkap logika dan
simbol-simbol seangkan sebelah kanan lebih menangkaphal yang bersifat intuitif dan
emosional. Otak sebelah kanan menggerakkan berpikiran lateral dan meletakkannya
pada jiwa proses kreatif. Menurut Zimmerer (1996), untuk mengembangkan
keterampilan berpikir, seseorang menggunakan otak sebelah kiri. Sedangkan untuk
belajar mengembangkan keterampilan kreatif digunakan otak sebelah kanan, ciricirinya:

31

1) Selalu bertanya, Apa ada cara yang lebih baik?


2) Selalu menantang kebiasaan, tradisi, da kebiasaan rutin.
3) Berefleksi / merenungkan, berpikir dalam.
4) Berani bermain mental, mencoba untuk melihat masalah dari prespektif yang
berdea.
5) Menyadari kemungkinan banyk jawaban daripada satu jawaban yang benar.
6) Melihat kegagalan dan kesalahan hanya sebagai jalan untuk mencapai sukses.
7) Mengkorelasikan ide-ide yang masih samar terhadap masalah untuk
menghasilkan pemecahan inovatif.
8) Memiliki keterampilan helikopter (helicopter skills), yaitu kemampuan untuk
bangkit di atas kebiasaan rutin dan melihat permasalahan dari perspektif yang
lebih luas kemudia memfokuskannya pada kebutuan untuk berubah.
Dengan Zimmerer (1996: 76), ada tujuh langkah proses kreatif.
Tahap 1: Persiapan (Preparation). Persiapan menyangkut kesiapan kita untuk
berpikir kreatif yang dilakukan dalam bentuk pendidikan formal, pengalaman,
magang, dan pengelaman belajar lainnya. Pelatihan merupakan landasan untuk
menumbuhkan kreativitas dan inovasi. Bagaimana kita dapat memperbaiki pikiran
kita agar berpikir kreatif? Zimmerer mengemukakan tujuh langkah unuk memperbaiki
pikiran kita untuk berpikir kreatif, yaitu:
1) Hindari sikap untuk tidak belajar. Setiap situasi merupakan peluang untuk
belajar.
2) Belajar banyak. Jangan belajar terbatas pada satu keahlian yang kita miliki
saja, karena banyak inovasi yang diperoleh dari bisang ilmu lain.
3) Diskusikan ide-ide kita degan orang lain.
4) Himpun artikel-artikel yang penting.
5) Temui profesional atau asosiasi dagang, dan pelajarri cara mereak
memecahkan persoalan.
6) Gunakan waktu unuk belajar sesuatu dari orang lain.
7) Kembangkan keterampilan menyimak gagasan orang lain.
Tahap 2: Penyelidikan (Investigation). Dalam penyelidikan diperlukan individu yang
dapat mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang masalah atau keputusan.

32

Seseorag dapat mengembangkan pemahaman tentang masalah atau keputusan melalui


penyelidikan. Untuk menciptakan konsep dan ide-ide baru tentang suatu bidang
tertentu, seseorang pertama-tama harus mempelajari
komponen-komponen

dasarnya.

Misalnya,

masalah dan memahami

seseorang

pedagang

tidak

bisa

menghasilkan ide-ide baru kalui ia tidak mengetahui konsep-konsep atau komponenkomponen dasar tentang perdagangan.
Tahap 3: Transfromasi (Transformation), yaitu menyangkut persamaan dan
perbedaan pandangan di antara informasi yang terkumpul (involves viewing the
similarities and the difference among the information collected). Transformasi, ialah
mengidentifikasi persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan yang ada tentang
informasi yang terkumpul. Dalam tahap ini di perlukan dua tipe berpikir, yaitu
berpikir konvergen dan divergen. Berpikir konvergen (convergent thinking), adalah
kemampuan untuk melihat persamaan dan hubungan di antara data dan kejadian yang
bermacam-macam. Sedangkan berpikir divergen (divergent thinking) , adalah
kemampuan untuk melihat perbedaan-perbedaan antara data dan kejadian-kejadian
yang beranekaragam.
Ada beberapa cara untuk meningkatkan kemampuan metransformasi informasi
ke dalam ide-ide, yaitu yang dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Evaluasi bagian-bagian situasi beberapa saat, cobalah ambil gambaran
luasnya.
2) Susun kembali unsur-unsur situasi itu. Disamping melihat komponenkomponen masalah/isu dalam susunan dan perspektif yang bebeda-beda, kita
harus mampu melihat perbedaan dan persamaan secara cermat.
3) Sebelum melihat suatu pendekatan khusus terhadap situasi tertentu, ingat
bahwa dengan beberapa pendekatan mungkin keberhasilan akan dicapai.
4) Lawan godaan yang membuat penilaian kita tergesa-gesa dalam memecahkan
persoalan atau mencari peluang.
Tahap 4: Penetasan (Incubation), yaitu menyiapkan pikiran bahwa sadar untuk
merenungkan informasi yang terkumpul ,(allows the subconcious mind to reflect on

33

the informaton collected). Pikiran bawah sadar memerlukan waktu untuk mereflesikan
informasi.
Untuk mempertinggi tahap inkubasi dalam proses berpikir kreatif dapat
dilakukan dengan cara:
1) Menjauhkan diri dari situasi. Melakukan sesuatu yang tidak terkait dengan
masalah atau peluang secara keseluruhan sehingga kita dapat berpikir di
bawah sadar.
2) Sediakan waktu untuk mengkhayal. Meskipun mengkhayal seolah-olah
melakukan sesuatu yang tidak berguna, akan tetapi khayalan merupakan
begian terpenting dari proses kreatif.
3) Santai dan bermain secara teratur. Anda dapat berpikir kreatif dengan ide-ide
besar pada waktu bermain atau santai. Ide-ide besar sering muncul pada waktu
bermain golf, mendengarkan musik, di kebun / taman, atau tempat tidur.
4) Berkhayal tentang masalah atau peluang. Berpikir berbagai masalah sebelum
tidur merupakan cara efektif untuk mendorong poikiran anda bekerja waktu
tidur.
5) Kejarlah masalah atau peluang meskipun dalam lingkungan yang berbeda di
mana saja.
Tahap 5: Penerangan (Illumination). Penerangan akan muncul pada tahap inkubasi,
yaitu ketika ada pemecahan spontan yang menyebabkan adanya titik terang (occurs at
some point during the incubation stage when a spontaneous breaktrough causes the
light bulb to go on). Pada tahap sebelumnya muncul bersama-sama menghasilkan
ide-ide kreatif dan inovatif.
Tahap 6: Pengujian (Verification). Menyangkut validasi keakuratan dan manfaat ideide yang muncul (involves validating the idea as accurate and useful) yang dapat
dilakukan pada masa percobaan, proses simulasi, tes pemasaran, membangun pilot
project, membangun prototipe, dan aktivitas lain yang dirancang untuk membuktikan
ide-ide baru yang akan diimplementasikan.
Tahap 7: Implementasi (Implementation). Mentransformasikan ide-ide ke dalam
praktik bisnis (involves transforming the idea into a business reality).

34

Roger Von Oech dalam bukunya Whack on t he side of the Head,


mengidentifikasi sepuluh kunci mental dari kreativitas (mental lockof creativity)
atau hambatan-hambatan kreativitas, yang meliputi:
1) Searching for the one right answer, yaitu berusaha untuk menemukan
hanya satu jawaban yang benar atau satu solusi yang benar dalam
memecahkan suatu masalah. Ia tidak terbiasa dengan beberapa jawaban
atau pandangan yang berbeda.
2) Focusing on beijng logical, yaitu terfokus pada berpikir secara logika,
tidakbebas berpikir secara non-logika dengan imajinasi dan berpikir
kreatif. Padahal dalam berkreasi (intuisi Von Oech) kita dapat berpikir
bebas tentang segala sesuatu yang berbeda dan bebas pula berpikir secara
non-logika khususnya dalam fase berpikir kreatif (to thing something
different and to freely use nonlogical thinking, especially in the
imaginative phase of the creative process).
3) Blindy following the rules, yaitu berlindung pada aturan yang berlaku
(kaku). Kreativitas sangat tergantung pada kemampuan yang tidak kaku
pada aturan, sehingga dapat melihat cara-cara baru untuk mengerjakan
sesuatu (new ways of doing some things).
4) Constantly being practical, yaitu terikat pada kehidupan praktis semata
yang membatasi idei-ide kreatif.
5) Viewing play as frivolous. Memandang bermain sebagai sesuatu yang
tidak menentu. Padahal, anak-anak dapat belajar dari bermain, yaitu
dengan cara menciptakan cara-cara baru dalam memandang sesuatu yang
lama dan belajar tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak
boleh dilakukan (create new ways of looking at old things and learn what
works and what doesnt). wirausaha bisa belajar dengan mencoba
pendekatan dan penemuan baru. Kreativitas dapat di ciptakan apabila
wirausaha mau belajar dari bermain. Seseorang yang memandang
permainan sebagi hal yang sia-sia cenderung membatasi berpikir kreatif.
6) Becoming everly specialized, yaitu terlalu spesialisasi. Spesialisasi
membatasi kemampuan untuk melihat masalah lain. Sedangkan orang

35

yang berpikir kreatif cenderung bersifat eksploratif dan selalu mencari


ide-ide di luar bidang spealisasi.
7) Avoiding ambiguity. Menghindari ambiguitas meruapakan hambatan untuk
berpikir kreatif. Padahal kemenduaan / ambiguitas (ambiguity) bisa
menjadi kekuatan yang mendorong kreativitas, dan mendorong untuk
berpikir sesuatu yang berbeda (to think something different). Karena itu,
menghindari ambiguitas merupakan hambatan berpikir keatif.
8) Fearing looking foolish. Orang kadang-kadang tidak mau melakukan hal
baru atau berpikir berbeda dari orang lain karena khawatir dianggap
bodoh. Takut terlihat/dianggap bodoh merupakan salah satu penghalang
kreativitas.
9) Fearing mistakes and failure (takut salah dan gagal). Orang kreatif
menyadari bahwa mencoba sesuatu yang baru pasti membawa kegagalan.
Namun demikian, mereka melihat kegagalan bukanlah suatu akhir dari
segala sesuatu, tetapi merupakan pengalaman belajar untuk meraih sukses.
Thomas Edison misalnya, sebelum meraih sukses untuk membuat bola
lampu menyala, telah melakukan eksperimen sebanyak 1.800 cara. Seperti
halnya Thomas Edison, wirausaha dapat belajar dari kegagalan. Belajar
dari kegagaln merupakan bagian terpenting dari proses berpikir kreatif.
Kuncinya, adalah kegagalan untuk meraih sukses. Oleh karena itu, takut
terhadap kegagalan merupakan hambatan untuk berpikir kreatif.
10) Believing that Im not creative. Setiap orang berpotensi untuk kreatif.
Takut pada ketidakmampuan untuk berbuat kreatif merupakan hambatan
berpikir kreatif.
Untuk memotivasi para karyawan agar memiliki kreativitas, Zimmerer
(1996: 76) mengemukakan beberapa cara:
1) Expecting creativity. Wirausaha mengharapkan kreativitas. Salah satu cara
yang terbaik untuk mendorong kreativitas adalah memberi kewenangan
kepada karyawan untuk berkreasi.
2) Expecting and tolerating failure,yaitu memperkirakan dan menoleransi
kegagalan.

Ide-ide kreatif

akan menghasilkan

36

keberhasilan atau

kegagalan. Orang yang tidak pernah menemui kegagalan bukan orang


kreatif.
3) Encouraging curiosity. Berbesar hati jika menemukan kegagalan, artinya
kegagalan jangan dipandang sebagai sesuatu yang aneh.
4) Viewing problems as challenges, yaitu memandang kegagalan sebagai
tantangan. Setiap kegagalan memberikan peluang untuk berinovasi.
5) Providing creativity training, yaitu menyediakan pelatihan berkreativitas.
Setiap seorang memiliki kapasitas kreatif. Untuk mengembangkannya
diperlukan pelatihan. Pelatihan melalui buku, seminar, workshop, dan
pertemuan profesional dapat mendorong karyawan untuk meningkatkan
kapasitas kreativitasnya.
6) Providing support, yaitu memberikan dorongan dan bantuan, berupa alat
dan sumber daya yang diperlukan untuk berkreasi, terutama waktu yang
cukup untuk berkreasi.
7) Rewarding creativity, yaitu menghargai orang yang kreatif. Penghargaan
bisa dalam bentuk uang, promosi, dan hadiah lainnya.
8) Modeling creativity, yaitu memberi contoh kreatif. Untuk mendorong
karyawan lebih kreatif, harus diciptakan lingkungan yang mendorong
kreativitas.
Dalam menghadapi persaingan yang semakin kompleks dan ekonomi global,
menurut Zimmerer )1996: 53), kreativitas tidak hanya penting untuk menciptakan
keunggulan kompetitif, akan tetapi juga sangat penting bagi kelangsungan perusahaan
(survive). Artinya, dalam menghadapi tantangan global, diperlukan sumber daya
manusia kreatif dan inovatif atau berjiwa kewirausahaan. Wirausahalan yang bisa
menciptakan nilai tambah dan keunggulan. Nilai tambah tersebut diciptakan melalui
kreativitas dan inovas, atau thingking new thing and doingnew thing or create the
new and different.
Zimmerer mengemukakan beberapa kaidah atau kebiasaan kewirausahaan
(entrepreneur rules to live by) yaitu:
1)

Create, innovative,and activate, yaitu ciptakan, temukan, dan aktifkan.


Wirausaha selalu memimpikan ide-ide baru, dan selalu bertanya apa

37

mungkin atau mengapa tidak dan menggunakan inovasinya dalam


kegiatan praktis.
2)

Always be on the look out for new opportunities, yaitu selalu mencari
peluang bar. Wirausaha harus selalu mencari peluang baru atau
menemukan cara baru untuk menciptakan peluang.

3)

Keep

it

simple,

yaitu

berpikir

sederhana.

Wirausaha

selalu

mengharapkan umpan nalik sesegera mungkin, dan berusaha dengancara


yang tidak rumit.
4)

Try it fix it, do it, yaitu selalu mencoba, memperbaiki, dan


melakukannya. Wirausaha berorientasi pada tindakan. Bila ada ide,
wirausaha akan segera mengerjakannya.

5)

Shoot for the stop, yaiut selalu mengejar yang terbaik, terunggul dan
ingin cepat mencapai sasaran. Wirausaha tidak pernah segan, mereka
selalu bermimpi besar. Meskipun tidak selalu benar, mimpi besar adalah
sumber penting untuk inovasi dan visi.

6)

Dont be ashamed to start small, yaitu jangan malu untuk memulai dari
hal-hal yang kecil. Banyak perusahaan besar yang berhasil karena
dimulai dari usaha kecil.

7)

Dont fear failure: learn from it, yaitu jangan takut gagal, belajarlah
dari kegagalan. Wirausaha harus tahu bahwa inovasi yang terbesar
berasal dari kegagalan.

8)

Never give up, yaitu tidak pernah menyerah atau berhenti karena
wirausaha bukan orang yang mudah menyerah.

9)

Go for it, yaitu untuk terus mengejar apa yang diinginkan. Orang yang
pantng menyerah selalu mengejar apa yang belum dicapainya. Sebelum
tujuannya tercapai, maka ia akan mengejarnya.

2.5 Sikap dan Kepribadian Wirausaha


Alex Inkeles dan David H.Smith (1974: 19-24) adalah salah satu di antara ahli
yang mengemukakan tentang kualitas akan sikap orang moder. Menirit Inkeles (1974:
24) kualitas manusia modern tercermin pada orang yang berpartisipasi dalam produksi
modern yang dimanifestasikan dalam bentuk sikap, nilai, dan tingkal laku dalam

38

kehidupan sosial. Ciri-cirinya meliputi keterbukaan terhadap pengalaman baru, sellu


membaca perubahan sosial, lebih realistis terhadap fakta dan pendapat, berorientasi
pada masa kini dan masa yang akan datang bukan masa lalu, berencana, percaya diri,
aspirasi, berpebdidikan dan mempunyai keahlian, respek, hati-hati, dan memahami
produksi.
Ciri-ciri orang modern tesebut hampir sama dengan yang dikemukakan oleh
Gunar Myrdal, yaitu:
1)

Kesiapan diri dan keterbukaan terhadap inovasi.

2)

Kebebasan yang besar dari tokoh-tokoh tradisional.

3)

Mempunyai jangkauan dan pandangan yang luas terhadap berbagai masalah.

4)

Berorientasi pada masa sekarang dan yang akan datang.

5)

Selalu berencana dalam segala kegiatan.

6)

Mempunyai keyakinan pada kegunaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

7)

Percaya bahwa kehidupan tidak dikuasi oleh nasib dan orang tertentu.

8)

Memiliki keyakinan dan menggunakan keadilan sesuai dengan prinsip masingmasing.

9)

Sadar dan menghormati orang lain (Siagian, 1972)


Menurut Harsojo (1978: 5), modernisasi sebagai sikap yang menggambarkan:

1)

Sikap terbuka bagi pembaharuan dan perubahan.

2)

Kesanggupan membentuk pendapat secara demokratis.

3)

Berorientasi pada masa kini dan masa depan.

4)

Meyakini kemampuan sendiri.

5)

Menyakini kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

6)

Menganggap bahwa ganjaran itu hasil dari prestasi.

Orang yang terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru akan lebih siap untuk
menanggapi segala peluang, tantangan dan perubahan sosial, misalnya dalam
mengubah standar hidupnya. Orang-orang yang terbuka terhadap ide-ide baru ini
merupakan wirausaha yang inovatif dan kreatif yang ditemukan dalam jiwa
kewirausahaan. Menurut Yurgen Kocka (1975), Pandangan yang luas dan dinamis
serta kesediaan untuk pembaharuan, bisa lebih cepat berkembang dalam lapangan
industri, tidak lepas dari suatu latar belakang pendidikan, pengalaman perjalananyang
banyak (Yuyun Wirasasmita, 1982: 44)., dalam konteks ini, juga dijumpai perpaduan

39

yang nyata antara usaha perdagangan yang sistematis dan rasional dengan
kemampuan bereaksi terhadap kesempatan-kesempatan yang didasari keberanian
berusaha. Wirausaha adalah kepribadian unggul yang mencerminkan budi yang luhur
dan suatu sifat yang pantas diteladani, karena atas dasar kemampuannya sediri dapat
melahirkan suatu sumbangsih dan karya untuk kemajuan kemanusiaan yang
berlandaskan kebenaran dan kebaikan.
Seperti telah diungkapkan bahwa wirausaha sebenarnya adalah seorang inovator atau
individu yang mempunyai kemampuan naluriah untuk melihat benda-benda materi
sedemikian rupa yang kemusia terbukti benar, mempunyai semangat dan kemampuan
serta pikiran untuk menaklukkan cara berpikir yang tidak berubah, dan mempunyai
kemampuan untuk bertahan terhadap oposisi sosial (Heijrachman Ranupandoyo,
1982: 1). Wirausaha berperan dalam mencari kombinasi-kombinasi baru yang
merupakan gabungan dari lima proses inovasi yaitu menemukan pasar-pasar baru,
pengenalan barang-barang baru, metode produksi baru, sumber-sumber penyediaan
bahan-bahan mentah baru, serta organisasi industri baru. Wirausaha merupakan
inovator yang dapat menggunakan kemampuan untuk mencari kreasi-kreasi baru.
Dalam perusahan, wirausaha adalah seorang inisiator atau organisator penting suatu
perusahan. Menurut Dusselman (1989: 16), seseorang yang memiliki jiwa
kewirausahaan ditandai oleh pola-pola tingkah laku sebagai berikut:
1)

Inovasi, yaitu usaha untuk menciptakan, menemukan dan menerima ide-ide


baru.

2)

Keberanian untuk menghadapi risiko, yaitu usaha untuk menimbang dan


menerima risiko dalam pengambilan keputusan dan dalam menghadapi
ketidakpastian.

3)

Kemampuan

manajerial,

yaitu

usaha-usaha

yang

dilakukan

untuk

melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, meliuputi:

4)

(a)

Usaha perencanaan

(b)

Usaha untuk mengkoordinir.

(c)

Usaha untuk menjaga kelancaran usaha.

(d)

Usaha untuk mengawasi dan mengevaluasi usaha.

Kepemimpina, yaitu usaha memotivasi, melakukan, dan mengarahkan tujuan


usaha.

40

Menurut Kathleen L. Hawkins & Peter A. Turla (1986) pola tingkah laku
kewirausahan diatas tergambar pula dalam perilaku dan kemampuan sebagai berikut:
(1)

Kepribadian, aspek ini bisa diamati dari segi kreativitas, disiplin diri,
kepercayaan diri, keberanian menghadapi risiko, memiliki dorongan, dan
kemauan kuat.

(2)

Hubungan, dapat dilihat dari indikator komunikasi dan hubungan antarpersonal, kepemimpinan, dan manajemen.

(3)

Pemasaran, meliputi kemampuan dalam menentukan produk dan harga,


periklanan dan promosi.

(4)

Keahlian dalam mengatur, diwujudkan dalam bentuk penentuan tujuan,


perencanaan, dan penjadwalan, serta pengaturan pribadi.

(5)

Keuangan, indikatornya adalah sikap terhadap uang dan cara mengatur uang.
David McClelland (1961: 205) mengemukakan enam ciri perilaku

kewirausahaan, yaitu:
(1)

Keterampilan mengambil keputusan dan mengambil risiko yang moderat, dan


bukan atas dasar kebetulan belaka.

(2)

Energik, khususnya dalam bentuk berbagai kegiatan inovatif.

(3)

Tanggung jawab invidual.

(4)

Mengetahui hasil-hasil dari berbagai keputusan yang diambilnya, dengan tolak


ukur satuan uang sebagai indikator keberhasilan.

(5)

Mampu mengantisipasi berbagai kemungkinan di masa datang.

(6)

Memiliki kemampuan berorganisasi, meliputi kemampuan, kepemimpinan,


dan manajerial.

41

Gambar 2.5 Model Analisis Diri Wirausaha

FAKTOR
KEBERHASILAN
Kemauan dan
Kemampuan

Kesempatan dan
peluang

Luar diri
Perilaku

Luar diri

perilaku

Ketidaksempurnaan/
Kelemahan

Kesempatan
peluang

FAKTOR KEGAGALAN
Sumber: H.M Sujuti Jahja, ibid, hal. Exibit 6.

Telah dikemukakan diatas bahwa wirausaha adalan inovator dalam


mengombinasikan sumber-sumber bahan baru. Teknologi baru, metode produksi baru,
akses pasar baru, dan pangsa pasar baru (Schumpeter, 1934). Oleh Ibnu Soedjono
(1993) perilaku kreatif dan inovatif tersebut dinamakan entrepreneurial action.
Yang ciri-ciriya: (1) Selalu mengamankan investasi terhadap risiko, (2) Mandiri, (3)
Berkresi menciptakan nilai tambah, (4) Selalu mencari peluang, (5) Berorientasi ke
masa depan.
Perilaku tersebut dipengaruhi oleh nilai-nilai kepribadian wirausaha, yaitu
niali-nilai keberanian menghadapi risiko, sikap positif, dan optimis, keberanian
mandiri, dan memimpin, dan kemauan belajar dari pengalaman.
Keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor baik eksternal maupun internal. Menurut Sujuti Jahja (1997), faktor internal

42

yang berpengaruh adalah kemauan, kemampuan, dan kelemahan. Sedangkan faktor


yang berasal dari eksternal diri perilaku adalah kesempatan atau peluang.

2.6 Motif Berprestasi Kewirausahaan


Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausha karena
adanya suatu motif tertentu, yaitu motif berprestasi (achievement motive). Motif
berprestasi ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang
terbaik guna mancapai kepuasan secara pribadi (Gede Anggan Suhandana, 1982:55).
Faktor dasarnya adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi.
Teori motivasi pertama kali dikemukakan oleh maslow (1934). Ia
mengemukakan hierarki kebutuhan yang mendasari motivasi. Menurutnya, kebutuhan
itu bertingkat sesuai

Gambar 2.6 Hierarki Kebutuhan Maskow


CONTOH UMUM

Pemenuhan diri

CONTOH DALAM
ORGANISASI
Selfactualization
needs

Tantangan kerja

Status

Esteem Needs

Jabatan

Berteman
Bekerja

Social Needs

Teman

Stabilitas

Security Needs

Jaminan
Pensiun

Physiological Needs

Gaji

Perlindungan

dengan tingkatan pemuasannya, yaitu kebutuhan fisik (physiological needs), kebutuhan


akan keamanan (security needs), kebutuhan sosial (social needs), kebutuhan harga diri

43

(estem needs), dan kebutuhan akan aktualisasi diri (self-actualization needs). Gambar
2.6 menunjukkan hierarki kebutuhan menurut Abraham Maslow.
Teori Maslow pada gambar 2.6, kemudia oleh Clayton Alderfer dikelompokkan
menjadi tiga kelompok, yang dikenal denga teori excistance, relatedness, and growth
(ERG).
Pertama, kebutuhan akan eksistensi (excistance) yaitu menyangkut keperluan material
yang harus ada (termasuk physiological need and security need dari Maslow).
Kedua, ketergantungan (, relatedness), yaitu kebutuhan untuk mempertahankan
hubungan interpersonal (termasuk social and esteem need dari Maslow)
Ketiga, kebutuhan perkembangan (growth), yaitu kebutuhan intrinsik untuk
perkembangan personal (termasuk self-actualization need dan esteem need dari
Maslow).

David C. McClelland (1971) mengelompokkan kebutuhan (needs), menjadi tiga,


yakni:
(1)

Need for achievement (nAch): The drive to excel, to achieve in relation to a


set of standard, to strive to succeed.

(2)

Need fot power (nPow): The need to make other behave in a way that they
would not have behaved otherwise.

(3)

Need for affiliation (nAff): The desire for friendly and close interpersonal
relationships.]
Kebutuhan berprestasi wirausaha (nAch) terlihat dalam bentuk tindakan untuk

melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibanding sebelumnya.
Wirausaha yang memiliki motif berprestasi tinggi pada umumnya memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
(1)

Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoaln-persoalan yang timbul pada


dirinya.

(2)

Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan


dan kegagalan.

44

(3)

Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi.

(4)

Berani menghadapi risiko dengan penuh perhitungan.

(5)

Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang (fifty-fifty).


Jika tugas yang diembannya sangat ringan, maka wirausaha merasa kurang
tantangan, tetapi ia selalu menghindari tantangan yang paling sulit yang
memungkinkan pencapaian keberhasilan sangat rendah.

Kebutuhan

akan

kekuasaan

(nPow),

yaitu

hasrat

untuk

mempengaruhi,

mengendalikan, dan menguasai orang lai. Ciri umumnya adalah senang bersaing,
berorientasi pada status, dan cenderung lebih berorientasi pada status dan ingin
memperngaruhi orang lain.
Kebutuhan utnuk berafiliasi (naff), yaitu hasrat untuk diterima dan disukai oleh orang
lain. Worausaha yang memiliki motivasi berafiliasi tinggi lebih menyukai
persahabatan, bekerja sama daripada persaingan, dan saling pengertian. Menurut
Stephen P. Robbins (1993: 214), kebutuhan yang kedua dan ketigalah yang erat
kaitannya dengan keberhasilan manajer saat ini.
Ahli psikologi lain, Frederick Herzberg (1987) dalam teori motivation- hygiene
mengemukakan bahwa hubungan dan sikap individu terhadap pekerjaannya
merupakan salah satu dasar yang sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan
seseorang. Ada dua faktor dasar motivasi yang menetukan keberhasilan kerja, yaitu
faktor yang membuat orang merasa puas (satisfaction) dan faktor yang membuat
orang tidak merasa puas (dis-satisfaction).faktor internal yang membuat orang
memperoleh kepuasan kerja (job-satisfaction)meliputi prestasi (achievement),
pengakuan (recognition), pekerjaan (the work it self), tanggung jawab (responsibility),
kemajuan (advancement), dan kemungkinan berkembang

(possibility of growth).

Sedangkan faktor yang menentukan ketidakpuasan (dissatisfaction) adalah upah,


keamanan kerja, kondisi kerja, status, prosedur perusahaan, mutu pengendalian teknis,
mutu hubungan interpersonal (Gibson, 1990: 95).
Ahli lain yang membahas motivasi adalah Victor Vroom (1964) dalam teorinya yang
di sebut teori harapan (expectancy theory). Ia mengemukakan bahwa The strength of
a tendency to act in a certain way depend on the strength of an expectation that an
act will be followed by a given outcome and other actractiveness of that outcome to

45

the individual. Kecenderungan yang kuat untuk bertindak dalamsuatu arah tertentu
tergantung pada kekuatan harapan yang akan dihasilka dari tindakannya dan
ketertarikan lain yang dihasilkan bagi seseorang. Menurut Victor Vroom, ada tiga
variabel yang saling berhubungan yaitu: (1) Attrativeness, merupakan imbalan yang
diperoleh dari pekerjaan, (2) Performance-reward linkage, yaitu hubungan antar
imbalan yang diperoleh dan kinerja, dan (3) Effort performance linkage, yaitu
hubungan antara usaha dan kinerja yang dihasilkan. Ada tiga prinsip dari teori
harapan (expectancy theory), yaitu:
1)

P = f(M x A)

Prestasi atau performance (P) adalah fungsi perkalian

antara motivasi (M) dan ability (A).


2)

M = f(V1 x E)

Motivasi merupakan fungsi perkalian dari valensi

tingkat pertama (V1) dengan expectancy (E).


3)

V2 = f(V1 x 1)

Valensi tingkat pertama merupakan fungsi perkalian

antara jumlah valensi yang melekat pada perolehan tingkt kedua dengan
instrumental (I).
Menurut Nasution (1982: 26), Louis Allen (1986: 70), ada tiga fungsi motif, yaitu:
(1)

Mendorong manusia untuk menjadi penggerak atau sebagai motor yang


melepaskan energi.

(2)

Menentukan arah perbuatan ke tujuan tertentu.

(3)

Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus


dijalankan untuk mencapai suatu tujuan dengan menghindari perbuatan yang
tidak bermanfaat bagi pencapaian tujuan itu.

Berdasarkan teori motivasi di atas, timbul pertanyaan, mengapa orang berhasrat


menjadi wirausaha? Menurut Dan Steinhoff & John F. Burgees (1993: 6) ada tujuh
motif:
(1)

The desire for higher income.

(2)

The desire for a more satisfying career.

(3)

The desire to be self-directed.

(4)

The desire for the prestige that come to being a business owner.

(5)

The desire to run with a new idea or concept.

46

(6)

The desire to build long-term wealth.

(7)

The desire to make a contribution to humanity or to a specific cause.

Dalam Entrepreneurs Handbook, yang dikutip oleh Yuyun Wirasasmita (1994:8),


dikemukakan beberapa alasan mengapa seseorang berwirausaha, yakni:
(1)

Alasan keuangan, yaitu untuk mencari nafkah, untuk menjadi kaya, untuk
mencari pendapatan tambahan, sebagai jaminan stabilitas keuangan.

(2)

Alasan social, memperoleh gengsi / status, untuk dapat dikenal dan dihormati,
untuk menjadi contoh bagi orang tua di desa, agar dapat bertemu dengan orang
banyak.

(3)

Alasan pelayanan, yaitu untuk memberi pekerjaan pada masyarakat, untuk


menatar masyarakat, untuk membantu ekonomi masyarakat, demi masa depan
anak-anak dan keluarga, untuk mendapatkan kesetiaan suami/istri, untuk
membahagiakan ayah dan ibu.

(4)

Alas an pemenuhan diri, yaitu untuk menjadi atasan / mandiri, untuk mencapai
sesuatu yang diinginkan, untuk menghindari ketergantungan pada orang lain,
untuk menjadi lebih produktif, dan untuk menggunakan kemampuan pribadi.
Menurut Zimmerer (19896: 3) ada beberapa peluang yang dapat di ambil dari

kewirausahaan, yaitu:
(1)

Peluang untuk memperoleh control atas kemampuan diri.

(2)

Peluang untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki secara penuh.

(3)

Peluang untuk memperoleh manfaat secara financial.

(4)

Peluang untuk berkontribusi kepada masyarakat dan menghargai


usaha-usaha seseorng.
Setelah mempelajari bab ini, Anda
diharapkan mampu:
1. Memahami factor-faktor
pemicu kewirausahaan.
2. Menjelaskan proses
berkembangnya

kewirausahaan.
BAB
TIGA
3. Menjelaskan cirri-ciri proses
perrumbuhan kewirausahaan.

47

4. Memahami langkah-langkah
menuju keberhasilan
wirausaha.

PROSES
KEWIRAUSAHAAN

3.1 Faktor-Faktor Pemicu Kewirausahaan


David C. McClelland (1961: 207), mengemukakan bahwa kewirausahaan
(entrepreneurship) ditentukan oleh motif berprestasi (achievement), optimisme
(optimism), sikap-sikap nilai ( value attitudes) dan status kewirausahaan
(entrepreneurial status) atau keberhasilan. Sedangkan menurut Ibnoe Soedjono dan
Roopke, proses kewirausahaan atau tindakan kewirausahaan (entrepreneurial action)
merupakan fungsi dari property right (PR), competency / ability (C), incentive (I), dan
external environtment (E).
Perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal. Factorfaktor itu adalah hak kepemilikan (property right,PR), kemampuan/kompetensi
(competency / ability,C ), dan intensif (incentive), sedangkan factor eksternalnya
meliputi lingkungan (environment, E). menurut Ibnoe Soedjono, karena dalam
kemampuan afektif (affective abilities) mencakup sikap, nilai-nilai, aspirasi, perasaan,
dan emosi yang kesemuanya sangat tergantung pada kondisi lingkungan yang ada,
maka dimensi kemampuan afektif (affective eabilities) dan kemampuan kognitif
(cognitive abilities) merupakan bagian dari pendekatan kemampuan kewirausahaan
(entrepreneurial). Jadi, kemapuan berwirausaha (entrepreneurial) merupakan fungsi
dari perliaku kewirausahaan dalam mengombinasikan kreativitas, inovasi, kerja keras,
dan keberanian menghadapi risiko untuk memperoleh peluang.

48

3.2 Model Proses Kewirausahaan.


Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave (1996:3), proses
kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengaruhi oleh
berbagai factor baik internal maupun eksternal seperti pendidikan, sosiologi,
organisasi, kebudayaan, dan lingkungan (Bygrave, 1996:3). Factor-faktor tersebut
membentuk locus of control , kreativitas, inovasi, implementasi, dan pertumbuhan
yang kemudian berkembang menjadi wirausaha yang besar (Soeharto Prawirakusumo
(1997:5). Secara internal, inovasi dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu
seperti locus of control , toleransi, nilai-nilai, pendidikan, pengalaman. Sedangkan
faktor yang berasal dari lingkungan yang memepengaruhi diantaranya model peran,
aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembang menjadi kewirausahaan
melalui proses yng dipengaruhi lingkungan, organisasi, dan keluarga.
Dalam suatu bagan, Carol Noore mengemukakan faktor-faktor pemicu
kewirausahaan dan model proses kewirausahaan sebagai berikut:
GAMBAR 3.1

Model Proses Kewirausahaan

Pribadi:
Pribadi:
Sosiologi:
Pribadi:
Organisasi:
Pribadi:
Pribadi:
Sosiologi:
Pribadi:
Organisasi:
Pencapaian
Pengambil
Jaringan
- -Wirausahawan
Kelompok
Pencapaianlocus
locus
Pengambilresiko
resiko
Jaringankelompok
kelompok
Wirausahawan
Kelompok
ofofcontrol
Ketidakpuasan
Orang
- -Pemimpin
Strategi
Sumber: William
D Bygrave, (1996), The Portable
Mtua
B A Entrepreneurship,
hal
control
Ketidakpuasan
Orangtua
Pemimpin
Strategi
Toleransi
Pendidikan
Keluarga
Manajer
Struktur
Toleransi 3
Pendidikan
Keluarga
- Manajer
Struktur
pengambil
Usia
Model
peranan
- -Komitmen
Budaya
pengambilresiko
resiko
Usia
Model
peranan
Komitmen
Budaya
ip, hal 3
Nilai-nilai
pribadi
Komitmen
Visi
Produk
Nilai-nilai pribadi
Komitmen
- Visi
Produk
Pendidikan
Pendidikan
Kewirausahaan berkembang dan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi ini dipicu
Pengalaman
Pengalaman
oleh factor pribadi, lingkungan, dan sosiologi. Factor individu yang
memicukewirausahaan adalah pencapaian locus of control, toleransi, pengambilan
INOVASI
KEJDIAN
IMPLEMENTASI
PERTUMBUHAN
INOVASI
KEJDIANPEMICU
PEMICU
IMPLEMENTASI
PERTUMBUHAN
risiko, nilai-nilai pribadi, pendidikan, pengalaman, usia, komitmen, dan
ketidakpuasan. Sedangkan factor pemicuyang berasal dari lingkungan ialah
Lingkungan:
Lingkungan:
Lingkungan:
Lingkungan:
Lingkungan:
Lingkungan:
peluang,model
peran,
aktivitas,
pesaing,
incubator,
sumber
daya,
dan
kebijakan
Peluang
Kompetisi
Pesaing
Peluang
Kompetisi
Pesaing
Model
Pelanggan
pemerintah. Sedangkan, factor Sumber
pemicu
yang
meliputi
Modelperanan
peranan
Sumberdaya
daya berasal darilingkungan social
Pelanggan
Aktivitas
Inkubator
Pemasok
Aktivitaskeluarga, orang tua dan jaringan
Inkubator kelompok. Sepertihalnya pada
Pemasok
tahap
Kebijakan
Pemerintah
Investor,
Kebijakan Pemerintah
Investor,Bankir
Bankir
perintisankewirausahaan, maka pertumbuhan kewirausahaan sangat tergantungpada
kemampuan

pribadi,

organisasi,

dan

lingkungan.

Factor

Sumber: William
D Bygrave, (1996),
The Portable
M B A Entrepreneurship,
hal.3.
mempengaruhi
petumbuhan
kewirausahaan
adalah pesaing,

lingungan

yang

pelanggan, pemasok, dan


Pribadi:
lembaga-lembaga
keuangan
- Pencapaian
locus yang akan membantu pendanan. Sedangkan factor yang
of control
Toleransi
pengambil
49
resiko
Nilai-nilai
pribadi

berasal dari pribadi adalah komitmen, visi, kepemimpinan, dan kemampuan


manajerial. Selanjutnya factor yang berasal dari organisasi adalah kelompok, struktur,
budaya, dan strategi. Jadi kewirausahaan diawali dengan inovasi. Inovasi
tersebutdipengaruhi oleh nilai-nilai pribadi, sosiologi, organisasi, dan lingkungan.
Seorang yang berhasil dalam berwirausaha adalah orang yang dapat
menggabungkan nilai-nilai, sifat-sifat utama (pola sikap) dan perilaku dengan bekal
pengetahuan, pengalaman dan keterampilan praktis (knowledge and practice). Jadi,
pedoman-pedoman, pengharapan-pengharapan dan nilai-nilai, baik yang berasal dari
pribadi maupun kelompok berpengaruh dalam membentuk perilaku kewirausahaan.

3.3

Ciri-ciri Penting Tahap Permulaan Dan Pertumbuhan


Kewirausahaan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 115 Usaha kecil unggulan di Kabupaten


Bandung yang dilakukan oleh penulis diperoleh kesimpulan bahwa pada umumnya
proses pertumbuhan kewirausahaan pada usaha kecil tersebut memiliki tiga ciri
penting, yaitu:
(1)

Tahap imitasi dan duplikasi (imitating and duplicating).

(2)

Tahap duplikasi dan pengembangan (duplicating and developing).

(3)

Tahap menciptakan sendiri barang dan jasa baru yang berbeda (creating new
and different).
Pada tahap pertama, yaitu proses imitasi dan duplikasi, para wirausaha mulai

meniru ide-ide orang lain, misalnya untuk memulai atau merintis usaha barunya
diawali dengan meniru usaha orang lain, dalam menciptakan jenis barang yang akan
dihasilkan meniru yang sudah ada. Teknik produksi, desain, pemrosesan, organisasi
usaha, dan pola pemasarannya meniru yang sudah ada. Beberapa keterampilan
tertentu diperoleh melalui magang atau pengalaman baik dari lingkungan keluarga
maupun orang lain. Akan tetapi tidak sedikit pula wirausaha yang berhasil karena
proses pengamatan.
Selanjutnya, pada tahap duplikasi dan pengembangan, para usaha mulai
mengembangkan ide-ide barunya. Dalam tahap duplikasi produk misalnya, wirausaha
mulai mengembangkan produknya melalui diversifikasi dan diferensiasi dengan

50

didesain sendiri. Demikian pula dalam organisasi usaha dan pemasaran mulai
dikembangkan model-model pemasaran sendiri. Meskipun pada tahap ini mengalami
perkembangan yang lambat dan cenderung kurang dinamis, tetapi sudah ada sedikit
perubahan. Misalnya desain dan teknik yang cenderung monoton, mungkin berubah
tiga sampai lima tahun sekali, pemasaran cenderungdikuasai oleh bentuk-bentuk
monopsoni oleh para pedagang pengumpul seperti usaha kecilpad umumnya.
Beberapa wirausaha diantaranya ada juga yang mengikuti model pemasaran dan
cenderung berperan sebagai market follower dan beberapa perusahaan lagi mengikuti
kehendakpedagang pengumpul. Setelah tahap duplikasi dan pengembang, kemudian
tahap menciptakan sendiri sesuatu yang baru dan berbeda melalui ide-ide sendiri
sampai terus berkembang. Pada tahap ini wirausaha biasanya mulai bosan dengan
proses produksi yang ada, keingintahuan, ketidakpuasan terhadap hasil yang sudah
ada mulai timbul dan adanya keinginan untuk mencapai hasil yang lebih unggul
secara menggebu. Pada tahap ini organisasi usaha mulai diperluas dengan skala yang
luas pula, produk mulai diciptakan sendiri berdasarkan pengamatan pasar dan
berdasarkan kebutuhan konsumen, ada keinginan untuk menjadi penantang pasar
(market challenger) bahkan pemimpin pasar (market leader). Produk-produk unik
yang digerakan oleh pasar (market driven) mulai diciptakan dan disesuaikan dengan
perkembangan teknik yang ada. Beberapa industri kecil tertentu, misalnya industri
kecil sepatu dan konveksi mulai menantang pasar (market challenger), sedangkan
industri lainnya yang menggunakan teknik produksi tradisional dan semi modern
masih menjadi pengikut pasar (market follower).
Dilihat prosesnya, Zimmerer (1996: 15-16) membagi tahap perkembangan
kewirausahaan menjadi dua, yaitu:
(1)

Tahap awal (perintisan).

(2)

Tahap pertumbuhan.

TABEL: 3.1 Ciri-ciri Pertumbuhan Kewirausahaan

TAHAP AWAL (START-UP)

TAHAP PERTUMBUHAN (GROWTH)

51

A. Tujuan dan perencanaan:

Kesinambungan tujuan dan Tumbuh sederhana, efisien, orientasi laba, dan


rencana pokok (menciptakan ide-ide ke rencana langsung untuk mencapainya.
pasar)
Sama seperti pada tahap awal.

B. Sifat atau Ciri-ciri Kunci Personal:

Memfokuskan pada masa yang akan


dating daripada masa sekarang usahausaha menengah diarahkan untuk jangka
panjang.

Sama seperti pada tahap awal.

Pengambil resiko yang moderat


dengan tingkat toleransi yang tinggi
terhadap perubahan dan kegagalan.

Kapasitas untuk menempa selama pertumbuhan


cepat, kemurnian organisasi dan kemampuan
berhitung.

Kapasitas untuk menemukan ide-ide


inovatif yang memberi kepuasan kepada
konsumen.

Pengetahuan manajerial dan pengalaman dengan


menggunakan orang lain dan sumber daya yang
ada.

Pengetahuan teknik dan pengalaman


inovasi pada bidangnya.

Struktur yang fungsional atau vertical, akan tetapi


saluran komunikasi informal sering digunakan.

C. Sifat untuk desain:

struktur pola sederhana dan luas


dengan jaringan kerja komunikasi yang
luas secara horizontal.

Mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan


kepada manajer level kedua.

Otoritas pengambil keputusan dimiliki


oleh wirausaha.

Kuasai formal (yaitu tidak terlalu kompleks atau


bekerja sama) dalam beroperasi.

Informal dan system control personal.

3.4

LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN WIRAUSAHA

Dan steinhoff & John F.Burgess mengemukakan beberapa karakteristik yang


diperlukan untuk mencapai the bilding-up of entrepreneurial success, sebagai berikut:
GAMBAR 3.1A Entrepreneur Building
SUKSES:
- Take responsibility for success or failure.
- Develop relationship with customer, employees, suppliers, and others.
- Work hard with a sense of urgency.
- Plan, organize, follow through.
Sumber: Dan
& Johnrisk
F.Burgess,
Small
Business Management Fundamentals McGraw Hill.
- Steinhoff
Be willingto
time and
money.
Co, Singapore, 1993 hal.38.
- Have a business goal or vision.
GAMBAR 3.1B Langkah Menuju Kewirausahaan yang berhasil

52

Wirausaha
Usaha

Kemauan
Kemampuan

Ide

Semangat
dan kerja
keras

Loyalitas
dan Tanggung
Jawab

Untuk menjadi wirausaha yang sukses, pertama-tama harus memiliki ide atau
visi bisnis (business vision) yang jelas, kemudian ada kemauan dan keberanian untuk
menghadapi risiko baik waktu maupun uang. Apabila ada kesiapan dalam menghadapi
risiko, langkah berikutnya adalah membuat perencanaan usahamengorganisasikan dan
menjalankannya. Agar usahanya berhasil, selain harus kerja keras sesuai dengan
urgensinya, wirusaha harus mampu mengembangkan hubungan,baik dengan
mitrausahanya maupun dengan semua pihak yang terkait dengan kepentingan
perusahaan.

3.5

Faktor Penyebab Keberhasilan Dan Kegagalan


Wirausaha

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat


tergantung

pada

kemampuan

pribadi

wirausaha.

Zimmerer

(1996:

14-15)

mengemukakan beberapa faktor-faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam


menjalankan usaha barunya:
(1)

Tidak kompeten dalam manajerial. Tidak kompeten atau


tidak memilikikemampuan dan pengetahuan mengelola usaha merupakan factor
penyebab penyebab utama yang membuat perusahaan kurang berhasil.

(2)

Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan teknik,


kemampuan
keterampilan

memvisualisasikan
mengelola

usaha,

sumber

daya

mengintegrasikan operasi perusahaan.

53

kemampuan
manusia,

mengkoordinasikan,
maupun

kemampuan

(3)

Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan


dapat berhasil dengan baik factor yang paling utama dalam keuangan adalah
memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat.
Kekeliruan dalam memelihara aliran kas akan menghambat operasional
perusahaan dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.

(4)

Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan


titikawal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan
mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.

(5)

Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang


strategis merupakan factor yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang
tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena kurang
efisien.

(6)

Kurangnya pengawasan peralatan. Pengawasan erat


kaitannya dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang pengawasan dapat
mengakibatkanpenggunaan alat tidk efisien dan tidak efektif.

(7)

Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha.


Sikap yang setengsh-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang
dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati, kemungkinan
gagal menjadi besar.

(8)

Ketidakmampuan dalam, melakukan peralihan/ transisi


kewirausahaan. Wira usaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan
perubahan, tidak akan menjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam
berwirausaha hanya bias diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan
mampu membuat peralihan setiap waktu.
Selain faktor-faktor yang membuat kegagalan kewirausahaan, Zimmerer (1996:

17) mengemukakan beberapa potensi yang membuat seseorang mundur dari


kewirausahaan, yaitu:
(1)

Pendapatan yang tidak menentu. Baik pada tahap awal maupun tahap
pertumbuhan, dalam bisnis tidak ada jaminan untuk terus memperoleh
pendapatan yang berkesinambungan. Dalam kewirausahaan, sewaktu-waktu bisa

54

rugi dan sewaktu-waktu juga bisa untung. Kondisi yang tidak menentu dapat
membuat seseorang mundur dari kegiatan berwirausaha.
(2)

Kerugian akibat hilangnya modal investasi. Tingkat kegagalan bagi usaha


baru sangatlah tinggi. Menurut Yuyun Wirasasmita (1998), tingkat mortalitas/
kegagalan usaha kecil di Indonesia mencapai 78 persen. Kegagalan investasi
mengakibatkan seseorang mundur dari kegiatan berwirausaha.

(3)

Perlu kerja keras dan waktu yang lama. Wirusaha biasanya bekerja sendiri
mulai dari pembelian, pengolahan, penjualan, dan pembukuan. Waktu yang lama
dan keharusan bekerja keras dalam berwirausaha mengakibatkan orang yang
ingin menjadi wirausaha menjadi mundur. Ia kurang terbiasa dalam menghadapi
tantangan. Wirausaha yang berhasil pada umumnya menjadikan tantangan
sebagai peluang yang harus dihadapi dan ditekuni.

(4)

Kualitas kehidupan yang tetap rendah meskipun usahanya mantap.


Kualitas kehidupan yang tidak segera meningkat dalam usaha, akan
mengakibatkan seseorang mundur dari kegiatan berwirausaha. Misalnya,
pedagang yang kualitas kehidupannya tidak meningkat, maka akan mundur dari
usaha dagangnya dan masuk ke usaha lain.

3.6

Keuntungan Dan Kerugian Berwirausaha

Keuntungan dan kerugian kewirausahaan identik dengan keuntungan dan kerugian


pada usaha kecil milik sendiri. Peggy Lambing dan Charles L. Kuehl (2000: 19-20)
mengemukakan keuntungan dan kerugian kewirausahaan sebagai berikut:

55

TABEL: 2.1 Ciri-ciri dan watak Kewirausahaan

KEUNTUNGAN

KERUGIAN

Otonomi

Pengorbanan Personal

Tantangan
Awal

Beban Tanggung Jawab

Kontrol Fisik

Makin kecil dan Gagal

WIRAUSAHA
Sumber: Peggy Lambing and Charles L. Kuehl, Entrepreneurship, Tahun 2000 hal. 20.

3.6.1 Keuntungan Kewirausahaan


(1)

Otonomi. Pengelolaan yang bebas dan tidak terikatmembuat wirausaha


menjadi seorang bos yang penuh kepuasan.

(2)

Tantangan awal dan perasaan motif berprestasi. Tantangan awal atau


perasaan bermotivasi yang tinggi merupakan hal menggembirakan. Peluang
untuk mengembankan konsep usaha yang dapat menghasilkan keuntungan
sangat memotivasi wirausaha.

(3)

Control financial. Bebas dalam mengelola keuangan, dan merasa kekayaan


sebagai milik sendiri.

56

3.6.2 Kerugian kewirausahaan


Disamping beberapa keuntungan seperti di atas, dengan berwirausaha juga memiliki
beberapa kerugian, yaitu:
(1)

Pengorbanan personal. Pada awalnya wirausaha harus bekerja dengan waktu


yang lama dan sibuk. Sedikit sekali waktu untuk kepentingan keluarga,
rekreasi. Hampir semua waktu dihabiskan untuk kegiatan bisnis.

(2)

Beban tanggung jawab. Wirausaha harus mengelola semua fungsi bisnis, baik
pemasaran, keuangan, personil maupun pengadaan dan pelatihan.

(3)

Kecilnya margin keuntungan dan kemungkinan gagal. Karena wirausaha


menggunakan keuangan yang kecil dan keuangan milik sendiri, maka margin
laba/ keuntungan yang diperoleh akan relatif kecil dan kemungkinan gagal
juga ada.

57

Bab Empat
Setelah mempelajari bab ini, anda
diharapkan mampu:
1.

Menggambarkan profil dan peran


kewirausahaan.
2.
Menjelaskan fungsi makro dan
fungsi mikro wirausaha.
3.
Mendiskusikan fungsi dan peran
kewirausahaan dalam konteks local
maupun global.

Fungsi dan Model


Peran Wirausaha
4.1

PROFIL WIRAUSAHA
erbagai ahli mengemukakan profil wirausaha dengan pengelompokan
yang berbeda-beda. Ada yang pengelompokan berdasarkan pemiliknya,
pengelompokkan berdasarkan perkembangannya dan pengelompokkan

berdasarkan kegiatan usahanya. Roopke (1995: 5) mengelompokan kewirausahaan


bedasarkan perannya, sebagai berikut:
(1)

Kewirausahaan rutin (wirt), yaitu wirausaha yang dalam melakukan


kegiatan sehari-harinya cenderung menekankan pada pemecahan maslah dan
perbaikan standart prestasi tradisional. Fungsi wirausaha rutin adalah
mengadakan

perbaikan-perbaikan

terhadap

standar

tradisional,

bukan

penyusunan dan pengalokasian sumber-sumber. Wirausaha ini berusaha


menghasilkan barang, pasar, dan teknologi, misalnya seorang pegawai atau
manager. Wirausaha rutin dibayar dalam bentuk gaji.
(2)

Kewirausahaan arbitrase, yaitu wirausaha yang selalu mencari peluang


melalui kegiatan penemuan (pengetahuan) dan pemanfaatan (pembukuan).
Misalnya, bila tidak terjadi ekuilibrium dalam penawaran dan permintaan
pasar,maka ia akan membeli dengan murah dan menjualnya dengan mahal.
Kegiatan kewirausahaan arbitrase tidak perlu melibatkan pembuatan barang
dan tidak perlu menyerap dana pribadi wirausaha. Kegiatanya melibatkan
spekulasi dalam memanfaatkan perbedaan harga jual dan harga beli.

(3)

Wirausaha inovtif, yaitu wirausaha dinamis yang menghasilkan ide-ide dan


kreasi-kreasi baru yang berbeda.ia merupakan promoter, tidak saja dalam

58

memperkenalkan teknik dan produk baru, tetapi juga dalam pasar dan sumber
pengadaan, peningkatan teknik manajemen, dan metode distribusi baru. Ia
mengadakan proses dinamis pada produk, proses, hasil, sumber pengadaan,
dan organisasi yang baru.
Sedangkan Zimmerer (1996) mengelompokkan profil kewirausahaan sebagai berikut:
(1)

Part-time Entrepreneur, yaitu wirausaha yang melakukan usahanya hanya


sebagian waktu saja sebagai hobi. Kegiatan bisnis biasanya hanya kegiatan
sampingan.

(2)

Home-Based New Ventures, yaitu uasaha yang dirintis dari rumah/ tempat
tinggalnya.

(3)

Family-Owned Busines, yaitu uasha yang dilakukan/ dimiliki oleh


beberapa anggota keluarga secara turun-temurun.

(4)

Compreneurs, yaitu usaha yang dilakukan oleh dua orang wirausaha yang
bekerjasama sebagai pemilik dan menjalankan usaha bersama-sama.

4.2

FUNGSI MAKRO DAN MIKRO WIRAUSAHA

Dilihat dari ruang lingkupnya wirausaha memiliki dua fungsi, yaitu fungsi makro dan
fungsi mikro. Secara makro, wirausaha berperan sebagai panggerak, pengendali, dan
pemacu perekonomian suatu bangsa. Di Amerika Serikat, Eropa Barat, dan Negaranegara di Asia, kewirausahaan menjadi kekuatun ekonomi Negara tertentu, sehingga
Negara-negara tersebut menjadi kekuatan ekonomi dunia yang kaya dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi. Hasil-hasil dari penemuan
ilmiah, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi rekayasatelah
menghasilkan kreasi-kreasi baru dalam produk barang dan jasa-jasa yang berskala
global. Semua itu merupakan hasil dari proses dinamis wirausaha yang kreatif.
Bahkan para wirausahalah yang berhasil menciptakan lapangan kerja dan mendorong
pertumbuhan ekonomi. Wirausahalah yang berani mengambil risiko, memimpin, dan
mendorong pertumbuhan ekonomi. Tanpa dorongan, energi, dan dedikasi para
wirausaha, pembentukan (formasi) investasi pada perusahaan-perusahaan baru tidak
akan pernah terjadi. Menurut J.B. Say, wirausaha adalah orang yang menggeser

59

sumber-sumber ekonomi dari produktivitas terendah menjadi produktivitas tertinggi


dan berlimpah ruah. Menurutnya, wirausahalah yang menghasilkan perubahan.
Perubahan itu dilakukan tidak dengan mengerjakan sesuatu yang lebih baik tetapi
dengan melakukan sesuatu yang berbeda (not by doing things better but by doing
something different).
Secara kualitatif, peranan wirausaha melalui usaha kecilnya tidak diragukan
lagi, yakni: Pertama, usaha kecil dapat memperkokoh perekonomian nasional
melalui berbagai keterkaitan usaha, seperti fungsi pemasok, fungsi produksi, fungsi
penyalur, dan pemasar bagi hasil produk-produk industri besar. Usaha kecil berfungsi
sebagai transformator antar sector yang mempunyai kaitan ke depan maupun ke
belakang (for-ward and backward-linkages) (Drucker, 1979: 54). Kedua, usaha kecil
dapat meningkatkan efesiensi ekonomi khususnya dalam menyerap sumber daya yang
ada. Usaha kecil sangat fleksibel, karena dapat menyerap tenaga kerja local, sumber
daya local, dan meningkatkan sumber daya manusia menjadi wirausaha-wirausaha
yang tangguh. Ketiga, uasaha kecil dipandang sebagai sarana pendistribusian
pendapatan nasional, alat pemerataan berusaha dan pemerataan pendapatan (wealth
creation process), karena jumblahnya tersebar baik diperkotaan maupun dipedesaan.
Secara mikro, peran wirausaha adalah penanggung risiko dan ketidakpastian,
mengombinasikan sumber-sumber kedalam cara yang baru dan berbeda untuk
menciptakan nila tambah dan usaha-usaha baru. dalam melakukan fungsi mikronya,
menurut Marzuki Usman (1977), secara umum wirausaha memiliki dua peran, yaitu:
(1)

Sebagai penemu (innovator).

(2)

Sebagai perencana (planner).


Sebagai innovator, wirausaha berperan dalam menemukan dan menciptakan:
(a)

Produk baru (the new product).

(b)

Teknologi baru (the new technology).

(c)

Ide-ide baru (the new image).

(d)

Organisasi usaha baru (the new organization).

Sebagai planner, wirausaha berperan dalam merancang:


(a)

Perencanaan perusahaan (corporate plan).

(b)

Strategi perusahaan (corporate strategy).

60

(c)

Ide-ide dalam perusahaan (corporate image).

(d)

Organisasi perusahaan (corporate organization).

Menurut Zimmerer (1996: 51) fungsi wirausaha adalah menciptakan nilai


barang dan jasa di pasar melalui melalui proses pengombinasian sumber daya dengan
cara-cara baru yang berbeda untuk dapat bersaing. Nilai tambah tersebut diciptakan
melalui:
(1)

Pengembangan teknologi baru (developing new technology).

(2)

Penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge).

(3)

Perbaikan produnk dan jasa yang ada (improving existing products or


services).

(4)

Penemuan cara-cara yang berbedauntuk menyediakan barang dan jasa


dengan jumlah lebih banyak dengan menggunakan suber daya lebih sedikit
(finding different ways of providing more goods and services with fewer
resources).
Lain halnya dengan Werner Shombart (1902), yang membagi fungsi

entrepreneur menjadi tiga, yaitu:


(1)

Captain of industri, yang mulai sebagai teknisi atau tukang dalam satu bidang
keahlian, kemudian berhasil menemukan sesuatu yang baru, bukan dengan
sengaja melainkan karena hasil temuan dan kehebatan daya cipta.

(2)

Usahawan (businessman), yaitu orang yang menganalisis berbagai kebutuhan


masyarakat, merangsang kebutuhan baru untuk mendapat langganan baru.
Perhatiannya yang paling utama adalah penjualan.

(3)

Pemimpin keuangan (financial leader), orang yang sejak muda menekuni


keuangan, mengumpulkan uang, dan menggabungkan sumber-sumber keuangan.
Selain entrepreneur, istilah lain yang juga sudah dikenal adalah konsep

intrapreneur, yaitu orang yang tidak menemukan sesuatu (produk) yang baru,
tetapi menggunakan temuan orang lain dan dipakai pada unit usaha yang
bersangkutan (Marzuki Usman 1977: 4), misalnya dalam membuat desain/ rancangan
suatu produk yang sesuai dengan permintaan pasar. Fungsi intrapreneur adalah

61

duplicating new product, and imitating new technology. Berbeda dengan


benchmarking yang berkembang pada kalangan para manajer dan wirausaha di Jepang
dan Australia. Pada benchmarking, selain meniru jugamengembangkan produk
melalui pengembangan teknologi baru (imitating and developing product) atau
imitation with modification (Winardi, 1998).
Beberapa definisi di atas secara umum dapat diartikan bahwa wirausaha adalah
printis dan pengembang perusahaan yang berani mengambil risiko dalam menghadapi
ketidakpastian dengan cara mengelola sumber daya manusia, material, dan keuangan
untuk mencapai tingkat keberhasilan tertentu yang diinginkan. Salah stu kunci
keberhasilan adalah memiliki tujuan dan visi untuk mencapai tujuan tersebut
(Steinhoff dan burgess, 1993: 38).

4.3

Tantangan Kewirausahaan dalam Konteks Global

Dalam konteks persaingan global yang semakin terbuka seperti sekarang ini, banyak
tantangan yang harus dihadapi. Setiap Negara harus bersaing dengan menonjolkan
keunggulan sumber daya masing-masing. Negara-negara yang unggul dalam sumber
dayanya akan memenangkan persaingan. Sebaliknya Negara-negara yang tidak
memiliki keunggulan bersaing dalam sumber daya akan dalam persaingan dan tidak
akan mencapai banyak kemajuan. Negara-negara yang memiliki keunggulan bersaing
adalah Negara-negara yang dapat memberdayakan sumber daya ekonominya
(conomic empowering) dan memberdayakan sumber daya manusianya (resources
empowering) secara nyata sumber-sumber dapat diberdayakan apabila sumber daya
manusia memiliki keterampilan kreatif dan inovatif. Di Indonesia sumber daya
manusia betul-betul menghadapi tantangan dan perasaingan yang kompleks.
Tantangan tersebut tampak sperti Gambar 4.1.

62

GAMBAR 4.1 Tantangan Utama Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)


Tantangan
Tantangan
persainagn
persainagnglobal
global
Tantangan
TantanganPertumbuhan
Pertumbuhan
Penduduk
Penduduk
Tantangan
TantanganKeanekaraKeanekaragaman
gamanangkatan
angkatanKerja
Kerja

Tantangan
Tantangan
Pengangguran
Pengangguran
Tantangan
Tantangan
Sumber
SumberDaya
Daya
Kewirausahaan
Kewirausahaan

Tantangan
Tantangan
Etika
Etika

Tantangan
TantanganTanggung
Tanggung
Jawab
JawabSosial
Sosial
Tantangan
TantanganKemajuan
Kemajuan
Teknologi
Teknologi

Tantangan
TantanganGaya
GayaHidup
Hidup
dan
dan
Kecenderunganya
Kecenderunganya
Tantangan persaingan global, tantangan pertumbuhan penduduk, tantangan
pengangguran, tantangan tanggung jawab social, keanekaragaman ketenagakerjaan,
dan tantangan etika, tantangan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan,dan
tantangan gaya hidup beserta kecenderungan-kecenderunganya merupakan tantangan
yang saling terkait stu sama lain. Dalam persaingan global, semua sumber daya antar
Negara akan bergerak bebas tanpa batas. Sumber daya alam, Sumber daya manisia,
ilmu pengetahuan teknologi, dan gaya hidup akan melewati batas-batas Negara.
Hanya sumber daya yang memiliki keunggulanlah yang dapat bertahan dalam
persaingan. Demikian juga pertumbuhan penduduk dunia yang cepat disertai
persaingan yang tinggi akan menimbulkan berbagai angkatan kerja yang kompetitif
dan akan menimbulkan pengangguran bagi sumber daya manusia yang tidak memiliki
keunggulan dan daya saing yang kuat.
Untuk menghadapi bebagai tantangan tersebut diperlukan sumber daya yang
berkualitas yang dapat menciptakan berbagai keunggul, baik keunggulan komparatif
(comparative advantages) maupun keunggulan kompetitif (competitive advantages),
diantaranya melalui proses kreatif dan inovatif wirausaha.
Untuk dapat bersaing dipasar global sangat diperlukan barang dan jasa yang
berdaya saing tinggi yaitu barang dan jasa yang memiliki keunggulan-keunggulan

63

tertentu. Untuk menghasilkan barang dan jasa yang berdaya saing tinggi diperlukan
tingkat efisiensi yang tinggi. Tingkat efisiensi yang tinggi ditentukan oleh kualitas
sumber daya manusia yang tinggi, yaitu sumber daya manusia yang profesional dan
terampil yang dapat menciptakan nilai tambah baru dan mampu menjawab tantngan
baru. Selanjutnya kualitas sumber daya manusia yang tinggi tersebut hanya dapat
ditentukan oleh system pendidikan yang menghasilkan sumber daya yang kreatif dan
inovatif. Sumber daya kretif dan inovatif hanya terdapat pada wirausaha. Oleh sebab
itu,wirausahalah yang mampu menciptakan keunggulan bersaing melalui kemampuan
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create the new and different).

Setelah mempelajari bab ini, Anda


diharapkan mampu:
1.
Menjelaskan timbulnya ide
dan peluang dalam kewirausahaan.
2.
Mengidentifikasi sumbersumber peluang potensial
kewirausahaan.
3.
Memahami tentang
64
pentingnya bekal pengetahuan dan
kemampuan dalam mencapai
keberhasilan kewirausahaan.

BAB LIMA

Ide dan Peluang


dalam
Kewirausahaan
5.1 Ide Kewirausahaan
eperti telah telah dikemukakan bahwa wirausaha dapat menambah nilai
suatu barang dan jasa melalui inovasi. Keberhasilan wirausaha dicapai
apabila wirausaha menggunakan produk, proses, dan jasa-jasa inovasi
sebagai alat untuk menggali perubahan. Oleh sebab itu, inovasi merupakan instrument
penting untunk memberdayakan sumber-sumber agar menghasilkan sesuatu yang baru
dan menciptakan nilai. Ketangguhan kewirausahaan sebagai penggerak perekonomian
terletak pada kreasi baru untuk menciptakan nlai secara terus-menerus. Wirausaha
dapat menciptakan nilai dengan cara mengubah semua tantangan menjadi peluang
melalui ide-idenya dan akhirnya ia menjadi pengendali usaha (business driven).
Semua tantangan bias menjadi peluang bila ada inovasi, misalnya menciptakan
permintaan melalui penemuan baru. Dengan penemuan baru para pengusaha (business
innovation) perusahaan mengendalikan pasr (market-driven), dan akhirnya membuat
ketergantungan konsumen kepada produsen. Dengan demikian, produsen tidak lagi
tergantung pada konsumen (seller-market) seperti falsafah pemasaran yang
konvensional.
Menurut Zimmerer, ide-ide yang berasal dari wirausaha dapat menciptakan
peluang untuk memenuhi kebutuhan riil di pasar. Ide-ide itu menciptakan nilai
potensial di pasar sekaligus menjadi peluang usaha. Dalam mengevaluasi ide untuk
menciptakan nilai-nilai potensial (peliang usaha), wirausaha perlu mengidentivikasi
dan mengevaluasi semua risiko yang mungkin terjadi dengan cara:
(1). Pengurangan kemungkinan risiko melalui strategi yang proaktif.
(2). Penyebaran risiko pada aspek yang paling mungkin.
(3). Pengelolaan risiko yang mendatangkan nilai atau manfaat.

65

Ada tiga risiko yang dapat dievaluasi, yaitu: (1) Risiko pasar atau risiko
persaingan, (2) Risiko financial, dan (3) Risiko teknik. Risiko pasar terjadi akibat
adanya ketidakpastian pasar. Risiko financial terjadi akibat rendahnya hasil penjualan
dan tingginya biaya. Risiko teknik terjadi sebagai akibat adanya kegagalan teknik.
Pada hakikatnya, ketidakpastian pasar terjadi akibat dari berbagai factor seperti
lingkungan, ekonomi, teknologi, demografi, dan social politik.
Menurut Zimerer (1996:82) kreativitas sering kali muncul dalam bentuk ide-ide untuk
menghasilkan barang dan jasa-jasa baru. Ide itu sendiri bukan peluang dan tidak akan
muncul bila wirausaha tidak menngadakan evaluasi dan pengamatan secara terus
menerus. Banyak ide yang betul-betul asli, akan tetapi sebagian besar peluang tercipta
ketika wirausaha memiliki cara pandang baru terhadap ide yang lama. Pertanyaanya,
bagaimana ide bias menjadi peluang ? Ada beberapa cara, yaitu:
(1) Ide dapat digerakkan secara internal melalui perubahan cara-cara/metode yang
lebih baik untuk melayani dan memuaskan pelanggan dalam memenuhi
kebutuhannya.
(2) Ide dapat dihasilkan dalam bentuk produk dan jasa baru.
(3) Ide dapat dihasilkan dalam bentuk modifikasi bagaimana pekerjaan dilakukan
atau modifikasi cara melakukan suatu pekerjaan.
Hasil dari ide-ide tersebut secara keseluruhan adalah perubahan dalam bentuk arahan
atau

petunjuk bagi perusahaan atau kreasi baru tentang barang yang dihasilkan

perusahaan. Banyak wirausaha yang berhasil bukan atas ide sendiri tetapi hasil
pengamatan dan penerapan ide-ide orang lain yang bias dijadikan peluang.

5.2 Sumber-Sumber Potensial Peluang


Agar ide-ide yang masih potensial menjadi peluang bisnis yang riil, maka wirausaha
harus bersedia melakukan evaluasi terhadap peluang secara terus-menerus. Proses
penjaringan ide atau disebut proses screening merupakan suatu cara terbaik untuk
menuangkan ide potensial menjadi produk dan jasa riil. Adapun langkah dalam
penjaringan (screening) ide dapat dilakukan sebagai berikut:

66

(1) Menciptakan Produk Baru dan Berbeda. Ketika ide dimunculkan secara riil
atau nyata, misalnya dalam bentuk barang atau jasa baru, maka produk dan
jasa tersebut harus berbeda dengan produk dan jasa yang ada di pasar. Selain
itu, produk dan jasa tersebut harus menciptakan nilai bagi pembeli atau
penggunanya. Agar berguna, barang dan jasa itu harus bernilai bagi konsumen
baik pelanggan maupun konsumen potensial lainnya. Oleh sebab itu,
wirausaha harus benar-benar mengetahui perilaku konsumen dipasar. Dalam
mengamati perilaku pasar, paling sedikit ada dua unsure pasar yang perlu
diperhatikan:
(a) Permintaan terhadap barang/jasa yang dihasilkan.
(b) Waktu penyerahan dan waktu permintaan barang/jasa.
Dengan demikian, jelaslah bahwa wirausaha yang sukses perlu
menciptakan produk dan jasa unggul yang memberikan nilai kepada
konsumen. Misalnya apakah produk-produk barang dan jasa tersebut dapat
meningkatkan efisiensi bagi pemakainya ? Berapa besarnya? Apakah
perbaikan dalam efisiensi dapat diketahui juga oleh pembeli potensial?
Berapa persen target yang ingin dicapai dari segmentasi pasar tersebut?
Pertanyaan-pertanyaan di atas penting dalam menciptakan peluang.
Secara implisit, apabila wirausaha baru memfokuskan pada segmen
pasar, maka secara spesifik peluang itu akan sangat tergantung pada
perilaku segmen pasar. Kemampun untuk memperoleh peluang itu sendiri
sangat tergantung pada kemampuan wirausaha untuk menganalisis pasar
yang meliputi aspek:
(a) Kemampuan untuk menganalisis demografi pasar.
(b) Kemampuan untuk menganalisis sifat serta tingkah laku pesaing.
(c) Kemampuan untuk menganalisis keunggulan bersaing pesaing dan
kefakuman pesaing yang dianggap dapat menciptakan peluang.
(2) Mengamati Pintu Peluang.

Wirausaha harus mengamati potensi-potensi

yang dimiliki pesaing, misalnya kemungkinan pesaing mengembangkan


produk baru, pengalaman keberhasilan dalam mengembangkan produk baru,

67

dukungan keuangan, dan keunggulan-keunggulan yang dimiliki pesaing


dipasar. Kemampuan pesaing untuk mempertahankan posisi pasar dapat
dievaluasi dengan mengamati kelemahan-kelemahan dan risiko pesaing dalam
menanamkan modal barunya.
Pintu peluang dapat diperoleh dengancara seperti pada gambar 5.1
GAMBAR 5.1 Pintu Peluang bagi Usaha Baru
Waktu
pengembangan untuk
menghasilkan produk
yang siap dipasrkan.

VERSUS

Kapanilitas dan
sumber-sumber
untuk mencapai
target.

VERSUS

Usaha pengembangan
yang dilakukan
pesaing

Kapabilitas dan sumbersumber yang dimiliki


pesaing untuk mencapai
pasar target secara

Kemampuan dan sumbersumber yang diperlukan


untuk mengantisipasi
serangan pesaing seilaam

VERSUS

Pasar yang
ditargetka
n

Keagresifan perilaku
pesaing sebelunya
dalam mempertahankan
pasar yang mereka

Sumber: Zimmerer, entrepreneurship and The New VentureFormation, 1996 hal.


87.

Untuk mengetahui kelemahan, kekuatan, dan peluang yang dimiliki


pesaing dan peluan yang dapat kita peroleh, ada beberapa pertanyaan
penting , yaitu:
(a) Pertanyaan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahanpesaing dalam
pengembangan produk, meliputi
o Bagaimana kemampuan teknik yang dimiliki pesaing dalam
pengembangan produk jika dibandingkan kemampuan teknik
yang kita miliki?
o Bagaimana track-record pesaing untuk mencapai sukses dalam
pengembangan produk?
(b) Pertanyaan untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan pesaing
tentang kapabilitas dan sumber-sumber yang dimiliki, meliputi:

68

o Sejauh mana kemampuan dan kesediaan pesaing untuk


melakukan investasi dalam pengembangan produk baru dan
produk awal ?
o Keunggulan pasar apa yang dimiliki oleh pesaing ?
(c) Pertanyaan untuk menentukan apakah pintu peluang ada atau tidak,
meliputi:
o Sejauh mana kecepatan perusahaan membawa produk ke pasar
dapat mendahului pesaing ?
o Apakah

kapabilitas

dan

sumber-sumberyang

dimiliki

perusahaan cukup untuk membawa produk ke pasar yang


sedang dikuasai pesaing ?
o Apakah perusahaan memiliki kekuatan yang cukup untuk
menguasai serangan pesaing ?
Menurut Zimmerer (1996: 87) ada beberapa keadaan yang dapat menciptakan
peluang, yaitu :
(a)

Produk baru harus segera dipasarkan dalam jangka


waktu yang relatif singkat.

(b)

Kerugian teknik harus rendah. Oleh karena itu,


penggunaan teknik harus dipertimbangkan sebelunya.

(c)

Bilapesaing

tidak

begitu

pagresif

untuk

mengembangkan strategi produknya,.


(d)

Pesaing tidak memiliki teknologi canggih.

(e)

Pesaing sejak awal tidak memiliki strategi dalam


mempertahankan posisi pasarnya,

(f)

Perusahaan baru memiliki kemampuan dan sumbersumber untuk menghasilkan produk barunya.

(3) Analisis Produk dan Proses Produksi Secara Mendalam. Analisis ini
sangat penting untuk menjamin apakah jumlah dan kualitas produk yang
dihasilkan memadai atau tidak. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk membuat
produk tersebut ? Apakah biaya yang kita keluarkan lebih efisien daripada
biaya yang dikeluarkan oleh pesaing ?

69

(4) Menaksir Biaya Awal, yaitu biaya awal yang diperlukan oleh usaha baru.
Dari mana sumbernya dan untuk apa digunakan? Berapa yang diperlukan
untuk operasi, untuk perluasan dan untuk biaya lainnya ?
(5) Memperhitungkan Risiko yang Mungkin Terjadi, misalnya risiko teknik,
risiko financial, dan risiko pesaing. Risiko pesaing adalah kemampuan dan
kesediaan pesaing untuk mempertahankan posisinya dipasar. Risiko pesaing
meliputi pertanyaan: (1) Kemungkinan kesamaan dan keunggulan produk apa
yang dikembangkan pesaing ? (2) Tingkat keberhasilan apa yang telah dicapai
oleh pesaing dalam pengembangan produknya ? (3) Seberapa jauh dukungan
keuangan pesaing bagi pengembangan produk baru dan produk yang
diperkenalkannya ? (4) Apakah perusahaan baru cukup kuat untuk mengatasi
serangan-serangan pesaing ?
Sedangkan risiko teknik berhubungan dengan proses pengembangan
produk yang cocok dengan yang diharapkan atau menyangkut suatu objek
penentu apakah ide secara actual dapat ditransformasi menjadi produk yang
siap dipasarkan dengan kapabilitas dan karakteristiknya. Risiko finansial
adalah risiko yang timbul sebagai akibat ketidakcukupan finansial baik dalam
tahap pengembangan produk baru maupun dalam menciptakan dan
mempertahankan perusahaan untuk mendukung biaya produk baru,
Analisis kelemahan, kekuatan, peluang, dan ancaman atau analisis
strength, weakness, opportunity, and threat (SWOT) sangat pentingan dalam
menciptakan keberhasilan perusahaan baru.

5.3 Bekal Pengetahuan dan Kompetensi Kewirausahaan


Seperti dikemukakan dalam hasil survey yang dilakukan oleh Lambing (2000) bahwa
kebanyakn responden yang menjadi wirausaha berasal dari pengalaman sehingga ia
memiliki jiwa dan watak kewirausahaa. Jadi, untuk menjadi wirausaha yang berhasil,
persyaratan utama yang harus dimiliki adalah memiliki jiwa dan watak
kewirausahaan.

Jiwa

dan

watak

kewirausahaan

tersebut

dipengaruhi

oleh

keterampilan, kemampuan, atau kompetensi. Kompetensi itu sendiri ditentukan oleh


pengetahuan dan pengalaman usaha.

70

Seperti telah dikemukakan, bahwa seseorang worausaha adalah seseorang yang


memiliki jiwa dan kemampuan tertentu dalam berkreasi dan berinovasi. Ia adalah
seseorang yang memiliki kememuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda (ability to create the new and different) atau kemampuan kreatif dan inovatif.
Kemampuan kreatif dan inovatiftersebut secara riil tercermin dalam kemampuan dan
kemauan untuk memulai usaha (start-up), kemampuan untuk mengerjakan sesuatu
yang baru (creative), kemauan dan kemampuan untuk mencari peluang (opportunity),
kemampuan dan keberanian untuk menanggung risiko (risk bearing) dan kemampuan
untuk mengembangkan ide dan meramu sumber daya.kemauang dan kemampuankemampuan tersebut diperlukan terutama untuk:
1) Menghasilkan produk atau jasa baru (the new product ar new service).
2) Menghasilkan nilai tambah baru (the new value added).
3) Merintis usaha baru (new business).
4) Melakukan proses.teknik baru (the technic).
5) Mengembangkan organisasi baru (the new organization)
Wirausaha berfungsi sebagai perencanaan (planner) sekaligus sebagai pelaksana
usaha (businessman). Sebagai perencana (planner), wirausaha berperan:
1) Merancang perusahaan (corporate plane).
2) Mengatur strategi perusahaan (corporate strategy).
3) Pemrakarsa ide-ide perusahaan (corporate image).
4) Pemegang visi untuk memimpin (visioner leader).
Sedangkan sebagai pelaksana usaha (businessman), wirausaha berperan:
1) Menemukan, menciptakan, dan menerapkan ide baru yang berbeda (create
the new and different).
2) Meniru dan menduplikasi (imitating and duplicating).
3) Meniru dan memodifikasi (imitating and modification).
4) Mengembangkan (develop) produk baru, teknologi baru, citra baru, dan
organisasi baru.

71

Karena wirausaha identik dengan pengusaha kecil yang berperan sebagai


pemilik dan manajer, maka wirausahalah yang memodali, mengatur, mengawasi,
menikmati, dan menanggung risiko. Seperti telah dibahas pada bab 4 bahwa
untuk menjadi wirausaha pertama-tama yang harus dimiliki adalah modal dasar
berupa ide atau visi yang jelas, kemampuan dan komitmen yang kuat,
kecukupan modal baik uang maupun waktu, kecukupan tenaga dan pikiran.
Modal-mosal tersebut sebenarnya tidak cukup apabila tidak dilengkapi dengan
beberapa kemampuan (ability). Menurut Casson (1982), yang dikutip Yuyun
Wirasasmita (1993: 3) ada beberapa kemampuan yang harus dimiliki, yaitu :
1) Self knowlodge,yaitu memiliki pengetahuan tentang usaha yang akan
dilakukannya atau ditekuninya.
2) Imagination, yaitu memiliki imajinasi, ide, dan perspektif serta tidak
mengandalkan pada sukses dimasa lalu.
3) Practical knowlodge, yaitu memiliki pengetahuan praktis misalnya
pengetahuan teknik, desain, pemrosesan, pembukuan, administrasi, dan
pemasaran.
4) Searxh skill, yaitu kemampuan untuk menemukan, berkreasi, dan
berimajinasi.
5) Foresight,yaitu berpandangan jauh ke depan.
6) Computation

skill,

yaitu

kemampuan

berhitung

dan

kemampuan

memprediksi keadaan masa yang akan dating.


7) Communication skill, yaitu kemampuan untuk berkomunikasi, bergaul, dan
berhubungan dengan orang lain.
Dengan beberapa keterampilan dasar di atas, maka seseorang akan memiliki
kemampuan (kompetensi) dalam kewirausahaan. Menurut Dan & Bradstreet Business
Credit Service (1993: 1), ada 10 kempetensi yang harus dimiliki, wirausaha, yaitu:
1) Knowing your business, yaitu harus mengetahui usaha apa yang akan
dilakukan. Dengan kata lain, seorang wirausaha harus mengetahui segala
sesuatu yang ada hubungannya dengan usaha atau bisnis yang akan dilakukan,
misalnya, seorang yang akan melakukan bisnis perhotelan maka ia harus
memiliki pengetahuan tentang perhoteklan. Untuk bisnis pemasaran computer,
ia harus memiliki pengetahuan tentang cara memasarkan computer.

72

2) Knowing the basic business management, yaitu mengetahui dasar-dasar


pengelolaan bisnis, misalnya cara merancang usaha, mengorganisasikan dan
mengendalikan perusahaan, termasuk dapat memperhitungkan, memprediksi,
mengadministrasikan dan membukukan kegiatan-kegiatan usaha. Menngetahui
manajemen bisnis berarti memahami kiat, cara, proses, dan pengelolaan semua
sumber daya perusahaan secara efektif dan efisien.
3) Having the proper attitude, yaitu memiliki sikap yang benar terhadap usaha
yang dilakukannya. Ia harus bersikap sebagai pedagang, industriawan,
pengusaha, eksekutif yang sungguh-sungguh, dan tidak setengah hati.
4) Having adequate capital, yaitu memiliki modal yang cukup. Modal yang
tidak hanya berbentuk materi, tetapi juga moril. Kepercayaan dan keteguhan
hati merupakan modal utama dalam usaha. Oleh karena itu, harus cukup uang,
tenaga, tempat, dan mental.
5) Managing finance effectively, yaitu memiliki kemampuan mengatur/mengelola
keuangan

secara

efektif

dan

efisien,

mencari

sumber

dana

dan

menggunakannya secara tepat, serta mengendalikannya secara akurat.


6) Managing time efficiently, yaitu kemampuan mengatur wakti seefisien
mungkin, mengatur, menghitungm dan menepati waktu sesuai dengan
kebutuhannya.
7) Managing people, yaitu kemampuan merencanakan, mengatur, mengarahkan,
menggerakkan

(memotivasi),

dan

mengendalikan

orang-orang

yang

menjalankan perusahaan.
8) Satisfying customer by providing high quality product, yaitu memberi
kepuasan kepada pelanggan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang
bermutu, bermanfaat, dan memuaskan.
9) Knowing how to compete, yaitu mengetahui strategi/cara bersaing. Wirausaha,
harus dapat mengungkapkan kekuatan (strength), kelemahan (weakness),
peluang(opportunity), dan ancaman (threat) dirinya dan pesaing. Ia harus
menggunakan analisis SWOT baik terhadap dirinya maupun terhadap pesaing.
10) Copying with regulations and paperwork, yaitu membuat aturan/pedoman
yang jelas (tersurat, tidak tersirat).

73

Disamping keterampilan dan kemampuan, wirausaha juga harus memiliki


pengalaman yang seimbang. Menurut A. Kuriloff, John M.Memphil, Jr dan Douglas
Cloud (1993: 8) ada empat kemampuan utama yang diperlukan untuk mencapai
pengalaman yang seimbang agar kewirausahaan berhasil, di antaranya:
1) Technical competence, yaitu memiliki kompetensi dalam bidang rancang
bangun (know how) sesuai dengan bentuk usaha yang akan dipilih. Misalnya,
kemampuan dalam bidang teknik produksi dan desain produksi. Ia harus betulbetul mengetahui bagaimana barang dan jasa itu dihasilkan dan disajikan.
2) Marketing competence, yaitu memiliki kompetensi dalam menemkan pasar
yang cocok, mengidentifikasi pelanggan dan menjaga kelangsungan hidup
perusahaan. Ia harus mengetahui bagaimana menemukan peluang pasar yang
spesifik, misalnya pelanggan dan harga khusus yang belum dikelola pesaing.
3) Financial competence, yaitu memiliki kompetensi dalam bidang keuangan,
mengatur pembelian, penjualan, pembukuan, dan perhitungan laba/rugi. Ia
harus mengetahui bagaimana mendapatkan dana dan menggunakannya.
4) Human relation competence,

yaitu kompetensi dalam mengembangkan

hubungan personal, seperti kemampuan berelasi dan menjalin kemitraan antarperusahaan. Ia harus mengetahui hubungan inter-personal secara sehat.
Sedangkan

menurut

Norman

M.Scarborough

(1993),

kompetensi

kewirausahaan yang diperlukan sebagai syaray-syarat bisnis tersebut, meliputi:


1) Proaktif, yaitu selalu ada inisiatif dan tegas dalam melaksanakan tugas.
2) Berorientasi pada prestasi/kemajuan, cirinya:
a) Selalu mencari peluang.
b) Berorientasi pada efisiensi.
c) Konsentrasi untuk kerja keras.
d) Perencanaan yang sistematis.
e) Selalu memonitor (check and recheck).
3) Komitmen terhadap perusahaan atau orang lain, cirinya:
a) Selalu penuh komitmen dalam mengadakan kontrak kerja.
b) Mengenali pentingnya hubungan bisnis.

74

Umumnya, wirausaha yang memiliki kompetensi-kompetensi tersebut,


cenderung berhasil dalam berwirausaha, oleh karena itu, bekal kewirausahaa yang
berupa pengetahuan dan bekal keterampilan kewirausajaan perlu dimiliki. Beberapa
bekal pengetahuan yang perlu dimiliki, misalnya:
1) Bekal pengetahuan bidang usaha yang dimasuki dan lingkungan usaha yang ada
disekitarnya.
2) Bekal pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab.
3) Pengetahuan tentang kepribadian dan kemampuan diri.
4) Pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis.
Dalam lingkungan usaha yang semakin kompetitif, pengetahuan keahlian
dalam bidang perusahaan yang dilakukan mutlak diperlukan bagi seorang wirausaha.
Pengetahuan keahlian dalam bidang perusahaan itu di antaranya pengetahuyan
tentang pasar dan strategi pemasarannya, pengetahuan tentang konsumen (pelanggan),
pengetahuan tentang pemasok, pengetahuan tentang cara mendistribusikan barang dan
jasa yang dihasilkan, termasuk kemampuan menganalisis dan mendiagnosis
pelanggan, mengidentifikasi segmentasi, dan motivasinya. Di samping itu, sangat
penting pengetahuan spesifik seperti pengetahuan tentang prinsip-prinsip akuntasi dan
pembukuan, jadwal produksi, manajemen personalia, manajemen keuangan,
pemasaran, dan perencanaan.
Bekal pengetahuan saja tidaklah cukup jika tidak dilengkapi dengan bekal
keterampilan. Beberapa hasil penelitian terhadap usaha kecil menunjukkan bahwa
sebagian besar wirausaha yang berhasil cenderung memiliki tingkat keterampilan
khusus yang cukup. Beberapa keterampilan yang perlu dimiliki itu diantaranya:
1) Keterampilan konseptual dalam mengatur strategi dan memperhitungkan risiko.
2) Keterampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambah.
3) Keterampilan dalam memimpin dan mengelola.
4) Keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi.
5) Keterampilan teknik dalam bidang usaha yang dilakukan.
Pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan kewirausahaan itulah yang
membentuk kepribadian wirausaha. Menurut Dan Bradstreet (1993), pengusaha kecil

75

harus memiliki kepribadia khusus yaitu penuh pendirian, realistis, pebuh harapan, dan
pebuh komitmen. Modal yang cukup, bias diperoleh apabila perusahaan mampu
mengembangkan hubungan baik dengan lembaga-lembaga keuangan, karena dengan
hubungan baik itulah akan menambah kepercayaan dari penyandang dana.
Penggunaan dana tersebut harus efektif agar memperoleh kepercayaan yang terusmenerus. Menurut Ronald J. Ebert (2000: 117) bahwa efektivitas manajer perusahaan
tergantung pada keterampilan dan kemampuan. Keterampilan dasar manajemen
(Basic Management Skill) tersebut meliputi:
1) Techincal skill, yaitu keterampilan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas
khusus, seperti sekretasi, akuntan-auditor, dan ahli gambar,
2) Human relations skill,

yaitu keterampilan untuk memahami, mengerti,

berkomunikasi, dan berelasi dengan orang lain dalam organisasi.


3) Conceptual skill, yaitu kemampuan personal untuk berpikir abstrak, untuk
mendiagnosis dan untuk menganalisis situasi yang berbeda, dan melihat situasi
luar. Keterampilan konseptual sangat penting untuk memperoleh peluang pasar
baru dan menghadapi tantangan.
4) Decision making skill, yaitu keterampilan untuk merumuskan masalah dan
memilih cara bertindak yang terbaik untuk memecahkan masalah tersebut. Ada
tiga tahap utama dalam pengambila keputusan, yaitu:
a)

Merumuskan masalah, mengumpulkan fakta, dan mengidentifikasi


alternative pemecahannya.

b)

Mengevaluasi setiap alternative dan memiliki alternative yang terbaik.

c)

Mengimplementasikan alternative yang terpilih. Menindaklanjutinya


secara periodic, dan mengevaluasi keefektifan yang telah dipilih tersebut.

5) Time management skill, yaitu keterampilan dalam menggunakan dan mengatur


waktu seproduktif mungkin.
Kemampuan menguasai persaingan, merupakan hal yang tidak kalah
pentingnya dalam bisnis. Wirausaha harus mengetahui kelemahan dan kekuatan
sendiri, dan kekuata serta kelemahan yang dimiliki pesaing. Seperti dikemukakan Dan
&Bradstreet (1993): My best advice for competing successfully is to find your own
distinctive niche in the marketplace. Seorang wirausaha harus memiliki keunggulan

76

yang merupakan kekuatan bagi dirinya dan harus memperbaiki kelemahan agar
menghasilkan keunggulan. Kelemahan dan kekuatan yang kita miliki atau kekuatan
dan kelemahan yang dimiliki penting meruakan peluang yang harus digali. Kekuatankekuatan dan kelemahan-kelemahan tersebut biasanya tampak dalam berbagai hal,
misalnya dalam pelayanan, harga barang, kualitas barangm distribusi, promosi, dan
lain-lain. Variabel-variabel dalam bauran pemasaran (marketing mix) secara strategis
pada umumnya bias dijadikan peluang. Semua informasi tentang kekuatan dan
kelemahan perusahaan dapat diperoleh dari berbagai sumber, misalnya pelanggan,
karyawan, lingkungan sekitar, distributor, laporan rutin, periklanan, dan pameran
dagang.
Jelaslah bahwa kemampuan tertentu mutlak diperlukan bagi seorang
wirausaha. Seperti telah dikemukakan lima kompetensi yang merupakan fungsi dari
kapabilitas yang diperlukan, yaitu technical, marketing, financial, personnal, and
management. Wirausaha sebagai manajer dan sekaligus sebagai pemiliki perusahaan
dalam mencapai keberhasilan usahanya harus memiliki pengetahuan, keterampilan
dan sikap, tujuan, pandai mencari peluang, dan adaptif dalam menghadapi perubahan.
Menurut Small Business Development Center , untuk mencapai keberhasilan usaha
yang dimiliki sendiri, sangatlah tergantung pada:
(1)

Individual skills and attitudes, yaitu keterampilan dan sikap


individual.

(2)

Knowledge of business, yaitu pengetahuan tentang usaha yang akan


dilakukan.

(3)

Establishment of goal, yaitu kemantapan dalam menentukan tujuan


perusahaan.

(4)

Take advantages of the apportunities, yaitu keunggulan dalam mencari


peluang-peluang.

(5)

Adapt to the change, yaitu kemampuan untuk meminimalkan ancaman


terhadap perusahaan.

(6)

Minimize

the

threats

to

business,

meminimalkan ancaman terhadap perusahaan.

77

yaitu

kemampuan

untuk

Di samping bekal pengetahuan dan keterampilan di atas, pada akhirnya seorang


wirausaha harus memiliki perancanaan strategis yaitu suatu proses penentuan
tujuan, menetapkan langkah-langkah yang harus diambil untuk mengidentifikasi
sumber-sumber daya perusahaan, misalnya fasilitas, pasar, produk/jasa, dana, dan
karyawan. Strategi tersebut sangat penting agar para wirausaha dapat
menggunakan sumber dayaseoptimal mungkin. Dengan lebih proaktif dalam
menghadapi perubahan, dan selalu memotivasi karywan maka peluang untuk
mencapai keberhasilan lebih mudah diwujudkan. Menurut Allan Filley dan Robert
W.Price (1991: 1-2) untuk mencapai keberhasilan dalam wirausaha khususnya
perusahaan kecil, ada beberapa klasifikasi strategi yang harus dimiliki, meliputi:
(1)
(2)

Craft; firms are prepared by people who are technical specialist.


Promotion; promotion are typically dominated by their leader and are
designed to exploit some kind of innovative advantages

(3)

Administrative; administrative firm have formal management and are built


around necessary business function.

Menurut Alan C. Filley dan Robert W Pricer (1991: 1) .. karena perusahaan kecil
tergantung pada lingkungan setempat, maka perusahaan tersebut akan berhasil bila
lingkungan stabil. Jadi asumsinya lingkungan harus stabil. Oleh sebab itu, pada
umumnya perusahaan kecil menggunakan kecapakan khusus atau human skill.
Human skill adalah kemampuan untuk berkerja, memahami, dan kemampuan untuk
memotivasi orang-orang, baik sebagai individu maupun berkelompok. Selanjutnya,
conceptual skill merupakan mental ablity untuk menganalisis dan mendiagnosis
situasi yang kompleks. Jadi, ability diartikan sebagai kapasitas seseorang untuk
melakukan berbagai tugas dalam suatu perusahaan. Dalam rumusam yang lebih
sederhana, kemampuan berwirausaha bias dilihat dari keteramilan manajerial. Robert
Katz yang dikutip oleh Stephen P.Robbins (1993) mengemukakan tentang
management skill, yang meliputi kemampuan technical,human,dan conceptual.
Technical skill adalah kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan craft firm.
Human skill adalah kemampuan bersosialisasi, bergaul, dan berkomunikasi, dan
conceptual skill adalah kemampuan merencanakan, merumuskan, meramalkan, atau
memprediksikan.

78

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi wirausaha
yang berhasil seseorang harus memiliki bekal pengetahuan kewirausahaan dan bekal
keterampilan kewirausahaan. Bekal pengetahuan yang terpenting adalah bekal
pengetahuan bidang usaha yand dimasuki dan lingkungan usaha, pengetahuan tentang
peran dan tanggung jawab, pengetahuan tentang kepribadian dan kemampuan diri,
pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis. Sedangkan bekal keteramilan
memperhitungkan risiko, keterampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambah,
keterampilan dalam memimpin dan mengelola, keterampilan berkomunikasi dan
berinteraksi, serta keterampilan teknis bidang usaha ( Soesarsono Wijandi, 1988: 29).

79

Anda mungkin juga menyukai