Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

ACTIVITY BASED COST(ABC) SYSTEMS

Pada bab sebelumnya sudah dibahas system harga pokok standar dalam

menentukan harga pokok produksi. Metode ini menjelaskan bahwa harga pokok

produksi suatu barang /jasa dapat dihitung sebelum barang/jasa tersebut dikerjakan.

Biaya standar ini menginstruksikan bahwa biaya standar adalah biaya yang

seharusnya dicapai dalam proses produksi. Oleh karena itu biaya standar merupakan

biaya yang seharusnya terjadi, maka proses pembuatan standar bukan merupakan hal

yang mudah. Diperlukan suatu pemahaman yang mendalam mengenai proses

produksi ( biaya bahan baku, tenaga kerja dan biaya overhead pabrik).

Biaya standar yang saat ini, sudah ada sejak tahun 1920. Akan tetapi sampai

dengan kurun waktu 1980 teknik tersebut tidak banyak mengalami perubahan. Pada

hal proses produksi sebagai pendorong munculnya teknik-teknik akuntansi

manajemen perkembangannya sangat pesat sekali. Salah satu contoh nyata adalah

dengan digunakannya tenaga robot sebagai pengganti tenaga manusia. Dengan

digunakan robot sebagai pendukung proses produksi yang serba otomatis ini

menyebabkan porsi biaya overhead pabrik lebih besar dibandingkan dengan bahan

baku dan biaya tenaga kerja langsung. Oleh karena itu banyak para ahli beranggapan

bahwa teknik-teknik akuntansi manajemen yang berlaku sekarang sudah kehilangan

relevansinya.

Kelemahan akuntansi manajemen tradisional lebih banyak didomonasi oleh

kebiasaan- kebiasaan yang melekat pada akuntansi biaya yaitu :

17
1. Sistem akuntansi biaya tradisional terlalu menekankan pada tujuan penentuan

harga pokok persediaan dan harga pokok produk yang dijual, dan kurang

menyiapkan informasi yang dapat digunakan untuk melakukan persaingan

dalam perekonomian global.

2. Hubungannya dengan biaya overhead pabrik, akuntansi biaya tradisional lebih

menekankan pada alokasi dan distribusi biaya overhead pabrik kepada produk

yang dihasilkan tanpa ada usaha untuk menghilangkan pemborosan-

pemborosan melalui perbaikan standar dengan segera.

3. Dalam alokasi BOP lebih banyak bersifat taksiran atau menggunakan dasar

tertentu, padahal kenyataannya produk tersebut tidak membutuhkan BOP

sejumlah yang dialokasikan sejumlah berdasarkan tarif.

4. Untuk menentukan biaya per unit lebih banyak dilakukan dengan

meningkatkan jumlah/volume produksi tanpa memikirkan akan bertambahnya

persediaan barang jadi yang membutuhkan biaya pengelolaan yang cukup

tinggi.

5. Akuntansi biaya tradisional membagi setiap fungsi dalam perusahaan kedalam

pusat-pusat pertanggungjawaban dan menilai prestasi manajer pusat

pertanggungjawaban tersebut dengan tolok ukur yang keliru. Sebagai

akibatnya jika performance yang dicapai dibawah tolok ukur yang telah

ditetapkan maka para manajer pusat pertanggungjawaban berusaha untuk

melakukan penghematan dengan mengurangi biaya-biaya yang sifatnya

discretionary/ kebijakan seperti contohnya mengurangi biaya riset dan

pengembangan. Kebijakan ini dapat meningkatkan laba jangka pendek, tetapi

18
pusat pertanggungjawaban tersebut akan kehilangan inovasi produk baru dan

secara otomatis mengurangi daya saing.

6. Akuntansi tradisional menggolongkan biaya hanya kedalam biaya variable dan

biaya tetap yang dikaitkan dengan volume produksi, pada hal dalam industri

maju penggolongan biaya tersebut menjadi kabur sebagai akibat dari

banyaknya aktivitas yang diperlukan untuk memproduksi suatu barang.

7. Akuntansi tradisional lebih menekankan pada perhitungan selisih biaya

dengan biaya standar. Pada hal dalam teknologi maju perhatian lebih banyak

keaktivitas-aktivitas dengan cara mengurangi aktivitas yang tidak mempunyai

nilai tambah ( non valued added activity )

8. Akuntansi biaya tradisional dapat mengukur dengan cermat sumber daya yang

dikonsumsi sesuai dengan jumlah unit dari setiap jenis produk yang dihasilkan

seperti konsumsi bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

Beban- beban selain bahan baku dan tenaga kerja langsung dialokasikan

keproduk dengan menggunakan apa yang di sebut unit based measure, seperti

tenaga kerja langsung, bahan baku yang dibeli, waktu pengolahan atau unit-

unit yang diproduksi.

9. Metode unit based measure ini akan mengalami kegagalan jika produk yang

dihasilkan bermacam-macam dengan masing-masing karakteristik yang

berbeda, karena masing-masing jenis produk mengkonsumsi beban yang tidak

proporsional.

Mengingat begitu banyaknya kelemahan-kelemahan yang melekat pada akuntansi

biaya tradisional maka sudah sepantasnya mulai dikembangkan suatu system

akuntansi biaya yang sesuai dengan lingkungan industri maju yang lebih menekankan

19
pada aktivitas-aktivitas penambahan nilai. Sistem akuntansi biaya yang sesuai dengan

lingkungan teknologi industri yang maju disebut dengan Activity Accounting

( akuntansi aktivitas).

Dalam lingkungan industri maju akuntansi biaya tidak lagi hanya berpikir

sebatas akuntansi biaya tetapi sudah mengarah kepada manajemen biaya. Dalam

manajemen biaya, usaha-usaha sudah diarahkan pada melaksanakan semua fungsi

manajemen dalam pengelolaan biaya-biaya yang terjadi.

Sebagai implikasi dari activity accounting terhadap perhitungan harga pokok

produksi maka munculah Activity Based Cost System. Sistem ini dirancang atas

pemikiran bahwa dalam membuat suatu produk diperlukan aktivitas dan aktivitas

tersebut mengkonsumsi sumber daya. Sumber daya hanya terjadi jika ada aktivitas.

Produk Aktivitas Sumber Daya

Gambar: Skema Activity Based Cost System

Dalam pengelolaan aktivitas merupakan pengelolaan terhadap aktivitas yang

menambah nilai dan berusaha mengurangi aktivitas yang tidak menambah nilai yang

akan mengkonsumsi sumber daya dalam setiap aktivitas penghasil produk. Dengan

usaha untuk mengurangi aktivitas yang tidak menambah nilai diharapkan dapat

menekan biaya produksi, sehingga dapat bersaing dalam kondisi persaingan yang

sangat ketat. Hal ini dilakukan secara terus menerus .

Jenis-jenis aktivitas.

Dalam pelaksanaan ABC sistem memerlukan tiga kelompok aktivitas yang

mengkonsumsi sumber daya seperti:

20
1. Batch Related Activities, merupakan suatu aktivitas pendukung proses produksi

terutama yang berkaitan dengan kegiatan yang tidak berhubungan dengan unit

yang diproduksi. Dalam aktivitas ini umumnya suatu aktivitas yang dilaksanakan

akan mengkonsumsi sumber daya. Contoh aktivitas yang dikelompokkan sebagai

bacth related activities adalah set –up mesin.

2. Product Sustaining activities, Merupakan suatu aktivitas yang diperlukan oleh

setiap produk selama proses produksi dan selama penjualan. Beban-beban yang

terjadi sebagai akibat aktivitas tersebut dapat ditelusuri disetiap jenis produk

secara individual. Contohnya dari sumber daya yang digunakan untuk product

sustaining activities adalah dalam memelihara kecermatan bill of material dan

routing dari setiap produk. Seperti diketahui bahwa bill of material ini merupakan

sarana untuk menginstruksikan kepada bagian gudang untuk mengeluarkan bahan

baku sesuai dengan karakteristik yang tercantum dalam biil terebut.

3. Facility sustaining activities, meliputi semua aktivitas yang diperlukan untuk

melengkapi pabrik agar dapat menghasilkan produk, namun besar kecilnya biaya

yang disebabkan oleh aktivitas tersebut tidak berhubungan langsung dengan

volume dan campuran dari setiap produk. Ini merupakan aktivitas bersama atau

bergabung bagi banyak produk yang berbeda satu sama yang lain dan biayanya

harus diperlakukan sebagai biaya bersama dari semua produk yang dibuat dari

fasilitas tersebut. Aktivitas ini merupakan aktivitas yang terbanyak manfaatnya

dalam mendukung proses produksi . Banyak aktivitas ini bersifat administrasi,

seperti pengolahan pabrik dan personalia, akuntansi dan perbengkelan. Contoh

lainnya meliputi pajak bumi dan bangunan (PBB), landscaping/pertanaman,

pemeliharaan, keamanan dan listrik untuk bangunan pabrik.

21
Dalam tahapan kedua adalah membebankan BOP ke produk berdasarkan tarif

kelompok dikalikan dengan cost driver yang digunakan. Penentuan cost driver

memerlukan suatu pemahaman yang menyeluruh terhadap proses produksi, dan

aktivitas yang diperlukan. Dengan demikian dalam penetapan cost driver tersebut

tidak jauh melimpas dari aktivitas. Seperti Contohnya: biaya pemeliharaan

mesin,biaya energi dan biaya air menggunakan cost driver jam mesin. Setelah proses

penentuan cost driver ditetapkan maka biaya setiap kelompok BOP dapat dilacak

keberbagai jenis produk. Hal ini dilakukan dengan menggunakan tariff kelompok

yang dikonsumsi oleh setiap produk jika digambarkan suatu hirarki maka aktivitas-

aktivitas tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar

Tiga kelompok aktivitas dan driver

Facility
sustaining Plant manajement
Activities Building Maintenance
Security and Landscaping

Product Process Engineering


Sustaining Product Specification
Activities Product Enhancement

Batch Set ups


Related Material Movement
Activities Purchased Order
Inspection

22
Struktur activity based cost system

Seperti yang telah dijelaskan, dalam akuntansi biaya tradisional BOP

dialokasikan keproduk melalui dua tahap. Tahap pertama Bop dikumpulkan dipusat-

pusat biaya. Pusat biaya adalah departemen – departemen tempat terjadinya biaya.

Departemen tersebut dapat berupa departemen produksi, dan departemen pembantu.

Setelah biaya-biya terkumpul di pusat- pusat biaya langkah berikutnya adalah

mengalokasikan biaya-biaya tersebut ke produk yang dihasilkan dengan

menggunakan unit based meansure seperti: jam tenaga kerja langsung, jam mesin,

bahan baku yang dipakai,.

Dalam system biaya berdasarkan aktivitas, munculnya biaya lebih banyak

disebabkan oleh adanya aktivitas. Sama halnya dengan sisten biaya tradisional proses

penentuan harga pokok produksi, pada ABC system juga melalui dua tahap. Pada

tahap pertama langkah-langkahnya adalah: penggolongan berbagai aktivitas,

Aktivitas-aktivitas yang sama dan menkonsumsi sumber daya yang sama

dikelompokkan dalam satu aktivitas. Langkah selanjutnya adalah menghubungkan

berbagai biaya yang dikonsumsi oleh aktivitas-aktivitas tersebut. Sebagai akibat

pengelompokan aktivitas tersebut adalah akan memunculkan biaya-biaya yang

homogin. Biaya homogin adalah sekumpulan biaya overhead yang muncul sebagai

akibat aktivitas yang dilaksanakan dan biaya – biaya tersebut dapat dijelaskan dengan

cst driver tunggal. Jika kelompok-kelompok biaya sudah ditentukan maka langkah

selanjutnya adalah menentukan tarif kelompok (pool rate). Tarif kelompok adalah

tarif biaya overhead pabrik per unit cost driver (Pemicu biaya) yang dihitung untuk

suatu kelompok aktivitas.Tarif unit kelompok dihitung dengan rumus total biaya

overhead pabrik untuk kelompok aktivitas tertentu dibagi dasar pengukur aktivitas

23
kelompok tersebut. Perhitungan tarif kelompok ini merupakan langkah terakhir tahap

pertama.

Setelah tarif kelompok diketahui, maka langkah kedua adalah membebankan

biaya overhead pabrik kedalam produk yang dihasilkan dengan mengalikan tarif

masing-masing aktivitas.

Berikut ini adalah contoh penerapan ABC system. Seperti telah dibahas

sebelunnya bahwa permasalahan yang serius adalah dalam pembebanan biaya

overhead pabrik , maka berikut ini hanya dibahas BOP saja.

Tabel 1.1

Biaya Overhead Pabrik

No Jenis biaya Jumlah (Rp)

1 Biaya penyetelan Rp 12.000.000

2 Biaya pemeliharaan mesin Rp 25.000.000

3 Biaya Energi Rp 17.500.000

4 Biaya Air Rp 5.000.000

5 Biaya pengawas mesin Rp 9.000.000

6 Biaya Kesejahtraan karyawan Rp 22.000.000

7 Biaya Asuransi mesin/ gedung Rp 18.000.000

8 Biaya Bahan Baku Tak Langsung Rp 30.000.000

9 Biaya Administrasi pabrik Rp 6.000.000

Jumlah Rp144.500.000

24
Informasi lebih lanjut menunjukkan bahwa produk yang berhasil dikerjakan

adalah 150 unit dengan total jam kerja mesin 55.000 jam. Bahan baku yang

dipergunakan sebesar Rp 97.500.000,- dan upah langsung sebesar Rp 35.000.000,-

dengan jam kerja langsung sebanyak 75.000 jam kerja langsung. Jika dibuatkan suatu

table maka distribusi dari masing-masing biaya sebagai berikut:

Tabel 1.2

Distribusi biaya

KETERANGAN PRODUK A PRODUK B PRODUK C JUMLAH

Unit produksi 40 50 60 150

Bahan Baku Rp 25.000.000 Rp 38.000.000 Rp 34.500.000 Rp 97.500.000

Upah Langsung Rp 8.850.000 Rp 16.500.000 Rp 9.650.000 Rp 35.000.000

Jam Mesin 14.500 22.000 18.500 55.000

Jam Kerja Lang. 19.000 35.000 21.000 75.000

Jika contoh soal tersebut diselesaikan dengan menggunakan metode ABC system,

maka prosudur tahap pertama dapat dilihat pada table sebagai berikut:

25
Tabel 1.3

Prosedur tahap Pertama: Activity Based Cost system

No KELOMPOK BIAYA PERTAMA JUMLAH (Rupiah)

(BATCH)

1 Biaya penyetelan ( setup) Rp 12.000.000

2 Biaya pemeliharaan Mesin Rp 25.000.000

3 Biaya Energi Rp 17.500.000

4 Biaya Air Rp 5.000.000

5 Biaya Bahan Baku Tak Langsung Rp 30.000.000

Total Biaya Kelompok Pertma Rp 89.500.000

Total Produksi 150 unit

Tarif /unit( Rp89.500.000 : 150 ) Rp 596.666.66/unit

No KELOMPOK BIAYA KEDUA(Produk) Jumlah (Rupiah)

1 Biaya Pengawasan Mesin Rp 9.000.000

2 Biaya Kesejahtraan Karyawan Rp 22.000.000

3 Biaya Asuransi Mesin/gedung Rp 18.000.000

4 Biaya Administrasi Pabrik Rp 6.000.000

Jumlah kelompok kedua Rp 55.000.000

Total Jam Kerja Mesin 55.000 jam

Tarif/Jam Kerja ( Rp 55.000.000 : 55.000 ) Rp 1.000/jam kerja

26
Penjelasan:

Elemen BOP seperti yang tampak pada tabel 1.1 dapat dikelompokkan

menjadi 2 (dua) yaitu tarif BOP berdasarkan kelompok pertama dengan cost drive

( biaya pemicu) Unit yang didapat sebesar Rp 596.667/unit dan untuk tarf BOP

Kelompok Kedua dengan cost driver/biaya pemicu Jam Kerja mesin yang didapat

sebesar Rp 1.000/jam mesin. ( Untuk menentukan cost driver/biaya pemicu dari biaya

bahan baku dan upah langsung dapat dipergunakan “ Bill Of Material” )

Setelah prosedur tahap pertama diselesaikan maka langkah selanjutnya adalah

membebankan BOP ke masing-masing produk seperti terlihat pada table 1.4.a,b.c.

berikut ini :

Tabel 1.4.a

Biaya per unit Produk A

Keterangan Total biaya Kuantitas Biaya per Unit

Bahan Baku Rp 25.000.000 40 Rp 625.000

Upah Langsung Rp 8.850.000 40 Rp 221.250

Biaya Overhead Pabrik (BOP)

Kelompok I Rp 23.866.680 40 Rp 596.667

Kelompok II Rp 14.500.000 40 Rp 362.500

Total biaya Produksi Rp 72.216.680 40 Rp 1.805.417

27
Tabel 1.4.b

Biaya per unit Produk B

Keterangan Total biaya Kuantitas Biaya per Unit

Bahan Baku Rp 38.000.000 50 Rp 760.000

Upah Langsung Rp 16.500.000 50 Rp 330.000

Biaya Overhead Pabrik (BOP)

Kelompok I Rp 29.833.350 50 Rp 596.667

Kelompok II Rp 22.000.000 50 Rp 440.000

Total biaya Produksi Rp 106.333.350 50 Rp 2.126.667

Tabel 1.4.c

Biaya per unit Produk C

Keterangan Total biaya Kuantitas Biaya per Unit

Bahan Baku Rp 34.500.000 60 Rp 575.000

Upah Langsung Rp 9.650.000 60 Rp 160.833

Biaya Overhead Pabrik (BOP)

Kelompok I Rp 35.800.020 60 Rp 596.667

Kelompok II Rp 18.500.000 60 Rp 308.333

Total biaya Produksi Rp 98.450.020 60 Rp 1.640.833

28
Dari Tabel 1.4.a,b,c dapat diketagui besarnya harga pokok produksi per unit untuk

masing-masing produk dengan metode ABC system adalah sebagai berikut:

1. Produk A  Rp 1.805..417

2. Produk B  Rp 2.126.667

3. Produk C  Rp 1.640.833

Untuk dapat mengetahui apakah perhitungan tersebut lebih tinggi atau lebih rendah

dari perhitungan harga pokok produksi berdasarkan biaya standar, maka perlu

dilakukan perhitungan dengan menggunakan metode konvensional seperti Tabel

1.5.a,b,c sebagai berikut :

Tabel 1.5.a

Perhitungan HPP per unit Produk A

Keterangan Total biaya Kuantitas Per unit

Bahan Baku Rp 25.000.000 40 Rp 625.000

Tenaga Kerja Rp 8.850.000 40 Rp 221.250

BOP( Rp 144.500.000 :

75.000) x 19.000 kerja

langsung Rp 36.606.667 40 Rp 915.167

Total biaya produksi Rp 70.456.667 40 Rp 1.761.417

29
Tabel 1.5.b

Perhitungan HPP per unit Produk B

Keterangan Total biaya Kuantitas Per unit

Bahan Baku Rp. 38.000.000 50 Rp 760.000

Tenaga Kerja Rp. 16.500.000 50 Rp 330.000

BOP (Rp 144.500.000 :

75.000) x 35.000 kerja

langsung Rp 67.433.333 50 Rp 1.348.667

Total biaya produksi Rp 121.933.333 50 Rp 2.438.667

Tabel 1.5.c

Perhitungan HPP per unit Produk C

Keterangan Total biaya Kuantitas Per unit

Bahan Baku Rp 34.500.000 60 Rp 575.000

Tenaga Kerja Rp 9.650.000 60 Rp 160.833

BOP( Rp 144.500.000 :

75.000) x 21.000 kerja

langsung Rp 40.460.000 60 Rp 674.333

Total biaya produksi Rp 84.610.000 60 Rp 1.410.166

30
Jadi harga pokok per unit masing-masing produk dengan metode konvensional

sebagai berikut :

1. Produk A  Rp 1.761.417

2. Produk B  Rp 2.438.667

3. Produk C  Rp 1.410.166

Setelah dilakukan analisis untuk masing-masing metode , maka hasil dan selisihnya

dapat dilihat pada tabel 1.6 sebagai berikut:

Tabel 1.6

Perbandingan ABC system dengan metode Konvensional

Jenis produk ABC system Konvensional Selisih

Produk A Rp 1.805.417 Rp 1.761.417 Rp 44.000

Produk B Rp 2.126.667 Rp 2.438.667 ( Rp 312.000 )

Produk C Rp 1.640.833 Rp 1.410.166 Rp 230.667

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 1.6 dapat diketahui bahwa perhitungan harga

pokok per unit dengan menggunakan metode ABC system dan Metode Konvensional

menunjukkan adanya perbedaan pada masing-masing produksi .Produksi A dengan

metode ABC (lebih tinggi), Produk B (lebih rendah) dan Produk C ( lebih tinggi)

walaupun dengan metode ABC menghasilkan perhitungan lebih tinggi, tetapi

pembebanan Biaya Overhead Pabrik (BOP) lebih tepat dibandingkan dengan metode

konvensional, hal ini disebabkan karena perhitungan tarif biaya overhead Pabrik tidak

menggunakan metodetunggal seperti halnya dengan metode konvensional.

31
Tugas 3

Suatu Perusahaan memproduksi tiga jenis produk P,Q, dan R sebanyak 750 unit

dengan kontribusi produk P = 20%, Q = 44% dan R = 36%. Adapun bahan baku

yang diperlukan masing-masing produk berturut-turut produk P = Rp 8.500.000, Q=

Rp 18.700.000 dan R=Rp 15.300.000 sedangkan Upah langsung berturut-turut Rp

2.550.000, Rp 5.610.000, dan Rp 4.590.000. Adapun Jam Kerja mesin masing-masing

P=90 jam,Q= 205 jam dan R= 165 jam sedangkan jam kerja langsung masing-masing

P = 135 jam, Q=290 jam dan R=240 jam.

Sedangkan Biaya Overhead Pabrik ( BOP ) adalah sebagai berikut:

1. Biaya penyetelan Rp 100.000

2. Biaya Pengawasab mesin Rp 60.000

3. Biaya pemeliharaan mesin Rp 200.000

4. Biaya kesejahtraan karyawan Rp 150.000

5. Biaya energi Rp 150.000

6. Biaya air Rp 50.000

7. Biaya asuransi mesin / gedung Rp 160.000

8. Biaya bahan baku tak langsung Rp 200.000

9. Biaya administrasi pabrik Rp 20.000 +

Jumlah.................................................... Rp 1.090.000

Coba selesaikan persoalan tersebut dengan menggunakan metode ABC sistem

dan konvensional untuk mencari biaya produksi dan bandingkan sistem

tersebut

32

Anda mungkin juga menyukai