Anda di halaman 1dari 13

MR.

ASSAAT PEMANGKU JABATAN (ACTING)


PRESIDEN RI
Anggota Kelompok:

Ahmad Sidik Wibowo


1111112000101
Febi Ade Ariyani
1111112000086
Koento Pinandito N.I
1111112000055
Roni Yuliansyah
1111112000076

Mr. Assaat lahir di Dusun Pincuran Landai, Kubang


Putiah, Banuhampu, Agam, Sumatera Barat pada tanggal
18 September 1904. Assaat belajar di sekolah agama
Adabiah dan MULO Padang, selanjutnya ke School to
Opleiding van Inlandsche Arsen (STOVIA) Jakarta.
Merasa tidak cocok menjadi seorang dokter, dia keluar
dari STOVIA dan melanjutkan ke AMS (SMU sekarang).
Dari AMS, Assaat melanjutkan studinya ke Rechis Hoge
School (Sekolah Hakim Tinggi) juga di Jakarta. Mr.
Asssat menikah dengan Roesiah dari Sungai Puar, Agam
di Rumah Gadang Kapalo Koto pada tanggal 12 Juni
1949. Dari pernikahannya ia dikaruniai dua orang putra
dan seorang putri.

Kemudian pendidikan dan praktik advokat ketika menjadi


mahasiswa RHS, ia mulai dengan berkecimpung dalam
gerakan kebangsaan, dalam pergerakan pemuda dan politik.
Ketika itu Mr. Assaat giat dalam organisasi pemuda jong
Sumatranen Bond. Karier politiknya makin menanjak dan
berhasil menjadi Pengurus Besar Perhimpunan pemuda
Indonesia. Ia terpilih sebagai bendahara Komisaris Besar
indonesia Muda.
Dalam kedudukannya sebagai mahasiswa, Assat muda
masuk ke dalam politik dengan menjadi anggota Partai Politik
Partai Indonesia atau Partindo. Dalam partai ini, Mr. Assaat
bergabung dengan pemimpin Partindo seperti Adenan Kapau
Gani, Adam Malik, Amir Syariffudin dan lain-lainnya.

MR. ASSAAT DAN KNIP

Mr. Assat adalah seorang yang setia memikul


tanggungjawab, baik selama revolusi berlangsung
hingga pada tahap akhir penyelesaan revolusi.
Pada masa kritis-kritis itu, Assat tetap
memperlihatkan dedikasi yang luar biasa. Ia tetap
berdiri pada posnya di KNIP tanpa mengenal
pamrih dan patah semangat. Sejak ia terpilih
sebagai ketua KNIP, jabatan ini tidak pernah lepas
dari tangannya. Hingga kepadanya diserahkan
tugas sebagai Acting (pejabat) Presiden RI di kota
perjuangan di Yogyakarta pada tahun 1949-1950.

Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan Badan


Pekerjanya selama revolusi sedang berlangsung telah dua
kali mengadakan hijrah:
Pertama di Jakarta, dengan tempat bersidang di bekas
gedung Komidi di Pasar baru dan di gedung Palang Merah
Indonesia di Kramat, yang kemudian ke Yogyakarta dan pada
tahun itu juga KNIP dipindahkan ke Purwokerto.
Kedua, ketika kondisi Purwokerto dianggap kurang aman,
kemudian KNIP dan Badan Pekerjanya kembali dipindahkan
ke Yogyakarta.
Pada saat inilah Mr. Assaat sebagai anggota sekertariatnya,
tidak lama berselang dia di tunjuk sebagai ketua KNIP
(Komite Nasional Indonesia Pusat) beserta badan pekerjanya.

MR. ASSAAT SEBAGAI ACTING


PRESIDEN

Acting Presiden merupakan orang yang sementara


mengisi peran organisasi atau presiden Negara,
baik ketika presiden substantife atau tidak tersedia
(misalnya sakit) atau ketika posting kosong
(misalnya, karena kematian, cedera,
mengundurkan diri, atau pemecatan).

Mr. Assat menjabat sebagai acting Presiden atau


Presiden RIS (Republik Indonesia Serikat) pada
tahun 1949-1950. Dalam masa jabatannya menjadi
Presiden RIS (Republik Indonesia Serikat) di
Yogyakarta ia menandatangani statuta pendirian
Universitas Gadjah Mada.

LANJUTAN..

Kemudian dengan berakhirnya RIS (Republik


Indonesia Serikat), jabatannya sebagai pejabat
Presiden pada Agustus 1950 selesai, demikian juga
jabatannya sebagai ketua KNIP dan Badan
Pekerjanya, sebab pada bulan Agustus 1950,
negara-negara bagian RIS melebur diri dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

PASCA MENJADI ACTING PRESIDEN KETIGA


Setelah ia tidak menjabat sebagai Acting Presiden,
ia pindah ke jakarta, Mr. Asaat menjadi anggota
parlemen (DPR-RI), hingga duduk dalam kabinet
Nasir menjadi Menteri Dalam Negeri September
1950 sampai Maret 1951.
Seperti yang terdapat dalam susunan kabinet
Natsir sebagai berikut:

No

Jabatan

Nama Menteri

Partai Politik

Perdana Menteri

Mohammad Natsir

Masyumi

Wakil Perdana Menteri

Hamengku Buwono IX

Non partai

Menteri Dalam Negeri

Assaat

Non partai

Menteri Luar Negeri

Mohammad Roem

Masyumi

Menteri Keamanan Rakyat

Abdul Halim1

Non partai

Menteri Kehakiman

Wongsonegoro

PIR

Menteri Penerangan

M. A. Pellaupessy

Faksi Demokratik

Pada

tanggal 12 Nopember 1957


Mr. Assaat mengeluarkan surat
kepada Presiden yang isinya
meinginkan kesejateraan untuk
rakyat Indonesia. Adapun isi dari
surat Mr. Assaat adalah sebagai
berikut:

GERAKAN ASSAAT MENEGAKKAN KEADILAN


SOSIAL:

Harian bintang timur achir2 ini meributkan P.S.I. dengan Gerakan Assaat, kemudian diikuti
pemberitaannja oleh harian Sin Po dan beberapa harian lainnja, dimana terdapat tulisan2 yang seolaholah mentjoba menafsirkan setjara khusus adanja suatu gerakan jang oleh golongan Indonesia tidak asli
de facto dirasakan sebagai gerakan sosial.

Dengan tidak mentjampuri urusan P.S.I. dan Bintang Timur dalam pemberitahuannja, Gerakan Assaat
perlu mendjelaskan dan menegaskan bahwa ditindjau dari katja mata bangsa Indonesia, Gerakan
Assaat setjara posotip mengerahkan tudjuannja kepada tegaknja keadilan sosial dibumi Indonesia
dalam alam kemerdkeaan ini.

Alam kemerdekaan harus memberikan pendjelmaan jang njata adanja keadilan sosial, terutama dilihat
dan dimulai dari bangsa jang telah merebut dan sanggup tetap mempertahankan kemerdekaanja.

Gerakan Assaat bukanlah gerakan rasional, melainkan gerakan jang timbul dan didirikan sebagai akibat
reaksi terhadap keadaan jang serba pintjang dibumi Indonesia merdeka ini akibat politik pendjadjahan
Belanda, dan merupakan suatu gerakan jang berdjuang ke arah normalisasi keadaan perekonomian
jang serba pintjang tsb. Jang berarti menegakkan keadilan sosial.

Perasaaan menuduh Gerakan Assaat sebagai gerakan rasial dapat kita mengerti sebagai perasaan
mempertahankan diri, tetapi bagaimanapun djuga mereka itu mempertahankan kedudukannja, tak lain
supaja mereka tetap menguasai kebutuhan hidup bangsa Indonesia dari kata2 sampai kepelosokkepelosok.

Kami sunggu menjelaskan bahwa diantara pemimpin2 dari golongan tsb. Mempergunakan kata2 seperti
rasdiskriminasi dsb., mempergunakan segala kesempatan untuk memperalat pembesar2 Indonesia,
partai-partai dsb. Itu untuk mempertahankan kedudukan mereka dalam lapangan sosial ekonomi
Indonesia, kedudukan tersebut sangat menjolok dalam alam kemerdekaan ini.

Akhir hayat beliau memang dilalui dengan penuh


perjuangan dan penderitaan. Walaupun pada saat
itu beliau meninggal dunia dilakukan upacara
kebesaran militer. Ketika berada di hutan-hutan
Sumatera Barat dan Sumatera Utara, Mr. Assaat
sudah merasa dirinya sering terserang penyakit.
Dia ditangkap, dalam keadaan fisik lemah dan
menjalani hidup di dalam penjara Demokrasi
Terpimpin selama 4 tahun 1962-1966, Mr Assaat
meninggal pada tanggal 16 juni 1976 dirumahnya
yang sederhana di Warung Jati Jakarta Selatan.

SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai