Anda di halaman 1dari 4

Macam Motode Costing Beserta Keunggulan dan

Kelemahannya
Secara konsep, ada tujuh metode costing yang paling lumrah digunakan, sesuai
dengan karakter perusahaan masing-masing:

1. Job Costing Job costing melibatkan serangkaian transaksi-transaksi yang


mengakumulasikan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan overhead untuk satu unit
aktivitas yang disebut dengan Job Order (JO). Metode ini biasanya diterapkan dalam
ligkungan manufaktur yang memproduksi barang pesanandalam pengertian, design,
fitur dan spesifikasi lainya ditentukan oleh pemesan. Untuk masing-masing kategori,
cost diakumulasikan melalui serangkian transaksi-transaksi, sebelum di bebankan
(charged) ke Job Order tertentu.
Keunggulan: Sangat bagus untuk menelusuri cost per unit produk, bisa menghasilkan informasi
yang lebih akurat, jika dibandingkan dengan metode lain. Job costing disebut-sebut sebagai metode
penentuan cost yang paling efektif dan valid untuk mengakumulasikan biaya kesepakatan
kontraktual cost-plus.
Kelemahan: It requires a large quantity of detailed data collection and data entry, which is
expensive. It also runs the risk of including some inaccurate data, which requires expensive control
systems to minimize. Furthermore, there may be a significant allocation of overhead costs to each
job, which may be inaccurately applied.

2. Process Costing Lumrah diterapkan pada lingkungan perusahaaan dimana variasi


produk yang dibuat sedikit atau bahkan bersifat tunggaldalam pengertian: jenis
barang, ukuran, material, mesin/alat, metode produksi, dan sumberdaya manusia yang
digunakan relative sama. Dalam situasi ini, adalah sangat sulit untuk membedakan
biaya produk satu-per-satu. Misal: perusahaan refiner (pemurnian), adalah sangat sulit
untuk menelusuri biaya yang keluar untuk masing-masing galon minyak yang
digunakan. Metode yang paling lumrah dipergunakan untuk menghitung cost per-unit
dalam proses costing adalah dengan cara mengakumulasikan semua biaya terkait
dengan proses produksi dalam suatu periode, selanjutnya weighted average cost perunit dihitung berdasarkan total total cost terakumulasi tersebut.
Keunggulan: Data cost dikumpulkan menjadi satu untuk keseluruhan periode produksi yang
kemudian dialokasikan ke volume produksi yang dijalakan dalam satu periode, menghasilan cost
per-unit rata-rata yang relative akurat, tetapi tidak seakurat job costing. Metode ini relatif cepat dan
memerlukan tenaga yang relative lebih kecil jika dibandingkan metode lain.
Kelemahan: Cost per-unit yang dihasilkan adalah cost rata-rata yang tentu saja tidak terlalu akurat.
Disamping itu, khususnya saat menentukan volume produksi yang diproses, perusahaan sering
menggunakan estimasikarena sebagian barang mungkin belum benar-benar selesai diproduksi.

3. Direct Costing Direct cost adalah cost yang terasosiasi langsung dengan
perubahan volume produksi. Pengertian direct cost ini, berhubungan erat dengan bahan

baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung, tapi tidak dengan mesin. Misal: bahan
baku yang digunakan untuk membuat produk dan upah tenaga kerja untuk proses
pembuatan barang adalah direct cost, tetapi biaya-biaya sehubungan dengan mesin
yang digunakan untuk berproduksi bukan direct costkarena mesinnya masih tetap di
pabrik terlepas dari perubahan volume produksi. Dengan kata lain, overhead tidak
diikutsertakan dalam perhitungan costing.
Keunggulan: Metode ini biasanya disukai oleh management yang ogah terus-menerus membuat
perhitungan cost setiap kali ada penambahan volume produksiterlebih-lebih jika ada item produk
baru. Bagaimanapun juga proses penentuan cost memang mengkonsumsi waktu, tenaga dan
pikiran. Jika tidak mau repot membuat costing setiap ada penambahan volume produksi atau produk
baru, direct costing memang pilihan yang paling nyaman. Disamping itu, direct costing juga paling
ideal saat dipakai untuk menentukan harga termurah yang bisa ditawarkandengan harapan dapat
menjual lebih banyak, misalnya.
Kelemahan: Dalam jangka pendek, penentuan cost (untuk pada akhirnya menentukan harga jual)
dengan menggunakan metode direct memang masih bisa, tetapi tidak untuk jangka panjang. Kian
lama cost yang dihasilkan akan kian tidak akurat, akibat tidak diikutsertakannya overheda dalam
perhitungan costing.

4. Throughput Costing (Accounting) Metode yang satu ini berfokus pada


maksimalisasi kapasitas (orang dan produksi), yang sesungguhnya tiada lain
merupakan variasi atau pengembangan dari direct costing. Metode ini mengasumsikan
bahwa: selalu ada kemacetan operasional (lumrah disebut bottleneck operation)
dalam proses produksiyang menghambat kecepatan (speed) penyelesaian barang.
Masalah kemacetan inilah yang kemudian menjadi dasar pertimbangan untuk
menentukan barang mana yang sebaiknya diproduksi terlebih dahulu dan mana yang
belakangankarena masing-masing akan menghasilkan tingkat profitabilitas yang
berbeda. Pada dasarnya, metode ini hanya mengikutsertakan bahan baku sebagai
komponen utama dalam pertimbangan decision-making sehubungan dengan cost,
sementara biaya tenaga kerja tidak.
Keunggulan: throughput costing bisa meningkatkan profitabilitas dalam jangka pendek secara
maksimal, jika perusahaan benar-benar mengelola bottleneck kapasitas (baik fasilitas maupun
sumberdaya manusia) dengan baik dan disiplinsesuai dengan apa yang ditunjukan oleh cost
analysis yang dihasilkan oleh metode tersebutsehingga contribution margin yang paling maksimal
bisa dicapai.
Kelemahan: Adanya peringkat prioritas (fokus pada produk yang kemungkinan menghasilkan
tingkat profitabilitas paling tinggi), dalam jangka panjang akan menimbulka hubungan yang tidak
baik dengan pihak pelanggan, yang cepat atau lambat akan menimbulkan masalah yang tak kalah
seriusnya dengan profitabilitaskecuali perusahaan benar-benar bisa hidup hanya dengan
memproduksi produk-produk yang memiliki profitabilitas tinggi.

5. Activity-based Costing (ABC) Metode penentuan cost dengan ABC system


dirancang untuk mengarahkan agar setiap biaya overhead yang timbul bisa
dihubungkan (atau dikaitkan) aktivitas tertentu untuk suatu produk dan

departemen/bagian/seksi tertentu di dalam perusahaanyang nantinya bisa menjadi


sumber informasi utama bagi manajemen untuk mengetahui: di wilayah mana overhead
banyak digunakan? Untuk aktivitas apa saja? Dan, untuk produk apa (yang mana)?
Keunggulan: Metode costing dengan ABC system adalah jawaban atas kelemahan yang terjadi di
direct costing maupun throughput costing. Dengan ABC system, management dapat melakukan
kontrol yang lebih baik terhadap overhead, sekaligus dapat mengetahui aktivitas untuk produk mana
yang mengkonsumsi overhead lebih banyak.
Kelemahan: ABC system memerlukan pemahaman system operasi sekalgus costing dari setiap
aktivitas di dalam perusahaan. Disamping itu, penerapan ABC system membutuhkan tenaga, waktu
dan komitmen yang tinggi dari semua personelmulai dari tingkat pelaksana hingga management,
dan ini bukan sesuatu yang mudah dicapai. Khusus di system akuntansinya, ABC system
memerlukan data base yang luar biasa detailsetup awalnya saja bisa memakan waktu lebih dari
satu tahun untuk perusahaan bersakal menengah, belum lagi maintenancenya. Bayangkan, setiap
item produk baru pastinya membutuhkan aktivitas yang agak berbeda (meskipun tidak terlalu jauh),
menggunakan tools yang berbeda, setup mesin yang berbeda, dan semua itu harus dikonstruksi di
data base system. Oleh sebab itu, untuk perusahaan yang aktivitas produksinya tidak terlalu massif
(dengan variance produk yang tidak terlalu banyak), saya tidak pernah merekomendasikan
penerapan ABC system.

6. Standard Costing Standard costing termasuk yang cukup populer digunakan.


Langkah pertama yang dilakukan dalam menerapkan metode ini adalah dengan
menentukan standard costper satu jenis aktivitasuntuk masing-masing jenis
produk yang akan diproduksi. Saya pribadi banyak menerapakan standard cost (yang
saya kombinasikan dengan beberapa metode lain). Untuk penerapan standard cost
saya menugasi engineer di research & development membuat standard untuk direct
labor cost, officer di bagian purchasingbersama-sama dengan engineer bag
produksimembuat standard untuk penggunaan bahan baku dan bahan penolong,
sedangkan standard untuk overhead cost saya tugaskan ke cost accountant. Standard
di masing-masing aktivitas tersebut kemudian dijadikan satu oleh cost accountant
(bersama-sama dengan enginner di R&D), maka terbentulah Bill of Material (BOM)
yang tiada lain adalah standard cost per satu jenis barang yang diproduksi. Setiap kali
suatu aktivitas dijalankan, akan menimbulkan perbedaan antara standard cost (yang
ada di BOM), selisih tersebut saya kanalkan (secara otomatis) ke akun yang saya sebut
dengan varianceyang sewaktu-waktu bisa saya gunaka untuk menilai tingkat
efisiensi dan efektivitas suatu aktivitas, termasuk mengukur profitabilitas produk yang
sedang dikembangkan.
Keunggulan: Metode standard costing sangat ampuh untuk digunakan untuk melakukan
pengendalian cost di semua lini perusahaan. Dengan metode ini, nyaris setiap aktivitas bisa diukur
tingkat efisiensinya. Satu-satunya PR follow up yang penting dalam penerapan metode standard
costing adalah: mencari-tahu alasan yang menyebabkan timbulnya variance, dan pengalaman saya
menunjukan ini bagia yang tersulit.
Kelemahan: Standard costing menghabiskan banyak energi dan waktu, khususnya di awal-awal
saat standard di buat. Dan pembentukan standard ini akan terus terjadi setiap ada produk baru yang
dikembangkan. Dan Penentuan standard cost seringkali menjadi sesuatu yang trickypada titik

tertentu para operator/pelsakana dan manager sering dihadapkan pada pilihan antara memenuhi
standard atau meningkatkan kwalitas produk yang dihasilkan. Ini membutuhkan resolusi yang benarbenar komprehensive, sehingga tidak perlu timbul tindakan saling menyalahkan ketika variance
yang cukup besar muncul ke permukaan di kemudian harinya.

7. Target Costing Keenam metode costing yang saya sebutkan sebelumnya,


semuanya berfokus pada interpretasi data cost setelah terjadi. Target costing
menggunakan pendekatan sebaliknyadata cost ditentukan (dipatok) terlebih dahulu
untuk kemudian diikuti oleh semua aktivitas di dalam perusahaan. Konkretnya,
managementmelalui serangkaian proses risetmempelajari kondisi pasar (baik
expektasi customer maupun tingkat kompetisi) terlebih dahulu, untuk menentukan
target cost. Selanjutnya, produk dirancang mengikuti skema target cost yang telah
ditentukan. Mulai dari proses perancangan dan proses produksi yang sesungguhnya,
usaha-usaha untuk meningkatkan efisiensi terus dilakukan, sehingga target cost yang
diharapkan bisa dicapai. Bisa dibilang, ini model market-oriented costing.
Keunggulan: Model market-oriented dari metode target costing sangat bagus diterapkan pada
produksi barang yang memiliki tingkat kompetisi yang tinggi di pasaran (consumer goods, apparels
dan electronics misalnya).
Kelemahan: Satu-satunya kelemahan metode target costing ini adalah lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan riset dan perancangan produkyang jika tidak dilakukan dengan time
table yang ketat, bisa keteteran dalam menghadapi laju perubahan time-value money dan inflasi
dalam jangka panjang. Proses yang panjang ini otomatis memakan waktu dan tenaga yang besar.
Saya pribadi meng-hybrid-kan metode ini dengan standard costing. Target costing saya gunakan
khusus untuk produk baru yang belum memiliki segment pasar pasti (untuk keperluan infiltrasi
pasar).

Anda mungkin juga menyukai