Tarif pabrik (plantwide) dan departemental berdasarkan jam tenaga kerja langsung, jam
mesin, atau ukuran berdasarkan volume telah digunakan selama beberapa decade untuk
membebankan biaya-biaya overhead ke produk dan masih terus digunakan secara sukses oleh
banyak organisasi. Namun dalam beberapa situasi pendekatan ini dalam menghitung biaya
masih sama dengan pendekatan rata-rata dan dapat menghasilkan biaya produk yang
terdistorsi atau tidak akurat. Distorsi biaya produk bisa sangat merusak, khususnya bagi
perusahaan-perusahaan yang lingkungan bisnisnya memiliki karakteristik sebagai berikut :
Perusahaan-perusahaan yang beroperasi dalam jenis lingkungan bisnis tersebut secara khusus
membutuhkan informasi biaya yang akurat agar dapat mengambil keputusan yang efektif.
Berikut dua faktor utama yang mengacaukan kemampuan tarif pabrik dan departemental
berdasarkan unit dalam membebankan biaya overhead secara akurat.
Besarnya proporsi biaya overhead yang tidak terkait dengan unit jika dibandingkan
dengan total biaya overhead
Tingkat perbedaan antar produk sangat besar
Penggunaan tariff pabrik dan tarif departemental mengansumsikan bahwa konsumsi produk
terhadap sumber daya overhead sangat terkait dengan jumlah unit yang diproduksi. Ada 2
macam aktivitas yang memengaruhi biaya overhead. Pertama adalalh aktivitas tingkat unit,
dimana aktivitas ini dilakukan setiap unit diproduksi. Biaya pada aktivitas ini disebut dengan
biaya variable karena biaya-biaya tersebut dapat naik atau turun dalam proporsi langsung
seiring dengan bertambah atau berkurangnya aktivitas tingkat unit. Dan biaya lainnya dianggap
sebagai biaya tetap. Aktivitas kedua adalah aktivitas tingkat non unit, yaitu aktivitas yang tidak
dilakukan setiap kali sebuah unit produk diproduksi. Biaya-biaya yang terkait dengan aktivitas
tingkat non unit tidak mungkin berubah atau naik turun.
Pendukung biaya berdasarkan aktivitas (activity based coasting – ABC) menamakannya
sebagai hirarki biaya ABC yang mengelompokkan biaya-biaya sebagai tingkat unit (berubah
mengikuti volume output), tingkat batch (berubah mengikuti jumlah kelompok atau batch yang
dilaksanakan), product-sustaining (berubah mengikuti lini produk atau jasa), facility-sustaining
(beruba mengikuti setiap faktor tetapi diperlukan untuk mengoperasikan pabrik)
Setup peralatan adalah salah satu contoh aktivitas tingkat non unit. Sering kali peralatan
yang sama digunakan untuk memproduksi produk-produk yang berbeda. Oleh karena itu, biaya
setup dikeluarkan setiap kali melakukan produksi sebuah batch dari produk. Semakin banyak
setup dilakukan, maka biaya setup juga akan semakin meningkat. Contoh aktivitas tingkat non
unit lainnya adalah rekayasa ulang produk. Terkadang berdasarkan umpan balik pelanggan,
perusahaan dihadapkan pada kebutuhan untuk merancang ulang produk mereka. Aktivitas
rekayasa ulang produk ii di otorisasi oleh sebuah dokumen yang disebut dengan pesanan
pekerjaan rekayasa (engineering work order). Biaya rekayasa ulang produk lebih bergantung
pada berbagai jumlah pesanan pekerjaan rekayasa (biaya berkelanjutan produk) bukan jumlah
unit produk yang diproduksi. Oleh karena itu, pemicu aktivitas tingkat non unit yaitu batch,
product sustaining, dan facility sustainingadalah faktor-faktor yang mengukur konsumsi
aktivitas tingkat non unit oleh produk dan objek biaya lainnya, sedangkan aktivitas tingkat unit
mengukur konsumsi dari aktivitas tingkat unit. Jika perusahaan hanya menggunakan pemicu
aktivitas berdasarkan unit untuk membebankan biaya overhead yang tidak terkait dengan unit,
hal ini dapat mendistorsi biaya-biaya produk. Maka dengan adanya dan digunakannya pemicu
aktivitas dapat mengurangi distorsi biaya.
Keragaman Produk
Ukuran produk
Kerumitan produk
Waktu setup
Ukuran batch